Anda di halaman 1dari 26

Nama : Rusdin Rabbani

Nim : F1C019136

Tidak Mampu Menahan Hawa Nafsu

Tidak mampu melawan godaan, misalnya mencoba-coba merokok, minum-minuman


keras, menyontek, dan bolos sekolah.

Judul : Pergaulan Bebas Remaja

A. Identifikasi Masaslah
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya orang
lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain
untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana
seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya
itu bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Untuk itu kita lihat terlebih
dahulu pengertian pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu
sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun
masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini.
Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut
dalam trend, mode, dan hal lain yang behubungan dengan keglamoran hidup.
Harus masuk kedalam geng-geng, sering nongol dan konkow-konkow
diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center dan lain-lain. Yang
mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya
konsumtif. Yang patut disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat
ini adalah standar nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup
masyarakat nonmuslim. Cotoh, baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai
dengan mode-mode yang berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa
kita lihat pakaian-pakaian tersebut jarang sekali ada yang cocok dengan
kriteria pakaian yang pantas secara islam. Solidaritas dan kesetiakawanan
sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia
kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman keras,
mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-
kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia kawan”.
Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa
kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna
dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri. Jika ditinjau lebih dalam “gaul”
tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar nilai yang
dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai dengan
syariat islam dan juga budaya timur yang penuh dengan tata karma dan
kesopanan. Hanya saja, merubah sesuatu yang sudah mendarah daging
disebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari
semua pihak, baik orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan
yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan
menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
Contoh pergaulan ini adalah seperti yang terjadi di salah satu SMA di
Jakarta Utara. Sebuah video yang menunjukkan salah seorang siswa
meminum minuman keras saat mata pelajaran sedang berlangsung tengah
viral di media sosial. Video berdurasi 18 detik itu diunggah ulang oleh akun
@Makassar_iinfo. Dalam video pendek itu, terlihat remaja menenggak
minuman keras ketika guru sedang mengajar di depan kelas. Tak hanya sekali,
pelajar itu meminumnya sebanyak dua kali atas perintah si perekam video.
Terlihat teman yang duduk disampingnya tertawa-tawa saat remaja itu minum
minuman keras tersebut. Dalam keterangan video tersebut disebutkan bahwa
peristiwa itu terjadi di salah satu SMA yang berada di Jakarta Utara.
Menanggapi hal tersebut, Kasudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Utara,
Momon Sualiman mengatakan baru mengetahui adanya video tersebut. Ia
menyampaikan pihaknya tengah berkoordinasi dengan kepala sekolah di
wilayahnya untuk menelusuri hal itu. "Saya koordinasikan dulu ke kepala
sekolah," kata Momon melalui pesan singkatnya, Selasa (20/8/2019)
B. PEMBAHASAN
1. Apa Itu Pergaulan Bebas
Sebagai kelompok yang dianggap bagian dari pihak yang resisten,
remaja diidentikkan dengan aktivitas-aktivitas yang digolongkan oleh
Webster (2010) dalam diskursi pergaulan bebas. Dia menyebutkan,
pergaulan bebas bisa didefinisikan sebagai interaksi sosial dan perilaku di
luar norma masyarakat atau ‘bebas dari aturan’.

Pergaulan bebas adalah perilaku negatif sebagai ekspresi penolakan


remaja. Perilaku yang termasuk pergaulan bebas adalah seks pranikah,
konsumsi alkohol dan narkoba, clubbing, konsumsi pornografi dan
cybersex, merokok, dan perkelahian antar geng.”

Pergaulan bebas adalah istilah yang marak digunakan selama masa


pemerintahan Presiden Soeharto di Orde Baru (1966-1998). Diskursi ini
dipercaya sebagai akibat dari masuknya budaya asing dalam pengaruh
globalisasi yang tidak terfilter di Indonesia. Terdiri dari kata ‘pergaulan’
dan ‘bebas’, stigma negatif terhadap diskursi ini muncul pada kata ‘bebas’
yang dapat dimaknai sebagai hal-hal yang tidak berkaitan dengan tanggung
jawab.
Bagaimanapun, seperti diungkapkan Webster, perbedaan definisi
antara pergaulan normatif (tidak bebas) dan pergaulan non-normatif
(bebas) similarly subject to change (tergantung pada perubahan). Dalam hal
ini, contoh perubahan yang dimaksud misalnya perubahan interaksi sosial
masyarakat pasca Orde Baru dan berkembangnya teknologi, atau adanya
perubahan kebijakan pemerintahan, baik di Indonesia maupun secara
global.

