Anda di halaman 1dari 7

A.

MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


Perkembangan Islam di Indonesia. Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17-20 Maret 1963 di
Medan yang dihaadiri oleh sejumlah budayawan sejarawan Indonesia, disebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi). Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu sebagai
berikut.

1. Jalur utara, dengan rute Arab (Mekah dan Madinah)-Damaskus-Bagdad-Gujarat (Pantai Barat India)-Sri Langka-
Indonesia.
2. Jalur Selatan, dengan rute Arab (Mekah dan Madinah)-Yaman-Gujarat-Sri Langka-Indonesia.
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam sekaligus salah satu awal mula perkembangan Islam di Indonesia
adalah pantai Sumatra bagian utara. Berawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu
wilayah-wilayah Pulau Sumatra (selain pantai Sumatra bagian utara), Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Klimantan, serta
Kepulauan Maluku dan sekitarnya dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Hal itu disebaboan oleh sebagai berikut.

1. Adanya dorongan kewajiban bagi setiap umat muslim atau muslimah, khususnya para ulamanya, untuk berdakwah
menyiarkan Islam sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
2. Adanya kesungguhan hati keuletan para juru dakawh untuk berdakwah seara terus-menerus kepada keluarga, para
tetangga, dan masyarakat sekitarnya.
3. Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah, seseorang telah dianggap masuk Islam hanya dengan menguapkan dua
kalimat syahadat.
4. Ajaran Islam tentang persamaan serta tidak adanya sistem kasta dan diskriminasi mudah menarik simpati rakyat,
terutama dari lapisan bawah.
5. Banyak raja-raja Islam yang ada di berbagai wilayah ikut berperan aktif melaksanakan kegiatan dakwah islamiah,
khususnya terhadap rakyat mereka.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Berikut sejarah perkembangan Islam di Indonesia

1. SUMATRA
Daerah pertama yang dimasuki Islam dari kepulauan Indonesia adalah Sumatra bagian utara, seperti Pasai dan Perlak. Hal ini
karena wilayah Sumatra bagian utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari Indoa ke cina.

Para pedagang dari Indoa, yakni bangsa Arab, Persia, dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-
bandar sepanjang Sumatra Utara.Mereka menikah dengan wanita-wanita priumi yang sebelumnya telah diIslamkan sehingga
terbentuk keluarga muslim. Mereka menyiarkan Islam dengan ara bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan
terhadap sanak famili, para tetangga, dan msyarakat sekitarnya.

Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudera Pasai. KErajaan ini berdiri pada tahun 1261 M di Pesisir timur
laut Aceh Lhokseumawe (Aceh Utara), rajanya yang bernama Marah Silu, bergelar Sultan Malik as-Saleh. Beliau menikah
dengan putri raja Perlak yang memeluk agama Islam.

2. JAWA
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran, Gresik yang wafat pada tahun 1101 M dijadikan tonggak
awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad ke-1, bukti-bukti kepurbakalaan dan berita-berita asing tentang
masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-1 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit
menapai punak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi. Sebagai ontoh, penemuan
kuburan Islam di Troloyo, Trowulan, dan Gresik, juga berita Ma Huan (1416 M) yang meneritakan tentang adanya orang-orang
Islam yang bertempat tinggal di Gresik. Pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan mubalig yang
kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (Sembilan Wali).
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali tertua diantara wali Sanga yang menyiarkan agama Islam di Jawa Timur sehingga
dikenal dengan nama Sunan Gresik. Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan mendirikan mesjid dan pesantren, tempat
mengajarkan Islam kepada para santri dan dengan para penduduk agar menjadi umat Islam yang bertakwa. Beliau wafat pada
tahun 1419 M (882 H) dan dimakamkan di gapura Wetan.

b. Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401 M dan wafat pada tahun 1481 M serta dimakamkan di
desa Ampel. Sunan Ampel menikah dengan seorang putri Tuban bernama Nyi Ageng Manila dan dikaruniai empat oran anak ,
yaitu Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Nyi Ageng Maloka, dan Syarifah yang merupakan
istri dari sunan Kudus.
Jasa-jasa SunanAmpel antara lain sebagai berikut.

1. Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya


2. Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak, yang dibangun pada tahun 1479 M.
3. Mempelopori berdirinya Kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Fatan sebagai sultan Pertamanya.
c. Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah maulana Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel , lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun
1515 M. Semasa hidupnya beliau mempelajari Islam dari ayahnya sendiri, kemudian bersama Raden Paku merantau ke Pasai
untuk mendalami Islam. Jasa beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.

d. Sunan Giri (1365-1428)


Beliau adalah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa, terutama di Jawa Timur. Ayahnya, Maulana Ishak , berasal
dari Pasai dan Ibunya, Sekardadu, putri Raja Blambangan Minak Sembayu. Belajar Islam di pesantren Ampel Denta dan Pasai.

Sunan Giri (Raden Paku) mendirikan pesantren di Giri, kira-kira 3 km dari Gresik. Selain itu, beliau mengutus para mubalig
untuk berdakwah ke daerahMadura, Bawean, Kangean, bahkan ke Lombok, Makasar, Ternate, dan Tidore.

e. Sunan Drajat
Nama aslinya dalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Beliau berjasa dalam menyiarkan Islam dan
mendidik para santri sebagai calon mubalig.

f. Sunan Gunung Jati


Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah. Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di Jawa Barat dan
berhasil mendirikan dua buah kerajaan Islam, yakni Banten dan irebon. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570 M dan
dimakamkan di Gunung Jati (7 km sebalah utara cirebon)

g. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far sadiq, lahir pada pertengahan abad ke 1 dan wafat pada tahun 1550 M (960 H). BEliau berjasa dalam
menyebarkan Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, Jawa tengah bagian utara. Sunan kudus membangun sebuah masjid yang
terkenal sebagai Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang sastrawan , diantara karya sastranya yang
terkenal adalah gending Maskumambang dan Mijil.
h. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang terkenal karena berjiwa besar, toleran, dan juga
pujangga. Beliau adalah seorang mubalig yang berdakwah sambil berkelana. Di dalam dakwahnya Sunan Kalijaga sering
menggunakan kesenian rakyat (gamelan, wayang, serta lagu-lagu daerah). BEliau wafat pada akhir abad ke-16 dan dimakamkan
di desa Kadilangu, sebelah Timur laut kota Demak.

i. Sunan Muria
Nama aslinya adalah Raden Umar Said , putra Sunan Kalijaga. Beliau seorang mubalig yang berdakwah ke pelosok -pelosok desa
dan daerah pegunungan . Di dalam dakwahnya beliau menggunakan sarana gamelan serta kesenian daerah lainnya. Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, yang terletak di sebelah utara kota Kudus.

3. SULAWESI
Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak kerajaan kecil yang sebagian masih memeluk kepercayaan
animisme dan dinamisme. Diantara kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal dan besar adalah Kerajaan Gowa-Tallo, Bone,
Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562-1565 M di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, Kerajaan Gowa-Tallo berhasil menaklukan daerah
Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu. Pada masa itu, di Gowa-Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat
muslim dalam jumlah yang ukup besar. Atas jasa Datuk ri Bandang dan Datuk Sulaiman, penyebaran serta pembangunan Islam
lebih lebih intensif dan mendapat kemajuan yangpesat. Pada tanggal 22 september 1605 , raja Gowa yang bernama Karaeng
Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaludin. Beliau berhyubungan baik dengan Ternate, bahkan secara
pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Baabullah dari Ternate.

Seteah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan kekuasaannya. Daerah Wojo dan Sopeng berhasil
ditaklukan pada tahun 1611 M. Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.

4. KALIMANTAN
Sebelum islam masuk ke kalimantan,di kalimantan selatan terdapat kerajaan kerajaan hindu yang berpusat di dipa,dan kahuripan
yang terletak di hulu sungai nagara dan amuntai kimi . Kerajaan kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan majapahit,
bahkan salah seorang raja majapahit menikah dengan putri tunjung buih. Hal tersebut tercatat dalam kitab Negaraketargama
karya Mpu Prapanca.
Menjelang kedatangan islam,kerajaan daha diperintah oleh maharja sukarama.setelah beliau meninggaal digantikan oleh
pangeran tumenggung.hal ini menimbulkan kemelut keluarga karena pangeran samudera (cucu Maharja Sukarama) merasa lebih
berhak atas tahta kerajaan. Akhirnya pangeran samudera dinobatkan sebagai raja banjar oleh para pengikut setianya yang
membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin,dan Balitung yang terletak dihilir Sungai Nagara.

