Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERMASALAHAN REMAJA

MASALAH PERGAULAN REMAJA MASA KINI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pergaulan remaja pada zaman sekarang ini sudah sampai pada taraf yang
mengkhawatirkan. Semua media sosial, seperti media massa elektronik maupun cetak dengan
leluasa menampilkan hal-hal yang dapat mengakibatkan merusak generasi muda pada masa
sekarang ini. Remaja DULU dan KINI sangat berbeda dan tidak relevan lagi apabila kita
membandingkannya.

Masa remaja adalah masa transisi ketika anak beranjak dewasa. Masa ini pun dianggap rawan
dan kebanyakan orang tua menjadi gelisah dan khawatir terhadap anaknya yang menginjak
usia remaja. Apakah remaja dapat memilih jalan yang baik, atau justru salah jalan dalam
pergaulan? Fenomena ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masa kini, justru hal ini
menjadi sangat memprihatinkan karena perkembangan remaja masa kini lebih banyak jatuh
pada jalan pergaulan yang salah.

Untuk itu, pendampingan dan perhatian bagi remaja yang sedang mencari jati diri sangat
dibutuhkan. Orang-orang yang ada di sekitarnya memiliki peranan penting, seperti orang tua,
orang dewasa yang dapat memberi teladan yang patut di contoh, teman sebaya, lingkungan
sekitar, dll.

BAB II
ANALISA
2.1 Penjelasan Mengenai Remaja

Para ahli sependapat bahwa Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-18 tahun. Remaja
adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia sekitar 13-18 ini remaja sudah
tidak dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun
sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan
yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan
bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang dibuat para remaja hanya akan
menyenangkan teman sebayanya. Hal ini terjadi karena mereka memang masih dalam masa
mencari identitas. Masa remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat
penting.
Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak
sampai dengan awal masa dewasa.
Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang kritis yang mungkin dapat
merupakan the best of time and the worst of time.

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga
golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah
Darajat adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Pengertian Remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa
remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa
anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa
tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis

Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini


Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan remaja. Ia
memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu
dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak
pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-
hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan
remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam trend, mode, dan
hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering
bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center,
dan lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya
konsumtif.

Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura.
Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras,
mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng
ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan, paradigma seperti inilah yang
menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka
telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.

Jika ditinjau lebih dalam “Gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar
nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai dengan
kebudayaan kita yang penuh dengan tata krama dan kesopanan. Hanya saja, mengubah
sesuatu yang sudah mendarah daging di sebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu
memerlukan sinergi dari semua pihak, baik oranng tua, keluarga, pemuka masyarakat,
pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang
akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
Pergaulan remaja dibagi ke dalam dua aspek, yakni :
1. Pergaulan Remaja yang Sehat
Pergaulan remaja yang sehat adalah pergaulan yang sesuai dengan etika pergaulan.
Adapun beberapa cara mengembangkan pergaulan yang sehat diantaranya:
a. Adanya kesadaran beragama bagi remaja
Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatanterhadap
ajaran-ajaran agama. Dalam kenyataan sehari-hari menunjukkan, bahwa anak-anak remaja
yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama. Oleh
karena itu, kita harus memiliki kesadaran beragama agar tidak terjerumusdalam pergaulan
yang tidak sehat.
b. Memiliki rasa setia kawan
Agar dapat terjalin hubungan sosial remaja yang baik, peranan rasa setia kawan sangat
dibutuhkan. Sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan remaja masyarakat
menjadi tentram.
c. Memilih teman
Maksud dari memilih teman adalah untuk mengantisipasi agar kita tidak terpengaruh dengan
sifat yang tidak baik/sehat. Walaupun begitu, tapi teman yang pegaulannya buruk tidak harus
kita asingkan. Melainkan kita tetap berteman dengannya tapi harus menjaga jarak. Jangan
terlalu dekat dengan dia.
d. Mengisi waktu dengan kegiatan yang positif
Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan yang buruk (misalnya
novel/komik seks), maka hal itu akan berbahaya, dan dapat menghalang mereka untuk
berbuat baik. Maka dari itu, jika ada waktu senggang kita harus mengisinya dengan hal-hal
yang positif. Misalnya menulis cerpen, menggambar, atau lainnya.
e. Laki-laki dan perempuan memiliki batasan-batasan tertentu
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya remaja harus menjaga jarak
dengan lawan jenisnya. Misalnya, jangan duduk terlalu berdekatan karena dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
f. Menstabilkan emosi
Jika memiliki masalah, kita tidak boleh emosi. Harus sabar dengan cara menenangkan diri.
Harus menyelesaikan masalah dengan komunikasi, bukan amarah/emosi.
g. Etika Pergaulan Remaja
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti:
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan,sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha´ artinya adalah adat kebiasaan. Arti
inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah etika´ oleh Aristoteles (384-322 SM): ilmu
tentang adat kebiasaan, apa yang biasa dilakukan. Etika mempunyai pengertian yang cukup
dekat dengan moral. Moral dari bahasa latin mos jamaknya mores berarti kebiasaan, adat.
Dalam kamus bahasa Indonesia pertama kali tahun1988 kata mores dipakai dalam arti yang
sama yakni adat kebiasaan. Jadi kata moral dan etika keduanya berasal dari kata yang berarti
adat kebiasaan.
2. Pergaulan Remaja yang tidak Sehat Pergaulan remaja zaman sekarang memang sangat
memprihatinkan , tidak jarang berbagai berita mengenai kenakalan remaja bermunculan.
Mulai dari genk motor tawuran, seks bebas, sampai pada penggunaan narkotika NAPZA. Ini
menunjukkan bahwa pergaulan remaja saat ini sudah tidak sehat lagi. Cara pergaulan remaja
yang seperti sekarang ini tentu saja sangat menimbulkan dampak negatif . Selain
memperburuk situasi dan kondisi pergaulan remaja dan mempengaruhi cara hidup remaja
lain, cara pergaulan remaja yang seperti sekarang juga dapat mempengaruhi kualitas hidup
generasi anak cucu kita.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini
dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis,
fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak
berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa
permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

Permasalahan Fisik dan Kesehatan


Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja
tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/
keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan
fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang
lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang
percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan
merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian
pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80%
remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998).
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang
berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku
makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan
seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem
yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan
terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah
karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.

Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang


Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat
memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus
penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja
menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda
dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan
mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.

 Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua,
supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di
rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
 Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan
sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka
pendek dan kepuasan hedonis, dll.
 Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang
yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang
buruk, dll.
 Cinta dan Hubungan Heteroseksual
 Permasalahan Seksual
 Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
 Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama

Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya
kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses
perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja
adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang
memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja.

Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar
hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita.
Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis
(romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya
“jatuh cinta”.

Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para
remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi
sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual,
kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu
penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.

Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut
cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara
dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang
ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.

Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar
masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya
berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan
dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).

Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi
hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang,
pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman
sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.

Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah
kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur.
Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan
penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.

Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang
otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan
remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa
anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri
juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap
keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka
sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi
kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi
bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.

Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja
karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai
pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan
perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta
memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.

Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang
menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami
karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini
tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri
bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar
mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.
Faktor-faktor penyebab pergaulan remaja
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan remaja sebagai berikut :
1. Faktor orang tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem komunikasi, pengaruh
media massa, kebebasan bergaul dan modernisasi di berbagai bidang. Rumah tangga yang
dipenuhi kekerasan ntah antar orang tua atau pada anaknya jelas berdampak pada anak.
Ketika anak tumbuh remaja, ia akan belajar bahwa kekerasaan adalah bagian dari dirinya,
sehingga adalah hal yang wajar jika ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang
terlalu melindungi anaknya ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri
dan dan tidak berani mengembangkan indentitasnya yang unik. begitu bergabung dengan
teman-temannya. Ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai
bagian dari identitas yang dibangunnya.
2. Sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya.
Karena itu lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar misalnya,
suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan, dengan pengajaran, tidak adanya
fasilitas praktikum, dll. Akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan diluar
sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, dimana guru jelas
memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan
pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara
kekerasan dalam mendidik siswanya meskipun caranya berbeda.
3. Faktor lingkungan Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari
remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan
rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya
narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar.
Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

Solusi dari Kenakalan Remaja


Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap
individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal
lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-
nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
di keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun
negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat
penting bagi remaja.

Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya
bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang
sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya
pada saat memesuki usia remaja, yakni :
a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan melindungi
mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum matang. Kebebasan
yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja terperangkap dalam pergaulan
buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang tidak bertanggung jawab dll
c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan mereka
mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan yang sulit dan
memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapat berkembang dalam
berbagai aspek kepribadiannya.
d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap hangat,
menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan bijaksana.
Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa memberikan
dukungan pada pendapat anak yang benar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika
Serikat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma
hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri
dan orang-orang di sekitarnya.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan kontrol diri
yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari orang tua;
minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar dan pengaruh
budaya barat serta pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat pendidikan.

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja akan berdampak kepada diri remaja
itu sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Solusi dalam menanggulangi kenakalan remaja dapat dibagi ke dalam tindakan preventif,
tindakan represif, dan tindakan kuratif dan rehabilitasi. Adapun solusi internal bagi seorang
remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:

 Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan
 Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama
 Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif
 Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi
arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul
 Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan

Segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah tercapainya


kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang
dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman)
sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menaruh perhatian
terhadap persoalan sosial, terutama kenakalan remaja. Hendaknya kita dapat mencegah dan
mengendalikan perilaku remaja sehingga tidak menimbulkan masalah sosial yang terjadi
akibat kenakalan - kenakalan remaja tersebut.
SUMBER
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
http://netsains.net/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/
http://romantisnya-remajaku.blogspot.com/2009/02/pergaulan-remaja-masa-kini.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai