Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 MASA PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Dari kerajaan Samudera Pasai agama islam menyebar ke seluruh pulau Sumatera lalu
menyebar ke Pulau Jawa. Setelah itu di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang besar dan
menjadi pusat penyebaran agama Islam
2.1.1 Perkembangan dakwah islam yang ada di indonesia
Berikut perkembangan dakwah islam dibeberapa daerah yang ada di Indonesia.
a. Agama Islam masuk ke Sumatera
Daerah yang dimasuki Islam dari kepulauan Indonesia adalah Sumatera bagian utara, seperti
Pasai dan Perlak. Karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat
lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina. Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab,
Persi, dan Gujarat, yang juga para mubalig Islam, banyak yang menetap di Bandar-bandar
sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribu yang sebelumnya telah
diIslamkan, sehingga terbentuknya keluarga Muslim. Mereka mensyiarkan Islam dengan cara
bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili, para tetangga,
dan masyarakat sekitarnya. Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra
Pasai. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe (Aceh
Utara), rajanya
b. Agama Islam masuk ke Minangkabau
Sedangkan agama Islam masuk ke Minangkabau melalui Pariaman kota tiku dan ulaka yang
dibawa oleh muslimin dari Aceh. semula diantara pemicu Islam dan kaum adat terjadi
pertentangan yang sebenarnya kaum adat juga membenarkan perilaku agama tetapi mereka
enggan mengubahnya lalu terjadinya perang Padri di tengah-tengah perang saudara tiba-tiba
berubah menjadi satu kembali untuk melawan kolonial Belanda akhirnya Minangkabau menjadi
benteng Islam di Indonesia
c. Agama Islam masuk ke Jawa
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang wafat
tahun 1101 M dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad ke-
13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa
sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak
Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan
lebih banyak lagi. Misalnya, penemuan kuburan Islam di Troloyo, Trowulan, dan Gresik, juga
berita Ma Huan (1416 M) yang menceritakan tentang adanya orang-orang Islam yang bertempat
tinggal di Gresik. Pertumbuhan masyarakat Muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya
dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam
yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di Kerajaan Samudra Pasai dan Malaka.
Pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian
terkenal dengan sebutan Wali Songo

2
1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan mendirikan masjid dan pesantren, tempat
mengajarkan Islam kepada para santri dan kepada para penduduk agar menjadi umat Islam yang
bertakwa. Beliau wafat pada tahun 1419 M (882 H) dan dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401 M dan wafat pada tahun
1481 M serta dimakamkan di di desa Ampel. Sunan Ampel menikah dengan seorang putri Tuban
bernama Nyi Ageng Manila dan dikaruniai empat orang anak
3. Sunan Bonang
Lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. semasa hidupnya beliau mempelajari Islam dari
ayahnya sendiri, kemudian bersama Raden Paku merantau ke Pasai untuk mendalami Islam. Jasa
beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.
4. Sunan Giri (1365-1428)
Beliau adalah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa, terutama di Jawa Timur.
Sunan Giri (Raden Paku) mendirikan pesantren di Giri, kira-kira 3 km dari Gresik. Selain itu, beliau
mengutus para mubalig untuk berdakwah ke daerah Madura, Bawean, Kangean, bahkan ke Lombok,
Makassar, Ternate, dan Tidore.
5. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Beliau berjasa dalam
mensyiarkan Islam dan mendidik para santri sebagai calon mubalig.
6. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah. Beliau berjasa dalam
menyebarkan Islam di Jawa Barat dan berhasil mendirikan dua buah kerajaan Islam, yakni Banten dan
Cirebon. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570 M dan dimakamkan di Gunung Jati (7 km
sebelah utara Cirebon).
7. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, lahir pada pertengahan abad ke-15 dan wafat pada tahun 1550 M
(960 H). Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, Jawa Tengah
bagian utara. Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang terkenal sebagai Masjid Menara Kudus.
8. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang terkenal karena berjiwa
besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau adalah seorang mubalig yang berdakwah sambil berkelana.
Belau wafat pada akhir ke-16 dan dimakamkan di desa Kadilangu sebelah timur laut kota Demak.
9. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau seorang mubalig yang berdakwah
ke pelosok-pelosok desa dan daerah pegunungan.

3
d. Perkembangan islam di Sulawesi
Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak kerajaan-kerajaan kecil
yang sebagian masih memeluk kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan
itu yang paling terkenal dan besar adalah kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang. Pada tahun
1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, kerajaan Gowa Tallo berhasil
menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu. Pada masa itu, di Gowa Tallo
telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dalam jumlah yang cukup besar. Atas jasa
Dato Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam lebih intensif dan
mendapat kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng
Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. Beliau berhubungan baik dengan
Ternate, bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Babullah dari Ternate. Setelah
resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan kekuasaannya. Daerah Wajo dan
Sopeng berhasil ditaklukkan pada tahun 1611 M. Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang
sangat ramai.
e. Perkembangan Islam di Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-kerajaan
Hindu yang berpusat di negara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang terletak di hulu sungai Nagara dan
Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan salah
seorang raja Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih. Hal tersebut tercatat dalam Kitab
“Negara Kertagama” karya Empu Prapanca. Menjelang kedatangan Islam, Kerajaan Daha diperintah
oleh Maha Raja Sukarana. Setelah beliau meninggal digantikan oleh Pangeran Tumenggung. Hal ini
menimbulkan kemelut keluarga, karena Pangeran Samudra (cucu Maha Raja Sukarama) merasa lebih
berhak atas takhta kerajaan. Akhirnya Pangeran Samudra dinobatkan menjadi Raja Banjar oleh para
pengikut setianya, yang membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin dan Balitung, yang terletak
di hilir sungai Nagara.
2.1.2 WARISAN SENI DAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA PERKEMBANGAN
AGAMA ISLAM
Berikut beberapa warisan seni dan ilmu pengetahuan yang merupakan ungkapan penghayatan
sekaligus saluran pewartaan atau penyiaran agama islam.
a. Bangunan masjid yang berasal dari masa pertumbuhan dan perkembangan agama Islam di
musantara antara lain masjid kuno di Demak, masjid Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon,
masjid Agung di Banten, dan masjid Baiturahman di Nanggroe Aceh Darussalam.
b. Keraton, dilihat dari corak bangunannya, tampak bahwa keraton pada masa pertumbuhan agama
Islam merupakan perpaduan antara corak seni Hindu, Islam dan budaya setempat. Perpaduan ini
menghasilkan gaya bangunan yang khas.
c. Makam, bagian makam yang paling penting adalah nisan karena nisan merupakan tanda peringatan
yang utama. Dari nisan sebuah makam, kita dapat mengetahui siapa yang meninggal dan kapan
meninggalnya. Dengan demikian,
d. Tradisi sekaten, yaitu gamdan yang dibunyikan pada perayaan gerebeg maulid Nabi Muhammad
SAW Tradisi ini sampai sekarang masih terpelihara baik di Keraton Yogyakarta.
e. Seni pahat dapat dilihat dari ukir-ukiran yang terdapat pada lengkungan dan gerbang masjid,
keraton, atau pada nisan. Seni pahat yang berkembang pada masa perkembangan agama Islam tidak
ada yang berupa patung-patung karena hal ini dilarang oleh ajaran Islam, Seni pahat yang banyak
berkembang adalah seni hias yang diperkaya dengan pola huruf-huruf Arab (kaligrafi).
4
f. Seni sastra adalah berupa hikayat, babad, dan syair yang tertulis dalam bahasa dan huruf daerah.
Ada juga yang menggunakan huruf Arab. Naskah-naskah yang terkenal antara lain primbon-primbon
pada abad ke-16 dari Sunan Bonang serta syair-syair melayu yang indah dari Hamzah Fansuri.

2.1.3 Peranan umat islam dalam kehidupan bangsa Indonesia


Peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia Peran umat islam terhadap kehidupan
bangsa Indonesia melalui beberapa tahapan atau fase di antaranya:
a. Pada masa penjajahan
Seperti halnya saat Indonesia akan memproklamsikan kemerdekaannya dari tangan penjajah
pada tanggal 17 agustus 1945 M. musuh-musuh Indonesia masih berkeinginan untuk menggagalkan
arti proklamasi pada saat itu rais akbar NU dan KH. Hasyim asy'ari menyerukan resulasi jihad,
dengan hal itu semangat umat islam dalam membela kemerdekaan berkobar di seluruh Indonesia
b. Pada masa mempertahankan kemerdekaan
Perjuangan umat islam bukan hanya sebatas merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan
penjajah, namun peran penting umat islam lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu:
1) Pada tahun 1960 para aktivis islam yang tergabung dalam organisasi masa dan partai berusaha
mencegah gagasan nasakom
2) Mengusulkan pembubaran PKI pada tahun 1965 untuk menyelamatkan Pancasila dan kesatuan
Bangsa
3) Mempelopori pembentukan "front pancasila"
4) Mengijinkan organisasi sosial dan lembaga-lembaga pendidikan seperti:
a) Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan pada tanggal 26 Juli 1975.
b) Nahdlatul Ulama (NU) bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah
c) Muhammadiyah bergerak dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan
d) Organisasi Mahasiswa Islam di antaranya: Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMI),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
e) Organisasi Islam yang Lain.
(1) GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam)
(2) MDI (Majelis Dakwah Islamiyah)
(3) MMI (Majelis Muslimin Indonesia)
(4) GP. Anshar, IPM, Pemuda Muslimin
(5) HSBT (Himpunan Seni Budaya Islam), Remaja Masjid, dan sebagainya.
5
c. Pada masa pembangunan
Dalam usaha mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia melakukan
usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang demi tercapainya tujuan nasional yang
diamanatkan oleh UUD 1945. Usaha-usaha pembangunan yang berencana dan terarah dimulai
semenjak Repelita 1. Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan, antara lain:
Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama (NU), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI),

2.1.4 PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA


Secara garis besar ada dua bentuk Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, yaitu Gerakan
pendidikan dan sosial, serta Gerakan politik.
a. Gerakan pendidikan dan sosial
Kaum pembaharu memandang, betaga pentingnya pendidikan dalam membina dan
membangun generasi muda. Mereka memperkenalkan sistem pendidikan sekotih dengan kurikulum
modern untuk mengganti sistem pendidikan Islam tradisional seperti pesantren dan surau Melalui
pendidikan pola pikir masyarakat dapat diubah secara bertahap. Olets sebab itu, mereka mendirikan
lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi sosia kemasyarakatan. Di antaranya sebagai
berikut.
1. Sekolah Thawaib berasal dari surau jembatan bes Surau berart tanggar atau masjid guru
2. Jamiat Khair didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17
Juli 1905. Di antara pendirinya adalah Sayid Muhammad AlFachir bin Syihab, Sayid
Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab
3. Al-Irsyad didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta Al-Irsyad memusatkan perhatiannya pada
bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan Sekolah Al-Irsyad banyak
jenisnya. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan program takhassus memperdalam agama
dan bahasa asing
4. Persyarikatan Ulama, organisasi sosial kemasyarakatan ini semula bernama Hayatul Qulub,
didirikan di Majalengka, Jawa Barat, oleh KH. Abdul Halim pada tahun 1911
Persyarikatan Ulama memiliki ciri khas, mempertahankan tradisi bermazhab dalam
figih, tetapi menerapkan cara-cara modeth dalam pendidikan
5. Nahdatul Ulama (NU) didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi
Ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asyan sebagai Rais Akbar Organisasi ini bertujuan untuk
menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab tiqad Ahlussunnah Wal Jama'ah di
tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk mencapai tujuannya tersebut,
6
b. Gerakan Politik
Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman kemerdekaan adalah Persaudaraan
Muslimin Indonesia (Permi), Sarikat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia (PII). SI didinkan di
Solo pada tanggal 11 November 1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 Si kemudian berubah menjadi Partal
Sarikat Islam Indonesia (PSI) Partai Islam Masyumi pada awal berdirinya merupakan satu-satunya
partai politik Islam yang diharapkan dapat memperjuangkan kepentingan seluruh golongan umat
islam dalam negara modem yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Masyumi
merupakan partai federasi yang menampung semua golongan tradisional.

2.1.5 KETELADANAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


1. Kewajiban untuk Menyampaikan Dakwah
Dalam Isam setiap individu diwajibkan untuk berdakwah. Dakwah disini mengandung arti
yang luas, tidak sekedar mengajak untuk menyembah kepada Allah Swt. semata dengan menjalankan
kewajiban agamanya, tetapi mengajak untuk berbuat kebajikan.
2. Memasukkan Ajaran Islam dalam Berbagai Aspek Kehidupan
Ajaran Islam bersikap terbuka sehingga dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Dengan berpedoman pada Alquran dan hadis, umat Islam dapat
menerapkan prinsip-prinsip pada kedua sumber tersebut untuk diterapkan dalam bidang lain.
3. Internalisasi Nilai Islam Sesuai Nilai Budaya Lokal
Islam dianggap mampu memadukan nilai budaya okal, regional, dan nasional. Oleh karena
itu, Islam yang berkembang di Indonesia tampil dengan corak khas Indonesia. Demikian halnya ketika
Islam masuk ke beberapa daerah di tanah air, memiliki karakter yang kuat dengan masing-masing
daerahnya.
4. Pemurnian Ajaran Isam Hendaknya Terus Berjalan
Dakwah Islamiah kepada umat Islam tetap perlu dilakukan. Tujuannya agar mereka selalu
menarapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Demikian halnya jika dalam pengamalan
agama mereka terjadi kekeliruan karena pengetahuan yang terbatas atau kebiasaan yang salah harus
kita luruskan.
5. Tidak mengidentikkan Islam dengan Kekerasan
Sebagai agama “rahmatan lil’alamin”, Islam akan mengantarkan kerahmatan bagi alam
semesta. Dengan demikian, dakwah Islamiah harus dilakukan dengan cara yang baik, tidak dengan
kekerasan. Demikian halnya sesama umat Islam seharusnya saling menjalin ukhuwah, tidak boleh
merasa benar sendiri sehingga menimbulkan konflik.
7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17-20 Maret 1963 di
Medan menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah
(kira-kira abad 8 Masehi).
Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya yaitu
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Para tokoh yang menyebarkan Islam di
Indonesia di antaranya yaitu wali songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
Sedangkan masuknya Islam di Indonesia menurut Uka Tjandrasasmita dilakukan dengan
enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan,
Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam saluran di ataslah Islam bisa menjangkau hampir
ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia
sendiri sampai sekarang seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh
kesenian.
3.2 SARAN
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia bukan dengan peperangan
ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai berkat
kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan
orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran yang dapat merusak hubungan silaturrahmi
kita.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ammar Abu Fatiah Al Adnani. 2009. Mizanul Muslim. Barometer Menuju Muslim Keffan
Surakarta: Cordova Mediatama
Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Al Habsyi Bagir, Muhammad. Fiqih Praktis. Bandung: Mizan.
Al-Mandziri, imam, 2002 Ringkasan Shahih Muslim Penj. Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amini.
Arif Soleh 8. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMK/MAK Kelas XII. Depok: Arya Duta.
Az-Zabidi, Imam. 2002. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari. Penj. Achmad Zaidun. Jakarta:
Pustaka Amani
Badri Yatim, 2005. Sejarah Peradaban islam, Dirasah islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Departemen Agama. 1989. Alquran dan Terjemahannya. Semarang Toha Putra
Departemen Pendidikan Nasional 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka.
KBBI, Offline. Versi 1.5.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 2015. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 2018. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997 Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif.
Murodi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam Semarang: Toha Putra.
Sukari. 2010. Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XII. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sulaiman Rosyid. Fiqih Islam. Jakarta Athahiriyah.
Syamsuri, 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Zarkasyi, Imam. 1995. Pelajaran Tajwid. Ponorogo: Trimurti Press Gontor.
9

Anda mungkin juga menyukai