Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DEKADENSI MORAL REMAJA


Dosen Pengampu :Drs.E.Moh.Ilham,S.PdI,M.Si

Disusun Oleh:
Niken Ayuk Putri Utami

(S16043/S16A)

Nindi Saputri

(S16044/S16A)

Septiana Lestari

(S16045/S16A)

Novia Ambarwati

(S16046/S16A)

Nur Aeni Khasanah

(S16047/S16A)

Nur Kholis

(S16048/S16A)

Oulyvia Marita

(S16049/S16A)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era gobalisasi ini, banyak remaja yang terjerumus dalam
jurang perilaku menyimpang. Bahkan, penyimpangan moral sangat marak
di kalangan remaja. Hal tersebut membuktikan bahwa di kalangan remaja
telah mengalami kemunduran moral.
Kemunduran moral yang dialami remaja sekarang ini pada
dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor luar maupun dalam.
Salah satu faktor luar tersebut yaitu adanya perkembangan zaman yang
senantiasa berkembang yang ikut serta mempengaruhi pola pikir remaja.
Pola pikir dan perilaku remaja yang kurang baik, menggambarkan
sekaligus mencerminkan kurang tersaringnya dengan baik ajaran moral di
era globalisasi. Pengaruh budaya asing yang masuk telah mengantarkan
remaja ke gerbang pintu kehancuran, bahkan telah masuk ke dalam jurang
kehancuran. Berupa kehancuran moral atau tingkah laku. Sopan santun di
tengah masyarakat pun luntur. Yang ditonjolkan adalah keburukan moral.
Dengan demikian, peran agama dalam kasus ini sangat dibutuhkan.
Di mana, agama merupakan sebuah pondasi atau landasan yang sifatnya
melandasi segala tingkah laku atau perilaku manusia. Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah mengenai
bentuk-bentuk

dekadensi

moral

pada

remaja,

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya serta pentingnya peran agama dalam mengatasi


dekadensi moral remaja.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apa pengertian agama, dekadensi moral dan remaja?

2.

Apa saja bentuk-bentuk dekadensi moral pada remaja?

3.
4.
remaja?

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dekadensi moral remaja?


Bagaimana peranan agama dalam mengatasi dekadensi moral

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian agama, dekadensi moral, dan remaja.


1.

Pengertian Agama
Ada perbedaan pendapat dalam memberikan pengertian
agama di kalangan para ahli. Harun Nasution misalnya
mengelaborasi bahwa kata agama itu berasal dari bahasa sankrit.
Menurutnya, kata agama tersusun dari dua kata, a=tidak dan
gama=pergi, jadi agama berarti tidak pergi, tetap di tempat,
diwarisi secara turun-temurun. Selanjutnya adalagi pendapat yang
mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, dan agamaagama memang mempunyai kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi
bahwa agama berarti tuntunan.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata gama setelah
mendapatkan awalan a sehingga menjadi agama, maka pengertian
berubah menjadi jalan. Jalan yang dimaksud adalah jalan hidup
yang digariskan Tuhan atau pendiri agama, yang harus ditempuh
oleh manusia untuk mencapai apa yang dicita-citakan agama itu.
Kemudian, pengertian agama bila ditinjau dari segi istilah,
terdapat banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Sebagaimana yang dikatakan Parsudi Suparlan dalam kata
pengantar buku agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis,
bahwa agama secara mendasar dan umum, dapat didefinisikan
sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan dunia gaib, khusunya dengan Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan lingkungannya.

2.

Pengertian Dekadensi Moral


Dekadensi

adalah

kemunduran

atau

kemerosotan.

Sedangkan dekadensi moral adalah kemunduran atau kemerosotan


yang dititikberatkan pada perilaku atau tingkah laku, kepribadian,
dan sifat. Dalam istilah lain, bahwa dekadensi moral adalah sebuah
bentuk kemerosotan atau kemunduran dari kepribadian, sikap,
etika dan akhlah seseorang.
3.

Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu tingkat umur, di mana anak-anak tidak
lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja
adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur
dewasa. Dengan demikian, remaja dapat diartikan suatu masa
peralihan dari anak menjelang dewasa. Yang mana usia remaja
ialah antara 13 dan 21 tahun.
Pada umur ini terjadi berbagai perubahan, yang tidak
mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya tanpa bantuan dan
pengertian dari pihak orang tua dan orang dewasa pada umumnya.
Pada umur ini terjadi perubahan-perubahan cepat pada jasmani,
emosi, sosial, akhlaq dan kecerdasan.

Ciri-ciri khas dari masa remaja itu adalah:


a. Masa remaja adalah masa peralihan, yaitu beralih dari masa kanakkanak ke masa dewasa
b.
Masa remaja adalah sebagai periode perubahan antara lain perubahan
c.

emosi, fisik, dan minat.


Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas yang dicarinya
berupa upaya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya di

masyarakat.
d. Masa remaja adalah masa yang menakutkan, disebabkan sikap orang
dewasa kepadanya

e.

Masa remaja adalah masa yang tidak realisitis, remaja melihat dirinya
dan orang lain sebagaimana yang diinginkan, bukan sebagaimana
adanya.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, dan inni menimbulkan

f.

kegelisahan.
B.

Bentuk-Bentuk Dekadensi Moral Remaja


Dekadensi moral yang dialami oleh remaja sekarang ini tentu
melenceng dari ajaran Islam. Perilaku atau tingkah laku remaja yang
semestinya adalah sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan pada AlQuran dan As-Sunnah. Namun, berbeda dalam realita kehidupan remaja
sekarang ini banyak yang melenceng dari ajaran Islam. Beberapa bentuk
dekadensi moral yang melenceng tersebut diantaranya;
1.

Pergaulan Bebas dan Free Sex


Pergaulan bebas dan seks bebas (free sex) merupakan salah satu

ciri kebudayaan barat, kebudayaan orang-orang yang tidak beriman dan


tidak punya peradaban. Di negara yang tidak mengenal batas-batas
pergaulan pria dan wanita, pergaulan tidak dikendalikan norma-norma
agama, maka pergaulan tersebut akan berakibat sangat fatal.
Pada tahun 1955-an Kinsey pernah menerbitkan buku hasil
penelitian sexual behavior of the human female (tingkah laku seksual
kaum wanita). Dalam buku tersebut diceritakan bahwa 50% wanitawanita sejak di bangku sekolah telah mengenal kehidupan seksual di luar
nikah. 64% wanita yang telah bersuami dan bekerja di kantor sudah
melakukan hubungan seksual sebelum nikah. Sebagai akibat yang
mencolok ialah banyaknya anak-anak lahir tanpa diketahui siapa
ayahnya, dan laki-laki bukanlah suatu yang ganjil atau tabu menikahi
wanita yang sedang hamil.

2.

Kriminalitas atau Perbuatan Kekerasan


Melihat kenakalan remaja baik di kota maupun di desa, akan nyata

bahwa nilai-nilai ajaran agama telah diabaikan. Hal tersebut merupakan


salah satu bentuk telah terjadinya kemunduran moral di kalangan remaja.
Di beberapa kota sering terjadi pelajar-pelajar SMP atau SMA
secara perorangan maupun kelompok saling bermusuhan, bahkan sering
terjadi pertengkaran antar kelompok dan antar sekolah. Gejala lain dapat
dijumpai, anak-anak remaja melakukan perbuatan kekerasan seperti
penganiayaan dan pembunuhan. Pada hakikatnya perbuatan tersebut
melanggar nilai-nilai terpuji (mahmudah).
Penganiayaan yang merupakan ancaman terhadap kesehatan dan
anggota-anggota tubuh tertentu yang dilakukan oleh anak-anak remaja
pada umumnya diawali oleh pertengkaran kecil. Kadang-kadang
pertengkaran tersebut berkembang menjadi lebih serius dan lebih
kompleks efek negatifnya. Sering terjadi pertengkaran antara anak sekolah
dengan sesame anak sekolah, anatara kelompok pemuda yang tgerorganisir
dengan kelompok pemuda yang lainnya.
Kejahatan pembunuhan dan penganiayaan di dalam ajaran Islam
dipandang sebagai perbuatan tercela. Firman Allah di dalam Al-Quran:
Barangsiapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka jahannam dan ia kekal di dalamnya (Q.S. AnNisa:94).
Penganiayaan, melukai di dalam ajaran Islam dipandang sebagai
perbuatan-perbuatan yang membahayakan jasmani. Di dalam Surah AlBaqarah ayat 194 Allah berfirman:
()
Barangsiapa yang menganiaya kamu, maka balaslah sebagaimana ia
menganiaya kamu (Q.S. Al-Baqarah:194).

Dari beberapa ayat Al-Quran tersebut nyatalah adanya pedoman


yang bersifat mutlak (absolut) bahwa perbuatan-perbuatan kekerasan baik
pembunuhan, penganiayaan dan pelukaan merupakan perbuatn-perbuatan
yang tidak berprikemanusiaan dan tercela disisi Allah Swt.
3.

