Anda di halaman 1dari 16

GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

QOBILAH ASH HABUL KAHFI


SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA
Sekretariat: Jl Gotong Royong II Petinggen Karangwaru Tegalrejo Yogyakarta

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Mata Pelajaran : Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Kelas/ Semester : X/ Satu
Materi Pokok : KD 16 Mountaineering
Tema Topik : Rapelling dan Hasty
Alokasi Waktu : (120 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di lapangan dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori

B. Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan setiap pandu dapat:
1. Membiasakan berdoa sebelum melakukan aktivitas
2. Menunjukkan sikap sportif dalam berlatih
3. Menerapkan prinsip keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
4. Menunjukkan sikap disiplin selama mengikuti latihan
5. Menjelaskan cara pemasangan tali mountaineering untuk tali tubuh serta
tali untuk naik/ turun tebing, dan jenis tali, karekter, serta perawatannya
6. Menjelaskan pentingnya keterampilan bermain tali dan pentingnya tali
pengaman untuk rapelling dan hasty
7. Mempraktikkan pemasangan tali mountaineering untuk tali tubuh dan tali
pengaman untuk rapeling dan hasty
8. Melakukan rapelling dan hasty berdasarkan standar keamanan yang
telah dipelajari

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


1. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang dianut dalam
melakukan aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga
a. Berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran
1. Berperilaku sportif dalam bermain
a. Menghargai teman
b. Membudayakan antre/ tertib
c. Mentaati peraturan dalam bermain tali
2. Bertanggung jawab dalam penggunaan sarana dan prasarana
pembelajaran serta menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sekitar
a. Menjaga dan menggunakan peralatan pembelajaran sesuai dengan
penggunaannya
b. Merapikan kembali dan mengembalikan peralatan pembelajaran ke
tempat semula
c. Menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain dalam beraktivitas
d. Menjaga ketertiban lingkungan sekitar
4. Disiplin selama melakukan berbagai aktivitas fisik
a. Mengikuti kegiatan sesuai waktu yang ditentukan
b. Mengikuti semua proses pembelajaran
5. Memahami konsep dasar bermain tali serta risiko yang dihadapi
6. Mempraktikkan teknik dasar dalam bermain tali sebagai berikut:
a. Menyebutkan nama-nama tiap perlengkapan bermain tali, jenis-
jenis tali, karakter, dan perawatannya
b. Menjelaskan dan mempraktikkan ragam macam cara memasang
tali tubuh kepada pandu lainnya
c. Menjelaskan dan mempraktikkan cara memasang simpul yang
digunakan untuk rapelling dan hasty
d. Menjelaskan dan mempraktikkan sistem pengamanan tali utama
untuk rapelling dan hasty
e. Melaksanakan rapelling dan hasty

