Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Dosen Pengampuh : Aan Setiawan,M.Pd

Sri Fifianti

(10156121060)

Jurusan Tarbiyah Dan Keguruan


Pendidikan Agama Islam
Stain Majene

Absrack
Sejarah masuknya islam pada awalnya dibawah oleh pedagangan gujarat
kemudian diikuti oleh pedagangan Arab dan Persia. Mereka menyebarkan
agama islam kelokasi yang menjadi tempat mereka berlabuh diseluruh
Indonesia. Terdapat spekulasi jika islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M,
karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam disekitar selat Malaka.
Selain itu, islam disebarkan melalui caraa berdakwah, seperti penyebaran
ditanah Jawa yang dilakukan oleh para Walisongo. Mereka menyebarkan islam
dengan cara pendekatan sosial budaya.
Islam masuk ke indonesia pada abad ke 7 sampai ke abad 8 masehi.
Kennet W. Morgan menerangkan berita yang dapat dipercaya tentang islam di
indonesia yang mula-mula sekali terdapat berita marcopolo. Menurut parcopolo,
penduduk perlak ketika itu diislamkan oleh pedagang yang ia sebut kaum
saracen. Wilayah-wilayah disekitar perlak di diami oleh penyembah berhala yang
belum beradab. Islam sudah masuk ke indonesia mulai abad ke 7 dan telah
dianut sebagian besar orang indonesia, baik sebaik agama maupun sebagai
hukum. Hal ini terjadi semenjak dahulu. Setelah masuknya agama islam, selalu
ada pegawai khusus yang mempunyai keahlian dalam hukum islam,yang kadang-
kadang menangani urusan muamalah, iddah, hadanah, waris, dan lainnya.
Mengenai kedatangan islam di nusantara, terdapat diskusi dan
perdebatan yang panjang diantara ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok,
yakni tempat asal kedatangan islam, para pembawanya, dan waktu
kedatangannya. Berbagai teori da pembahasan yang berusaha menjawab tiga
masalah.