Perubahan Gaya Hidup


Di era sekarang ini, banyak diantara remaja puteri yang memakai

pakaian setengah telanjang dan

berdandan yang berlebihan. Yang

notabennya sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Cara berpakaian dan


gaya berbusana remaja tersebut satu dari banyak dekadensi moral yang
tingkah lakunya menimbulkan efek merangsang hawa nafsu.
Gaya hidup yang serba bebas ini dianggap sebagai gaya hidup yang
menyenangkan dan memuaskan. Sehingga gaya hidup seperti ini telah
mengakar dalam kehidupan mereka.
4.

Mengedarkan dan Mengonsumsi Narkotika


Ketika remaja mengalami keadaan yang sulit dikendalikan bahkan

frustasi, maka tidak sedikit dari mereka yang menyelesaikannya melalui


jalan yang salah yaitu dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang bahkan
NAPZA. Menurut kebanyakan remaja, cara ini adalah jalan satu-satunya
untuk menyelesaikan kegelisahan hatinya. Bahkan karena pergaulan yang
kurang baik dan pemahaman agama yang kurang menyebabkan mereka
menjadi pelaku pengedar sekaligus konsumen obat-obatan terlarang.
C.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dekadensi Moral Remaja


Dekadensi moral yang terjadi dikalangan remaja sekarang ini pada
dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu; faktor internal dan eksternal.
Pertama, faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam.
Faktor internal tersebut yaitu faktor yang dating dari diri remaja sendiri.
Seperti potensi, kepribadian, karakter atau sifat. Remaja yang memilki

peluang untuk berpotensi melakukan kebaikan maka tidak akan terjerumus


pada dekadensi moral, begitu sebaliknya.
Kedua, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar.
1.

Lingkungan Keluarga
Sesungguhnya pengaruh lingkungan keluarga sangat besar

terhadap remaja. Akan tetapi pengaruh itu, tidaklah terbatas kepada waktu
ia telah menjadi remaja saja, akan tetapi telah dimulai sejak dari bayi,
bahkan sejak dalam kandungan. Mungkin dapat dikatakan bahwa
pengaruh yang diterimanya waktu kecil itu, jauh lebih besar dan lebih
menentukan

dalam

kehidupannya

di

kemudian

hari.

Karena

pengalamannya waktu kecil, ikut membentuk kepribadiannya: apa yang


dilihat, didengar, dan dirasakannya dalam kehidupan waktu kecil. Apakah
ia sering menyaksikan atau mendengar hal-hal yang kurang serasi dalam
keluarganya, misalnya ketidakcocokan ibu-bapaknya, seringnya terjadi
ketegangan dan salah pengertian antara satu dengan lainnya dalam
keluarga, maka si anak yang baru bertumbuh itu akan mengalami jiwa
yang goncang, karena seringnya merasa cemas dan takut.
Bahkan lebih jauh, dapat dikatakan bahwa kepercayaannya kepada
Tuhan atau keyakinan beragamnya akan sangat dipengaruhi oleh suasana
hubungan dalam keluarga waktu kecil itu. Keluarga yang hidup jauh dari
agama, tidaklah mungkin memberikan pembinaan jiwa agama bagi anakanaknya. Dalam pembinaan agama, sebenarnya faktor orang tua sangat
menentukan, karena rasa agama akan masuk terjalin ke dalam pribadi anak
bersamaan dengan sejak kecilnya. Apabila agama itu hanya didapatnya
kemudian melalui pengajaran yang dangkal saja, maka agama itu akan
dikenalnya, akan tetapi kurang meresap dalam jiwanya. Dan lebih
berbahaya lagi, apabila anak-anak telah memasuki usia remaja, yang
penuh persoalan dan kegoncangan itu, masih belum mengenal agama,
maka segala kesukaran dan tekanan-tekanan perasaan yang mereka alami,
tidak akan dapat diatasi atau dikuranginya sendiri, karena ia tidak mampu

berdoa dan minta tolong kepada Tuhan. Di sinilah mulai larinya remaja ke
pelbagai cara yang kadang-kadang tidak mengindahkan nilai moral.
2.

Teman Dekat atau Sahabat


Teman dekat bisa mempengaruhi keyakinan dan pemikiran

seseorang. Karenanya hubungan persahabatan memilki pengaruh sangat


penting dalam pembentukkan sikap dan kepribadian remaja. Namun, tak
banyak orangtua dan guru yang menyadarinya. Mereka baru sadar ketika
semuanya terlambat. Karena kuatnya pengaruh ikatan persahabatan,
orangtua dan guru bisa mengetahui keyakinan dan kepribadian seorang
anak remaja dari teman-teman dekatnya.
Hal ini dijelaskan oleh sabda Rasulullah Saw., Kepribadian
seseorang dapat diketahui dengan melihat teman dekatnya. Kenalilah salah
satu dari kalian dengan melihat teman dekatnya. (HR.Al-Turmudzi)
Dalam hadits lain, beliau bersabda, Seseorang itu serupa dengan
orang yang dicintainya. (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
3.

Kebudayaan Asing
Remaja adalah golongan masyarakat yang paling mudah terkena

pengaruh dari luar, karena mereka mudah mengalami kegoncangan emosi


akibat perubahan dan pertumbuhan yang mereka lalui. Dalam hubungan
kebudayaan asing maka remaja pulalah yang lebih banyak terpengaruh,
jika dibandingkan dengan orang dewasa dan anak-anak.
Pengaruh kebudayaan asing ada yang bersifat positif dan negatif.
Namun, jika dilihat di kalangan remaja pengaruh negatif jauh lebih
mendominasi. Di mana , pengaruh negatiflah yang menyebabkan adanya
dekadensi moral pada remaja. Pengaruh kebudayaan asing yang negatif
terhadap remaja Indonesia, sebenarnya tidak terlalu besar, jika diingat
bahwa Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang menuju ke arah
kemajuan.

4.

Lingkungan Masyarakat
Apabila dalam masyarakat tidak tampak lagi keunggulan moral, di

mana sopan-santun hidup kurang terpelihara, agama dan nilai-nilai pasti


tidak terlihat lagi, serta penipuan, percekcokan dan pelanggaran atas hakhak orang lain menjadi biasa saja, maka jiwa remaja akan semakin
tertekan dan berontak. Andaikata remaja-remaja yang penuh idealisme itu,
tidak mendapat didikan agama sejak kecilnya dulu, atau dalam pribadinya
sangat kurang unsur-unsur agama, maka tekanan perasaan atau rasa
frustasinya yang bersangkutan dengan itu akan mudah diungkapkan dalam
bentuk serangan dan kekerasan, karena pengendali yang timbul dari dalam
diri sendiri sangat kurang. Maka sasaran mereka mungkin meluas sampai
kepada menentang agama, bahkan mungkin tidak percaya lagi kepada
Tuhan.
5.

Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah sekolah. Sekolah yang

baik seharusnya memberikan banyak pendidikan moral dan agama.


Sehingga akan menciptakan generasi pemuda yang baik akhlaknya juga
intelek. Namun, di zaman sekarang ini. Banyak dari sekian sekolah yang
ada, tidak memberikan pendidikan tersebut kepada anak didiknya, yang
diutamakan hanya nilai akademiknya. Maka, lembaga pemerintah perlu
menerapkan kurikulum yang mengutamakan akhlak atau moral anak dan
pendidikan agama. Di Indonesia sekarang ini sudah menerapkan
kurikulum 2013 yang inti pengajarannya yaitu keagamaan, sosial
kemasyarakatan, kognisi (kecerdasan), dan psikomotorik.
D.

Peran Agama dalam Mengatasi Dekadensi Moral Remaja pada Era


Globalisasi
Agama sangat dibutuhkan peranannya dalam mengatasi segala
bentuk dekadensi moral remaja yang ada.

Mantan

presiden

RI

pertama

Soekarno

berulang-ulang

menegaskan: agama adalah unsur mutlak dalam national and character


building (sumahamijaya dkk.2003:45). Hal ini diperkuat dengan pendapat
Sumkahamijaya itu sendiri yang mengatakan bahwa karakter harus
mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas,
karakter kemandirian tidak punya arah, mengambang, keropos sehingga
tidak berarti apa-apa. Oleh karenanya, fundamen atau landasan dari
pendidikan karakter itu tidak lain haruslah agama.
Ajaran islam memiliki tiga fondasi pokok yaitu akidah, syariah
dan akhlak. Akidah berkenaan dengan keimanan, keyakinan. Syariah
berkenaan dengan aturan-aturan yang harus dilaksanakan manusia dalam
rangka mengabdikan diri kepada Allah. Sedangkan akhlak adalah perilaku
yang ditampilkan seseorang dalam kesehariannya berkaitan dengan
hubungannya dengan Alah, manusia atau makhluk lainnya. Ketiga fondasi
pokok itu berkaitan antara satu dengan yang lain sehingga ia menjadi satu
kesatuan. Akidah tidak banyak artinya jika seseorang tidak menjalankan
syariah, begitu sebaliknya dan juga syariah tidak berarti jika ia tidak
berakhlak. Akidah juga terkait erat dengan akhlak.
Kaitan atau hubungan dari ketiga fondasi Islam diatas yaitu bahwa
agama dalam hal ini berperan sebagai penanggulang dari segala bentuk
dekadensi moral yang dialami oleh remaja.
Oleh karenanya, pikiran keagamaan yang diambil dari sumber
yang benar tidak akan bercampur aduk dan tidak akan dimasuki unsurunsur lain di dalamnya. Dengan keasliannya ia menolak unsur-unsur asing
yang bersifat menyerang karena ia mempunyai benteng sendiri yakni
perlindungan Ilahi. Sehingga, tidak akan berbahaya bagi remaja dengan
adanya unsur-unsur asing yang kurang baik bila mereka telah dibekali
dengan sejumlah besar peradaban Islam yang benar dan memperoleh
pendidikan agama yang cukup memadai serta diluruskan kelengkapan akal
mereka dengan bimbingan dan dasar-dasar agama yang benar, sehingga

