Nim : F1C019136
A. Identifikasi Masaslah
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya orang
lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain
untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana
seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya
itu bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Untuk itu kita lihat terlebih
dahulu pengertian pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu
sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun
masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini.
Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut
dalam trend, mode, dan hal lain yang behubungan dengan keglamoran hidup.
Harus masuk kedalam geng-geng, sering nongol dan konkow-konkow
diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center dan lain-lain. Yang
mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya
konsumtif. Yang patut disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat
ini adalah standar nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup
masyarakat nonmuslim. Cotoh, baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai
dengan mode-mode yang berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa
kita lihat pakaian-pakaian tersebut jarang sekali ada yang cocok dengan
kriteria pakaian yang pantas secara islam. Solidaritas dan kesetiakawanan
sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia
kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman keras,
mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-
kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia kawan”.
Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa
kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna
dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri. Jika ditinjau lebih dalam “gaul”
tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar nilai yang
dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai dengan
syariat islam dan juga budaya timur yang penuh dengan tata karma dan
kesopanan. Hanya saja, merubah sesuatu yang sudah mendarah daging
disebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari
semua pihak, baik orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan
yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan
menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
Contoh pergaulan ini adalah seperti yang terjadi di salah satu SMA di
Jakarta Utara. Sebuah video yang menunjukkan salah seorang siswa
meminum minuman keras saat mata pelajaran sedang berlangsung tengah
viral di media sosial. Video berdurasi 18 detik itu diunggah ulang oleh akun
@Makassar_iinfo. Dalam video pendek itu, terlihat remaja menenggak
minuman keras ketika guru sedang mengajar di depan kelas. Tak hanya sekali,
pelajar itu meminumnya sebanyak dua kali atas perintah si perekam video.
Terlihat teman yang duduk disampingnya tertawa-tawa saat remaja itu minum
minuman keras tersebut. Dalam keterangan video tersebut disebutkan bahwa
peristiwa itu terjadi di salah satu SMA yang berada di Jakarta Utara.
Menanggapi hal tersebut, Kasudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Utara,
Momon Sualiman mengatakan baru mengetahui adanya video tersebut. Ia
menyampaikan pihaknya tengah berkoordinasi dengan kepala sekolah di
wilayahnya untuk menelusuri hal itu. "Saya koordinasikan dulu ke kepala
sekolah," kata Momon melalui pesan singkatnya, Selasa (20/8/2019)
B. PEMBAHASAN
1. Apa Itu Pergaulan Bebas
Sebagai kelompok yang dianggap bagian dari pihak yang resisten,
remaja diidentikkan dengan aktivitas-aktivitas yang digolongkan oleh
Webster (2010) dalam diskursi pergaulan bebas. Dia menyebutkan,
pergaulan bebas bisa didefinisikan sebagai interaksi sosial dan perilaku di
luar norma masyarakat atau ‘bebas dari aturan’.
Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-
kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di
antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah mampu
berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper
sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali
kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita
sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi
pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan
berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya
menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak
langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini
kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”,
bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam
kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah
untuk menemukan diri kita. Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg
merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa
remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara
lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk
menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg
sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan
kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg
lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak
hanya memeliki sedikit peran dan pengaruh.
Perkembangan Seksual
Pada masa remaja banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri anak,
baik segi psikis maupun fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori yang
memaparkan ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku
sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan pada
lingkungan. Jika tidak diwaspadai, perubahan-perubahan psikis yang terjadi
sebagai tugas perkembangan remaja itu akan berdampak negatif pada remaja.
Untuk tugas perkembangan remaja
Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain :
Hubungan orang tua dan anak yang erat secara langsung akan
memberikan pengawasan yang lebih baik kepada anak. Jika anak dekat
dan terbuka dengan orang tua, mereka akan dapat langsung bertanya
mengenai berbagai macam persoalan bahkan yang dianggap sensitif dan
tabu seperti seks bukannya mencari informasi yang bisa jadi menyesatkan
pada pihak lain.
Salah satu faktor yang turut memberi kesempatan bagi remaja untuk
tergiur dengan kehidupan bebas adalah tersedianya banyak waktu luang.
Apabila waktu luang tersebut diisi dengan kegiatan yang positif dan
berguna, maka tidak akan ada waktu untuk memikirkan hal – hal yang
menyimpang. Cara bergaul bagi orang pendiam dapat dilakukan dengan
mengisi waktu melalui kegiatan positif.
h. Memperluas Pengetahuan
Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya akan sangat mudah
tersesat. Termasuk terjerumus pada pergaulan bebas. Maka sangat penting
bagi seseorang untuk mengetahui apa tujuan hidupnya dengan tepat, agar
dapat memfokuskan diri pada hal yang diperlukan untuk mencapainya
dan tidak teralihkan oleh hal – hal yang buruk.
n. Menjaga Tingkah Laku
ps://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/21/09320451/viral-pelajar-
minum-miras-di-kelas-disdik-tanyakan-ke-kepala-sekolah-di
https://kulonprogokab.go.id/v3/portal/web/view_berita/5256/PERGAULAN-
BEBAS-PADA-KEHIDUPAN-REMAJA-SAAT-INI
http://news.unair.ac.id/2016/01/29/remaja-dan-pergeseran-makna-pergaulan-
bebas-di-era-kekinian/
https://www.kompasiana.com/tuwuh/5941f180ff44bc0522075992/mengatasi-
pergaulan-bebas-di-kalangan-remaja?page=2.
https://dosenpsikologi.com/cara-menghindari-pergaulan-bebas