Secara terpisah, penggunaan frase yang sama dapat dimaknai berbeda


pula oleh kelompok tertentu, seperti halnya penggunaan frase free sex yang
dimaknai sebagai seks tanpa pengaman (kondom) oleh komunitas gay,
bukan sebagai seks pranikah atau berganti-ganti pasangan seperti yang
dimaknai oleh kelompok dominan konservatif.

Saya pernah melakukan penelitian tentang film-film remaja. Di sana,


saya memiliki definisi kongkret terkait frase pergaulan bebas. Yakni,
mengacu pada aktivitas-aktivitas yang dikutip sebelumnya berdasarkan
pengelompokan Webster. Frase ini digunakan untuk memudahkan
identifikasi. Selain itu, frase ini telah umum digunakan sebelumnya.
Meskipun identik dengan ketetapan-ketetapan dan isu moral panic pada
masa Orde Baru, faktanya frase ini masih digunakan dan telah menjadi
wawasan umum di masyarakat.

Penggunaan frase ini dianggap masih relevan mengingat masih adanya


beberapa film yang menjadikan frase ini sebagai judul, seperti Akibat
Pergaulan Bebas (2010) dan Akibat Pergaulan Bebas 2 (2011). Dalam film-
film karya Nayato Fio Nuala, isu pergaulan bebas muncul dan identik
dengan keseharian tokoh-tokoh remajanya. Perempuan dalam film Nayato
mendapatkan porsi sebagai fokus utama dalam cerita-ceritanya. Hal ini
dapat dilihat dari plot cerita dan poster-poster filmnya.

Menariknya, Webster mengungkapkan pernyataan yang relevan


dengan hal ini. Pergaulan bebas banyak dikaitkan oleh Webster dengan
perempuan muda, terlebih jika menghubungkannya dengan norma di
Indonesia yang cenderung menempatkan perempuan di posisi yang tabu
dan penuh pantangan. Lebih jauh lagi, Webster (2010:342) juga
mengungkapkan bahwa dalam film remaja, ekspektasi heteronormatif
tentang femininitas, keperawanan dan pernikahan disampaikan dengan
dilekatkan pada citra baik perempuan dengan menyampaikan konsekuensi
berbahaya (disasterous consequences) yang mungkin dihadapi (jika
melanggar ketiga konsep tersebut)
2. Ciri – Ciri Fisik Dan Pisikologis
Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan
pembagian tahap perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap:
sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua dan sembilan tahun ketiga.
Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai masa
kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada
perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari
persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman
hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua
kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan
fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan,
berbicara, dan berpikir. Usia remaja berada pada perkembangan psikologis
kedua dan sembilan tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak.
Pada masa ini kita mulai diajari tantang kemandirian dan bagaimana
membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum
dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya


lambat dan mantap; pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-
kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia remaja mulai
tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan
hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian
tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi
perempuan.

Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan


pernapasan sudah berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan masih
terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang secara lengkap
dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan darah meningkat menjadi
sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat syaraf
tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun,
tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental
belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada
usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah
berkembang secara maksimal.

Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-
kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di
antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah mampu
berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper
sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali
kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita
sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi
pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan
berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya
menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak
langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini
kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”,
bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam
kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah
untuk menemukan diri kita. Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg
merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa
remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara
lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk
menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg
sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan
kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg
lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak
hanya memeliki sedikit peran dan pengaruh.

Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau


pubertas. Istilah “puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa
Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukan kedewasaan yg
dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan fisik.
Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-
rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian,
masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya
kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini
terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses
kematangn jenis kelamin. Terlihat pula adanya perkembangan psikososial
berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam lingkungan social, yakni
dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada orangtua,
pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru. Dalam
literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja
disebut sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi
menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada
perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya. Jean Piaget,
misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap
penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan,
dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia,
yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang. Tokoh lain, Ana Freud,
menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan yg
meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-
cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan
ditintau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke
kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.

Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru


tentang identitas dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya
hidup tertentu sehubungan dengan penempatan diri kita, yg tetap dapat
dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami perubahan baik pada
diri kita maupun kehidipan sehari-hari.

Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan


sebagai “masa remaja” dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh
perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja merupakan masa peralihan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12 sampai 21
tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa
peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan
umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai
pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda
kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada
anak permpuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12
tahun. 2.3 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja

Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan


implikasi-implikasi social dari pada sekedar sebuah penggambaran tentang
perilaku manusia berkaitan dengan insting-insting yg dimilikinya. Insting,
berdasarkan definisinya, merupakan sebuah atribut bagi seseorang
individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama ( cooperation ) kelompok
untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan perhatian dari individu kepada
masyarakatnya dengan cara-cara yg, jika diperlukan, mungkun digunakan
oleh suatu kelompok untuk memodifikasi metodo-metodenya dengan
harapan mendapatkan pelbagai perubahan yg dihasilkan dalam reaksi
seorang individu.

Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di


kompilasikan dari kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu
penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-kebutuhan remaja adalah
bahwa pada mas remaja pada umumnya kita merindukan pengalaman baru,
rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita seringkali merasa bahwa
rumah tempat kita tinggal telah memberi kita monotomi [bukan otonomi],
rasa tidak aman dan penolakan. Penyimpangan yg kita lakukan kadang-
kadang dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan
kepuasan atau pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling
fundamental. Salah satu kebutuhan psikologis kita yg paling penting dan
juga kebutuhan seluruh manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di
sekitarnya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan kasih saying dalam
lingkungan dekat dalam rumah, penghormatan di antara teman-teman kita
sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru yg mengajar kita.
Kebutuhan ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-tahap usia
yg berbeda dan dalam hubunganya dengan orang-orang berbeda. Tetapi
kebutuhan ini tampaknya muncul dari watak esensial manusia sebagai
makhluk social sebagai anggota kelompok sosisal tertentu. Pengalaman
akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak mengarahkan pada
rasa aman yg kemudian membentuk salah satu bahan penting untuk
kesehatan mental semangat juang dari warga sipil atau tentara yg karena
diperkuat oleh perasaan ini, mampu menghadapi pelbagai kesulitan dan
kekecewaan tanpa kecemasan yg berlebihan. Hilanhnya perasaan ini pada
umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg kemudian dapat memeunculkan
penyimpangan dan disharmoni mental. Anak-anak yg ditolak atau tidak
diinginkan pada masa balitanya lebih besar kemungkinanya untuk menjadi
nak-anak yg sulit diatur dan akan menyulitkan para gurunya pda usia
sekolah.
Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga
memiliki kebutuhan untuk “memberi dan menerima” untuk menunjukan
rasa kasih saying, merasakan penghormatan, mengekspresikan
penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M. Fleming, misalnya,
menunjukan efek-efek yg merugikan akibat dihalanginya komplemen atas
penerimaan oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini larangan atas
kasih saying dalam bentuk ekstrem mengarah pada penekana yg berlebihan
atas nilai kepuasaan-kepuasaan pengganti semisal hasrat yg besar akan
kekuasaa ataau atas kesenangan.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal
baru kebutuhan untuk mengalami “petualangan-petualangan
segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme manusia
terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya pada
pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara
terus-menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran hingga
kematiannya. Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai
eksplorasi atas ruangan, rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya,
kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup pengalaman-pengalaman
baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa remaja atau dewasa,
kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas
pengetahuan mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu
langkah menuju langkah lainnya ditandai dengan pengalaman akan hasilan
pengakuan yg diberikan olah kelompok, atau individu itu sendiri, pada
fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah diraih.

