Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Oleh : Noerma Shovie Rizqiea


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 tentang konsep
pengembangan kepribadian yaitu, Anda diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang konsep pribadi
2. Menjelaskan konsep pengembangan kepribadian
3. Menjelaskan pelayanan prima
B. Pokok Materi
Untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar 1 ini, maka Anda
diharapkan mempelajari tentang :
1. Konsep pribadi
a. Konsep johari wondow
b. Kepribadian yang ideal
2. Pengembangan kepribadian
a. pengertian
b. faktor yang mempengaruhi pengembangan kepribadian
c. tanggungjawab pribadi
d. peran pengembangan kepribadian
e. tujuan pengembangan kepribadian
3. pelayanan prima
a. pengertian
b. paradigma pelayanan prima
c. modal dalam pelayanan prima
d. ketrampilan perawat dalam pelayanan prima
e. unsur-unsur pelayanan prima
f. hambatan dalam pelayanan prima
g. aspek yang perlu diperhatikan
h. Ruang lingkup keperawatan dewasa
C. Uraian Materi
1. Konsep Pribadi
a. Konsep Johari Window
Pribadi orang dapat digambarkan menjadi 4 komponen yaitu
sebagai berikut :
Tabel. Tabel johari window

Dikenal sendiri

Tak dikenal sendiri

Pribadi terbuka

Pribadi terlena

(public self)
Pribadi tersembunyi

(blind spot)
Pribadi tak dikenal oleh

(hidden self)

siapapun
(unknown self)

Dikenal orang lain


Tak dikenal orang
lain

2|Pag
e

Keterangan :

Bidang 1. Pribadi terbuka

Bagian pribadi yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan


kepada orang lain atas kemauan sendiri. Misalnya berbagai
perasaan, pendapat, dan pikiran-pikiran yang dipilih untuk
disampaikan kepada orang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat
ditutupi terhadap orang lain, seperti: paras muka, bentuk badan,
umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda), meskipun
banyak orang ingin menutupinya.

Bidang 2. Pribadi tersembunyi

Bagian pribadi yang disadari oleh diri sendiri, tetapi secara


sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan terhadap orang lain.
Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan dirinya
kepada orang lain (tidak setuju tentang pendapat orang lain
tetapi tidak dapat menyampaikan hal itu) karena kalau
disampaikan akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan
ketidakpastian,
keinginan-keinginan
yang
rahasia
dan
sebagainya.

Bidang 3. Pribadi terlena

Bagian pribadi yang tanpa disadari oleh diri sendiri, tertutup


oleh dirinya akan tetapi tersampaikan kepada orang lain atau
diketahui oleh orang lain. Misalnya: kebiasaan, sifat, dan
kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri,
yang sering berpengaruh (positif/ negatif) dalam berhubungan
dengan orang lain (sering membuat interupsi, kurang
memperhatikan perasaan orang lain, senang membantah,
membanggakan diri sendiri).

Bidang 4. Pribadi tak dikenal oleh siapapun

Bagian pribadi yang tidak dikenal oleh diri sendiri dan oleh
orang lain ini adalah berupa motif-motif, kebutuhan-kebutuhan
yang tidak disadari terlupakan atau didesak ke bawah kesadaran
sehingga tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan
dalam berhubungan dengan orang lain
b. Kepribadian yang ideal
1) Motivasi dalam pengembangan diri
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar
terwujud. Motivasi adalah sebuah energi pendorong yang
berasal dari dalam kita sendiri. Energi pendorong dari dalam
agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi erat
sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah
satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Motivasi
akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan
membantu dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai
apa yang kita inginkan. Dengan motivasi yang benar kita
akan semakin mendekati keinginan kita.
Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut
mempunyai visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai
gambaran mental yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan
mempunyai keinginan besar untuk mencapainya. Motivasilah
yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil
langkah selanjutnya untuk merealisasikan apa yang
diinginkannya.
2) Manajemen waktu terhadap kedisiplinan
Manajemen
waktu
merupakan
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap

produktivitas waktu. Manajemen waktu dapat dilakukan


dengan cara :
a) Survei waktu pribadi
b) Perhatikan jadwal harian
3|Pag
e

c)
d)
e)
f)
g)

Jangan menjadi perfeksionis


Belajarlah berkata tidak
Belajar menentukan prioritas
Gabungkan sejumlah aktivitas
Adaptasi diri
Cara mengatasi manajemen waktu yang buruk adalah
dengan melakukan sekarang juga (DO IT NOW!) :
D
: devide
: bagi bagi tugas
: atur cara
O
: organize pelaksanaan
I
: Ignore
: abaikan gangguan
: ambil prioritas
T
: take
pertama
: sekarang harus
N
: now
dijalankan
:
opportunit
O
y
: ambil kesempatan
: watch
: waspada dengan
W
out
waktu
2. Pengembangan
kepribadian
a.
Pengertian
kepribadian
Kepribadian menurut GW Allpont adalah suatu organisme
yang dinamis dalam diri individu dan sistem psiko fisiknya
menentukan karakteristik, tingkah laku serta berpikir seseorang
dan ada 3 kriteria umum untuk menetapkan kematangan
kepribadian, yaitu:
1) Perluasan diri
2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif
3) Memiliki filsafat hidup
Abraham Maslow berpendapat bahwa setiap individu
mempunyai potensi sehingga dapat menampilkan kemampuan
yang unggul dalam berbagai bidang yang ditandai oleh :
1) Orientasi yang realistik
2) Menerima diri, orang lain dan dunia
3) Spontanitas
4) Berorientasi pada masalah
5) Pemencilan
6) Otonomi dan mandiri
7) Menghargai orang lain
8) Terbuka terhadap pengalaman baru
9) Memiliki jiwa kemanusiaan
10)
Hubungan pribadi yang mendalam
Carl Roger mengemukakan 3 pribadi yang berfungsi penuh
yaitu :
1) Terbuka terhadap pengalaman baru
2) Selalu dalam proses menjadi
3) Percaya pada diri sendiri
b. Faktor yang menentukan pengembangan kepribadian
1) Hereditas

Terdiri dari fisik primer sepeti warna, kulit, dan mata, selain
itu juga kecenderungan dasar seperti kepekaan dan
penyesuaian diri.
4|Pag
e

2) Lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, sosial budaya, teman,
guru, dan sebagainya.
3) Hereditas serta lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan serta lingkungan
menyebabkan timbulnya perasaan AKU/ DIRIKU dalam diri
seseorang.
c. Tanggung jawab pribadi
Ciri-ciri orang yang mempunyai tanggungjawab pribadi:
1) Mengerjakan pekerjaan secara tuntas
2) Berusaha menghasilkan yang terbaik
3) Bertanggungjawab atas semua yang dihasilkan
4) Sering menyalahkan diri sendiri
d. Peran pengembangan kepribadian
1) Meningkatkan kualitas diri pribadi
2) Meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain
3) Memotivasi untuk menaikkan kapasitas dan kualitas
kepribadian
4) Meningkatkan kualitas kerja
e. Tujuan pengembangan kepribadian
1) Individu akan mengenal dirinya sendiri
2) Mampu mengambil sikap di kehidupan
3) Memperbaiki kualitas kehidupan
4) Mencapai derajat kehidupan yang lebih baik
3. Pelayanan
Prima
a.
Pengertian
Dalam bahasa Indonesia pelayanan diartikan sebagai suatu
cara atau perbuatan dalam melayani (Poerwadarminta, 1982).
Melayani adalah menolong menyediakan segala apa yang
diperlukan orang lain. Pelayanan didefinisikan sebagai aktivitas
atau hasil yang dapat ditawarkan sebuah lembaga kepada yang
lain yang biasanya tidak kasat mata dan hasilnya tidak dapat
dimiliki (Kotler,1994).
Sugiarto (1999) mengungkapkan bahwa dimensi kualitas
pelayanan terdiri dari:
1) Responsibility atau tanggung jawab, merupakan tanggung jawab
yang mencakup kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
pelayanan serta keakuratan dalam memberikan informasi.
2) Responsiveness atau kepekaan, yaitu kepekaan terhadap
kebutuhan pasien yang diiringi dengan tindakan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan tersebut.
3) Assurance atau kepastian pelayanan, yaitu bentuk layanan
langsung dalam membantu pasien, yang didukung dengan
pengetahuan dan keterampilan.
4) Empati, merupakan kemampuan untuk memahami dan
memperhatikan
kondisi psikologis pasien, yang dalam hal ini diperlukan upaya
untuk memberikan kenyamanan kepada pasien.
Pelayanan prima dalam konteks pelayanan rumah sakit
berarti pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
berdasarkan standar kualitas untuk

5|Pag
e

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien


dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaannya kepada rumah sakit (Endarini, 2001).
Pelayanan prima merupakan suatu keterampilan yang dapat
dipelajari dan harus dipunyai oleh seorang perawat yang ideal,
karena dalam pelayanan prima terkandung suatu aspek sosial
yaitu suka melakukan tindakan sosial atau prosocial behavior
tanpa harus ada penguat.
Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik
yang diberikan oleh karyawan RS untuk memenuhi/ bahkan
melampaui harapan pengguna jasa rumah sakit. Dimana harapan
ini ditentukan oleh pengalaman masa lalu terhadap jasa atau
produk yang pernah digunakan, Informasi layanan yang diterima
dari berbagai sumber atau janji-janji dan faktor internal dari
pengguna jasa yaitu dari pengguna jasa rumah sakit sendiri.
Pelayanan prima di Rumah Sakit melibatkan seluruh karyawan
dari manajer puncak sampai ke pekarya. Para profesi yang
meliputi berbagai bidang kedokteran atau kesehatan merupakan
ujung tombak pelayanan di Rumah Sakit, yang tidak hanya
dituntut profesional akan tetapi juga diharapkan peran serta
aktifnya dalam manajemen Rumah Sakit termasuk manajemen
mutu (Sunartini, 2000).
b. Paradigma pelayanan prima
Paradigma lama tentang pelayanan yang bermutu adalah
dilakukan oleh karyawan lini depan. Struktur organisasi
pelayanan yang berupa piramida, dimana direktur utama berada
di puncak, pelanan manajemen ditengah dan petugas lini depan
berada dibawah melayani pelanggan.
Paradigma baru menyatakan bahwa pelanggan seharusnya
diatas yang langsung memperoleh pelayanan petugas lini depan
yang didukung dan diperkuat segenap jajaran manajer
menengah dan direktur dibawahnya. Prinsip tersebut pada
hakikatnya adalah membalikkan pandangan sebelumnya (model
atau paradigma lama) dimana para birokrat lebih suka untuk
dilayani menjadi lebih suka melayani masyarakat, suatu
paradigma baru yang lebih tepat dalam menyongsong era yang
akan datang. Maka dalam paradigma baru kalau digambarkan
berupa piramida terbalik dimana yang diatas adalah masyarakat
atau pelanggan, sedangkan pemimpin berada pada puncak
piramida bawah.
c. Modal dalam pelayanan prima
1) Profesional dalam bidang tugasnya.
Keprofesionalan perawat dalam memberikan pelayanan
dilihat dari kemampuan perawat berinspirasi, menjalin
kepercayaan dengan pasien, mempunyai pengetahuan yang
memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan (Priharjo, 1995).
2) Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi.
Keberhasilan perawat dalam membentuk hubungan dan
situasi perawatan yang baik antara lain ditentukan oleh
kemampuannya
berhubungan
dengan
orang
lain,
berkomunikasi dan bekerja sama (Gunarsa, 1995).
3) Memegang teguh etika profesi
Asuhan keperawatan yang profesional sangat tergantung
pada bagaimana perawat dalam melaksanakan tugas-