A. PENDAHULUAN

Sejarah masuknya islam pada awalnya dibawah oleh pedagangan gujarat


kemudian diikuti oleh pedagangan Arab dan Persia. Mereka menyebarkan
agama islam kelokasi yang menjadi tempat mereka berlabuh diseluruh
Indonesia. Terdapat spekulasi jika islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M,
karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam disekitar selat Malaka.
Selain itu, islam disebarkan melalui caraa berdakwah, seperti penyebaran
ditanah Jawa yang dilakukan oleh para Walisongo. Mereka menyebarkan islam
dengan cara pendekatan sosial budaya.
Kedatangan islam diwilayah nusantara tidaklah bersamaan. Demikian
pula, kerajaan kerajaan dan daerah yang didatangi mempunyai situasi politik dan
sosial budaya yang berlainan. Pada masa kejayaan sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya sekitar abat ke-7 M. Dan ke-8M. Selat malaka mulai dilalui
pedagang-pedagang muslim dalam pelayaranya kenegri-negeri di asia tenggara
dan asia timur. Berdasarkan berita cina pada masa penguasa T`ang pada masa
itu diduga keras masyarakat muslim telah ada, baik di kanfu (kanton) maupun
didaerah sumatra.
Sejarah kedatangan islam di Indonesia bukanlah urusan mudah tak
banyak jejak yang bisa dilacak. Sampai dengan abad ke-8 H atau 14 M, belum ada
pengislaman penddukan pribumi nusantara secara besar besaran. Baru pada
abad ke-9 H atau 14 M Penduduk pribumi memeluk islam secarah massal. Para
pakar sejarah berpendapat bahwa masuk islamnya penduduk nusantara secara
besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah
memiliki kekuatan politik yang berarti, yaitu ditadai dengan berdirinya bebeapa
kerajaan bercorak islam seperti kerajaan Aceh Darusssalam, Malaka, Demak,
Cirebon, Serta ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi praislam dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke 14 dan 15 M antara lain juga
disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajan-kerajaan Hindu\
Budha di nusantara seperti di majapahit, sriwijaya, dan sunda. Thomas Arnold
dalam The Preacing of Islam, mengatakan bahwa kedatangan islam bukanlah
sebagai penakluk seperti halnya bangsa portugis da spanyol. Islam datang ke asia
tenggara dengn jalan damai, tidak dengan pedang,tidakdengan
merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke nusantara dengan cara yang benar-
benar menunjukkannya sebagai rahmatann lil alamin.
Dengan masuknya Islamnya penduduk pribumi nusantara dan
terbentuknya pemerintahan-pemerintahan islam diberbagai kepulauan ini,
perdagangan dengan kaum muslimin dari pusat dunia islam menjadi semakin
erat orang arab yang bermigrasi kenusantara juga semakin banyak dan yang
terbesar dianatarnya adalah berasal dari Hadramaut yaman, dalam Tarikh
hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang
sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa eropa nasrani berdatangan
dan dengan rakusnya mengusai daerah demi daerah dinusantara, hubungan
dengan pusat dunia islam seakan terputus.
Terutama pada abad ke 17 dan 18 M, penyebabnya, selain karena kaum
muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga
karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para
penjajah terutama belanda menundukkan kerajaan islam dinusantara, mereka
pasti menyulurkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan twersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.
1
Maka
terputuslah hubungan umat islam nusantara dengan umat islam dari bangsa-
bangsa lain yag telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis
untuk menjauhkan umat islam nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari
kebijakan mereka yang memprsulit pembauran antara orang arab dengan
pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa eropa pada akhir abad ke 15 masehi
kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus merekauntuk
menguasai apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini
telah memeluk islam, agama seteru mereka, sehingga semangat perang salib pun
selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan perang daearah. Dalam
1
Dr. Siti Zubaidah 2016. Sejarah Peradaban Islam. Perdana Publishing.Hal, 223.
memerangi islam, mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang
masih menganut Hindhu budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur
pelanyaran kaum muslimin, maka setelah menguasai malaka pada tahun 1511,
Portugis menjalin kerja sama dengan kerajaan sunda penjajaran untuk
membangun sebuah pangkalan disunda kelapa. Namun maksud Portugis ini
gagal total setelah pasuka gabungan islam dari sepanjang pesisir utara pulau
Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M.
Kedatangan kaum Kolonialis disatu sisi telah membangkitkan semangat
Jihad kaum Muslimin Nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman Akidah
islam tidak merata.
Hanya kalanga pesantren ( Madrasah ) saja yang mendalami keislaman,
itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi`i. Sedangkan pada kaum muslimin
kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi praislam. Kalangan
priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup eropa.