mereka tidak akan menerima kecuali ide-ide dan ajaran agama yang
menunjukkan jalan yang cerah dan terang.
Tidak ada jalan lain yang dapat membebaskan pemuda atau remaja
dari segala dekadensi moral kecuali kembali berpegang kepada ajaran
agama yang hanif. Agamalah yang dapat memelihara dan melindungi
mereka. Dan tidak ada perlindungan atau pertahanan bagi remaja untuk
melawan berbagi pengaruh yang datang dari luar, kecuali berpegang teguh
pada nilai-nilai ajaran Islam atau nilai-nilai kerohanian keislaman.
Kemudian,

agama

berperan

pula

dalam

menanggulangi

penyalahgunaan NAPZA dan sejenisnya di kalangan anak muda atau


remaja yang direalisasikan dalam bentuk pendidikan agama malalui
aktivitas keagamaan. Pengelola pendidikan mengadakan kegiatan-kegiatan
yang bertemakan keagamaan atau menghidupkan roh spiritualitas di
lingkungan sekolah dan pergaulan remaja, supaya dalam komunitas ini
bisa terbentuk visi dan budaya yang berporos menghormati keberlanjutan
hidup daripada perlombaan (pemburuan) menuju kematian dini. Mereka
perlu dilibatkan dalam kegiatan bercorak pengalih perhatian atau
aktivitas yang bercorak perlawanan (gerakan kritis dan praksis) terhadap
segala bentuk kultur yang menyesatkan dan menghancurkan. Remaja yang
terbentuk kepribadiaanya menjadi kekuatan perlawanan ini akan dengan
mudah mengimbangi dan mengalahkan pengaruh yang bermuatan
mengalahkannya.
Secara keseluruhan peran agama dalam mengatasi dekadensi moral
pada remaja direalisasikan dalam bentuk pendidikan, yaitu proses
pembentukan kepribadian remaja yang baik sesuai ajaran-ajaran Islam.
Baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal
dapat diperoleh melaui pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan lain
yang dalam naungan pemerintah. Sedang, pendidikan non formal dapat
diperoleh melalui orang-orang terdekat. Seperti perhatian orang tua atau
orang dewasa bahkan orang lain, dengan memberikan perlakuan dan sikap

baik, serta bimbingan yang dilaksanakan dengan cara yang sangat


bijaksana dan sesuai dengan ciri khas remaja itu sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju
dewasa. Masa ini merupakan usia yang sangat rentan terhadap pengaruhpengaruh negatif yang dari dalam maupun luar. Dekadensi moral remaja
dapat berupa pergaulan bebas dan free sex, mengonsumsi obat-obatan
terlarang, minum-minuman keras, perubahan gaya hidup, lunturnya sikap
sopan santun, dan lain sebagainya.
Sehingga, agama memilki peran penting dalam mengatasi
dekadensi moral remaja. Yaitu sebagai pengontrol sekaligus mencegah,
bahkan membentuk kepribadian remaja yang sesuai dengan ajaran-ajaran
Islam. Perealisasiannya dapat melalui pendidikan formal maupun non
formal.
B.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Jakarta : Rineka Cipta,2008
Basya, Hassan Syamsi, Kayfa Turabbi Abnaaka Fi Hadza Al-Zaman,
Damaskus: Dar al-Qalam,2009
Baulay, Haidar Putra dan Pasa, Nurgaya, Pendidikan Islam Dalam
Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012
Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang,1975
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2013), hlm.54-55
Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012
Muchsin, Bashori dan Wahid, Abdul, Pendidikan Islam Kontemporer,
Bandung: PT Refika Aditama,2009
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005

Anda mungkin juga menyukai