Yang sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan


pemahaman pencarian jawaban atas pelbagai pertanyaan berkaitan dengan
apa yg sedang terjadi, dan, (dalam peradabanyg kita kenal dengan baik),
dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya, pertanyaan berkaitan
dengan mengapa hal-hal itu terjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan-
pertanyaan metafisikal seseorang anak kecil secara langsung sejalan
dengan pemikiran keagamaan atau filosofis dari seorang remaja atau
dewasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampaknya diasosiasikan dengan
kebutuhan yg selalu hadir dengan mendapatkan wawasan berkaitan dengan
pengalaman yg terus berubah dan kesalingterkaitan yg juga terus bergeser
daru umat manusia sebagai makhluk sosial dalam pelbagai kelompok sosial
dimana anak itu merupakan salah seorang anggotanya.
Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan
pemahaman ini adalah kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab
dalam jenis tertentu untuk memberi sumbangan secara progresif melalui
tindakan tertentu bagi kesejahteraan kelompok. Seorang anak kecil yg
berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada umumnya dapat dilibatkan
untuk melakukan kerjasama aktif dalam kehidupan keluarga. Seorang anak
kecil sebaiknya diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas ringan” dengan ibu
atau ayahnya, maupun dengan saudara-saudaranya. Hal ini dimaksudkan
untuk memupuk rasa percaya diri dan tanggung jawab pada si anak agar si
anak merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan
yg kita miliki sebagai remaja mempunyai keterkaitan satu sama lain yg
tidak dapat dipisahkan.
3. Pergaulan Bebas
Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang
kita terlibat dalam pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh
dilakukan, asal dilakukan atas dasar suka sama suka. Tidak ada lagi
pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan
berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun akan
dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari
pergaulan bebas tersebut membawa dampak yg negative semisal kehamilan
di luar nikah, perasaan minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-
remaja lain yg masih “bersih”.

Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk


diketahui dengan pasti akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan
remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai berita di media massa,
baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian mengenai
kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut,
menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar nikah
cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.

Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian


yg menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga
konseling remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg
mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun
yg hamil sebelum nikah. Penalitian di Manado yg dilaporkan oleh Warouw
mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi haid
ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami
kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah
tersebut, 291 responden (28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden
(52%) berusia 20-24 tahun.

Penelitian lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan


Widyantoro pada tahun 1989 di Jakarta dan Bali. Widyantoro menemukan
405 kasus kehamilan tak dikehendaki yg terkumpul di klinik WKBT di dua
kota tersebut selama satu tahun. Dari data yg terkumpul terungkap bahwa
95 persen kehamialn adalah kehamilan pada remaja berusia 15-25 tahun.
Dari segi pendidikan, 47 persen remaja tersebut duduk di tingkat SLTP dan
SLTA. Selanjutnya Khisbiyah melaporkan bahwa data dari klinik dan
praktik dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga ada sekitar 1456
kasus kehamilan remaja dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi
sebenarnya berbeda dari laporan penelitian tersebut. Boleh jadi angkanya
jauh lebih besar mengingat ada sebagian kasus yg luput dari penelitian atau
tidak terdektesi oleh klinik atau dokter setempat karena mereka dating ke
“tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.
Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan
mencari penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan
komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa
dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di kandungnya.
Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan
mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja
maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman
merupakan penderitaan batin tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan
keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu dengan
kehamilannya di luar nikah.
Dalam islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena
dampak buruk yg diakibatkannya. Ayat-ayat yg melarang zina antara lain
adalah,
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
Suatu perbuatan yang keji dan jalan yang sangat buru (Al-Isra’:32).
Dan terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji (zina),
Hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksi-Kannya).
Kemudian apabila mereka telah memberikan persaksian, Maka kurunglah
wanita-wanita itu dalam rumah sampai menemui Ajalnya, atau sampai
Allah memberikan jalan yg lain kepada mereka (An-Nisa’:15).

Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih


dapat diperdebatkan, tetapi yg jelas zina zina memberikan dampak buruk
dan perbuatan yg tidak layak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa
dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari kehamilan di usia remaja,
utamanya yg menyakut perkenbangan bayi yg akan dilahirkan sebagai
manusia.
 Perkembangan Kognitif
Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan.
Kecerdasan kita terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah
kemampuan berbahasa dan menalar. Perkembangan kognitif kita dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan kesehatan, keadaan
gizi, dan stimulasi mental yg diberikan oleh lingkungan, terutama kedua
orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi serta kematangan
psikologis kedua orangtua kita pun ikut berperan besar dalam
mempengaruhi perkembangan kognitif kita.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg


dilahirkan oleh ibu-ibu remaja rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg
lebuh rendah dibandingkan dengan anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg
usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin & Cain, 1978). Perkembangan bahasa
dan penalaran anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remajaumumnya jauh lebuh
terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu yg
usianya lebih dewasa.

Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan


Suroso (1995), rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut
disebabkan oleh si ibu yg belum mampu memberikan stimulasi mental yg
baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain disebabkan ibu-ibu yg
masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk menjadi seorang ibu.
Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi oleh
bagaimana cara kedua orngtuanya berbicara kepada si anak. Aspek-aspek
kecerdasan lainnya akan berkembang jika kedua orangtua dan
lingkungannya dapat memberikan permainan atau stimulasi mental dengan
baik. Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu
memberikan stimulasi mental semacam ini.

Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam


keberhasilan di bidang akademik maupun karier, maka rendahnya tingkat
kecerdasan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remaja di luar nikah ini boleh
jadi akan mengakibatkan kesulitan hidup bagi si anak itu kelak.

 Perkembangan Sosial dan Emosinal

Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar


nikah terhadap perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum
menunjukan hasil-hasil yg konsisten; tetapi cukup banyak penelitian yang
menemukan dampak negatif dari kehamilan semacam ini. Baldwin dan
Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa anak-anak yg lahir dari ibu
remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa bermusuhan yg besar ,
kurang mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika dibandingkan
dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa.

Sifat-sifat negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi


proses penyesuaian diri kita terhadap lingkungannya, baik di sekolah
maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan


kognitif kita (kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan
sekolah. Anak yg tingkat kecerdasannya rendah biasanya memiliki prestasi
kurang (atau bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu, kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah memiliki pengaruh yg cukup
besar terhadap prestasi belajar anak. Anak yg agresif, suka menyerang,
suka diatur biasanya memiliki prestasi yg kurang baik. Para guru biasanya
tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka mengganggu teman-
temannya.

Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg


bernama Ari, anak berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg
berkaitan dengan sikap agresif Ari dan ketelengasannya kepada anak lain.
Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong lawannya keluar dari
jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua
sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat
dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya
sependapat bahwa di luar biasa over aktif, tidak pernah mengasyiki suatui
kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya, dan mudah
mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah tampak
sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan tambahnya
usia, nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung. Sifat lekas
marah dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait
dengan suasana rumahnya yg penyh “badai”, dimana perbantahan
menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali tidak terkendalikan dan
meningkat menjadi percekcokansecara fisik.

Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan


orangtua memiliki pengaru yg besar terhadap perkembangan psikologis
seorang anak. Ada sebuah ungkapan bijak yg menyatakan,”Jika seorang
anak dan pujian, dia akan belajar untuk menghormati orang lain. Jika
seorang anak dibesarkan dengan caci maki dan hinaan, dia akan belajar
untuk membenci orang lain”.

 Perkembangan Seksual

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian


kita: Apakah anak perempuan yg dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah
pada saat anak itu menginjak remaja nanti lebuh memiliki kemungkinan
untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan dengan anak-anak yg
dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yg sah? Pertanyaan ini
cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya
efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah terhadap generasi
penerusnya.

Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya


efek estafet itu memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki
kemungkinan lebih besar untuk hamil di luar nikah pada usia remaja jika
dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa dan dalam
pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada umumnya
belum siap untu menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian
darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain,
menyebabkan kurangnya kemampuan orangtua untuk mendidik dan
mengasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko untuk terjerumus
kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.
C. Cara Mengatasi Masalah Pergaulan bebas
1. Penyebab pergaulan bebas
Masa remaja erat kaitannya dan sering sekali dihubung-hubungkan dengan
yang namanya kenakalan remaja. Masa remaja secara umum merupakan
peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Sebenarnya
kenakalan itu timbul akibat dari ketidak mampuan anak dalam menghadapi
tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi.

Pada masa remaja banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri anak,
baik segi psikis maupun fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori yang
memaparkan ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku
sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan pada
lingkungan. Jika tidak diwaspadai, perubahan-perubahan psikis yang terjadi
sebagai tugas perkembangan remaja itu akan berdampak negatif pada remaja.
Untuk tugas perkembangan remaja

yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:

a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak


jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan
tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu
merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah

Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain :

 kurangnya kasih sayang orang tua.


 kurangnya pengawasan dari orang tua.
 pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
 peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
 tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
 dasar-dasar agama yang kurang.
 tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
 kebebasan yang berlebihan
 masalah yang dipendam
2. Cara menghindari pergaulan bebas
Diantara serbuan informasi yang turut mempengaruhi para remaja untuk
berlaku bebas, bukan tidak mungkin sebenarnya untuk menghindari hal
tersebut. Cara menghindari pergaulan bebas dengan benar dapat dilakukan
melalu suatu proses sejak seseorang berusia dini.

a. Memperkuat Pendidikan Agama

Anak yang mempunyai dasar pendidikan agama serta moral yang


kokoh tidak akan mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena ia
tahu dan bisa membedakan hal yang benar dan salah. Pendidikan agama
dan moral dapat memperkuat iman seseorang sejak dini. Jika sejak kecil
seseorang telah tertanam mengenai pengertian benar dan salah, biasanya
ia akan dapat menghindari pergaulan bebas yang jelas – jelas merupakan
hal yang tidak benar.

b. Membentuk Karakter yang Positif

Pembentukan 4 karakter manusia sejak kecil sangat diperlukan agar ia


dapat menjadi pribadi yang kuat dan berpendirian kokoh, sehingga
walaupun mempunyai kesempatan untuk hidup bebas, ia dapat
mengendalikan dirinya. Teguh berpegang pada prindip hidup merupakan
salah satu cara untuk menghindari pergaulan bebas.
c. Memilih Teman

Seperti telah disebutkan diatas, pemilihan teman yang kurang sesuai


akan mempermudah seseorang terjerumus ke dalam pergaulan yang
bebas. Karena itulah penting untuk memilih teman dan mengenali tipe
kepribadian manusia yang sekiranya dapat memberikan pengaruh positif,
seperti bagaimana cara menjadi pribadi yang menyenangkan .

d. Mempererat Hubungan Orangtua dan Anak

Hubungan orang tua dan anak yang erat secara langsung akan
memberikan pengawasan yang lebih baik kepada anak. Jika anak dekat
dan terbuka dengan orang tua, mereka akan dapat langsung bertanya
mengenai berbagai macam persoalan bahkan yang dianggap sensitif dan
tabu seperti seks bukannya mencari informasi yang bisa jadi menyesatkan
pada pihak lain.

e. Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak dan Remaja

Keingin tahuan remaja mengenai hal yang berkaitan dengan


seksualitas terkadang tidak mendapatkan penyaluran yang benar,
sehingga mereka terkadang akan mencari tahu melalui jalan yang salah.
Informasi yang berkaitan dengan seksualitas sepatutnya didapatkan anak
sejak dini, tentu saja disesuaikan dengan bahasa yang cocok dengan usia
anak. Dengan demikian mereka juga dapat mengetahui bahaya dan akibat
dari pergaulan bebas.

f. Menghindari Lingkungan yang Tidak Kondusif


Setelah keluarga, tempat anak bersosialisasi adalah lingkungan. Jika
anak berada pada lingkungan yang positif, yaitu yang memegang teguh
maka ia juga akan mencontoh hal yang positif tersebut dan sebaliknya.
Apabila anak berada pada lingkungan yang tidak kondusif maka
pengaruh dari lingkungan tersebut bisa membuatnya menjadi
berperilaku menyimpang dari norma sosial yang ada.

g. Mengisi Waktu Luang

Salah satu faktor yang turut memberi kesempatan bagi remaja untuk
tergiur dengan kehidupan bebas adalah tersedianya banyak waktu luang.
Apabila waktu luang tersebut diisi dengan kegiatan yang positif dan
berguna, maka tidak akan ada waktu untuk memikirkan hal – hal yang
menyimpang. Cara bergaul bagi orang pendiam dapat dilakukan dengan
mengisi waktu melalui kegiatan positif.

h. Memperluas Pengetahuan

Ada kutipan yang menyatakan bahwa knowledge is power, artinya


pengetahuan adalah kekuatan yang akan membuka cakupan wawasan
yang luas. Seseorang akan mudah menentukan pilihan hidupnya karena ia
sudah mengetahui banyak tentang berbagai sisi dan dampak dari pilihan –
pilihan yang dia buat. Sebaliknya, apabila seseorang hanya memiliki
sedikit pilihan, ia tidak akan tahu bahwa ada banyak pilihan yang lebih
baik untuk kehidupannya. Misalnya, jika ia tidak mempunyai pilihan lain
selain gaya hidup bebas, maka ia tidak akan dapat melakukan cara
menghindari pergaulan bebas.
i. Memperbaiki Komunikasi dengan Keluarga

Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak juga dapat


menyebabkan anak memilih jalan menyimpang seperti pergaulan bebas.
Hal ini terjadi karena anak tidak mendapatkan bimbingan yang
dibutuhkannya dari orang tua. Diperlukan sikap yang lebih luwes dari
orang tua untuk dapat memahami jalan pikiran anak agar dapat
berkomunikasi dengan lancar dan tercipta saling pengertian.

j. Taat Kepada Hukum

Pergaulan bebas tidak hanya melanggar norma sosial melainkan juga


melanggar peraturan dan norma hukum, sebab identik dengan seks bebas,
obat – obatan dan minum alkohol. Semua hal tersebut berpotensi
membuat seseorang melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Cara
menghindari pergaulan bebas dan cara menghindari kebiasaan buruk
tersebut yaitu dengan membuat anak tahu mengenai hukum yang berlaku
dan apa akibatnya jika melanggar.

k. Menerima Diri Sendiri

Terkadang alasan seseorang memasuki pergaulan bebas adalah untuk


diterima oleh lingkungannya. Orang seperti ini biasanya selalu merasa
tidak punya cukup kepercayaan diri dan sulit mencari cara agar selalu
berpikir positif. Maka ia ingin membuktikan diri dengan menjadi orang
yang bebas tanpa terikat pada norma sosial. Agar terhindar dari
peragaulan bebas, maka seseorang harus menjadi pribadi yang tahu cara
meningkatkan rasa percaya dirinya.
l. Membatasi Pergaulan
Pergaulan bebas bukanlah cara hidup yang baik karena banyaknya
kerugian yang akan ditimbulkan pada seseorang jika menjalaninya. Untuk
menghindari pergaulan bebas, ada baiknya jika membatasi pergaulan
kepada lingkungan atau teman yang hanya akan memberikan pengaruh
positif.

m. Menetapkan Tujuan Hidup

Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya akan sangat mudah
tersesat. Termasuk terjerumus pada pergaulan bebas. Maka sangat penting
bagi seseorang untuk mengetahui apa tujuan hidupnya dengan tepat, agar
dapat memfokuskan diri pada hal yang diperlukan untuk mencapainya
dan tidak teralihkan oleh hal – hal yang buruk.
n. Menjaga Tingkah Laku

Berpacaran merupakan bagian dari kehidupan yang dijalani oleh para


remaja, karena pada usia ini mereka sudah mulai mengembangkan
ketertarikan pada lawan jenis. Perlunya menjaga tingkah laku selama
berpacaran agar tetap berlaku sewajarnya pada norma sosial dan tidak
menyalahi ajaran agama sangat penting untuk menghindari pergaulan
bebas.

o. Membatasi Waktu di Luar Rumah

Terlalu banyak waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di


luar rumah yang kurang bermanfaat, membuka peluang bagi pengaruh
buruk untuk masuk. Jika bisa, batasilah kegiatan di luar rumah yang
kurang penting agar dapat memfokuskan diri kepada cara hidup yang
positif.

Untuk menghindari pergaulan bebas memang tidak bisa dilakukan


hanya dari satu sisi saja, atau dilakukan oleh anak tanpa dukungan orang
tua dan lingkungannya. Melainkan diperlukan kepribadian yang kuat
yang terbentuk sejak anak masih berusia dini agar ia dapat menentukan
sendiri hal yang baik dan buruk. Dasar – dasar nilai moral dan agama
yang diletakkan orang tua ketika mendidik anak sangatlah penting untuk
menjauhkan anak dari berbagai cara hidup yang salah dan merusak diri
sendiri.
D. Daftar Pustaka
https://pergaulanremaja-1992.blogspot.com/2011/11/pergaulan-remaja-masa-
kini.html

ps://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/21/09320451/viral-pelajar-
minum-miras-di-kelas-disdik-tanyakan-ke-kepala-sekolah-di

https://kulonprogokab.go.id/v3/portal/web/view_berita/5256/PERGAULAN-
BEBAS-PADA-KEHIDUPAN-REMAJA-SAAT-INI

Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta:


Dozz publisher.

http://news.unair.ac.id/2016/01/29/remaja-dan-pergeseran-makna-pergaulan-
bebas-di-era-kekinian/

https://www.kompasiana.com/tuwuh/5941f180ff44bc0522075992/mengatasi-
pergaulan-bebas-di-kalangan-remaja?page=2.
https://dosenpsikologi.com/cara-menghindari-pergaulan-bebas

Anda mungkin juga menyukai