PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai proses perkembangan islam di Indonesia bagi
para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan sejarah perkembangan
islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570
masehi. Ia merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal
dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib.Muhammad
menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Namun,
ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril
Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara tertutup
kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun
(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan seterusnya secara terbuka
kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya hijrah ke
Madinah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender
2
Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad
SAW dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas.
Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan
Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di
bawah penguasaan Islam.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,
pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan
Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
(Sumber: wikipedia)
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun
dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim
delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri.
Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman
ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.Beberapa tahun kemudian,
tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di
pantai barat Sumatera.Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan
Islam.Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi
abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum
secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah
yang pertama sekali menerima agama Islam.Bahkan di Aceh kerajaan Islam
pertama di Indonesia berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai.Berita dari Marcopolo
menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M,
telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu
Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di
Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab
Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di
Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur.Berupa komplek makam Islam, yang
salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti
Maimun.Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman
Kerajaan Singasari.Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli,
melainkan makam para pedagang Arab.
3
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk
pribumi Nusantara secara besar-besaran.Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk
pribumi memeluk Islam secara massal.Para pakar sejarah berpendapat bahwa
masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut
disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang
berarti.Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti
Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.Para
penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi
pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15
M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-
kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan
Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan
Spanyol.Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang,
tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara
yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya
pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan
dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab
yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak.Yang sebagian besar
diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut,
migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya
menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam
seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain karena
kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan,
juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali
para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara,
mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.Maka terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain
yang telah terjalin beratus-ratus tahun.Keinginan kaum kolonialis untuk
menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan
mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke
kepulauan nusantara, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai
nusantara. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini
telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun
selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam
memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang
masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran
kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis
menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah
pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu
menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini
dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan
Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi
4
orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten,
Fathahillah sempat berguru di Makkah.Bahkan ikut mempertahankan Makkah
dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat
jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah
Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami
keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i.Sedangkan pada kaum
Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam.
Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup
Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang.Terlepas dari
hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang
penjajahan.Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat,
namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah.Dan
meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik yang
licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada
berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan
Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Samudra
Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama
di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro),
Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).(Sumber :
ummah.com).
5
2.3 Sumber-sumber berita masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia
Sumber-sumber luar negeri
Berita Arab : para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa
kerajaan sriwijaya (abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran
perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk selat malaka pada
masa itu.
Berita Eropa : berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia
ditugaskan untuk mengantarkan puterinya yang di persembahkan kepada
kaisar romawi.
Berita India: berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat
mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam
di indonesia.
Berita China: berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan,
seorang penulis yang mengikuti perjalanan laksamana cheng-ho. Ia
menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada
saudagar-saudagar islam yang bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.
Sumber dalam negri
1. Penemuan sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat
keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah
binti Makmur
2. Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada
bulan ramadha tahun 676 H atau tahun 1297 M.
3. Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
6
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin
kontak dagang dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam
seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin
ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari
keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang
sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa.
Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia
mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan
ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian
tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa
sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-
anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang
menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren
tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan
Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri
menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate,
hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis
dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang
kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan
pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja
lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal
yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di
seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong
dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal
tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
7
pelayaran kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat
berkumpulnya para ulama dari berbagai negara Islam.
b.Perkembangan Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah
wali yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal
dengan sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo
adalah sebagai berikut :
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana
Maghribi atau syekh Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika
Utara.Kedatangannya dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa.
Maulana Malik Ibrahim menerapkan metode dakwah yang tepat untuk
menarik simpati masyarakat terhadap Islam.
b. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pada awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan
masyarakat menganut keyakinan Islam yang murni.Ia tidak setuju dengan
kebiasaan masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji. Hal itu
terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya
menarik umat Hindhu dan Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa
itulah yang diberi warna Islam
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan
kebudayaan masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik
gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam
aktifitasnnya ia mengganti nama dewa dengan nama-nama malaikat.
d. Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
Sunan Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya
dengan mendirikan pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari
golongan masyarakat ekonomi lemah.Sunan Giri terkenal sebagai pendidik
yang berjiwa demokratis.
e. Sunan Drajat (Raden Kasim)
Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa
yang sampai saat ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur.
Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan drajat ialah perhatiannya
yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu menekan bahwa memberi
pertolongan kepada masyarakat umum.
f. Sunan Kalijaga (Raden Said)
Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural
termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang
yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga
mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama mengenai
etika.
g. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan
sekitarnya, ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih,
tauhid, hadits, tafsir dan logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan
waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan
pendekatan kultural.
8
h. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang
terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam
menyiarkan agama islam adalah dengan mengadakan kursus-kursus bagi
kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448.ia
mengembangkan ajaran islam di cirebon, majalengka, kuningan, kawali,
sunda kelapa dan banten sebagai dasar bagi perkembanganislam di Banten.
9
2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai
berikut :
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan
pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi
perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di
Nusantara ini.
2. Hasil karaya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan
sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo
4. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5. Mampu membangaun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk
atau arsitektur hingga kee seluruh pelosok Nusantara.
6. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs
peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan
sejarah lainnya.
7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan
tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan
panutan oleh generasi berikutnya.
8. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan
persenjataan yang tidak sebanding.
10
tetap kita perjuangkan. Perjuangan dapat dilakukan dengan cara berjihad. Namun
maksud jihad disini bukanlah peperangan atau pembunuhan massal pada kaum
non muslim. Tapi melainkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang
canggih namun tidak keluar dari nilai-nilai ajaran islam.
Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat
dari umat Islam ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh
seperti saat ini, bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan pula
karena kelemahan umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola
berpikir dan rendahnya tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu
sendiri.Masa depan dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat
Islam sekarang ini. Jika umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama
mereka maka mereka akan jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada
Islam, umat Islam akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk
penjajahan yang selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain
kembali kepada Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih.
Mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin
dalam melaksanakan syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat
dan bernegara.
Seperti yang telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26
yaitu ;
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat.Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”(QS. Ibrahim [14]: 24-
26).
Allah telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang cepat
atau lambat, pilihan umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah
tidak? Jika ikut turut andil menuju kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam
maka akan menjadi golongan orang-orang yang beruntung, mendapatkan pahala
yang amat besar. Namun sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton,
mengikuti arus dunia, individualis, acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan
enggan berjuang di JalanNya karena lebih mencintai dunia dari pada cinta kepada
Allah dan Rasul maka tunggulah keputusan Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa
depan yaitu dengan mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi
yang dimiliki. Di antara potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid dan kaum
intelektual. Tanpa menafikkan potensi lain, masjid dan kaum intelektual berperan
besar di dalam upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan.
Inilah yang dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi dalam
membangun peradaban Islam yang jaya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses islamisasi tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak berakhir.
Islamisasi lebih merupakan proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi
masa kini, juga masa yang akan datang.Islam telah dipengaruhi oleh
lingkungannya, tempat Islam ber-pijak dan berkembang. Di samping itu, Islam
juga menjadi tra-disi tersendiri yang tertanam dalam konteks.
Agama Islam juga membawa perubahan sosial dan budaya, yakni
memperhalus dan memperkembangkan budaya Indonesia. Penyesuaian antara
adat dan syariah di berbagai daerah di Indonesia selalu terjadi, meskipun kadang-
kadang dalam taraf permulaan mengalami proses pertentangan dalam masyarakat.
Meskipun demikian, proses islamisasi di berbagai tempat di Indonesia dilakukan
dengan cara yang dapat diterima oleh rakyat setempat, sehingga kehidupan
keagamaan masyarakat pada umumnya menunjukkan unsur campuran antara
Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan oleh penyebar
Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat agama (Hindu-Budha) dan
kepercayaan animisme.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada
golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui
perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim.
Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik
untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam
mewujudkan suatu kerajaan Islam.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun agar kedepannya makalah ini bisa di
sempurnakan lagi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1990.
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.
13