Anda di halaman 1dari 12

DI JAWA

Perkembangan Islam di Jawa

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama


atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren di Jawa.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah
dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat
dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk
menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing.
Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di
atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui
pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian
Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat
Indonesia terutama di Jawa.
Sunan Sunan Giri
Ampel
WALI SONGO
Perkembangan Islam
di Jawa tidak bisa Sunan Bonang

dilpisahkan dari Sunan Drajat Sunan Kalijaga


peranan para wali ,
jumlah wali yang
terkenal sampai
sekarang berjumlah Sunan Gunung Jati
sembilan yang dalam Sunan Kudus Sunan Muria
bahasa jawa disebut
“wali songo”

Sunan Gresik
Raden Ali Rahmatullah(Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh Tahun1404 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang cempa.
Ia sebagai mufti agama Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
yang terkenal adalam Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita ,
judi, dan madat yang marak di masa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel
tshun1481.
Jasa – jasa Sunan Ampel :
a.Mendirikan Pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
b.Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak, yang dibangun tahun1479
M
c.Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai sultan Pertama

Masjid Agung Demak


Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel. Ia adalah putra Sunan Ampel
dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan
Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa
agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan
tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya
pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang. Sunan
Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.

Gamelan : Bonang
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin)

Ia putra Syeikh Yaqub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fikih dan menguasai
ilmu falak. Di masa menjelang keruntuhan Majapahit, Ia dipercaya sebagai
Raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan
Ampel wafat , Ia menggantikan Sunan Ampel sebagai mufti di tanah Jawa.
Sunan Drajat (Syarifudin)
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel,adik Sunan Bonang. Ia
adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak
berdakwah dalam bidang sosial. Ia menekankan kedermawanan,
kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai
pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan
secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa
Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat
Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok
peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat,
Lamongan. Sunan Drajat wafat pada 1522 M.
Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari
pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang,
yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan
Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya
kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana
Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan
agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya
Kesultanan Banten.
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau
Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan
Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk
berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-
Ilir dan Gundul-Gundul Pacul dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat,
Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi
juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.

Wayang kulit
Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah
Ruhil atau Dewi Ruhil. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar
dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat
Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di
kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya,
ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan.
Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang
arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat
pada tahun 1550.

Masjid Agung Kudus


Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah.Maulana Malik Ibrahim


umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa.
Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat
kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir
kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang
tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan
tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Muria (Raden Prawoto)

Sunan Muria menyebarkan agama islam dengan menggunakan sarana


gamelan,wayang, serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di
Gunung Muria, di sebelah utara kota Kudus.

Anda mungkin juga menyukai