Berdasarkan hikayat Banjar , Pangeran Samudra meminta Kerajaan Demak (Sultan Trenggono) untuk memerangi Kerajaan Daha
dengan perjanjian apabila kerajaan Daha dapat dikalahkan, pangeran Samudra berserta rakyatnya bersedia masuk Islam. Tentara
berkat bantuan dari tentara demak, Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Daha dapat ditundukan daan sesuai dengan perjanjian,
akhirnya raja Banjar, Pangeran Samudra berserta segenap rakyatnya masuk Islam dan bergelar Sultan Suryamullah. Menurut A.
A.cense dalam bukunya yang berjudul De Kroneik van Banjarmasin 1928, pristiwa itu terjadi pada tahun 1550 m.
5. MALUKU DAN SEKITARNYA
Pada tahun 1400~1500 m (abad ke 15) Islam masuk dan berkembang di Maluku dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai,
Malaka,dan Jawa. Mereka yang sudah beragama Islam banyak yang pergi ke pesantren pesantren di Jawa Jimur untuk
mempelajari islam.

Raja raja di Maluku yang masuk islam di antaranya sebagai berikut.

a. Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum (1465~1486). Setelah beliau meninggal. Digantiakan oleh Sultan
Zaenal Abidin yang besar jasanya dalam mensyiarkan Islam di kepulauan Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Filipin.
b. Raja Tidore,yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
c. Raja Jailo,yang berganti nama menjadi Sultan Hassanudin .
d. Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 dan bergelar Sultan Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku , Islam juga masuk ke Irian. Daerah-daerah Irian Jaya yang dimasuki Islam
adalah Miso, Jalawati, Pulau Waigo, dan Pulau Gebi.

C. PERANAN UMAT ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN


Dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas masyarakat Indonesia, telah banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-
perubahan itu antara lain sebagai berikut.

1. Masyarakat indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan
diri kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa.
2. Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam (lihat Q.S.An-Nahl, 16;90), mampu mengubah masyarakat
Indonesia yang dahulunya menganut sistem kasta serta diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap angotanya
mempunyai kedudukan,harkat,martabat,hak-hak yang sama.
3. Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan islam dengan semboyan Hubbul Wathan Minal-iman
(Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman),mampu mengubah cara berpikir masyarakat indonesia, khususnya para pemuda
yang dahulunya bersifat sektarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersipat nasionalis (lebih
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara),
4. Semboyan yang diajarkan islam yang berbunyi ”islam adalah agama yang cinta damai,tetapi lebih cinta kemerdekaan”
telah mampu mendorong masyarakat indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara.
Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 190 yang artinya; Dan perangilah di jalan allah orang-orang yang
memerangi kamu, (tetapi) janganlah melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
1. PERLAWANAN KERAJAAN ISLAM DALAM MENENTANG PENJAJAHAN
a. Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Bangsa Portugis datang dari Eropa Barat ke dunia Timur, termasuk Indonesia dengan semboyan Gold (Tambang
Emas), Glory (Kemuliaan, Keangungan), dan Gospel (Penyebaran Agama Nasrani). Bangsa Portugis melakukan berbagai usaha
dengan menghalalkan segala cara, antara lain pada tahun 1511 mereka merebut bandar Malaka, yang waktu itu berada di bawah
kekuasaan Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Sikap bangsa Portugis yang kasar dan angkuh, yang bermaksud merebut
kekuasaan dan memaksakan kemauannya dalam perdagangan menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia
bangkit untuk memberikan perlawanan mengusir penjajah Portugis dari bumi Nusantara.
Pada tahun 1526 bala tentara Demak di bawah pimpinan panglima perang Fatahillah berangkat melalui jalur laut menuju Sunda
Kelapa untuk mengusir penjajah Portugis. Setibanya di Sunda Kelapa, Fatahillah dan bala tentaranya mengepung Sunda Kelapa
dan terjadilah pertempuran sengit melawan penjajah Portugis. Dalam pertempuran ini Fatahillah dan bala bantuannya
memperoleh kemenangan. Sunda Kelapa direbut dari tangan penjajah, kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi
Jayakarta (Jakarta). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 22 Juni 1527 ang kemudian ditetapkan sebagai lahirnya kota Jakarta.
b. Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Bangsa indonesia kembali dijajah oleh bangsa belanda,yang untuk pertama kali berlabuh di banten pada tahun 1596 dipimpin
oleh cornelis de houtman. Tujuan kedatanagan belanda ke indonesia sama dengan tujuan penjajah portugis,Yakni memaksakan
praktik monopoli perdagangan dalam menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan kerajaan yang ada di wilayah nusantara.penjajah
belanda menempuh berbagai usaha dan menghalalkan segala cara, misalnya menerapkan politik divide et impera, muslihat damai,
mengeruk kekayaan sebanyak banyaknya dari bumi nusantara untuk membangun bangsanya, serta membiarkan rakyat indonesia
berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan
Sejarah mencatat dengan dengan tinta emas, sederetan nama para pejuang kusuma bangsa yang menderita, bahkan berkorban
jiwa dalam berperang melawan penjajah belanda demi tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara tercinta indonesia.

Di Pulau Jawa nama nama tersebut antara lain Sultan ageng tirtayasa,kiai tapa, dan Bagus Buang dari Kesultanan
Yogyakarta.Dari kesultanan aceh kita bisa mengenal sederetan nama para panglima perang islam, seperti panglima polim,
panglima ibrahim, teuku cik ditiro, cut nyak dien, habib abdurrahman, imam leungbatan, dan sultan alaudin muhammad daud
syah.Dari maluku yakni dari kesultanan ternate dan tidore, tercatat nama-nama para pejuang kusuma bangsa seperti Saidi,Sultan
Jamaludin,dan pangeran Nuku. Dari sulawesi selatan yakni dari kerajaan Gowa-Tallo dan Bone, terkenal nama pahlawan bangsa
seperti sultan Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung Palaka. Adapun dari kalimantan selatan, rakyat yang
mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat pajak yang tinggi dan kewajiban kerja paksa serempak mengangkat senjata
dibawah pimpinan para panglima perang, seperti pangeran Antasari, Kiai Demang Lehman, Berasa, Haji Masrin, Haji Bayasin,
Kiai Langlang, Pangeran Hidayat, Pangeran Maradipa, dan Tumenggung Mancanegara.

Demikianlah nama-nama para pahlawan islam sebagai para pejuang kusuma bangsa dari berbagai kepulauan di Nusantara, yang
telah berperang melawan imperialismeBelanda. sayangnya,perlawanan mereka dapat di patahkan oleh penjajah Belanda. Hal ini
antara lain disebabkan oleh perlawanan mereka lebih bersipat lokal regional sporadis(tidak merata) dan kurang terkoordinasi
serta persenjataan pihak kaum imperialis jauh lebih canggih.

2. PERANAN ULAMA ISLAM PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN


Perkembangan Islam di Indonesia tak lepas dari peranan ulama islam indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam
yaitu sebagai berikut.

a. Membina kader umat islam melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat.
b. Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.
Para pahlawan islam yang telah berjuang melawan imperalis Portugis dan Belanda seperti Fatahillah, Sultan Baabullah, Pangeran
Diponegoro, Imam Bonjol, dan Habib Abdurrahman adalah para ualam yang beriman dan bertakwa, yang berakhlak baik dan
bermanfaat bagi orang banyak sehingga mereka menjadi panutan umat.

3. PERANAN ORGANISASI DAN PONDOK PESANTREN PADA MASA PERANG


KEMERDEKAAN
Organisasi-organisasi dan pondok pesantren tersebut adalah sebagai berikut.

a. Sarekat Dagang Islam/Sarekat Islam


Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada tahun 1905 di kota Solo. Tujuan organisasi
ini pada awalnya adalah menggalang kekuatan para pedagang Islam melawan monopoli pedagang Cina (yan mendapat perlakuan
istimewa dari penjajah Belanda) dan memajukan agama Islam.

Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) yang bertujuan bukan hanya memajukan para
pedagang Islam ,melainkan lebih luas lagi yaitu menghapus penderitaan, penghinaan, dan ketidakadilan yang menimpa seluruh
rakyat Indonesia akibat ulah penjajah Belanda.

Pada tahun 1914 telah berdiri 56 perkumpulan lokal Sarekat Islam yang telah resmi berbentuk badan hukum yang tersebar di
kota-kota besar di Indonesia. Untuk menyeragamkan gerak dan langkah, pada tanggal 18 Maret 1916 dibentuk wadah Central
Sarekat Islam yang diketuai oleh Haji Omar Said Cokroaminoto.

b. Muhammadiyah
Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di Kota Yogyakarta oleh K.H ahmad dahlan pada tanggal 18 November 1912.
Peranan Muhammadiyah pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha mencerdaskan rakyat Indonesia
dan meningkatkan kesejahteraan mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah baik sekolah umum maupun sekolah agama,
rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi warga miskin, dan perpustakaan-perpustakaan.

c. Nahdatul Ulama (NU)


NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh penting dalam upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim
Asy’ari dan K.H. wahab Hasbullah.

Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang penjajah dan pernah mengeluarkan pernyataan politik yang
isinya sebagai berikut.

1. Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.


2. Menolak rencana ordonasi (peraturan pemerintah) tentang pernikahan tercatat.
3. Menolak diadakannya milisi (wajib militer)
4. Menyokong GAPI dalam menuntuk Indonesia yang memiliki parlemen kepada pemerintah kolonial Belanda.
d. Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan
sederhana. Mata pelajaran yna gdiajarkan di pesantren adalah ilmu tauhid, fikih Islam, akhlak, ushul fikih, nahwu, saraf, dan ilmu
mantik. Sumber pelajarannya biasanya kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak berharakat atau gundul yang biasa disebut dengan
Kitab Kuning.

4. PERANAN UMAT ISLAM PADA MASA PEMBANGUNAN


Dengan usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia, untuk memajukan perkembangan Islam di Indonesia
umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik perjuangan fisik (berperang)
maupun perjuangan diplomasi. Di tahun-tahun awal kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia
harus menghadapi Jepang (september 1945), negara Sekutu (November 1945-Maret 1946), dan Belanda (Agresi Militer Belanda
I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948).

Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-usaha diplomatik yaitu perundangan antara
Indonesia dan Belanda, misalnya Perundingan Linggajati (November 1946), Perjanjian Renville (Desember 1947), Perjanjian
Roem-Royen (April 1949), dan Konferensi Meja Bundar di Den Haag (2 November 1949).

5. PERANAN ORGANISASI ISLAM DALAM MASA PEMBANGUNAN


Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada tahun 1947di Yogyakarta, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
berdiri pada tanggal 17 April 1960, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri pada tanggal 26 Juli 1975.

Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain sebagai berikut.

a. Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi, berbudi luhur, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, antara lain mendirikan rumah sakit,
poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), panti asuhan, dan pos santunan sosial.
Nahdatul Ulama yang pernah berkiprah di bidang politik, dalam perkembangan selanjutnya melalui munas NU pada tanggal 18-
21 Desember 1984 di Situbondo dengan tegas menyatakan bahwa NU meninggalkan aktivitas politik dan kembali ke khitah
(tujuan dasar). Usaha-usaha NU antara lain sebagai berikut.

a. Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan perguruan
tinggi.
b. Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren.
c. Membantu serta mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.
Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi keulamaan yang bersifat independen, tidak berafiliasi kepada salah satu aliran politik,
mazhab, atau aliran keagamaan Islam yang ada di Indonesia. Adapun peranan Majelis Ulama Indonesia pada masa pembangunan
adlah sebagai berikut.

a. Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam
pada umumnya, sebagai amar makruf nahi mungkar dalam usaha meningkatkan ketatahanan nasional.
b. Memperkuat ukhuwah islamiah dan melaksanakan kerukunan antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan nasional.
c. MUI adalah penghubung antara ulama dan umara serta menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat
Islam Indonesia guna menyukseskan pembangunan nasional.
Organisasi ini pertama kali diketuai oleh Prof. Dr. B.j. Habibie, yang kemudian menjadi presiden ketiga Republik Indonesia.

6. PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBANGUNAN


Lembaga pendidikan Islam adalah badan yang berhubungan dengan pendidikan Islam untuk memenuhi kebutuhan umatnya di
bidang pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia ada yang didirikan dan dikelola langsung oleh pemerintah
(Departemen Agama), seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) , Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah
Negeri (MAN), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN). IAIN sekarang berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) yang
tidak hanya mendalami ilmu tentang keislaman, seperti fakultas syariah dan usuluddin, tetapi juga mendalami ilmu pengetahuan
umum seperti fakultas ekonomi dan fakultas kedokteran.

Adapun peranan-peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain sebagai berikut.

a. Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
c. Memupuk persatuan dan kesatuan umat.
d. Mencerdaskan bangsa Indonesia.
e. Mengadakan pembinaan mental spiritual.
D. CONTOH-CONTOH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan Islam di Indonesia jika dilihat dari ajarannya memiliki ciri tertentu dengan corak budaya lokal. Oleh karena itu,
pemahaman keagamaan masyarakat pada setiap daerah terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah menyatu
dengan khazanah budaya lokal di Indonesia. Jika menyimak pada penyebarannya, awal mulanya Islam masuk ke Indonesia
melalui daerah perkotaan. Sebagai contoh di Pasai, Demak, Majapahit, Cirebon, dan tempat-tempat lainnya. Dari perkotaan,
Islam selanjutnya menyebar ke perdesaan. Ketika para mubalig yang melakukan dakwah di wilayah perkotaan tidak memiliki
kekuasaan,mereka memilih untuk keluar dan menyebar menuju desa. Dari sini, Islam yang berkembang di Indonesia sangat
kental dengan ciri perdesaan yang kurang dinamis dan cenderung mempertahankan keyakinan pada mitos-mitos tertentu. Inilah
sebabnya corak Islam di Indonesia dan paling banyak dianut, Islam telah memengaruhi khazanah budaya bangsa. Kita dapat
menemukan perkembangan Islam ini dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya bidang pendidikan, seni, hukum, pemikiran, dan
organisasi.

Baca Juga : Meneladani Perjuangan Rasulullah saw di Mekah-Madinah

E. KETELADANAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


Berikut beberapa keteladanan yang dapat kita ambil dari perkembangan Islam di Indonesia.

1. Kewajiban untuk Menyampaikan Dakwah


Dalam Islam setiap individu diwajibkan untuk berdakwah. dakwah di sini mengandung arti yang luas, tidak sekadar mengajak
untuk menyembah kepada Allah Swt. semata dengan menjalankan kewajiban agamanya, tetapi mengajak untuk berbuat
kebajikan. Hal inilah yang dalam tahap selanjutnya justru akan menumbuhkan simpati masyarakat sehingga mereka dengan
sukarela menganut agama ini.

2. Memasukkan Ajaran Islam dalam Berbagai Aspek Kehidupan


Ajaran Islam bersifat terbuka sehingga dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, hukum, ekonomi, dan
sosial. Dengan berperdoman pada Alquran dan hadis, umat Islam dapat menerapkan prinsip-prinsip pada kedua sumber tersebut
untuk diterapkan dalam bidang lain. Sebagai contoh, dalam bidang hukum kita dianjurkan untuk menegakkan keadilan, selalu
berbuat jujur, dan menempatkan kedudukan yang sama di depan hukum.

3. Internalisasi Nilai Islam Sesuai Nilai Budaya Lokal


Islam dianggap mampu memadukan nilai budaya lokal, regional, dan nasional. Oleh karena itu, Islam yang berkembang di
Indonesia tampil dnegan corak khas Indonesia. Demikian halnya ketika Islam masuk ke beberapa daerah di tanah air, memiliki
karakter yang kuat dengan masing-masing daerahnya. SebagaiIslam contoh, karakter Islam di Sumatra berbeda dengan yang ada
di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

4. Pemurnian Ajaran Islam Hendaknya Terus Berjalan


Dakwah islamiah kepada umat Islam tetap perlu dilakukan. Tujuannya agar mereka selalu menerapkan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian halnya jika dalam pengalaman agama mereka terjadi kekeliruan karena pengetahuan yang
terbatas atau kebiasaan yang salah harus kita luruskan.

5. Tidak Mengidentikkan Islam dengan Kekerasan


Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin’ , Islam akan mengantarkan kerahmatan bagi alam semesta. Dengan demikian, dakwah
islamiah harus dilakukan dengan cara yang baik, tidak dengan kekerasan. Demikian halnya sesama umat Islam seharusnya saling
menjalin ukhuwah, tidak boleh merasa benar sendiri sehingga menimbulkan konflik.

Anda mungkin juga menyukai