Disusun Oleh:
1. Andrean Fauzi
3. Khoifathur Rohman
5. Yulinda Sari
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya Penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa Penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pergaulan remaja pada zaman sekarang ini sudah sampai pada taraf yang
mengkhawatirkan. Semua media sosial, seperti media massa elektronik maupun cetak
dengan leluasa menampilkan hal-hal yang dapat mengakibatkan merusak generasi
muda pada masa sekarang ini. Remaja DULU dan KINI sangat berbeda dan tidak
relevan lagi apabila kita membandingkannya.
Masa remaja adalah masa transisi ketika anak beranjak dewasa. Masa ini pun
dianggap rawan dan kebanyakan orang tua menjadi gelisah dan khawatir terhadap
anaknya yang menginjak usia remaja. Apakah remaja dapat memilih jalan yang baik,
atau justru salah jalan dalam pergaulan? Fenomena ini sudah tidak asing lagi dalam
kehidupan masa kini, justru hal ini menjadi sangat memprihatinkan karena
perkembangan remaja masa kini lebih banyak jatuh pada jalan pergaulan yang salah.
Untuk itu, pendampingan dan perhatian bagi remaja yang sedang mencari jati
diri sangat dibutuhkan. Orang-orang yang ada di sekitarnya memiliki peranan penting,
seperti orang tua, orang dewasa yang dapat memberi teladan yang patut di contoh,
teman sebaya, lingkungan sekitar, dll.
BAB II
ANALISA
Para ahli sependapat bahwa Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-18
tahun. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia sekitar 13-
18 ini remaja sudah tidak dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang
paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun
melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang
tuanya. Kesalahan yang dibuat para remaja hanya akan menyenangkan teman
sebayanya. Hal ini terjadi karena mereka memang masih dalam masa mencari
identitas. Masa remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting.
Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang kritis yang
mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja
menurut Zakiah Darajat adalah:
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara
berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Pengertian Remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12
– 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 –
21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat,
dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan
dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun psikologis
Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini
Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan
remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya.
Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan
apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari
solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.
Jika ditinjau lebih dalam “Gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif
jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai
dengan kebudayaan kita yang penuh dengan tata krama dan kesopanan. Hanya saja,
mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging di sebagian remaja saat ini tidaklah
mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari semua pihak, baik oranng tua, keluarga,
pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita
sendiri sebagai remaja yang akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu
sendiri.
Pergaulan remaja dibagi ke dalam dua aspek, yakni :
Pergaulan remaja yang sehat adalah pergaulan yang sesuai dengan etika
pergaulan.
Agar dapat terjalin hubungan sosial remaja yang baik, peranan rasa setia kawan
sangat dibutuhkan. Sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan remaja
masyarakat menjadi tentram.
c. Memilih teman
Maksud dari memilih teman adalah untuk mengantisipasi agar kita tidak
terpengaruh dengan sifat yang tidak baik/sehat. Walaupun begitu, tapi teman yang
pegaulannya buruk tidak harus kita asingkan. Melainkan kita tetap berteman dengannya
tapi harus menjaga jarak. Jangan terlalu dekat dengan dia.
Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan yang buruk
(misalnya novel/komik seks), maka hal itu akan berbahaya, dan dapat menghalang
mereka untuk berbuat baik. Maka dari itu, jika ada waktu senggang kita harus
mengisinya dengan hal-hal yang positif. Misalnya menulis cerpen, menggambar, atau
lainnya.
e. Laki-laki dan perempuan memiliki batasan-batasan tertentu
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya remaja harus menjaga
jarak dengan lawan jenisnya. Misalnya, jangan duduk terlalu berdekatan karena dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
f. Menstabilkan emosi
Jika memiliki masalah, kita tidak boleh emosi. Harus sabar dengan cara
menenangkan diri. Harus menyelesaikan masalah dengan komunikasi, bukan
amarah/emosi.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan,sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha´ artinya
adalah adat kebiasaan. Arti inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah etika´ oleh
Aristoteles (384-322 SM): ilmu tentang adat kebiasaan, apa yang biasa dilakukan. Etika
mempunyai pengertian yang cukup dekat dengan moral. Moral dari bahasa latin mos
jamaknya mores berarti kebiasaan, adat. Dalam kamus bahasa Indonesia pertama kali
tahun1988 kata mores dipakai dalam arti yang sama yakni adat kebiasaan. Jadi kata
moral dan etika keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya
(remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya
tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan
fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini
sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002)
menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua
atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan
paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan 9alada 80% remaja ini
mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998).
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan 9aladapt emosi, pikiran yang
berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan
perilaku makan yang 9aladaptive (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan
makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun
penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada
remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi
dan berskplorasi.
Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-
obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan
jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
Permasalahan Seksual
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh
kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria
dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu
cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang
sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang
sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki
individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang
tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa
daripada percintaan remaja.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya
berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian,
merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama
dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa
anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja
sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa
bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di
dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa
bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda
dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang
berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan
terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap
hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar
remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru
dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan
yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih
memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku
mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi
stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra
untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan remaja sebagai berikut :
Para orang tua perlu menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem
komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan bergaul dan modernisasi di berbagai
bidang. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan ntah antar orang tua atau pada
anaknya jelas berdampak pada anak. Ketika anak tumbuh remaja, ia akan belajar
bahwa kekerasaan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar jika ia
melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya
ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan dan tidak berani
mengembangkan indentitasnya yang unik. begitu bergabung dengan teman-temannya.
Ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari
identitas yang dibangunnya.
2. Sekolah
3. Faktor lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga
membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang
sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba).
Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga
lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif
maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan
yang sangat penting bagi remaja.
Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan
anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik,
tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua
terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :
d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap
hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan
bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa
memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya
untuk melakukan point pertama. Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai
kegiatan positif
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya
atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan
Segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah
tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan
akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh
dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.
Saran
SUMBER
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
http://netsains.net/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/
http://romantisnya-remajaku.blogspot.com/2009/02/pergaulan-remaja-masa-kini.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html