D. Materi Pembelajaran
1. Pendahuluan
Istilah mountaineering mempunyai arti yang sangat luas. Karena
segala aktivitas di alam bebas (outdoor activity) dapat dimasukkan di
dalamnya. Dimana kegiatan di alam bebas itu sendiri mencakup banyak
hal, antara lain berkemah, berjalan, mendaki gunung, dsb. Istilah
mountaineering banyak dikenal di Indonesia tetapi penjabarannya tidak
sesuai dengan maksud sebenarnya.
Ada yang berpendapat bahwa perjalanan pendakian gunung adalah
mountaineering, karena olah raga ini muncul dari kegiatan pendakian
gunung. Maka tidak salah bila orang mengartikan istilah muontaineering
sebagai perjalanan pendakian gunung. Ada pula yang mengatakan
teknik turun tebing dengan peralatan dan tali yang disebut
mountaineering.
Perkembangan lebih lanjut istilah ini mengarah pada aktivitas yang
berhubungan dengan perjalanan atau perlintasan di alam bebas,
sehingga berbagai kegiatan alam bebas masuk dalam istilah
mountaineering.
2. Pengenalan Alat Mountaineering
Dalam kegiatan Mountaineering, kesiapan segala sesuatu
sangatlah penting, persiapan fisik dan persiapan non fisik, seperti
peralatan. Peralatan-peralatan tersebut banyak dipergunakan dalam
kegiatan panjat tebing, caving, naik-turun tebing, dan masih banyak
lainnya. Macam-macam peralatan Mountaineering:
a. Tali
(1) Bentuk tali
Memiliki dua macam bentuk, yaitu:
(a) Pipih; terdapat dua macam yaitu tubular dan non tubular
(b) Bulat; terdapat dua macam yaitu hawserlaid dan karnmantle
(2) Jenis tali
(a) Hawserlaid; menurut bahan yang dipakai, tali terbagi atas
dua macam, yaitu tali serat alam (serat nanas atau manila)
dan lai serat sintetis (nylon)
(b) Kernmantle; terdiri dari dua bagian, bagian dalam kern (inti)
dan bagian luar mantle (selubung). Tali ini ada dua jenis,
yaitu:
(i) Kernmantle Dinamis
Karnmantle ini biasa digunakan dalam rock climbing,
dimana bagian intinya dianyam dan lapisan luar terdiri
dari anyaman yang tidak terlalu rapat, serta mempunyai
daya lentur yang cukup tinggi (sampai 15 ). Ukuran tali
yang biasa digunakan berdiameter 11 mm dengan
panjang kurang lebih 50 m (165 feet), sering pula
dipakai yang berdiameter 9 mm dengan alasan relatif
lebih ringan dan cukup kuat tetapi mempunyai
kelemahan mudah putus jika tergesek (friction) dengan
kuat.
(ii) Kernmantle Statis
Karnmantle ini biasanya digunakan dalam kegiatan
caving (speleologi), dimana bagian dalamnya tidak
dianyam sehingga daya lenturnya rendah (kurang dari
5), sedangkan lapisan luarnya dianyam rapat sekali
sehingga air dan lumpur tidak mudah masuk ke
dalamnya.
b. Carabiner
Carabiner adalah sebuah alat yang berbentuk oval atau huruf D dan
mempunyai pintu yang berfungsi hampir sama dengan peniti.
Biasanya alat ini dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai
kekuatan yang bervariasi. Biasanya kekuatan suatu carabiner telah
tercantum dalam alat tersebut.
(1) Menurut bentuknya, carabiner terbagi dalam 3 (tiga) bentuk:
(a) Oval Carabiner. Bentuk oval/ bulat telur, berbentuk oval
simetris. Digunakan terutama untuk mengaitkan alat-alat
bantu seperti ascender dan descender.
(b) D Carabiner. Bentuk D, berbentuk huruf D simetris/
trapesium. Jenis ini merupakan pengembangan dari oval
carabiner. Mempunyai sifat menahan beban pada sisi
terkuat dari carabiner.
(c) Delta Carabiner. Bentuk delta. Merupakan pengembangan
dari D carabiner. Berbentuk D tidak simetris. Salah satu sisi
miring melebar sehingga jarak bukaan menjadi semakin
lebar. Karena salah satu sisi miringnya lebih panjang/ lebar,
maka kaitan yang dapat ditampung semakin banyak.
(2) Jenis carabiner menurut kuncian ada 2 (dua macam):
(a) carabiner screw gate, dengan menggunakan kunci
pengaman
(b) carabiner non screw gate, tanpa menggunakan kunci
pengaman
(3) Jenis carabiner menurut bahan pembuatannya ada 2 (dua)
macam:
(a) alumunium alloy, terbuat dari campuran alumunium dan baja
(b) evernews, terbuat dari baja
c. Harnes/ tali tubuh
Fungsi dari tali tubuh adalah sebagai alat pengaman yang dapat
menahan atau mengikat badan. Ada 3 (tiga) jenis tali tubuh, yaitu:
(1) Seat harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha
(2) Chest harnes, menahan berat badan di dada
(3) Body harnes, menahan berat badan di dada, pinggang,
punggung, dan paha
Harnes ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik dan harnes
yang dibuat dengan merangkai webbing. Jenis lilitan webbing ada
beberapa macam, yaitu: komando, modifikasi harnes, diaper, tripel
sling, lanang, wedok, chest harnest, figure 8 (eight).
d. Sling
(1) Sling memiliki 2 (dua) jenis:
(2) Fungsi sling:
e. Ascender
f. Descender
g. Sepatu
h. Helm
i. Alat belaying
j. Runner/ stoper

4. Sling
A. Sling memiliki dua jenis
- Sling buatan, sling yang dibuat dengan menggunakan lilitan webbing.
- Sling jadi, sling yang dibuat oleh pabrik.

