Anda di halaman 1dari 17

MASALAH PERGAULAN REMAJA MASA KINI

Disusun Oleh:

1. Andrean Fauzi

2. Fitria Dewi Fajarini

3. Khoifathur Rohman

4. Lisa Dewi Kurniasari

5. Yulinda Sari

STKIP PGRI LUMAJANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya Penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa Penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergaulan remaja pada zaman sekarang ini sudah sampai pada taraf yang
mengkhawatirkan. Semua media sosial, seperti media massa elektronik maupun cetak
dengan leluasa menampilkan hal-hal yang dapat mengakibatkan merusak generasi
muda pada masa sekarang ini. Remaja DULU dan KINI sangat berbeda dan tidak
relevan lagi apabila kita membandingkannya.

Masa remaja adalah masa transisi ketika anak beranjak dewasa. Masa ini pun
dianggap rawan dan kebanyakan orang tua menjadi gelisah dan khawatir terhadap
anaknya yang menginjak usia remaja. Apakah remaja dapat memilih jalan yang baik,
atau justru salah jalan dalam pergaulan? Fenomena ini sudah tidak asing lagi dalam
kehidupan masa kini, justru hal ini menjadi sangat memprihatinkan karena
perkembangan remaja masa kini lebih banyak jatuh pada jalan pergaulan yang salah.

Untuk itu, pendampingan dan perhatian bagi remaja yang sedang mencari jati
diri sangat dibutuhkan. Orang-orang yang ada di sekitarnya memiliki peranan penting,
seperti orang tua, orang dewasa yang dapat memberi teladan yang patut di contoh,
teman sebaya, lingkungan sekitar, dll.
BAB II

ANALISA

PENJELASAN MENGENAI REMAJA

Para ahli sependapat bahwa Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-18
tahun. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia sekitar 13-
18 ini remaja sudah tidak dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang
paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun
melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang
tuanya. Kesalahan yang dibuat para remaja hanya akan menyenangkan teman
sebayanya. Hal ini terjadi karena mereka memang masih dalam masa mencari
identitas. Masa remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting.

Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu


periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak
berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa.

Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang kritis yang
mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja
menurut Zakiah Darajat adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara
berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Pengertian Remaja

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12
– 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 –
21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat,
dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan
dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun psikologis
Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini

Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan
remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya.
Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan
apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan


sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian
dikalangan kebanyakan remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah
ikut dalam trend, mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus
masuk ke dalam geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat
seperti mall, tempat wisata, game center, dan lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul
dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.

Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia


hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-
minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut
kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan,
paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini.

Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari
solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.

Jika ditinjau lebih dalam “Gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif
jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai
dengan kebudayaan kita yang penuh dengan tata krama dan kesopanan. Hanya saja,
mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging di sebagian remaja saat ini tidaklah
mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari semua pihak, baik oranng tua, keluarga,
pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita
sendiri sebagai remaja yang akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu
sendiri.
Pergaulan remaja dibagi ke dalam dua aspek, yakni :

1. Pergaulan Remaja yang Sehat

Pergaulan remaja yang sehat adalah pergaulan yang sesuai dengan etika
pergaulan.

Adapun beberapa cara mengembangkan pergaulan yang sehat diantaranya:

a. Adanya kesadaran beragama bagi remaja

Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta


ketaatanterhadap ajaran-ajaran agama. Dalam kenyataan sehari-hari menunjukkan,
bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang
memahami norma-norma agama. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesadaran
beragama agar tidak terjerumusdalam pergaulan yang tidak sehat.

b. Memiliki rasa setia kawan

Agar dapat terjalin hubungan sosial remaja yang baik, peranan rasa setia kawan
sangat dibutuhkan. Sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan remaja
masyarakat menjadi tentram.

c. Memilih teman

Maksud dari memilih teman adalah untuk mengantisipasi agar kita tidak
terpengaruh dengan sifat yang tidak baik/sehat. Walaupun begitu, tapi teman yang
pegaulannya buruk tidak harus kita asingkan. Melainkan kita tetap berteman dengannya
tapi harus menjaga jarak. Jangan terlalu dekat dengan dia.

d. Mengisi waktu dengan kegiatan yang positif

Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan yang buruk
(misalnya novel/komik seks), maka hal itu akan berbahaya, dan dapat menghalang
mereka untuk berbuat baik. Maka dari itu, jika ada waktu senggang kita harus
mengisinya dengan hal-hal yang positif. Misalnya menulis cerpen, menggambar, atau
lainnya.
e. Laki-laki dan perempuan memiliki batasan-batasan tertentu

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya remaja harus menjaga
jarak dengan lawan jenisnya. Misalnya, jangan duduk terlalu berdekatan karena dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

f. Menstabilkan emosi

Jika memiliki masalah, kita tidak boleh emosi. Harus sabar dengan cara
menenangkan diri. Harus menyelesaikan masalah dengan komunikasi, bukan
amarah/emosi.

g. Etika Pergaulan Remaja

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan,sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha´ artinya
adalah adat kebiasaan. Arti inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah etika´ oleh
Aristoteles (384-322 SM): ilmu tentang adat kebiasaan, apa yang biasa dilakukan. Etika
mempunyai pengertian yang cukup dekat dengan moral. Moral dari bahasa latin mos
jamaknya mores berarti kebiasaan, adat. Dalam kamus bahasa Indonesia pertama kali
tahun1988 kata mores dipakai dalam arti yang sama yakni adat kebiasaan. Jadi kata
moral dan etika keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.

