Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan
orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi
dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi.
Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami
pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak
diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas,
yang didasari oleh kebutuhan sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur,
kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan tingkat hubungan sosial juga
berkembang menjadi amat kompleks. Jadi, pengertian perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia. Belajar hidup bersosialisasi memerlukan sekurangnya tiga
proses berikut. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.Setiap kelompok
sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima
dalam kelompok tersebut. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Agar dapat
diterima dalam kelompok selain dapat menyesuaikan perilaku dengan standar
kelompok, seseorang juga dituntut untuk memainkan peran sosial dalam bentuk pola-
pola kebiasaan yang telah disetujui dan ditentukan oleh para anggota kelompok.
Perkembangan sikap sosial. Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang juga
harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Jika anak dapat
melakukannya dengan baik, maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik
dan diterima sebagai anggota kelompok.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam
bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka kami membuat makalah dengan
judul “Hubungan Sosial’’sebagai tugas dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
B. Tujuan Kajian
1. Memahami Pola Hubungan Sosial Masyarakat.
2. Memahami Interaksi Hubungan Sosial Masyarakat.
3. Memahami Konflik Yang Terjadi dan Cara Mengatasinya.

C. Manfaat Kajian
1. Manfaat hubungan sosial adalah :-
2. Hubungan timbal balik antara individu, yang saling membutuhkan-
3. Bisa bekerjasama dengan orang lain-
4. Menambah banyak teman dan menambah pengalaman-
5. Menaruh orang yang benar pada posisi yang benar-
6. Menambah pengetahuan kebinekaan sosial, seperti keberagaman ras, suku,dan
agama-
7. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan-
8. Dapat membantu menyelesaikan masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Hubungan Sosial Masyarakat Setempat


Secara naluri bahwa manusia adalah makhuk yang mempunyai keinginan
untuk hidup bermasyarakat, artinya setiap manusia punya keinginan untuk berkumpul
dan mengadakan hubungan antara sesamanya. Di mana ada masyarakat di sana ada
hukum (Ubi societas Ibi Ius) demikianlah ungkapan Cicero kira-kira 2.000 tahun
yang lalu.[1] Ungkapan yang sama juga pernah disebutkan oleh L. J. Van Apeldoorn,
dalam versi lain ia menyatakan : “Recht is er over de gehele wereld, overal, waar een
samenleving vanmensen is” (hukum terdapat di dalam setiap masyarakat manusia,
betapapun sederhananya masyarakat tersebut). Sesuai dengan ungkapan Cicero dan L.
J. Van Apeldoorn tersebut, seiring dengan kondisi sosial yang terjadi di dalam
kehidupan masyarakat yang ada.
Kumpulan atau persatuan manusia yang saling mengadakan hubungan satu
sama lain itu dinamakan “masyarakat”. Jadi masyarakat terbentuk apabila dua orang
atau lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan hidup mereka timbul berbagai
hubungan atau pertalian yang mengakibatkan mereka saling mengenal dan saling
mempengaruhi
Bagaimanapun sederhananya dan moderennya masyarakat tersebut, sangat
signifikan adanya norma,[3] maka norma tetap sebagai suatu yang mutlak harus ada
pada masyarakat. Untuk itu, norma hukum maupun norma lainnya dalam masyarakat
tujuannya untuk keseimbangan, keserasian dan kesejahteraan hubungan-hubungan
manusia dam masyarakat.
Selanjutnya, sebagaimana telah dijelaskan lebih dahulu bahwa, masyarakat
kota Medan yang multi etnis tentu mempunyai corak dan karaktersitik yang
bermacam-macam. Hal tersebut merupakan sebuah bukti bahwa kondisi itu erat
kaitannya dengan kondisi masyarakat yang pada pada umumnya utamanya, perantau
sehingga memilih motif masing-masing, sesuai dengan karakter dan keadaannya.
Misalnya orang Minangkabau merantau ke Deli di samping berdagang,
mereka juga membawa pembaharuan, sesuai dengan kondisi dan kebiasaan yang
mereka anut. Perantau Minangkabau mayorotas adalah untuk memperkaya dan
memperkuat alam Minangkabau. Sementara perantau dari etnis Batak cenderung
menonjolkan sukunya dengan marga-marganya yang begitu khas.
Dari etnis-etnis yang ada di Kota Medan, para perantau biasanya utamanya
perantau Minangkabau dan Mandailing (Batak) menganggap diri mereka lebih
berpendidikan dibandingkan Tuan Rumah orang Melayu. Minang menolak
berasimilasi dengan budaya Melayu Muslim, begutu juga dengan kelompok
Mandailing (Batak) secara formal telah mengasimilasikan diri ke dalam budaya
Melayu Muslim walau hanya dipermukaan; seperti memakai bahasa Melayu,
menaggalkan nama-nama atau merga Batak mereka dan akhirnya mereka mengaku
berbangsa Melayu.
Sementara orang Minagkabau menolak praktek-praktek keislaman yang
dilaksanakan oleh etnis Melayu. Sebaliknya, mereka dengan menggunakan organisasi
reformis Islamiyah sendiri, menentang legitimasi konsep Islam masyarakat Melayu.
Tetapi hal yang sangat signifikan untuk diperhatikan adalah, kelompok etnik melayu,
sebagai tuan rumah (host population) tidak memiliki kekuatan sosio-demokrafik
menjadikan dirinya menjadi populasi tuan rumah yang dominan seperti etnik sunda di
bandung, karena etnis Melayu bukan etnis mayorotas di kota Medan.
Disebabkan adanya multi etnis di kota Medan meyebabkan adanya berbagai
varaian sifat dan budaya yang mempunyai eksistensi tersendiri. Disebabkan adanya
kepluralistikan etnis tersebut, tentunya punya perbedaan serta persamaan. Meskipun
ada sekilas adanya persamaan, tetapi masing-masing mempuanyai ciri khusus, hal ini
disebabkan adanya perbedaan wilayah, bahasa, dan adat. istiadat yang berbeda-beda.
Terlebih-lebih setiap kelompok masyarakat ini tidak merasa tergabung antara satu
dengan yang lain, sesuai dengan sentimen diri mereka.
Sedangkan menurut Kuncoro Ningrat, dalam karyanya yang berjudul,
Antropologi Sosial, menyebutkan bahwa untuk membedakan komunitas yang satu
dengan yang lainnya selain berdasarkan kenyataan perbedaan yang ada, lebih
ditentukan oleh sentimen persatuan masing-masing kelompok atau komunitas.
Kemudian, untuk menindak lanjuti dari pendapat Kuncoro Ningrat di atas,
dalam hal ini sangat penting untuk membicarakan tentang pola hubungan masyarakat,
sebab sangat terkait dengan apa yang disebut interkasi sosial. Interaksi tersebut
merupakan faktor utama dalam kehidupan masyarakat, bentuk umum proses sosial
adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena
interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. interkasi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang perorangan, anatar kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Berlangsungnya suatu interaksi didasrakan pada berbagai faktor, antara lain
faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak
sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Bila ditinjau secara
lebih dalam maka faktor imitasi misalnya, mempunyai peran yang sangat penting
dalam proses interkasi sosial.
B. Interaksi Yang Terjadi Antara Masyarakat

