Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Indonesia

ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA

A. Kedatangan Islam di Nusantara

Kedatangan Islam di Nusantara menimulkan banyak perdebatan mengenai bagaimana secara pasti
ajaran Islam masuk ke Nusantara. Terdapat tiga teori yang bisa menjadi acuan mengenai kedatangan
Islam di Nusantara.

1. Teori Gujarat Sarjana-sarjana Barat mengatakan bahwa Islam masuk berasal dari Gujarat, dan
disebarkan oleh pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur sekitar
abad ke-13 M. Pendapat ini juga didukung oleh Moquetta yang berkesimpulan bahwa batu nisan Sultan
Malik mirip dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat

2. Teori Persia Adalah pendapat dari Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia berasal dari Persia. Hal ini didasari atas kesamaan tradisi antara masyarakat Persia dengan
Indonesia, diantaranya Tradisi Tabot dan tradisi merayakan 10 Muharam.

3. Teori Mekkah A.H. Johns mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya yaitu Mekkah
dan proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir yang datang ke Indonesia.

Ketiga teori tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain. Islamisasi di kepulauan Indonesia
mengalami proses yang panjang dan bertahap dari satu daerah ke daerah lainnya. Salah satu tokoh yang
paling disebut adalah Sunan Giri sebagai penyebar Islam di Kepulauan Indonesia bagian Timur, dan
dijadikannya Ternate sebagai kekuatan Islam oleh rajanya, yaitu Sultan Zainal Abidin.

B. Islam dan

Masyarakat Nusantara pada umumnya adalah masyarakat pesisir yang kehidupannya


tergantung pada perdagangan antarpulau dan antarbenua. Kegiata perdagangan pun sudah dimulai
sejak abad pertama Masehi. Berdasarkan berita-berita Cina dan Sejarah Indonesia yang telah dikaji, di
Nusantara telah menunjukan adanya jaringan-jaringan perdagangan antara kerajaan Cina dengan
kerajaan di Kepulauan Indonesia sampai abad ke-16 M. Sementara itu, kapal-kapal dagang dari Arab
juga sudah mulai berlayar ke Asia Tenggara pada abad ke ke-7 M. Banyaknya jalur pelayaran
mengakibatkan tumbuhnya kota-kota seperti Samudra Pasai, Malaka, Kutai, dll.

Kemudian dari sumber literatur Cina, terdapat kerajaan bercorak Islam seperti Samudra Pasai dan
Malaka yang tumbuh dan berkembang sejak abad ke-13 sampai abad ke-15 M. Selain itu terdapat juga
komunitas-komunitas Muslim di pesisir utara Jawa bagian timur. Hubungan pelayaran dan perdagangan
antara Kepulauan Indonesia dengan Arab semakin erat dengan semakin berkembangnya aktivitas
pelayaran dan kota-kota. Walaupun pedagang Arab hanya transit di Indonesia dalam perjalanan ke Cina,
tetapi hubungan antar kerajaan terjalin secara langsung. Hubungan ini menjadi semakin ramai menyusul
pedagang Arab yang melarikan diri ke Raja Kedah dan Palembang usai koloni mereka dihancurkan oleh
Huang Chou dan melarang pedagang Arab masuk Cina.
Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511 M dan banyaknya ada perampok serta bajak laut
mengakibatkan berubahnya jalur pelayaran menuju pesisir Sumatra dan Sunda, dan lahirlah pelabuhan
perantara yang baru disana.

Perdagangan di wilayah timur Indonesia lebih cenderung pada perdagan cengkih dan pala. Perdagangan
cengkih berpusat di Tidore dan Ambon, sedangkan komoditi pala berpusat di Banda. Pada abad ke-15 M,
Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dan dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat
Muslim menjalin hubungan dengan bangsa Portugis yang didorong oleh adanya usaha monopoli
perdagangan rempah-rempah yang dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku. Sementara itu,
hubungan Ternate, Ambon, dan Jawa sangat erat sekali, ini ditandai dengan adanya seorang raja yang
dianggap benar-benar Muslim yakni Zainal Abidin yang terkenal sebagai raja cengkih. Cengkih, pala, dan
bunga pala hanya terdapat di Kepulauan Indonesia bagian Timur dan ditanam di perbukitan di pulau-
pulau kecil Ternate, Tidore, Makian dan Motir. Selain itu, meningkatnya ekspor lada, dan adanya perang
di laut Eropa menambah berkembangnya pelayaran Islam di Samudra Hindia. Pada zaman pertumbuhan
dan perkembangan Islam, sistem jual beli masih dilakukan dengan cara barter.

Kemunduran perdagangan dan kerajaan yang berada di daerah tepi pantai disebabkan karena
kemenangan militer dan ekonomi Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan agraris di pedalaman yang
tidak menaruh perhatian pada perdagangan.

B. Islam Masuk Istana Raja

Agama Islam di Kepulauan Indonesia semakin berkembang, setelah dianut oleh penduduk pesisir
Indonesia, agama dan kebudayaan Islam semakin berkembang ke hampir seluruh wilayah Indonesia.
Perkembangan agama Islam tidak terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu proses secara damai,
responsif, dan proaktif. Oleh, karena itu, masyarakat Indonesia yang belum menganut Islam mudah
tertarik dengan agama dan kebudayaan Islam. Banyak cara yang dilakukan untuk menyebarkan agama
dan kebudayaan Islam, baik melalui perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan, kesenian.

1. Melalui Perdagangan, dengan letak geografis yang strategis Kepulauan Indonesia menjadi jalur
pelayaran perdagangan dunia, sehingga banyak pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang menjalin
hubungan di Kepulauan Indonesia.

2. Melalui Perkawinan, pedagang Islam biasanya tinggal dalam daerah tertentu dalam waktu yang
cukup lama, sehingga banyak pedagang Islam menikah dengan penduduk pribumi.

3. Melalui Politik, setelah agama Islam diterima oleh kerajaan, akan berdampak pada bergesernya
kepercayaan pengikut kerajaan tersebut, sehingga banyak kerajaan-kerajaan yang berkembang dengan
kepercayaan dan kebudayaan Islam.

4. Melalui Kesenian, para penyiar Islam menggunakan wahana kebudayaan sebagai sarana
penyebaran Islam di Kepulauan Indonesia.

Keempat cara diatas merupakan berbagai proses penyebaran agama dan kebudayaan Islam di
Kepulauan Indonesia. Penyebaran melalui politik merupakan penyebaran yang bisa dianggap paling
berhasil. Dalam hal politik dan kerajaan, raja memiliki peranan besar bagi rakyatnya. Ketika raja
memeluk Islam, rakyatnya akan mengikuti karena rakyat memiliki kepatuhan tinggi kepada raja. Hal ini
terbukti dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai kerajaan yang menganut kepercayaan Islam di
seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.

Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di Kepulauan Indonesia:

Keempat cara diatas merupakan berbagai proses penyebaran agama dan kebudayaan Islam di
Kepulauan Indonesia. Penyebaran melalui politik merupakan penyebaran yang bisa dianggap paling
berhasil. Dalam hal politik dan kerajaan, raja memiliki peranan besar bagi rakyatnya. Ketika raja
memeluk Islam, rakyatnya akan mengikuti karena rakyat memiliki kepatuhan tinggi kepada raja. Hal ini
terbukti dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai kerajaan yang menganut kepercayaan Islam di
seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.

Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di Kepulauan Indonesia:

1. Kerajaan Islam di Sumatra

Sumatra merupakan daerah pertama yang didatangi oleh kaum Muslim, selain itu Sumatra merupakan
daerah yang sangat strategis dan berhadapan langsung dengan jalur pelayaran perdagangan dunia.
Berdasarkan catatan Tome Pires dalam Suma Oriental dikatakan bahwa disumatra terdapat banyak
kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudra Pasai, Kesultanan Acer Darussalam, Kerajaan-Kerajaan Islam di
Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Sumatra Barat.

2. Kerajaan Islam di Jawa

Islam masuk ke Jawa melalui pesisir utara Pulau Jawa. Bukti sejarah tentang awal mula kedatangan Islam
di Jawa antara lain ialah ditemukannya makam Fatimah Binti Maimun Bin Hibatulloh yang wafat pada
tahun 475 H di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah
adalah keturunan Hibatulloh, salah satu dinasti di Persia. Disamping itu, di Gresik juga ditemukan
makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasian yang meninggal pada tahun 822 H. Agak ke pedalaman, di
Mojokerto juga ditemukan ratusan makam Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M.
Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit. Berdasarkan informasi ini tentu
dapat disimpulkan bahwa Islam itu sudah lama masuk ke Pulau Jawa jauh sebelum bangsa barat
menjejakan kaki di pulau ini. Kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa yaitu: Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram,
Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon.

3. Kerajaan Islam di Kalimantan

Di Kalimantan juga banyak terdapat kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, dianaranya adalah
Kesultanan Pasir (1516 M), Kesultanan Banjar (1526-1905 M), Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan
Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan Kutai Katanegara, Kesultanan Berau (1400),
Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820), Kesultanan Pontianak (1771),
Kesultanan Tidung dan Kesultanan Bulungan (1731).

4. Kerajaan Islam di Sulawesi

Munculnya kerajaan-kerajaan Islam tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung pada masa itu.
Contoh dari kerajaan Islam yang berada di Sulawesi adalah Kerajaan Gowa Tallo, Kerajaan Bone,
Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng, dan Kesultanan Buton. Dari sekian banyak kerajaan-kerajaan yang
ada di Sulawesi, yang paling terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo.

5. Kerajaan Islam di Maluku Utara

Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur Nusantara.
Mengingat keberadaan darah Maluku ini, maka tidak mengherankan jika sejak abad 15-19 M, kawasan
ini menjadi daerah rebutan antara bangsa Spanyol, Portugis, dan Belanda. Sejak awal diketahui bahwa di
daerah ini terdapat dua kerajaan besar yang bercorak Islam yaitu Kerajaan Ternate dan Kerjaan Tidore.
Kedua kerajaan ini terletak disebelah barat pulau Halmahera, Maluku Utara. Kedua Kerajaan itu
pusatnya masing-masing di pulau Ternate dan Tidore, tapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah
pulau di kepulauan Maluku dan Papua. Tanda-tanda awal kehadiran Islam ke daerah Maluku dapat
diketahui melalui sumber-sumber berupa naskah-naskah kuno dalam bentuk hikayat seperti Hikayat
Hitu, Hikayat Bacan,

Anda mungkin juga menyukai