PERGAULAN REMAJA YANG TIDAK SEHAT

Pergaulan remaja zaman sekarang memang sangat memprihatinkan , tidak


jarang berbagai berita mengenai kenakalan remaja bermunculan. Mulai dari genk motor
tawuran, seks bebas, sampai pada penggunaan narkotika NAPZA. Ini menunjukkan
bahwa pergaulan remaja saat ini sudah tidak sehat lagi. Cara pergaulan remaja yang
seperti sekarang ini tentu saja sangat menimbulkan dampak negatif . Selain
memperburuk situasi dan kondisi pergaulan remaja dan mempengaruhi cara hidup
remaja lain, cara pergaulan remaja yang seperti sekarang juga dapat mempengaruhi
kualitas hidup generasi anak cucu kita.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat
terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam
aspek kognitif, emosi, 9alada dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu
mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja 9ala jadi mengalami
penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan 9alada. Beberapa permasalahan remaja
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri
remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

Permasalahan Fisik dan Kesehatan

Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya
(remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya
tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan
fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini
sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002)
menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua
atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan
paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan 9alada 80% remaja ini
mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998).
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan 9aladapt emosi, pikiran yang
berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan
perilaku makan yang 9aladaptive (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan
makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).

Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis.
Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun
penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada
remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi
dan berskplorasi.

Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang

Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat


memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-
kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa
remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan
berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan
beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu,
untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun
untuk kompensasi.

Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang


tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di
rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.

Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-
obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan
jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.

Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif,


orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping
yang buruk, dll.

Cinta dan Hubungan Heteroseksual

Permasalahan Seksual

Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua

Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama


Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006),
menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian
dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan
oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis
pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada
remaja.

Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh
kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria
dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu
cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang
sering menyebutnya “jatuh cinta”.

Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan


percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta
romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah,
hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis
merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan
permasalahan dengan teman.

Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang
sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki
individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang
tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa
daripada percintaan remaja.

Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan


mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada
remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik
antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya
“ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya,
pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock,
2003, Hurlock, 1991).

Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat


mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis
yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai,
perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju
kebebasan.

Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya
berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian,
merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama
dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.

Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan


mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak
memahami kepentingan remaja.

Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa
anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja
sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa
bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di
dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa
bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda
dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang
berbeda.

Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan
terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap
hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar
remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru
dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan
yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih
memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku
mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi
stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra
untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.

Faktor-faktor penyebab pergaulan remaja

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan remaja sebagai berikut :

1. Faktor orang tua

Para orang tua perlu menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem
komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan bergaul dan modernisasi di berbagai
bidang. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan ntah antar orang tua atau pada
anaknya jelas berdampak pada anak. Ketika anak tumbuh remaja, ia akan belajar
bahwa kekerasaan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar jika ia
melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya
ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan dan tidak berani
mengembangkan indentitasnya yang unik. begitu bergabung dengan teman-temannya.
Ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari
identitas yang dibangunnya.

2. Sekolah

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik


siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
pengajarannya. Karena itu lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk
belajar misalnya, suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan, dengan
pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dll. Akan menyebabkan siswa lebih
senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu
masalah pendidikan, dimana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya
guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh
otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan dalam mendidik siswanya
meskipun caranya berbeda.

3. Faktor lingkungan

Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga
membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang
sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba).
Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga
lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

Solusi dari Kenakalan Remaja

Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer


pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu
mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-
norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif
maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan
yang sangat penting bagi remaja.

Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan
anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik,
tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.

Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua
terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :

a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara


b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan
melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum
matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja
terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang tidak
bertanggung jawab dll

c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan


mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan
yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka
dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.

d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap
hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan
bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa
memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus


sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di
Illinois, Amerika Serikat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan


menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan
kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari
orang tua; minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari lingkungan
sekitar dan pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat
pendidikan.

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja akan berdampak kepada


diri remaja itu sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Solusi dalam menanggulangi kenakalan remaja dapat dibagi ke dalam tindakan


preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif dan rehabilitasi. Adapun solusi internal
bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:

Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya
untuk melakukan point pertama. Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai
kegiatan positif

Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya
atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan
Segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah
tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan
akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh
dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menaruh


perhatian terhadap persoalan sosial, terutama kenakalan remaja. Hendaknya kita dapat
mencegah dan mengendalikan perilaku remaja sehingga tidak menimbulkan masalah
sosial yang terjadi akibat kenakalan - kenakalan remaja tersebut.

SUMBER

http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/

http://netsains.net/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/

http://romantisnya-remajaku.blogspot.com/2009/02/pergaulan-remaja-masa-kini.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai