Anda di halaman 1dari 20

RANGKUMAN WALISONGO

KELOMPOK 3
1. NADHIRA SORAYA
2. RIF’ATUL LUTFIANA
3. ROFI’ATUL MUTIARA NADHIRO
4. ZULFA ASSYFA
5. SALWA EKA AINA HANUN
SUNAN GRESIK

a) Biografi
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/ 882 H) adalah
salah seorang Walisongo, yang dianggap pertama kali menyebarkan
agama islam ditanah Jawa. Sebutan Syehk Maghribi yang diberikan
masyakat kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya
dari Maghrib, atau Maroko di Afrika Utara. Dalam biografi Sunan
Gresik disebutkan dalam Babad Tanah Jawi versi J.J Meinsma
menyebutkannya dengan nama Makhdum ibrahim as-Samarqandy,
yang mengikuti pengucapan lidah jawa menjadi Syehk Ibrahim
Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di
Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia
pada umumnya dianggap mempunyai keturunan Rasulullah Saw;
melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-
Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-
Rumi, Ahmad Al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus
Sumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Sahib Mirbath,
Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat)
Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar),
Maulana Malik Ibrahim. Mulana Malik Ibrahim yang lebih dikenal
penduduk setempat sebagai Kakek Bantal dan dalam berdakwah beliau
menggunakan cara yang bijaksana dan strategi.
b) Metode Dakwah
Daerah yang pertama kali ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo,
sekarang adalah daeah Leran, Kecamatan Manyar. Ia lalu mulai
menyiarkan agama islam di tanah Jawa bagian Timur, dengan
mendirikan masjid pertama di desa Pasucinan , Manyar. Dalam biografi
Sunan Gresik mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa
yang ramah tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan
sehari-hari.
Di Jawa, Maulana Malik Ibrahim bukan hanya berhadapan dengan
masyarakat Hindu, tapi juga bersabar terhadap mereka yang tak
beragama atau yang mengikuti aliran sesat dan meluruskan iman dari
orang-orang islam yang bercampur dengan kegiatan musyrik. Caranya
beliau tidak langsung menentang kepercayaan mereka melainkan
memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama
islam. Maulana
Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat
mendidik pemuka agama islam di masa selanjutnya.
Pada tahun 1371 Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa dengan
saudaranya Maulana Mahpur, Sayid Yusuf Mahrabi, dan 40
orang pengiring. Mereka datang ke pulau Jawa untuk menyebarkan
agama Islam sambil berdagang. Desa Sembalo menjadi daerah yang
pertama kali dituju.
Dalam menyiarkan agama Islam, Sunan Maulana Malik Ibrahim mula-
mula dengan berdagang, membuka toko, menyediakan kebutuhan
pokok masyarakat dan menjualnya dengan harga murah, di dekat
pelabuhan yang berlokasi di desa Rumo. Maulana Malik Ibrahim
berdagang di tempat terbuka yang berlokasi di desa Rumo, dekat
pelabuhan. Ia menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga
murah dan terjangkau dan toleran dalam keseharian, menjadikan
masyarakat mudah tertarik untuk memeluk agama Islam.
Pilihan lokasi dakwah dekat pelabuhan, berhubungan erat dengan
aktivitas dagang yang berada di daerah pesisir pantai yang menjadi
pusat kegiatan ekonomi. Dengan demikian Maulana Malik Ibrahim
banyak berinteraksi dengan para pedagang yang berada di wilayah
Jawa dan daerah lainnya.
c) Wafat
Sunan Gresik wafat pada tahun 1419 setelah selesai menata dan
membangun pondok sebagai tempat belajar agama islam. Komplek
makam Sunan Gresik berada di desa Gapura, Sukolilo, Gresik.
Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang
menghargai usahanya menyebarkan agama islam sampai berabad-abad
yang silam. Setiap malam Jum’at Legi, masyarakat setempat
berkunjung untuk berziarah.

NADHIRA SORAYA
Sunan Ampel

a) Biografi
Sunan Ampel dikenal juga dengan nama Raden Rahmat yang berasal dari nama
asli Sunan Ampel yaitu Sayyid Ali Rahmatullah. Beliau lahir di Kerajaan
Champa, Kota Phan Thiet, Vietnam pada tahun 1401 M. Sunan Ampel mulai
menginjakkan kakinya di tanah Indonesia yaitu lebih tepatnya di Tuban, Jawa
Timur pada tahun 1443 M.

Sunan Ampel adalah anak dari keturunan Syekh Ibrahim Asmarakandi atau
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dengan putri raja Champa di
Vietnam yaitu Dewi Candrawulan. Sedangkan Kakek Sunan Ampel bernama
Jamalluddin Jumadil Kubra. Ayahnya juga adalah seorang Wali Songo pertama
dan yang tertua yaitu yang kita kenal dengan Nama Syekh Maulana Malik
Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gresik yang juga adalah
keponakan dari Raja Majapahit.

B) Metode Dakwah
Dakwah yang pertama kali dilakukan cukup unik. Beliau membuat kerajinan
berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan
dianyam rotan. Kipas-kipas itu dibagikan kepada penduduk setempat secara
gratis. para penduduk hanya cukup menukarkannya dengan kalimat syahadat.
Selain berdakwah dengan cara diatas, Sunan Ampel juga berdakwah melalui;
a) Jalur Pendidikan
Sunan Ampel mendirikan Pesantren Ampel Denta, tempat mendidik putra
bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru
kepada beliau. Di antara murid-muridnya adalah Raden Paku, Raden Fatah,
Raden Makhdum Ibrahim, Syarifuddin, serta Maulana Ishaq.
b.) Sosial Kemasyarakatan
Sunan Ampel membentuk jaringan kekerabatan melalui perkawinan para
penyebar agama Islam dengan putri penguasa bawahan Majapahit. Dengan
cara tersebut, ikatan kekerabatan di antara umat Islam semakin kuat. Selain itu
beliau juga membuat peraturan yang memuat nilai-nilai ajaran Islam untuk
masyarakat, contohnya falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima hal
tercela yaitu:
1) Moh main atau tidak mau berjudi.
2) Moh ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan.
3) Moh maling atau tidak mau mencuri.
4) Moh madat atau tidak mau meghisap candu, ganja dan lain-lain.
5) Moh madon atau tidak mau berzina.
c.) Berbangsa dan Bernegara
Sunan Ampel termasuk perancang Kerajaan Islam Demak Bintoro. Beliau
sendiri berkedudukan sebagai bupati penguasa Surabaya menggantikan Arya
Lembu Sura.

Wafat
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan
dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

RIF’ATUL LUTFIANA
Sunan Giri

a) Biografi
Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan yaitu, Raden Paku, Prabu
Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin, dan Joko Samudro. Beliau
lahir di Blambangan tahun 1442 M. Sunan Giri merupakan buah pernikahan
dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia tengah, dengan Dewi
sekardadu, Putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada
masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan
berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka Prabu Menak Sembuyu
memerintahkan untuk membuangnya ke laut.
Sunan Giri ditemukan oleh sekelompok awak kapal dan dibawa ke Gresik
dan diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede
Pinatih. Sunan Giri kemudian dirawat dan dibesarkan Nyai Gede Pinatih hingga
berusia 7 tahun. Ketika berusia 7 tahun, Sunan Giri yang kala itu masih
bernama Joko Samudro dititipkan ke Pesantren Ampel Denta yang didirikan
Sunan Ampel untuk belajar agama. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya
beserta Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) untuk mendalami ajaran Islam di
Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko
Samudra. Disinilah Joko Samudro yang ternama bernama Raden Paku
mengetahui asal muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.

b) Peran Dakwah
a.) Jalur pendidikan
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku kembali ke Jawa.
Beliau mendirikan sebuah pesantren Giri di sebuah perbukitan di desa
Sidomukti, Kebomas.
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat
penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura,
Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh pesantren Giri terus
berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang
menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi.

b.) Seni Budaya


Sunan Giri adalah pencipta permainan anak bermain religius, seperti
jelungan, gending, jor gula, cublak-cublak suweng, serta lir ilir. Adapun
beberapa gending (lagu instrumental Jawa) ciptaan Sunan Giri seperti
Asmaradana dan Pucung.

c.) Jalur politik


Sunan Giri dikenal sebagai anggota Walisongo yang ahli politik dan tata
negara. Pasalnya, Sunan Giri adalah raja dari Giri Kedaton, yang terbiasa
dengan kehidupan politik dan memimpin rakyat. Karena itulah, ia pun menjadi
leluasa untuk menyebarkan Islam kepada rakyatnya di wilayah Gresik dan
sekitarnya. Ketika Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak, Sunan Giri juga
bertindak sebagai penasihat dan panglima militer kerajaan. Sunan Giri menjadi
salah satu penyusun kebijakan Kerajaan Demak yang didasarkan pada nilai-nilai
Islam.

c) Wafat
Sunan Giri wafat pada tahun 1505 M. Ia dimakamkan di sebuah bukit di
dusun Kedaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur.

RIF’ATUL LUTFIANA
Sunan Bonang

a) Biografi
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Sunan Bonang lahir sekitar 1465 M.
Beliau merupakan putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati, atau yang
biasa disebut Nyai Ageng Manila. Maka dari itu, Sunan Bonang juga merupakan
cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang jika diteruskan akan bertemu
dengan silsilah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ibunya, merupakan putri
dari seorang adipati Tuban yakni Aryo Tejo.
Nama asli Sunan Bonang yaitu Syekh Maulana Makdum Ibrahim atau Raden
Makdum Ibrahim. Beliau juga merupakan kakak dari Raden Qosim atau yang
dikenal sebagai Sunan Drajad. Sejak kecil Sunan Bonang telah dibekali dengan
ajaran agama Islam oleh ayahnya dengan tekun dan disiplin. Bahkan Sunan
Bonang yang masih muda pernah melakukan perjalanan jauh untuk
mendapatkan latihan atau riyadhoh sebagai seorang wali.
a) Metode Dakwah
Dalam penyebaran Islam di Indonesia, Sunan Bonang ini menggunakan
beberapa metode dakwah seperti melalui kesenian gamelan, sastra dan lain
sebagainya.Dalam mengajarkan islam kepada santri-santrinya, Sunan Bonang
menggunakan metode yang sangat unik yaitu dengan menggunakan alat musik
Bonang dan juga suluk atau primbon.
b) Wafat
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M berumur 63 tahun , dan saat ini
makamnya berada di kota Tuban.

ROFI’ATUL MUTIARA NADHIRO


Sunan Kalijaga

a) Biografi
Sunan Kalijaga lahir dengan nama Raden Said pada sekitar 1450 Masehi. Dia
merupakan putra dari Bupati Tuban, yakni Tumenggung Wilatikta. Saat remaja
Raden Said dikenal sebagai anak yang nakal, suka berjudi, mencuri, mabuk-
mabukan, dan perbuatan tercela lainnya.
Perbuatan ini jelas membuat malu ayahnya yang merupakan seorang penguasa
dan bangsawan Tuban. Tak lama dia pun diusir oleh orang tuanya untuk
meninggalkan rumah. Namun, setelahnya perilaku Raden Said justru semakin
menjadi. Dia semakin sering membuat kerusuhan, kegaduhan, dan merampok
harta. Meski demikian, target rampokannya bukanlah orang miskin tetapi
orang kaya yang enggan bersedekah dan mengeluarkan zakat. Hasil rampokan
sebagian besar dibagikannya kepada orang-orang miskin. Dari sinilah Raden
Said dikenal dengan julukan “Lokajaya” yang berarti si penguasa wilayah.
Perilaku tercelanya berubah ketika Raden Said berniat untuk merampok Sunan
Bonang. Sunan Bonang memberinya nasihat bahwa perbuatannya jelas
melanggar perintah Allah SWT. Semenjak itu, Raden Said pun menjadikan
Sunan Bonang sebagai guru untuk mendalami ajaran agama Islam.
b) Metode dakwah
Dalam Metode Dakwah Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Tanah
Jawa ini lebih terkenal dengan seniman, budayawan, filsuf, dan waliyullah.
Metode dakwah yang dilakukan Beliau adalah dengan memasukkan nilai islam
kedalam kesenian dan budaya. Hal tersebut dapat dilihat pada saat Raden Said
ini melakukan dakwahnya melalui kesenian wayang kulit. Walaupun tradisi
wayang kulit pada dulunya ini bukan berasal dari Islam, tetap Raden Said ini
telah memodifikasi dengan cerita-cerita yang berbau dengan Islam.
Selain itu, Raden Said juga sangat kreatif dalam bidang seni dan juga budaya
yang ditekuninya.
Sunan Kalijaga atau Raden Said, merupakan pencipta lagu ilir-ilir yang sampai
saat ini kita semua mengenalnya. Tidak hanya menciptakan lagu ilir-ilir saja,
melainkan juga salah satu pencipta pertama kali bedug. Bedug yang dibuat
oleh Raden Said ini digunakan sebagai memanggil umat muslim dalam
menjalankan ibadah shalat. Raden Said ini juga salah satu seorang yang
pertama kali mengadakan grebeg maulid di Demak dalam menyambut
kelahiran Rasulullah.
Sebenarnya masih banyak lagi kesenian-kesenian yang Beliau tekuni. Itulah
alasan bahwa Raden Said mempunyai peranan penting dalam menyebarkan
agama Islam di Jawa khususnya Demak. Begitu banyak kontribusi dari Beliau
yang melakukan dalam menyebarkan dakwah Islam di tanah Jawa.
Metode dakwah Sunan Kalijaga ini tidak melakukan hal-hal kekerasan, tetapi
menggunakan cara yang sangat halus untuk mengambil simpati masyarakat
disekitar. Raden Said berdakwah semat-mata tidak hanya sebatas di atas
mimbar, akan tetapi juga berdakwah melalui kesenian, budaya dan tradisi.
c) Wafat
Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 10 Muharram/suro tahun 1513 Masehi dan
dimakamkan di Desa Kadilangu yang terletak di Demak.

ROFI’ATUL MUTIARA NADHIRO


Sunan Kudus

a) Biografi

Sunan Kudus adalah salah satu seseorang yang sangat berpengaruh dalam
penyebaran Islam di Nusantara, beliau adalah bagian dari Walisongo dengan
wali yang lainnya. nama asli sunan kudus yaitu Ja’far Shodiq dan lahir pada
tahun 1500-an Masehi. Ja’far Shodiq merupakan putra dari Sunan Ngudung (H.
Raden Usman) dan Syarifah yang merupakan adik dari Sunan Bonang.
b) Peran Dakwah

Pada masa itu, mayoritas masyarakat di Kudus beragama Buddha dan Hindu.
Upaya beliau dalam mengajak masyarakat tersebut untuk mau mengenal dan
memeluk Islam bukan hal yang mudah, apalagi masih banyak masyarakat yang
berpegang dengan kepercayaan dan adat istiadat lama. Di keadaan masyarakat
itu, Ja’far Shodif diuji kesabaran dan keteguhannya dalam berdakwah.

Suatu saat, Ja’far Shodiq membeli seekor sapi dari Hindia. Sapi tersebut
dibawa oleh para pedang asing menggunakan kapal besar dan akhirnya
disimpan di halaman rumah beliau. Banyak masyarakat yang mayoritas
memeluk agama Hindu ingin tahu alasan Ja’far Shodiq membawa sapi
tersebut. Dalam pandangan agama Hindu, sapi merupakan hewan yang suci
dan digunakan sebagai kendaraan dewa.

Menyembelih sapi merupakan perbuatan yang dikutuk dan dosa oleh dewa.
Dalam waktu yang sebentar halaman rumah Ja’far Shodiq menjadi ramai oleh
penduduk, baik itu yang beragama Hindu, Buddha, dan Islam. Akhirnya, beliau
keluar dan berbicara dengan masyarakat yang ada di sana. Beliau berkata
bahwa melarang rakyatnya untuk menyembelih dan menyakiti sapi.
Beliau menceritakan sebuah cerita bahwa pada saat beliau masih kecil, beliau
pernah ditolong oleh sapi dan diberi susu. Masyarakat yang beragama Hindu
merasa sangat kagum dengan cerita tersebut. Mereka berpikir bahwa Sunan
Kudus merupakan titisan dari Dewa Wisnu. Akhirnya, masyarakat di sana
bersedia untuk mendengarkan ceramahnya dengan senang hati.

Beliau juga mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat salah satu surat
tentang sapi dan dalam bahasan Arab bernama Al-Baqarah. Mendengar hal
tersebut, masyarakat Hindu di sana semakin tertarik lagi untuk mendengarkan
penjelasan dari beliau.
Setelah hal itu terjadi, banyak masyarakat di sana yang merasa simpati dan
terbukalah jalan lebar bagi Ja’far Shodiq dalam berdakwah kepada orang
Hindu. Masyarakat Hindu banyak yang kemudian memeluk agama Islam
dengan suka rela dan tanpa paksaan. Beliau juga membuat masjid yang bentuk
bangunannya tidak jauh berbeda dengan candi milik Hindu.
Hal tersebut dapat dilihat pada menara Masjid Kudus. Bentuk masjid yang
demikian membuat warga Hindu tidak takut dan merasa akrab, sehingga tidak
segan untuk masuk untuk mendengarkan ceramah dari Ja’far Shodiq.
c) Wafat
Pada tanggal 5 Mei 1550 sunan Kudus meninggal dunia.

ZULFA ASSYFA

Sunan Drajat
a) Biografi

Sunan Drajat adalah salah satu sunan dari sembilan sunan Wali Songo. Nama
kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin.
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Beliau adalah putra
dari Sunan Ampel yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan
saudara dari Sunan Bonang.

b) Peran Dakwah
Dalam berdakwah untuk menyiarkan ajaran agama Islam, beliau menerapkan
cara dan strategi tertentu agar setiap orang yang mendengar dakwahnya bisa
memahami dengan benar dan tertarik belajar Islam.
Berikut ini beberapa metode yang diterapkan beliau dalam menyiarkan ajaran
Islam.
1. Tidak Segan untuk Terjun Langsung ke Masyarakat

Metode dakwah yang diterapkan oleh beliau yaitu dengan terjun langsung
ke masyarakat. Dengan begitu, segala permasalahan yang terjadi di masyarakat
dapat diatasi dan diselesaikan dengan tepat dan efektif.

2. Menggunakan Metode Kesenian.

Salah satu metode yang digandrungi oleh masyarakat setempat yaitu


dengan metode kesenian. Beliau menciptakan tembang Pangkur sebagai
metode untuk berdakwah, sehingga masyarakat setempat menjadi lebih
tertarik untuk mendengar dan belajar Islam.
3. Menggunakan Filosofi Sendiri.
Sunan Drajat dikenal sebagai seseorang yang sangat cerdas. Oleh karena itu,
dalam berdakwah, beliau sering menggunakan filosofi sendiri yang dikenal
dengan sebutan ketujuh sap tangga.
c) Wafat
Sunan menghabiskan sisa hidupnya di Ndalem Duwur, hingga wafat pada
1522. Di tempat itu kini dibangun sebuah museum tempat menyimpan barang-
barang peninggalan Sunan Drajat.

ZULFA ASSYFA
Sunan Muria

a) Biografi
Sunan Muria merupakan putera dari Sunan Kalijaga melalui
pernikahannya bersama Dewi Saroh, yang merupakan puteri dari Syekh
Maulana Ishak, seorang ulama terkenal di Samudra Pasai Aceh.
Dengan demikian maka Sunan Muria masih merupakan keponakan dari
Sunan Giri. Saat masih kecil, Sunan Muria memiliki nama Raden
Prawoto. Selain itu, beliau juga sering dipanggil dengan Raden Umar
Said atau Raden Umar Syahid.
Menginjak dewasa, Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah yang
merupakan puteri dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji). Sunan
Ngudung merupakan salah satu putera dari sultan di Mesir yang
melakukan perjananan hingga ke tanah Jawa. Sementara itu, Sunan
Ngudung sendiri juga merupakan ayah dari Sunan Kudus. Dari
pernikahannya dengan Dewi Sujinah, Sunan Muria dikaruniai putera
bernama Pangen Santri atau Sunan Ngadilangu.
Menurut beberapa kisah, selain menikah dengan Dewi Sujinah, Sunan
Muria juga mempersunting Dewi Roroyono yang terkenal dengan
kecantikannya. Dewi Roroyono merupakan puteri dari Sunan Ngerang,
seorang ulama terkenal di Juwana yang memiliki ilmu atau kesaktian
yang tinggi, serta merupakan guru dari Sunan Muria dan Sunan Kudus.
Kecantikan Dewi Roroyono banyak memicu pertumpahan darah yang
juga membuktikan kesaktian dari Sunan Muria.

b) Peran Dakwah
Dalam menyebarkan agama islam, sunan muria menggunakan
metode kursus untuk menyampaikan dakwah. Kursus ini bagi
pedagang, pelaut, rakyat jelata dan nelayan. Sunan muria memberi
pengajaran tentang cara ber cocok tanam, berdagang, serta cara
melaut. Tidak hanya itu, ia juga menggunakan gamelan sebagai
sarana dakwahnya.
Sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata. Daerah
dakwahnya sangat dan tersebar dari mulai Gunung Muria sampai
pesisir utara. Cara dakwah inlah yang membuat Sunan Muria dikenal
sebagai wali yang suka berdakwah Topo ngeli yaitu dengan cara
menghanyutkan diri dengan kehidupan masyarakat.
Sunan muria dikenal sebagai pencita seni dan budaya. Diantara
peran dalam mengembangkan islam di jawa adalah sebagai berikut
 Dalam berintraksi dengan masyarakat sunan muria menjaga
tradisi lama tetap berlangsung tanpa memberikan perubahan
selama tidak melanggar nilai – nilai islam, seperti menerima
upacara tingkeban atau mitoni.
 Menambah upacara – upacara dalam tradisi lama dengan
tradisi baru. Seperti memasukkan nilai dan ajaran islam dalam
praktik pernikahan yang telah berjalan sehingga meskipun ada
budaya jawa, tetapi syarat dan rukun pernikahan ditentukan
bedasarkan ajaran islam.
 Mengganti sebagian unsur lama dalam satu tradisi baru. Seperti
mengganti tujuan membakar kemenyan dalam slametan.

Sunan muria juga dikenl sebagai pencipta tembang macapat, yakni


sinon dan kinanti.
c) Wafat

Sunan Muria wafat pada tahun 1551. Makamnya terletak di lereng


Gunung Muria, Kecamatan Colo, 18 km dari Kudus.

SALWA EKA AINA HANUN


Sunan Gunung Jati

a) Biografi

Sunan Gunung Jati merupakan salah satu anggota Wali Songo, yakni
wali yang menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya pulau
Jawa. Beliau memiliki nama asli Syarif Hidayatullah atau dalam bahasa
Arab disebut dengan Sayyid Al-Kamil. Sedangkan sebutan Gunung Jati
sendiri merupakan gelar yang diberikan umat muslim kepadanya untuk
jasa yang dilakukannya.
Syaikh Syarief Hidayatullah yang dilahirkan Tahun 1448 Masehi.
Ayahanda Syech Syarief Hidayatullah adalah Syarif Abdullah, seorang
dari Mesir keturunan ke 23 Rosulullah SAW, bergelar Sultan Maulana
Muhamad, Ibunda Syech Syarief Hidayatullah adalah Nyai Rara
Santang dan setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah
Muda’im adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran.Syech
Syarief Hidayatullah berkelana untuk belajar Agama Islam dan sampai di
Cirebon pada tahun 1470 Masehi.

Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung pamannya, Tumenggung


Ceribon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang
dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja idengan gelar
Maulana Jati pada tahun 1479. Nama Sunan Gunung Jati begitu
banyak, antara lain: Syarif Hidayatullah dan Makhdum Gunung Jati,
yang paling terkenal ialah dengan nama Falatehan atau Fatahillah.
b) Peran Dakwah

Sunan Gunung Jati menggunakan pendekatan sosial budaya untuk


dakwahnya, yang membuat ajaran Islam dapat dengan mudah diterima
oleh masyarakat. Dengan memperkuat kedudukan politik sekaligus
memperluas hubungannya dengan tokoh yang berpengaruh di daerah
Cirebon, Demak dan Banten maka cara dakwahnya makin kuat.
Beberapa hal yang dimanfaatkan Sunan Gunung Jati dengan
kekuasaannya adalah untuk membangun sarana dan prasarana ibadah
di seluruh wilayah kekuasaannya. Kemudian Sunan Gunung Jati juga
membagun jalur transportasi sebagai penunjang pelabuhan dan sungai
untuk memudahkan penyebaran agama Islam. Secara tidak langsung
dampaknya juga terasa di bagi masyarakat luas hingga Cirebon pun
berkembang dengan pesat.

Strategi dakwah untuk menyebarkan Islam yang dijalankan Sunan


Gunung Jati adalah memperkuat kedudukan politis. Selain melalui jalur
politik, Sunan Gung Jati juga melakukan dakwahnya dengan cara
memperluas wilayah. Adapun cara lainnya yaitu Sunan Gunung Jati
melakukan hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon,
Banten, dan Demak melalui pernikahan.

c) Wafat
Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati berpulang ke rahmatullah
pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan
tanggal 19 September 1568 Masehi. Tanggal Jawanya adalah 11
Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka.
Sunan Gunung Jati meninggal dalam usia 120 tahun, di mana putra dan
cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih
dahulu. Kepemimpinan Cirebon dipegang sementara oleh
Fatahillah selama 2 tahun, antara tahun 1568 sampai ia wafat di tahun
1570 Masehi. Takhta Cirebon lalu diwarisi oleh cicitnya, Zainul
Arifin yang naik takhta di usia 23 tahun dengan gelar Panembahan Ratu.
Syekh Syarif Hidayatullah kemudian dikenal dengan nama Sunan
Gunung Jati oleh warga Cirebon karena ia dimakamkan di komplek
pemakaman bukit Gunung Jati, yang sekarang dikenal dengan
nama Astana Gunung Sembung.

SALWA EKA AINA HANUN

Anda mungkin juga menyukai