tugasnya selaku tenaga profesional berusaha memegang


teguh etika profesi.
6|Pag
e

4) Mempunyai emosi yang stabil


Seorang perawat diharapkan mempunyai emosi yang
masak, stabil dalam menjalankan profesinya. Jika perawat
dalam menjalankan tugasnya diiringi dengan ketenangan,
tanpa adanya gejolak emosi, maka akan memberikan
pengaruh yang besar pada diri pasien.
5) Percaya Diri
Kepercayaan diri menjadi modal bagi seorang perawat
karena perawat dituntut untuk bersikap tegas, tidak boleh
ragu-ragu dalam melaksanakan dan memenuhi kebutuhan
pasien (Gunarsa, 1995).
6) Bersikap wajar
Sikap yang wajar dan tidak dibuat-buat akan memberikan
makna yang besar bagi pasien bahwa perawat dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan keperawatan
dan profesionalismenya.
7) Berpenampilan memadai
Perawat dengan penampilan yang bersih, seragam yang
bersih, dengan penampilan yang segar dalam melakukan
tugas-tugas perawatan diharapkan mampu mengubah
suasana hati pasien (Gunarsa, 1995).
d. Ketrampilan perawat dalam pelayanan prima
1) Komunikasi efektif
Perawat dapat melakukan komunikasi dengan pasien, para
medis, dan keluarga pasien. Komunikasi yang baik antar para
medis tidak hanya memperbaiki pelayanan yang diterima
pasien tetapi juga menjaga pasien dari bahaya potensial
akibat salah komunikasi (Sarafino, 1990)
2) Mendengarkan aktif
Mendengarkan secara aktif mempunyai makna bahwa
mendengar bukan untuk menjawab akan tetapi mendengar
untuk mengerti dan memahami.
3) Empati
Empati merupakan kemampuan dan kesediaan untuk
mengerti, memahami, dan ikut merasakan apa yang
dirasakan, apa yang dipikirkan dan apa yang diinginkan
pasien.
e. Unsur-unsur pelayanan prima
1) Kesederhanaan
2) Kejelasan dan kepastian
3) Keamanan
4) Keterbukaan
5) Efisien
6) Ekonomis
7) Keadilan yang merata
8) Ketepatan waktu
f. Hambatan dalam pelayanan prima
Dalam memberikan pelayanan prima di Rumah Sakit, petugas
diperhadapkan dengan berbagai Tipe Pasien sulit yaitu :
1) Pasien yang ekspresif yaitu pasien yang mempunyai sifat
tegas, terlihat seperti pemarah karena mungkin kesal dengan
sesuatu/seseorang,
2) Pasien
Penggertak
yaitu
pasien
yang
mempunyai
kecenderungan untuk memojokkan dan memaksa lawan
bicara untuk mempertahankan diri,

3) Pasien Keras Kepala yaitu pasien yang tidak mudah


menyatakan setuju, berpegang teguh pada pemikirannya
sendiri meskipun terkadang salah.
7|Pag
e

4) Pasien serba tahu yaitu pasien yang memiliki pengetahuan


yang luas mengenai pelayanan di RS, dan banyak
bertanya.
5) Pasien yang analitis yaitu pasien yang menginginkan info
sebanyak-banyaknya, mempunyai kekuatan logika dalam
berpikir.
Langkah-langkah umum untuk menghadapi situasi sulit atau
pelanggan yang sulit adalah dengan :

T- Tenangkan diri
U-Upayakan mendengar dan mengerti
N-Nyatakan pengertian
T-Telusuri masalah
A-Ajukan solusi

S-Selesaikan
dengan positif g.

masalah

Aspek
yang
diperhatikan

perlu

Dalam instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.828/MENKES/VII/1999 tentang Pelaksanaan Pelayanan Prima
Bidang Kesehatan, dijelaskan bahwa:
1) Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi
atau petunjuk yang mudah dipahami dan diperoleh pada
setiap
tempat
/
lokasi
pelayanan
sesuai
dengan
kepentingannya menyangkut prosedur / tata cara pelayanan,
pendaftaran, pengambilan sample atau hasil pemeriksaan,
biaya / tarif pelayanan serta jadwal / waktu pelayanan.
2) Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk
seperti yang tersebut diatas harus dilaksanakan secara
tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
3) Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur
secara jelas setiap persyaratan yang diwajibkan dalam rangka
menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan berkaitan
langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak
menambah beban masyarakat penerima pelayanan.
4) Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima
pelayanan yang mudah dilihat/ dijumpai pada setiap tempat
pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan
dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan atau tindak lanjut
dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanan.
5) Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan
oleh petugas yang berwenang atau kompeten, mampu
terampil dan professional sesuai spesifikasi tugasnya.
Setiap pelaksanaan pemberian pelayanan dan hasilnya
harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat
dijadikan alat bukti yang sah.
6) Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang
tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang
bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaannya.
7) Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar
dengan
memperhitungkan
kemampuan
masyarakat.
Hendaknya
diupayakan
untuk
mengatur
mekanisme
pungutan biaya yang memudahkan pembayarannya dan tidak
menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan pengawasan

pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan cermat, sehingga


tidak terdapat titipan pungutan oleh instansi lain.
8) Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan
adil, tidak membedakan status social masyarakat. Cakupan/
jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan
distribusi yang merata.
8|Pag
e

9) Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas


pelayanan harus selalu dijamin melalui pelaksanaan
pembersihan
secara
rutin
dan
penyediaan
fasilitas
pembuangan sampah/ kotoran secukupnya sesuai dengan
kepentingannya.
10)
Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan
dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya meningkatkan
kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan
yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai