Anda di halaman 1dari 33

A.

Sunan Maulana Malik Ibrahim

Sunan Maulana Malik Ibrahim merupakan keturunan

ulama dariPersia. Ia lahir di Samarkand (as-Samargandy), Asia

Tengah. Beliaumemiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad

saw. Jika diruntut, silsilahnya sampai kepada Husain bin Ali, cucu

Nabi saw.yaitu anak dari Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi

Thalib.

Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah penyebar agama Isiam

pertama di Pulau Jawa. la hijrah ke Pulau Jawa tepatnya di

daerah Gresik, Jawa Timur. Oleh karena itu, beliau dikenal

pula sebagai Sunan Gresik. Masyarakat juga menyebut

beliau “Kakek Bantal”, sebagaimana tertulis pada batu

nisan makam beliau. Maulana Malik Ibrahim wafat pada


tanggal 12 Rabiul Awal 882 Hijriah atau 9 April 1419 M dan

dimakamkan di Gresik.

-Model dakwah islam Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam

penyebaran Islam

Perjuangan dakwah Sunan Maulana Malik Ibrahim bermula

dari kedatangannya bersama rombongan dagang ke

Gresik pada tahun 1371M. Ia rela jauh-jauh berlayar dari

tanah kelahiran untuk menyebarkan Islam sekaligus

berdagang. Setiba di Gresik, ia mulai menggelar barang

dagangan sekaligus menyisipkan ajaran-ajaran Islam ketika

berdagang. Dikalangan para pedagang, beliau dikenal sebagai

orang yang jujur dan berkepribadian luhur. Beliau juga ramah

terhadap sesama dan tidak pernah membeda-bedakan

pemeluk agama lain. Sunan Gresik lebih senang bergaul

dengan rakyat kecil sebagai petani. Ia adalah orang yang ahli


dalam bercocok tanam sehingga rakyat sekitar tertarik untuk

berguru tani. Ia juga dipercaya sebagai ahli tata

negara yang dikagumi kalangan bangsawan. Dakwah Maulana

Malik Ibrahim juga merambah hingga keluarga Kerajaan

Majapahit. la memberanikan diri datang ke Kutaraja,

Majapahituntuk menemui Brawijaya, Raja Majapahit saat itu

dengan tujuan menyampaikan dakwah Islam, Tak disangka

raja memberi sambutan baik, namun belum

berkenan memeluk Islam.Hai ini ditunjukkan dengan

memberikan sebidang tanah di pinggiran Gresik sebagai

tempat dakwah.Tempat tersebut dikenal dengan nama Desa

Gapura. Tak hanya itu, Raja Majapahit juga mengangkatnya

sebagai syahbandar di Gresik. Dalam proses dakwah kepada

masyarakat, ia melakukan dengan hati-hati dan

bijaksana. Ia juga mengadakan pendekatan personal pada


masyarakat Jawa. Kepercayaan sebelumnya yang dipegang

oleh masyarakat tidak ditentang begitu saja. Ia

memperkenalkan budi pekerti yang diajarkan Islam dengan

tutur kata yang sopan dan lemah lembut sehingga banyak

penduduk Jawa yang tertarik memeluk Islam. Sunan Gresik

dikenal sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Ia

membangun pondok tempat belajar agama di

Leran,Gresik.

B. Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim.

Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat.

Ia bersama adiknya,Sayyid Ali Murtadha masuk

Pulau Jawa pada tahun 1443 M. Pada tahun 1450 M,

Raden Rahmat menikah dengan Nyi Ageng

Manila, putri Bupati Tuban yang sudah memeluk


Islam. Selanjutnya, Raden Rahmat menetap di

daerah Ampel denta pemberian Raja Majapahit. Di

sana, Raden Rahmat mendirikan masjid dan

membuka pondok pesantren sehingga dikenal sebagai

Sunan Ampel. Pada tahun (1481 M), Sunan Ampel

wafat dan dimakamkan di Ampeldenta, Surabaya.

-Model dakwah islam Sunan Ampel dalam penyebaran Islam

Sunan Ampel adalah mufti dari negeri Campa yang

mengajarkan Islam secara lurus. Istilah

pesantren dasantri diyakini pertama

kali digunakan oleh Sunan Ampel. Wejangan

Sunan Ampel yang terkenal adalah falsafah “Moh

Lima”. Moh artinya ora gelem (tidak mau) dan Lima

artinya perkara lima. Jadi, maksud “Moh Lima" ialah tidak

mau melakukan lima perkara yang terlarang, yaitu: -


a”moh main (tidak mau judi),

b.moh ngombe(tidak mau minum minuman yang memabukkan),

C. moh madat (tidak mau minum atau mengisap candu atau

ganja),

d. moh maling (tidak mau mencuri), dan

e. mohmadaon (tidak mau berzina).

Sunan Ampel memiliki dua putra yang juga termasuk Wali

Sanga, yaitu Sunan Drajat dan Sunan “ Bonang. Ia juga berhasil

mendidik tokoh wali lainnya,seperti Sunan Giri dan Sunan

Kalijaga. Sunan Ampel menjadi perencana

Kesultanan Demak. Dialah yang melantik Raden Patah

sebagai Sultan Demak pertama. Sunan

Ampel turut membantu mendirikan

Masjid Agung Demak. Salah satu di antara empat


tiang utama masjid tersebut hingga sekarang masih diberi nama

sesuai dengan pembuatnya, yaitu Sunan Ampel. Sunan

Ampel merupakan orang pertama yang menciptakan huruf

Pegon atau tulisan Arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf

tersebut, beliau dapat menyampaikan ajaran Islam kepada para

murid. Hingga sekarang huruf Pegon tetap dipakai sebagai

bahan pelajaran agama Islam di kalangan pesantren khususnya Pulau

Jawa.

C. Sunan Giri

Sunan Giri adalah putra Syekh Yakub bin Maulana Ishak. Maulana

Ishak adalah sahabadari Sunan Ampel. Sunan Giri lahir di

Blambangan pada tahun 1442 M dan memiliki nama kecil Raden Paku. Ia

diyakini sebagai tokoh fakih dan menguasai ilmu falak (perbintangan). Ia

adalah murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan

Bonang.
- -Model dakwah islam Sunan Giri dalam penyebaran Islam

Di masa menjelang keruntuhan Majapahit Raden Paku dipercaya

sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah menjadi Sultan

Demak.tidakakan Ia diberi gelargelar Prabu Satmata, Ratu

Tunggul Khalifatullah Mukminin.Ketika Sunan Ampel wafat,Sunan

Giri menggantikannya sebagai mufti tana Jawa. Pesantren Giri hingga

di masa Mataram tidak ada seorang ulama pun yang menjadi Giri

Kedaton yang selalu diminta untuk merestui raja-raja di sebagian

wilayah Nusantara.Catatan Portugis dan Belanda di Ambon

menyebut Sunan Giri (dan pelanjutnya) sama dengan

Paus di Roma yang memberkati para kepala negeri sebelum naik

takhta. Termasuk para sultan Islam di Maluku, Hitu, dan Ternate.

Dengan demikian, Giri merupakan wujud lembaga kekuasaan

tersendiri, meski lebih sebagai lembaga berwenang dalam keagamaan

saja.
Banyak mubalig dari pesantren Giri yang dikirim ke Nusa

Tenggara, Sulawesi,dan Maluku. Raja Majapahit memberi

keleluasaan kepadanya untuk mengatur

pemerintahan karena khawatir ia melakukan

pemberontakan. Kemudian pesantren

pun berkembang menjadi salah satu pusat

kekuasaanyang disebut Giri Kedaton.Ketika Raden Fatah lepas dari

pengaruh kekuasaan Majapahit, Sunan Giri diangkat menjadi

penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak.Sunan Giri dikenal

karena pengetahuannya yang

luas dalam ilmu fikih. Orang pun menyebutnya

Sultan Abdul Fakih.Ia juga

penciptankarya seni yang luar biasa.

Salah satu karyanya adalah gending

Pucung dan Asmarandana yang bernuansa


Jawa,namun sarat dengan

makna Islami. Beliau juga menciptakan berbagai

jenis permainan anak, seperti

jelungan dan Jaserta tembang permainan anak-

anak, sepertiPadhang Bulan dan Cublak-Cublak

Suweng.

D. Sunan Bonang

Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 M. Nama asli Sunan

Bonang adalah Makhdum Ibrahim. Ia adalah putra

Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila.

Sunan Bonang belajar dasar agama

dari pesantren ayahnya di Ampeldenta.

Setelah cukup dewasa, ia berkelana

kemudian menetap di Bonang(sebuah desa kecil di

Lasem, Jawa Timur) dan mendirikan


pesantren yang sekarang dikenal sebagai Watu Layar. Di tempat

itulah Sunan Bonang mengajar dan mengembangkan Islam.

Sunan Bonang adalah orang yang tawaduk dan sangat disiplin,

terutama dalam menempuh pelajaran. Sebagai putra pemimpin

Wali Sanga, tidak diragukan ia

mem- peroleh penggemblengan jasman dan rohani yang sangat berat.

Dalam hidup, ia menempuh jalan

para sufi yang terkenal sangat zuhud dan wira'i. la

mendapat bimbingan langsung dari

ayahandanya,Sunan Ampel.

Sunan Bonang dikenal sebagai orang yang gemar menuntut ilmu.

Dikisahkan sewaktu muda, ia bersama Sunan

Giri (Raden Paku) berniat pergi menuntut ilmu ke Makkah.

Namun sebelum berangkat ke Makkah,mereka

singgah terlebih dahulu ke Pasai (sekarang wilayah


Aceh), untuk menghadap Syekh Maulana Ishak

yang tak lain ayah dari Sunan Giri. Di sana mereka menuntut ilmu

kepada Syekh Maulana Ishak dalam waktu yang cukup lama. Bahkan

akhirnya mereka tidak jadi pergi ke Makkah, dan langsung pulang ke

tanah Jawa setelah selesai menuntut ilmu.

Dalam berdakwah, Sunan Bonang sangat gemar mengunjungi daerah

terpencil di Tuban, Pati, Madura, maupun Pulau Bawean. Di pulau

inilah, pada tahun 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan

di Tuban, sebelah barat Masjid Agung.

-Model dakwah islam Sunan Bonang dalam penyebaran Islam

Dalam berdakwah, Sunan Bonang menggunakan seni, budaya, dan

tradisi masyarakat. Di antaranya sebuah alat musik pukul yang

bernama bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan

di bagian tengah. Bila benjolannitu dipukul dengan kayu lunak,

timbullah suara yang merdu. Lebih-lebih bila Raden


Makhdum Ibrahim yang membunyikan alat musik itu. Ia adalah

wali yang mempunyai cita rasa seni tinggi. Sehingga apabila ia

membunyikan bonang, pengaruhnya sangat hebat bagi para

pendengar. Setiap.RadenMakhdum Ibrahim membunyikan bonang

pasti banyakpenduduk yang datangingin mendengarkan.Tidak sedikit

dari mereka yang ingin belajar membunyikan bonang sekaligus

melagukan tembang-tembang ciptaan Raden Makhdum

Ibrahim. Begitulah siasat Raden Makhdum

Ibrahim yang dijalankan penuh kesabaran.Setelahberhasil merebut

simpati rakyat, pendidikan agama Islam

diajarkan kepada mereka. Lama-kelamaan

masyarakat menyebutnya sebagai Sunan Bonang. Selain menggunakan

seni musik, Sunan Bonang juga berdakwah melalui karya sastra,.yaitu

dengan menggubah suluk. Suluk adalah karya sastra

berupa tembang atau syair berisikan ajaran tasawuf. Karyanya yang


terkenal adalah Linglung dan Bonang. Manuskrip SulukBonang yang asli

sampai sekarang masih disimpan di perpustakaan Univeritas Leiden,

Belanda.

Sunan Bonang dikenal sebagai pencipta tembang macapat

Durma. Sifat-sifatnburuk digambarkan tembang macapat

Durma. Durma bagi beberapa kalangan diartikan sebagai munduring

tata krama yang berarti mundurnya etika atau tata

karma. Namun ada juga yang berpendapat bahwa

Durma berasal dari kata Derma yang berarti suka berbagi

rezeki pada orang lain. Karya sastra Sunan Bonang yang paling

fenomenal adalah tembang “Tamba Ati”. Itulah metode dakwah

yang dilakukan Sunan Bonang. Beliau memperbarui budaya

masyarakat dengan memasukkan nilai-nilai Islam di dalamnya sehingga

dakwahbeliau mudah diterima oleh kalangan

luas.
E. Sunan Drajat

Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel. Nama

kecilnya Raden asim. Sunan Drajat lahir diAmpel, Surabaya pada

tahun 1470 M, ia bersaudara dengan Sunan Bonang.

Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari

ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. la

kemudian terdampar di Dusun Jelog, pesisir Banjarwati

(sekarang Lamongan).Setahun

berikutnya,Sunan Drajat berpindah satu

kilometer ke selatan dan

mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini

bernama Desa Drajat, Paciran, Lamongan. Sunan Drajat

wafat pada pertengahan abad ke-15 dan dimakamkan di Desa

Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Makam beliau tidak pernah sepi


dari.peziarah tanah air. Terutama pada bulan Sya'ban,

menjelang datang bulan Ramadhan.

Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum

Daerah Sunan Drajat yang menyimpan beberapa peninggalan

Wali Songo. Museum itu dibangun

sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa Sunan Drajat sebagai

wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan sekaligus

melestarikan budaya serta benda bersejarah. Khususnya

peninggalan beliau di bidang kesenian seperti gamelan

Singa Mengkok.

--Model dakwah islam Sunan Drajat dalam penyebaran Islam

Pada waktu para wali memutuskan untuk

mengadakanpendekatan kultural pada masyarakat Jawa

dalam menyiarkan agama Isiam, Sunan Drajat


tidak ketinggalan untuk

menciptakan tembang Jawa yang sampai saat

ini masih digemari masyarakat, yaitu

tembang Pangkur. Hingga sekarang, gending tersebut

masih digemari rakyat Jawa.

Dalam berdakwah, Sunan Drajat memiliki perhatian yang serius

terhadap masalah sosial.

Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotongroyongan. la selalu

menekankan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat umum

serta menyantuni anak yatim dan

fakir miskin merupakan amalan yang diperintahkan agama Islam.

Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan

kemiskinan kini diabadikan dalam saf tangga ketujuh dari

tataran kompleks makam Sunan

Drajat. Secara lengkap makna filosofis tujuh safbtangga tersebut sebagai


berikut.

a. Memangun resep teyasing sasama (Kita

selalu membuat senang hati oranglain)

b. Jroning suka kudu eling lan waspada

(Dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada) .

C. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah

(Dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur, kita tidak

peduli dengan segala bentuk

rintangan) .

d.Meper hardaning pancadriya.

(Kita harus selalu menekan gelora nafsu)


e.Heneng-Hening-Henung (Dalam keadaan diam kita

keheningan dan dalam keadaan hening

luhur)

f. Mulya guna panca waktu

F. Sunan Kalijaga

Biografi Sunan Kalijaga .

Sunan Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung

Wiiatikta.

Sejak kecil, dalam diri Raden Sahid sudah tampak jiwa luhur

yang ditandai dengan selalu taat kepada agama dan

berbakti kepada orang tua, serta mempunyai sikap

welas asih kepada semua orang. Ia menjadimurid Sunan

Bonang, kemudian menikah dengan putri Maulana

Ishak.
Sunan Kalijaga mempunyai banyak nama dan gelar. Di antaranya

Berandal Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran

Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, Raden Abdurrahman,

dan Sang Tabik Sewu. Adapun asal-usul nama Kalijaga yang

beliau sandang ada beberapa versi. Di antaranya berasal dari bahasa

Jawa “Jaga Kali” yang berarti menjaga sungai. Versi lain

menyebutkan bahwa nama Kalijaga berasal dari bahasa Arab

“Gadi Zaka” yang berarti hakim yang suci karena beliau

pernah menjabat sebagai hakim di Kesultanan Demak.

--Model dakwah islam Sunan Kalijaga dalam penyebaran Islam

Berbeda dengan para wali lain, dunan Kalijaga menjadi mubalig

keliling dan tidak mempunyai pusat dakwah yang tetap. Sunan

Kalijaga tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah

Islam, seperti tembang macapat (Dhandhanggula), baju


takwa, tata kota Islami, serta gong Sekaten (Syahadatain) di

Surakarta dan Yogyakarta.

Seni kreasi Sunan Kalijaga yang terkenal ialah wayang kulit. Ia

membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan.

Sunan Giri sempat menentang karena wayang beber kala itu

menggambarkan manusia secara utuh yang tak sesuai ajaran

Islam. Kalijaga mengkreasikan wayang kulit yang bentuknya

jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di

bidang fikih yang dilakukan Sunan Kalijaga dalam upaya

dakwahnya.

Pementasan wayang kulit perdana dilakukan pada waktu

peresmian Masjid Agung Demak dengan Sunan Kalijaga

sebagai dalang. Dalam wayang kulit kreasi Sunan

Kalijaga, pimpinan para dewa,yaitu Batara Guru

mempunyai gelar Sang Hyang Giri Nata, artinya Sunan


Giri yang menata. Hal ini sebagai bentuk penghormatan Sunan Kalijaga

terhadap Sunan Giri yang merupakan Wali Sanga tertua pada masa itu.

Cerita wayang kreasi Sunan Kalijaga, antara lain adalah Bima Suci atau

Dewaruci, Serat Kalimasadha, dan Petruk Dadi Ratu (Petruk menjadi

raja). Selain membuat wayang, kreasi seni Sunan Kali Jaga dalam

berdakwah adalah mengarang tembang-tembang dolanan, seperti “Ilir-

llir” dan “Gundul-Gundul Pacul”.

Sunan Kalijaga ikut pula merancang pembangunan Masjid

Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang tatal

(pecahan kayu) salah satu dari tiang utama masjid adalah

kreasi Sunan Kalijaga. Pada pertengahan abad ke-15, Sunan

Kalijaga wafat dan dimakamkan di daerah Kadilangu, dekat

Demak.

G. Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga

dari istrinya yang bernama Dewi Saroh. Dewi

Saroh adalah adik kandung dari SunanGiri. Nama

kecil dari Sunan Muria adalah Raden Prawoto atau

Raden Umar Said. Sunan Muria mencerminkanseorang

sufi zuhud, yang memandang dunia sangat kecil. Oleh

karena itu, beliau tidak silauakan gemerlap dunia.

Tugasnya sehari-hari mengasuh dan mendidik para

santri yang hendak menyelami ilmu tasawuf, didampingi oleh

putranya, Raden Santri. Seperti sufi lain, Sunan Muria

mencerminkan pribadi yang sangat mencintai Allah Swt..

Sepanjang hidup banyak dihabiskanuntukberibadah kepada

Sang Pencipta. Nama Muria diambil dari tempat

tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria

tepatnya di daerah bernama Colo, 18 kilometer ke utara


kota Kudus. Di atas bukit Muria itulahletak

makam Sunan Muria, tepat di belakang masjid

yangbkonon dibuat oleh beliaun sendiri. Namun,

masjid itu sekarang telah diperbaiki kecuali hanya beberapa

bagian yang masih dipertahankan keasliannya.

--Model dakwah islam Sunan Muria dalam penyebaran Islam

Gaya berdakwah Sunan Muria seperti Sunan Kalijaga, yakni

menggunakan sarana gamelan,wayang, serta kesenian

daerah lainnya. Sunan Muria lebih menyukai tinggal di

daerah terpencil, jauh dari kota. Pusat kegiatannya di

lereng Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah. Ia

banyak bergaul dengan rakyat jelata. Sambil bercocok

tanam, bertadang, dan berdagang, ia mengajarkan agama

Islam. Selain itu, Sunan Muria berdakwah menggunakan

media kesenian rakyat berupa gamelan. Ia menciptakan


gending Sinom dan Kinanthi. Cara yang ditempuh dalam

menyiarkan agama Islam dengan mengadakan kursus bagi

kaumpedagang, nelayan, dan rakyatbiasa. Selainkesenian,

Sunan Muria juga mengajarkan pengikutnya untuk

menjaga kelestarian alam. Beliau sadar

bahwa tinggal di lereng gunung rawanlongsor jika tidak

mampu menjaga lingkungan sekitar. Oleh karena itu,

masyarakat diajak menanam pohon,seperti parijoto, pakis

haji, dan jati masin di sekitar lereng Gunung Muria.

Sunan Muria berperan di Kesultanan Demak sebagai penengah

dalamkonflik istana. la dikenal mampu memecahkan

berbagai masalah yang rumit. Solusi pemecahannya

pun selalu dapat diterima oleh pihak-pihak yang

berseteru.

H. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung

atau Raden Usman Haji, yang berasal

dari Jipang Panolan (sekarang wilayah Kabupaten

Blora) dan merupakan panglima Kesultanan

Demak. Ibunya bernama Syarifah

merupakan putri Sunan Ampel dan

adik Sunan Bonang.Sunan Kudus adalah

keturunan ke-14 dari Husain bin Ali.

Sunan Kudus mempunyai nama asli

Raden Ja'far Shadiq. Sebagai wali, Sunan Kudus

memiliki peran yang besar dalam pemerintahan

Kesultanan Demak. la menjadi panglima dan hakim

peradilan negara. Ia banyak berdakwah di

kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Sunan

Kudus pernah mengembara ke Tanah Suci,


Makkah untuk memperdalam agama. Setelah

kembali dari Makkah, ia mendirikan

pusat keagamaan yang diberi nama Kudus,

diambil dari nama al-guds (Palestina) sehingga

ia lebih dikenal sebagai Sunan kudus.

Sunan Kudus banyak berguru kepada Sunan

Kalijaga. la mempunyai keahlian khusus

dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid,

hadis, tafsir, serta logika. Oleh

karena itu, di antara WaliSanga yang lain,ia

mendapat julukan “waliyyul “Ilmi” atau orang yang kuat

ilmunya. la juga terkenal sebagai pujangga yang

mengarang cerita pendek berfalsafah dan bernapaskan

keagamaan.

--Model dakwah islam Sunan Kudus dalam penyebaran


Islam

Dalam berdakwah, Sunan Kudus menggunakan

pendekatan yang pernah dilakukan Sunan

Kalijaga, yaitu sangat toleran pada

budaya setempat. Sunan Kudus

lebih sering berdakwah dengan seni dan

budaya. Dari segi kesenian misalnya,

beliaulah yangnpertama kalin menciptakan

tembang macapat Mijil dan Maskumambang yang di

dalamnya disisipkan ajaran Islam. Dari segi budaya,

terdapat satu kebiasaan unik Sunan Kudus dalam

berdakwah, yakni mengadakan tradisi Bedug

Dandangan. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan

menunggu kedatangan bulan Ramadhan. Beliau menabuh

bedug dengan keras dan berkali-kali


untuk mengundang para jamaah ke

masjid kemudian mengumumkan hari pertama

puasa Ramadhan. Setelah pengumuman selesai

disampaikan, bedug dipukul

yang bunyinya "dang-dang-dang”. Dari suara

bedug itulah muncul istilah “dandangan”.

Untuk mendapatkan hati masyarakat Kudus, Sunan

Kudus memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan

Buddha. Hal itu terlihat dari arsitektur

Masjid Menara Kudus. Bentuk menara dan

gerbang merupakan wujud akulturasi arsitektur Islam

dengan Hindu. Sedangkan tempat

padasan atau pancuran untuk wudhu

melambangkan delapan jalan Buddha yang

disebut Asta Sanghika Marga.


I. Sunan Gunung Jati

Pusat kegiatan dakwah Sunan Gunung Jati

berada di daerah Gunung Jati. Cirebon,

Jawa Barat. Sunan Gunung Jati atau Syarif

Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M

di Mesir. Ibunya adalah Nyai Rara Santang,

putri dari raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah

Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani

Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah sering

dirancukan dengan Fatahillah, yang merupakan

menantunya sendiri. Syarif Hidayatullah mendalami

ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama

Mesir. Selain itu, beliau juga belajar pada

Sunan Ampel di Pesantren Ampel denta dan di


Pesantren Amparan Jati berguru kepada Syekh Datuk

Kahfi atau yang lebih dikenal sebagai Syekh Nurjati.

Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak,dan

atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan

Kesultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai

Kesultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan

Gunung Jati adalah satu-satunya Wali

Sanga yang memimpin pemerintahan.

--Model dakwah islam Sunan Gunung Jati dalam

penyebaran Islam

Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruh sebagai

cucu Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari

pesisir Cirebon kepedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur

Tengah yang lugas. Namun, ia juga


mendekati rakyat dengan membangun

infrastruktur berupa jalan yang menghubungkan

antarwilayah. Bersama putranya, Maulana

Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan

ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk

Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah

Banten yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan

Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan

Gunung Jati mundur guna isi dari jabatannya

untuk menekuni dakwah. la adalah salah satu

pembuat saka guru Masjid Demak selain Sunan

Ampel, Sunan Kalijaga, dan Sunan Bonang.

Keberadaan Syarif Hidayatullah berikut kesuitanannya

Membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup

bersamaan kala itu, yakni Demak, Giri, dan Cirebon.


Hanya saja, Demak dijadikan pusat dakwah, pusat

studi Islam, sekaligus kontrol politik para wali.

Kekuasaan itu diserahkan kepada Pangeran Pasarean.

Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalarm

usia 120 tahun, di Cirebon (dahulu Carbon).la

dimakamkan didaerah Gunung Sembung, Gunung

Jati, sekitar 15 kilometer sebelum Cirebon dari arah barat.

Anda mungkin juga menyukai