Sekarang ini banyak sekali masyarakat yang berinteraksi, Misalnya tidak


bertemu teman lama lalu bertemu dijalan terus menyapa. Dari pertemuan tersebut
muncul kontak sosial yang dinamis. Dan interaksi sosial sendiri ialah hubungan
saling mempengaruhi antar individu dengan individu atau kelompok dengan
kelompok yang dapat menimbulkan pengaruh kontak sosial.
Interaksi berarti tindakan yang berbalasan dengan individu maupun dengan
kelompok. Interaksi sosial melibatkan proses yang bermacam macam, yaitu adanya
unsur yang dinamis, dan proses tingkah laku yang logis dan rasional baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Faktor terjadinya interaksi sosial adanya hubungan saling timbal balik dan
adanya beberapa faktor yang sudah di kemukakan oleh para ahli yaitu IMITASI,
SUGESTI, IDENTIFIKASI, SIMPATI, dan EMPATI.
Ada beberapa syarat interkasi sosial adanya kontak sosial dan komunikasi.
Jadi, interaksi sosial hubungan timbal balik individu dengan individu atau kelompok
dengan kelompok baik secara langsung ataupun tidak langsung

C. Konflik Yang Pernah Terjadi dan Cara Menyelesaikannya.


Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM adalah sebuah organisasi separatis yang
memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini
telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000
jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front
(ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro selama hampir tiga dekade bermukim
di Swedia dan berkewarganegaraan Swedia. Pada tanggal 2 Juni 2010, ia memperoleh
status kewarganegaraan Indonesia, tepat sehari sebelum ia meninggal dunia di Banda
Aceh.
Pada 4 Desember 1976 inisiator Gerakan Aceh Merdeka Hasan di Tiro dan
beberapa pengikutnya mengeluarkan pernyataan perlawanan terhadap pemerintah RI
yang dilangsungkan di perbukitan Halimon di kawasan Kabupaten Pidie. Diawal
masa berdirinya GAM nama resmi yang digunakan adalah AM, Aceh Merdeka. Oleh
pemerintah RI pada periode 1980-1990 nama gerakan tersebut dikatakan dengan
GPK-AM. Perlawanan represif bersenjata gerakan tersebut mendapat sambutan keras
dari pemerintah pusat RI yang akhirnya menggelar sebuah operasi militer di Provinsi
Daerah Istimewa Aceh yang dikenal dengan DOM (Daerah Operasi Militer) pada
paruh akhir 80-an sampai dengan penghujung 90-an, operasi tersebut telah membuat
para aktivis AM terpaksa melanjutkan perjuangannya dari daerah pengasingan. Disaat
rezim Orde Baru berakhir dan reformasi dilangsungkan di Indonesia, seiring dengan
itu pula Gerakan Aceh Merdeka kembali eksis dan menggunakan nama GAM sebagai
identitas organisasinya.
Konflik antara pemerintah RI dengan GAM terus berlangsung hingga
pemerintah menerapkan status Darurat Militer di Aceh pada tahun 2003, setelah
melalui beberapa proses dialogis yang gagal mencapai solusi kata sepakat antara
pemerintah RI dengan aktivis GAM. Konflik tersebut sedikit banyak telah menekan
aktivitas bersenjata yang dilakukan oleh GAM, banyak di antara aktivis GAM yang
melarikan diri ke luar daerah Aceh dan luar negeri. Bencana alam gempa bumi dan
tsunami pada 26 Desember 2004 telah memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk
kembali ke meja perundingan atas inisiasi dan mediasi oleh pihak internasional.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap
perundingan di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari
berperan sebagai fasilitator.
Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding
Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki,
Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus
2005. Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh
Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN dan beberapa
negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya adalah bahwa
pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi pembentukan partai politik lokal di
Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota GAM.
Meski, perdamaian tersebut, sejatinya sampai sekarang masih menyisakan
persoalan yang belum menemukan jalan keluar. Misal saja berkait dengan
Tapol/Napol Aceh yang masih berada di penjara Cipinang, Jakarta seperti Ismuhadi,
dkk. Selain juga persoalan kesejahteraan mantan prajurit kombatan GAM yang
cenderung hanya dinikmati oleh segelintir elit.
Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk selesai diserahkan kepada
AMM pada 19 Desember 2005. Kemudian pada 27 Desember, GAM melalui juru
bicara militernya, Sofyan Dawood, menyatakan bahwa sayap militer mereka telah
dibubarkan secara formal.

Cara Mengatasinya
Konflik sosial yang berdampak besar pada masalah kemanusiaan menjadikan
konflik sosial sebagai salah satu dari jenis-jenis pelanggaran HAM. Sebagai Negara
yang kaya akan suku, agama dan budaya membuat Indonesia dikenal sebagai Negara
demokrasi dengan tingkat toleransi yang tinggi. Namun, maraknya konflik sosial
yang terjadi menunjukkan bahwa fungsi toleransi tidak berjalan dan ada yang salah
dengan cara kita merawat kekayaan itu sebagai kekuatan.
Salah satu upaya mencegah terjadinya konflik sosial adalah dengan cara
merawat kemajemukan bangsa Indonesia yang dimiliki melalui dibumikannya
kembali 4 Pilar Bangsa Indonesia, yaitu :
1. Menjaga keutuhan NKRI
2. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila;
3. Menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasar pada UUD 1945;
(baca : Manfaat UUD Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Warga Negara
serta Bangsa dan Negara dan Peran Konstitusi dalam Negara Demokrasi)
4. Mempererat rasa persatuan sebagai bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika
5. Guna menangani konflik sosial yang terjadi di Indonesia disahkanlah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial.

Adapun hal-hal yang diatur dalam PP ini adalah sebagai berikut :


1. Upaya pencegahan konflik;
2. Berbagai tindakan darurat yang diperlukan guna menyelamatkan dan
melindungi korban;
3. Penggunaan kekuatan TNI sebagai bantuan; (baca : Tugas dan Fungsi TNI-
Polri)
4. Pemulihan paska konflik;
5. Partisipasi masyarakat dalam penanganan konflik, dan
6. Dilakukannya monitoring dan evaluasi.

Peraturan Pemerintah ini merupakan landasan hukum bagi pemerintah dalam


menangani konflik sosial dengan tujuan :
1. Terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan
sejahtera;
2. Terpeliharanya kehidupan bermasyarakat yang damai dan harmonis;
3. Ditingkatkannya rasa tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara;
4. Terpeliharanya keberlangsungan fungsi pemerintahan;
5. Terlindunginya jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum;
6. Terlindunginya dan terpenuhinya hak korban;
7. Pemulihan kondisi fisik dan mental masyarakat;
8. Pemulihan sarana dan prasarana umum.

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


2 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial diharapkan penanganan konflik sosial akan lebih
baik karena melibatkan berbagai pihak. Hal ini juga menunjukkan kehadiran negara
dalam melindungi hak dan kewajiban warga negara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia menjalani kehidupan di dunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan
dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang lain, maka dari itu
manusia disebut makhluk sosial, sesuai dengan Firman Allah SWT yang artinya:
“Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal (bersosialisasi).....” (Al-Hujurat :13 ). Oleh karena
itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber
kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan di
desa maupun di perkotaan.
Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan
sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini,
kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu
pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya
(dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena
kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada
pada lingkungan dimana kita tinggal.

B. Saran
Sebaiknya manusia sebagai makhluk social melakukan hubungan social baik
antar individu dan individu, individu dan kelompok, dan keleompok dengan
kelompok. Dan manusia juga harus berpikir positif untuk menghadapi dampak
negative dari hubungan social.

Anda mungkin juga menyukai