B. PEMBAHASAN
Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat Internasional
antara Negara-negara di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh
kegiatan kerajaan islam dibawah Bani Umayyah dibagian barat maupun
kerajaan Cina zaman Dinasti T`ang di Asia timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia
Tenggara.
Upaya kerajaan Sriwijaya dalam memperuas kekuasaannya
kesemenanjung Malaka sampai Kedah dapat dihubungkan dengan bukti-bukti
prasati 775, berita-berita Cina dan Arab pada abad ke 8 sampai 10 M. Hal ini erat
hubungannya dengan usaha penguasaan selat malaka yang merupakan kunci
bagi pelayaran dan perdagangan Internasional.
Pada tahun 173 H, sebuah kapal layar dengan pimpinan “Makhada
Khalifah” dari Teluk Kambay Gujrat berlabuh dibandar perlak dengan membawa
kira-kira 100 orang anggota dakwah yang terdiri atas orang-orang Arab, Persia
dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal dagang dan Khalifah
menyamar sebagai kaptennya. Makhadah Khalifah adalah seorang yang bijak
dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari setengah abad, Meurah
(raja) dan seluruh rakyat Kemeurahan Perlak yang beragama Hindhu Budha
denga sukarela masuk agama islam. Selama proses pengislaman yag relatif
singkat, para anggota dakwah telah banyak yang menikah dengan wanita perlak.
Diantaranya adalah seorang anggota dai Arab suku Quraisy menikah dengan
putri Istana Kemeurahan Perlak yang melahirkan putra Indo-Arab pertama
dengan nama Sayyid Abdul Aziz.
Pada tanggal 1 Muharram 225 H.\840 M. Kerajaan Islam Perlak
diproklamasikan dengan raja pertamanya adalah Putra Indo-Arab tersebut
dengan gelar Sultan Alaiddin diubah dari Tiandor Perlak yang menjadi bandar
Khalifa, sebagai kenangan indah kepada Khalifah yang sangat berjasa dalam
membudayakan islam kepdabangsa-bangsa Asia Tenggara yang dimulainya dari
Perlak. Dengan demikian, kerajaan Islam yang pertama terdiri pada awal abad ke
3 H.\9 M berlokasi diperlak.
Selanjutnya, Ialam masuk kepulau Jawa diperkirakan pada abad ke 11M.
Dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maemun dilereng Gresik yang
berangkat pada tahun 475 H.\1082 M. Data sejarah lainnya menyebutkan bahwa
Islam masuk kepulau Jawa pada abad ke 12\13 M, ke Maluku sekitar abad ke 14
M. Kekalimantan awal abad ke 15 M. Kesulawesi abad ke 16 M. Penduduk atau
penguasa kepulauan tersebut sudah masuk Islam sebelum Kolonial Belanda
menguasai Indonesia.
Wan Husein Azmi mengemukakan dalam mkalahnya, ada tiga teori
tentang kedatangan Islam ke wilayah Melayu, yaitu :
1. Teori Arab, Yaitu datangnya Islam ke Melayu secara langsung dari Arab, karena
Muslim wilayah Melayu berpegang pada madzhab Syafi`i yang lahir
disemenanjung tanah Arab. Teori ini disokong oleh Sir John Crawford.
2. Teori India, yakni bahwa Islam datang dari India. Terori ii lahir selepas tahun
1883 M. Dibawah oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung teori ini, diantaranya
adalah Dr.Gonda, Van Ronkel, Marson, R.A. Kern, dan C.A.O.Van Niewinhuize.
3. Teori Cina, yakni bahwa Islam datang kewilayah Nusantara dari Cina. Teori ini
dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie, seorang scientist Spanyol.
Meskipun demikian, dapat kita akui bahwa jalan yang dibawa para
saudagar Arab, masuk kewilayah Nusantara ini adalah sama. Ada yang melalui
jalanlaut. dari Aden menelusuri Pantai India Barat dan Selatan, atau jalan darat
dari Khurasan keudian melalui hutan menyebrangi laut Cina Selatan masuk
kewilayah Nusantara melalui pesisir pantai Timur semenanjung tanah melayu.
Oleh sebab itu, dapatlah kita berpendapat bahwa dakwah Islamiyah datang
kewilayah Nusantara melalui lautan India dan juga laut Cina Selatan langsung dari
negri Arab dan oleh orang-orang Arab.
Dalam kesimpulan akhir seminar diaceh yang disusun oleh Prof.
A.Hasymi, disebutkan :
1. Seminar menegaskan kembali kesimpulan seminar sejarah Islam yang
berlangsung dimedan pada tahun 1963 yang dikukuhkan lagi dalam seminar
sejarah Islam di Banda Aceh tahun 1978, yaitu bahwa agama Islam telah masuk
ke Nusantara pada abad ke 1H. Langsung
dari tanah Arab. Selanjutnya, seminar berpendapat bahwa daerah yang mula-
mula masuk dan menerima Islam di Nusantara adalah Aceh.
2. Masuk dan berkembangannya Islam di Nusantara merupakan proses yang
memekan waktu yang panjang, sehingga antara masuknya Islam dan tumbuhnya
kerajaan Islam merupakan dua hal yang perlu dibedakan. Berdasarkan dokumen
“Izdharvl Haqq” dan “Lazkirat Thabakai Jam`u Salatin”, kerajaan Islam Perlak
didirikan pada tahun 225 H. ( abad ke 9 M.) Tentang ajaran Islam Perlak tersebut
terdapat juga dalam catatan-catatan Marcopolo. Terhadap sumber-sumber
tersebut dipandang perlu untuk diperkuat dengan penelitian-penelitian
arkeologi.
Periodesasimasuknya pendakwah islam ke Indonesia, menurut
Muhammad Samsu, dapat dibagi dalam tiga gelombang, yaitu :
1. Gelombang Pertama, yaitu diperkirakan pada akhir abad ke 1 H.\7 M.
Rombongan ini berasal dari Bashrah, kota pelabuhan di Irak, yaitu ketika kaum
Syi`ah dikejar-kejar oleh Bani Umayyah 2yang berkusa saat itu. Mereka adalah
kelompok yang dipimpin Makhadah Khalifah.
2. Gelombang Kedua, yaitu diperkirakan pada abad ke 6 H.\13 M. Dibawah Sayyid
Jamaluddin Al-akbar Al-Husaini yang anak cucunya, lebih dari 17 orang tiba di
Kresik, pulau Jawa. Pendakwah lainnya, seperti Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Malik Ishak, Raden Rahmat atau Sunan Apel, dan sebagainya.

2
Dedi Supriyadi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung. CV Pustaka Setia.Hal.278-281
3. Gelombang Ketiga, yaitu diperkirakan pada abad ke 9 H./26 M. Yang dipimpin
Ulama Arab dan Tarim, Hadramaut. Mereka berjumlah lebih dari 45 orang dan datang
perkelompok sekitar 2,3, atau 5 orang. Mereka mengajar dan menetap di Aceh, Riau,
Sadang, Kalimantan Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah dan Utara, Ternate, Bali,
Sumba, Timur dan lain-lain.
Kedatangan islam dan penyebarannya di kepulauan indonesia adalah
dengan cara damai melalui beberapa cara menurut Uka Tjandrasasmita ad enam
cara, yaitu saluran dagang, perkawinan, ajaran tasawuf, pendidikan, kesenian,
dan politik.
1. Agama dan Kekuatan Politik dan Pada Masa Pra-penjajah
Sebelum islam datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan-kerajaan
Hindu dan Budha. Diantaranya, ad kerajaanBahari terbesar yang meguasai dan
mengendalikan pulau pulau di Nusantara, yaitu kerajaan sriwijaya di sekitar
palebang, sumatra selatan, dan singasari, selanjutnya yaitu majapahit.
Pada abad ke 7, islam belum menyebar luas, secara merata keseluruh
penjara Nusantara, karena pengaruh agam Budha masih memegang peranan di
kerajaan sriwijaya terutama dalam kehidupan sosial, politik, perekonomian, dan
kebudayaan. Pada abad ke 13 M, kerajaan ini memasuki masa kemunduran
dalam kondisi seperti ini, pedagang-pedagang muslim memanfaatkan politiknya
dengan mendukung daerah-daerah yang muncul dengan mengatakan diri
sebagai kerajaan yang bercorak islam. Mereka tidak hanya membangun
perkampungan pedagang yang bersifat ekonomis, tetapi juga membentuk
struktur pemerintahan yang dikehendaki.misalnya kerajaan samudra Pasai abad
ke 13 muncul karena dukungan komunitas muslim, juga tidak terlepas dari
melemahnya kondisi politik kerajaan Sriwijaya yang kurang mampu
mengendalikan dan menguasai daerahnya.
Sementara itu,dikerajaan majapahit setelah Pati Gajah mada meninggal
dunia (1364 M). Dan Hayam Wuruk (1389 M.), situasi plitik Majapahit goncang
dan terjadi perebutan kekuasaan dikalangan kelurga istana bersama dengan
melemahnya Majapahit, islam dijawa mendapatkan posisi yang menguntungkan
sehingga dibawah bimbinagan spiritual sunan kudus, Demak akhirnya
berhasil menggantikan Majapahit sebagai Keraton Pusat.
Uraian diatas menunjukkan bahwa cikal-bakal kekuasaan islam sudah
dirintis sejak abad ke 7 M, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim
Sriwijaya yang berpusat di Palebang dan dikerajaan Hindu Jawa, seperti kerajaan
Medan, Kediri, Sngasari, dan Majapahit di Jawa timur.kemudian islam menempati
struktur pemerintahan ketika komunitas muslim sudah kuat yang bersamaan
dengan suramnya kondisi politik kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
Islam seebagai agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia
dan sebagai kekuatan politik yang menguasai struktur pemerintahan sebelum
datangnya Belanda dapat dilihat dari munculnya kerajaan-kerajaan islam di
Nusantara ini, antara lain Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
a. Islam di Sumatra ada tiga kerajaan islam terkenal disumatra yang telah
memosisiskan sebagai islam sebagai agama dan sebagai kekuatan pilitik yang
mewarnai corak ada sosial budayanya yaitu perlak, pasai dan Aceh.
Perlak merupakan kerajaan islam pertama di sumatra utama yang
berkuasa pada tahun 225-692H./840-1292M. Dengan raja pertamanya sultan
Alauddin Syed Maulana Abdul Shah(225-249H./840-864M). Hal ini sesuai
denganberitaMarcokolo(pengembara Itali yang tiba di Sumatra pada tahun
1292) yang menyatakan bahwa pada masa itu(abad ke-8M), Sumatra terbagi
dalam delapan buah kerajaan yang semuanya menyembah berhala, kecuali
sebuah saja, yaitu perlak yang berpegang pada islam. Hal ini karena ia selalu
didatangi edagang-pedagang Saracen(muslimin) yang menjadikan penduduk
bandar ini memeluk undang-undang Muhammad(undang-undang islam.
Pada mulanya, islam berkembang diperlak dipengaruhi oleh aliran syiah yang
bertebaran dari parsi ketika terjadi refolusi syiah pada tahun 744-747 M., dengan
pemimpinnya, abdullah ibnu muawiyah. Kemdian pada maa pemerintahan sultan
alaiddin syed maulana abbas shah (285-300 H./888-913 M). Mulai masuk paham
islam ahlu sunnah waljamaah yang tidak di sukai oleh syiah. Oleh karena itu,
terjadilah konlik peran saudara dua golongan tersebut.namun,akhirnya di capai
perdamaian dan pembagian kerajaan perlak pada dua bagian,yaitu1) perlak
pesisir,bagian golongan syi’ah dengan sultan dari golongan mereka,yaitu sultan
alauddin syed maulana shah (365-377 H.\976-988M.);2) perlak pedalaman ,bagi
golongan sunnah waljamaah dengan sultan mereka
sendiri,yaitu sultan alaiddin malik ibrahim (365-402 H.\986-1012
M.).Namun,akhirnya perlak dapat di satukan kembali oleh sultan ini.

Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan islam perlak pada


dasarnya mengikuti sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh daulah
abbasiyah (750-1258 M), yaitu kepala pemerintahan atau kepala badan eksekutif
dipegang oleh sultan dengan dibantu oleh beberapa wasir, yaitu wasir as-
siyasah (bidang politik) ; wasir al-harb (bidang keamanan atau
pertahanan) ; wasil al-maktabah (bidang administrasi negara) ; dan wasil al-
hukkam (bidang kehakiman). Selain itu, sebagai penasihat pemerintah yang
bertugas mendampingi sultan dan para wasirnya,dibentuk sebuah lembaga yang
disebut majelis fatwa dibawah pimpinan seorang ulama yang berpangkat mufti.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa islam, baik sebagai kekuatan sosial
agama maupun sebagai kekuatan sosial politik, pertama-tama memperlihatkan
dirinya di nusantara ini adalah di negeri perlak. Dari negeri inilah, pertama kali
islam memancar ke pelosok tanah air indonesia. Kerajaan islam perlak terciduk
merdeka sampai dipersatukannya dengan kerajaan samudra pasai pada zaman
pemerintahan sultan muhammad malik Ad-Dzahir ibn Malik Ash-Sholeh (688-
1254 H./1289-1326 M.). dengan demikian, kerajaan islam perlak pada abad ke
13 sudah berada dalam kategori kerajaan islam samudra pasai yang dirintis oleh
malik ash-sholeh/meurah silo (659-688 H./1261-1289 M.). samudra pasai
merupakan kerajaan yang menjadikan dasar negaranya islam ahlu sunnah
waljamaah. Negeri ini makmur dan kaya, di dalam telah terdapat sistem
pemerintahan yang teratur, seperti terdapatnya angkatan tentara laut dan darat.
Raja pertamanya adalah meurah malik ash-sholeh. Sepeninggalnya, kerajaan
dipimpin oleh putra sulungnya, yatu sultan malik Ad-Dzahir (tahir). Pada
masa Ad-Dzahir, negeri ini telah dikunjungi ibnu batutah, yang
menyebutkan bahwa islam sudah hampir seabad lamanya disiarkan disamudra
pasai. Dierintah oleh raja yang saleh, rendah hati, tingginya semangat keagamaan
rakyat dan raja, mengikuti mazhab syafi’i. Negeri ini merupakan pusat studi
agama islam dan tempat berkumpulnya ulama-ulama dari berbagai negeri islam
untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniawian.
Disebutkan pula bahwa istana raja samudra disusun dan atur secara
india, diantara pembesarnya ada pula orang persia, patihnya bergelar
amir.Kerajaan samudra pasai berlangsung sampai tahun 1524 M., pada tahun
1521, kerajaan ini ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama 3 tahun.
Kemudian,pada tahun 1524 M., dianeksasi oleh raja aceh, ali mughayatsyah.
Selanjutnya, kerajaan samudra pasai berada dibawah pengaruh kesultanan aceh
yang berpusat dibandar aceh.
Sultan ali mughayatsyah (1514-1530) telah banyak berjasa dalam
berbagai aspek keislaman. Dalam bidang politik, sultan berupaya menghadang
penjajah portugis kristiani dengan mempakarsai negara islam bersatu, yaitu
menyatukan tenaga politik islam didalam sebuah negara yang kuat dan
berdaulat yang diberi nama : aceh besar (1514). Dalam bidang pemerintahan,
baginda raja telah meletakkan islam sebagai asas kenegaraan, bahkan beliau
melarang orang-orang bukan islam untuk memangku jabatan kenegaraan atau
meneruskan jabatannya. Dalam bidang dakwah,dibangun pusat islam yang
megah,dihimpun para ulama dari juru dakwah,serta menyuruh jihad memerangi
penyembah berhala dan syirik. Pada masa sultan alauddin Ri’ ayat syah (abada
ke 16), aceh dikenal sebagai negara islam yang perkasa dan menjadi pusat
penyebaran islam yang besar dinusantara. Dalam bidang hukum, syariat islam
ditegakkan, bahkan raja telah menghukum mati anaknya karena kedzaliman dan
jinayat (pidana). Dari pasai dan aceh,islam memancarkan keseluruh pelosok
nusantara yang terjangkau oleh para juru dakwahnya.
b. Islam di jawa
Alih-alih sejarah tampaknya sependapat bahwa penyebar islam di jawa
adalah para wali songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan
keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik. Bahkan, sering kali
seorang raja seakan-akan baru sah sebagai raja kalau ia sudah diakui dan
diberkahi oleh wali songo.
Islam telah tersebar dipulau jawa, paling tidak semenjak malik ibrahim
dan maulana ishak yang bergelar syaikh awal al islam di utus sebagai juru
dakwah oleh raja samudra, sultan dzainal abidin bahhiyah syah (1349-1406) ke
gresik. Dalam percaturan politik, islam mulai memosisikan diri ketika
melemahnya kekuasaan maja pahit yang memberi peluang kepada penguasah
islam dipesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Dibawah pimpinan sunan ampel, wali songo bersepakat untuk mengangkat
raden patah sebagai raha pertama kerajaan islam demak, kerajaan islam
pertama jawa. Dalam menjalankan pemerintahannya, raden patah dibantu oleh
para ulama dan wali songo, terutama dalam masalah-masalah keagamaan.
Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad ke 15dan abad ke 16. Di samping itu,
berdiri pula kerajaan islam demak, mataram,cirebon,dan banten. Dalam
mendirikan negara islam tersebut, peranan wali songo sangat besar. Misalnya
sunan gunung djadi mendirikan kerajaan islam cirebon dan banten,sunan giri
dikerajaan mataram yang pengaruhnya sampai ke makassar, ambon, dan ternate.
Disamping kekuatan politik islam yang memberi konstribusi besar
terhadap perkembangannya,islm juga hidup dimasyarakat dapat memberi
dorongan kepada penguasa non muslim untuk memeluknya. J. C.Vanleur
menyebitkan bahwa motivasi bupati pantai utara jawa memeuk islam bertujuan
untuk mempertahankan kedudukannya denga kata lain, para bupati telah
menjadikan agama islam sebagai instrumen politik untuk memperkuat
kedudukannya.
Keterangan ini memberikan gambaran kepada kita bahwa agama islam di
jawa pada masa kerajaan islam tela menjadi agama rakyat.para penguasa \
bupati pesisisr memeluknya karena tanpa ada konversi agama,tampaknya
kedudukan mereka tidak dapat di pertahankan.
c. Islam di kalimantan, Maluku, Sulawesi
Pada awal ke 16, masuk ke kalimantan selatan, yaitu dikerajaan dahak
(banjar) yang beragama hindu berkat bantuan sultan demak, trengono(1521-
1546), raja dahak dan rakyatnya masuk islam sehingga berdirilah kerajaan islam
banjar, dengan raa pertamanya pangeran samudera yang diberi gelar pangeran
suryanullah atau suriansah. Setelah raja pertama naik tatah, daerah-daerah
sekitarnya mengakui kekuasaanya, yakni daerah sambas, batanglah, sukaciana,
dan sambangan. Selanjutnya, dikalimantan timur (kutai) pada tahun 1575, yaitu
tunggang parangan mengislamkan raja mahkota. Sejak baginda raja masuk islam,
terjadilah proses islami di kutai dan sekitarnya.penebaran lebih jauh ke daerah-
daerah pedalaman dilakukan terutama oleh putranya, dan pengganti-
penggantinya meneruskan perang ke daerah-daerah.

Pada abad ke 10 dan 11, di maluku sudah ramai perniagaan rempah-


rempah, terutam cengkeh dan pala yang dilakukan oleh para pedagang persia.
Tentunya, pada saat itu telah terjadi sentuhan pedagang muslim dengan rakyat
maluku yang membentuk komunitas islam. Dengan derasnya gelombang pedang
muslim dan atas ajakan datuk maulana husain, di ternate, Raja Gafi Bata
menerima islam dan namaya berganti menjadi sultan zainal abidin (1465-1486)
di tidore datang seorang pendakwah dari tanah arab yang bernama syekh
mansyur dan atas ajakannya, raja tidore yang bernama kolana masuk islam
dan berganti nama menjadi sultan jamaluddin. Di ambon, islam datang
dari jawa timur (gresik) yang berpusat di kota pelabuhan itu pada tahun 1500 M.
Disaat islamisasi berlangsung, portugis melancarkan kristenisasi di ternate pada
tahun 1522 M. Namun, usahanya banyak tidak berhasil. Pada masa sultan
Baabullah (1570-1583), benteng pertahanan portugis di ambon ditaklukan. Di
sulawesi, raja gowa/tallo, I Mangarangi Daeng Maurobiyah, atas ajakan Datu
Rianan masuk islam pada tahun 1605 dengan gelar sultan alauddin ditalo Raja I
Malingkoang Daeng Nyonri Kareng Katanka pada tahun yang sama
masuk islam denga gelar sultan Abdullah awal islam, setelah itu, islam tersebar
ke luwu, Waio (1610) ; soppeng dan bone (1611) .
Berkenaan dengan proses pembentukan negara atau kerajaan islam
tersebut diatas, menurut Taufik Abdullah, setidak-tidaknya ada tiga pola
pembentukan budaya yang tanpak dari proses tersebut, yaitu :
1. Pola samudra pasai ; lahirnya samudra pasai berlangsung melalui perubahan
dari negara yang sekmenter ke negara yang terpusat. Kerajaan ini bukan hanya
berhadapan dengan golongan-golongan yang belum ditundukkan dan diislam
dari wilayah pedalaman, tetapi juga harus melesaikan pertentangan politik serta
pertentangan keluarga yang bertentangan. Dalam proses perkembangannya
menjadi negara terpusat samudra pasai juga menjadi pusat pengajaran agama.
Repotasinya sebagai pusat agama terus berlanjut walaupun kemudian
kedudukan ekonomi dan politiknya menyusut. Dengan pola ini, samudra pasai
memiliki : kebebasan budaya : untuk memformulasikan struktur kekuasaan yang
mencerminkan tentang dirinya.
2. Pola sulawesi selatan ; pola islamisasi melalui kreaton atau pusat kekuasaan.
Proses islamisasi berlangsung dalam suatu struktur negara yang telah memilki
basis legitimasi geneologis. Konversi agama menunjukkan kemampuan raja.
Penguasa terhindar dari penghinaan raknyatnya dalam masalah kenegaraan.
Pola ini digunakan di sulawesi selatan, maluku, dan banjar masin. Islamisasi di
daerah ini tidak memberi landasan bagi pembentukkan negara. Islam tidak
mengubah desa menjadi suatu bentuk baru dari organisasi kekuasaan. Konversi
agama dijalankan, tetapi pusat kekuasaan telah ada lebih dahulu.
3. Pola jawa ; dijawa, islam mendapatkan suatu sistem politik dan struktur
kekuasaan yang telah mapan. Ketika kekuasaan raja melemah, para sodagar kaa
diberbagai kadipaten diwilayah pesisir mendapat peluang besar
untuk menjauhkan diri dari kekuasaan. Mereka tidak hanya masuk islam, tetapi
memasuki pusat-pusat politik yang independen. Setelah keraton goyah, keraton-
kreaton kecil bersaing menggantikan kedudukannya. Ketika abad ke 14
komunitas muslim sudah besar, bersamaan dengan melemahnya maja pahit,
demak tampil menggantikan kedudukannya. Dengan posisi baru ini, demak tidak
saja menjadi pemegag hegemoni politik, tetapi juga menjadi “jembatan
penyeberangan” islam yang paling penting di jawa. Tidak seperti pola samudra
pasai, islam mendorong pembentukan negara yang supra desa, juga tidak seperti
gowa talo, kreaton yang diislamkan, di jawa, islam tampil sebagai penantang
untuk kemudian mengambil ahli kekuasaan yang ada. Jadi, yang tampil adalah
suatu dilema kultural dari orang baru didalam bangunan politik lama.

KESIMPULAN
pedagang,pertumbuhan komunitas islam bermula di berbagai pelabuhan-
pelabuhandi sumatera, jawa, dan pulau lainnya. Kerajaan-kerajaan islamyang
pertama berdiri juga di daerah pesisi. Demikian halnya dengan kerajaan
samudera pasai, aceh dan dema, banten dan cirebon, ternate dan tidore. Dari
sana kemudian, islam menyebar ke daerah-daerah sekitar. Begitu pula yang
terjadi di sulawesi dan kalimantan. Menjelang akhir abad ke 17, pengaruh islam
sudah hampir merata di berbagai wilayah penting di nusantara.
Disamping merupakan pusat-pusat politik dan perdagangan, ibu kota
kerajaan juga merupakan tempat berkumpul para ulama dana mubaliq islam. Ibn
Batutha menceritakan, sultan kerajaan Samudea pasai, Sultan Al Malik Al-Zahir,
dikelilingi oleh ulama dan mubaliq islam, dan raja sendiri sangat menggemari
diskusi mengenai masalah-masalah keagamaan. Raja-raja aceh mengangkat para
ulama mejadi penasihat dan pejabat dibidang keagamaan-keagamaan.
Kedudukan ulama sebagai penasihat raja, terutama adalam bidang
keagamaan juga terdapat di kerajaan-kerajaan islam lainnya. Di demak,
penasihat Raden Fatah, Raja pertama Demak, adalah para Wali, terutama Sunan
Ampel dan Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) bahkan
disamping berperan sebagai guru agama dan mubaliq, juga lansung
berperansebagai kepala pemerintahan. Di ternate, Sultan dibantu oleh sebuah
badan penasihat atau lembaga adat. Pada umumnya, badan ini beranggota
sekelompok ulama, yang selain menjadi penasihat badan peralihan badan
peradilan, juga memberi nasihat kepada Raja kalau ia melanggar peraturan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik (Ed), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991)

Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Muhammad Labib Ahmad.
Jakarta. Husna Dzikra

Ali, A, Mukri dkk (Ed), Islam di Indonesia, (Jakarta: Dapartemen Agama RI, 1988)

Amin, Ahmad, Dhuha Al-Islam, Islam dari Masa ke Masa, ( Bnadung: CV Rusyda,
1987)

Andi Faisal Bakti, Islam dan Nation In Indonesia, Jakarta: Logos 2000

Bahtiar Effendi. Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik
Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1998

Dr. Siti Zubaidah M.Ag. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Perdana Publishing

Dr. Badri Yatim, M.A. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Depok. PT Raja Grafindo
Persada.

Dedi Supriyadi, M,Ag. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung. CV Pustaka Setia.
Dr. Din Muhammad Zakariyah, M.Pd,I. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Jatim.
Madani Media.

Hasan, Hasan Ibrahim. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta. Kota
Kembang.

Hasan Ahmad Rifa’i (Ed) Warisan Intelektual Islam Indonesia, (Bandung: Mizan,
1990)

Harun, M. Yahya, Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa, (Yogyakrta: Bina
Usaha, 1987

Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta.


Pustaka Book Publisher.

Syaalabi, Tarikh Al-Islamiyah wa Al-Hudarah Al-Islamiya at, Terjemahan


Mukhtar Yahya, Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1994

Anda mungkin juga menyukai