B. Fungsi sling
- sebagai penghubung
- mengurangi gaya gesek/memperpanjang point.
- Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau pada piton yang
terpasang.

5. Ascender

Ascender atau ascending tools adalah semua alat yang digunakan untuk naik
dengan bantuan tali utama (main rope).
Ascender ada berbagai macam jenis, diantaranya :
~ Prusik, teknik ini menggunakan dua potong tali yang berdiameter kurang dari 5
mm yang dikaitkan dengan tali utama dengan simpul prusik. Karena sistim ini
sangat sederhana dan aman maka sistim ini banyak di gunakan.
~ Jumar, alat ini sebagai perkembangan dari prusik. Alat ini dilengkapi/dibuat
bergerigi sehingga akan menjepit tali dengan amat baik ketika beban bertumpu
padanya, sehingga seseorang yang menggunakannya tidak dapat melorot ke
bawah. Apabila alat ini tidak mendapat beban, maka alat ini tidak lagi menjepit
tali, sehingga dengan mudah digeser keatas. Dengan demikian gerakan naik ke
atas lewat main rope (tali utama) dapat dilakukan dengan mudah dan baik, jauh
lebih mudah daripada menggunakan simpul prusik.

6. Descender

Adalah merupakan alat bantu turun yang digunakan melalui tali.


Ada beberapa macam descender di antaranya :
a. Eight descender (figur) : sering digunakan dalam rock climbing, mudah dalam
pemasangannya, tetapi bisa membuat tali melintir dan tidak efektif kalau
digunakan untuk jarak turun yang panjang.
b. Brake bar descender : dibuat dari karabiner yang disusun sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan friction pada tali. Sangat menguntungkan dalam
keadaan mendesak dan tidak mengakibatkan melintir pada tali.
c. Rack descender : tali dilewatkan pada batang-batang yang memanjang seperti
rak, sangat efektif untuk jarak turun yang panjang.
d. Capstan descender : bekerja atas dasar gesekan pada tali yang terpasamg
melingkar pada dua buah capstan.
e. Shunt : lebih dikenal sebagai peralatan speleologi tetapi bisa juga digunakan
untuk kegiatan rock climbing, kegunaan utama lainnya adalah sebagai
pengaman saat menuruni sumuran atau tebing yang menggantung. Shunt
menjepit dengan permukaan logam yang bulat dan licin, sehingga kerusakan tali
lebih kecil.
f. Grigri : prinsip kerjanya sama dengan alat penambatan lainnya yang umum
dipakai yaitu dengan membekuk suatu bagian tali sehingga mengerem lajunya.
Bedanya grigri dilengkapi dengan suatu pegas mekanisme pegas, yang otomatis
mengerem begitu terkena beban kejut dari pemanjat yang jatuh.
g. autostop dan non auto prinsip kerjanya tali dililitkan/gesekkan pada dua roda
yang tidak berputar yang membentuk huruf “S”, sehingga dapat turun pelan dan
tidak banyak mengeluarkan tenaga untuk mengerem. Tali tidak mudah melintir
bila sering di gunakan untuk alat ini, alat ini ada dua macam yaitu :
v auto stop bila pegasnya di tekan akan meluncur turun dan akan berhenti secara
otomatis bila pegasnya tidak ditekan.
v non auto prinsip kerjanya masih sama hanya tidak menggunakan rem otomatis,
menggunakan tangan sebagai rem dan untuk mengunci.

7. Sepatu

Fungsi sepatu untuk melindungi kaki dari batuan yang diinjak, mungkin panas
terkena sinar matahari atau tajamnya batuan atau tajamnya batuan. Dan juga
membantu pemanjat dalam menginjak bagian yang licin.

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :


- Sepatu lentur; sepatu ini bersol halus dan terbuat dari karet yang kuat, biasanya
digunakan untuk tebing yang licin.
- Sepatu kaku; digunakan pada tebing karang yang tajam atau penuh dengan
tonjolan batu. Sepatu ini biasanya digunakan untuk medan batu pasir yang licin
dan cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya. Gaya tumpuan
dapat tertahan pada bagian depan sepatu.

Terdapat juga jenis sepatu untuk perjalanan yang dicirikan dengan kembangan
sol yang kasar supaya mempunyai daya cengkeram di tanah sehingga tidak licin.
Jenis sepatu ini biasanya disebut dengan sepatu trekking yang dibedakan atas.
- Soft trekking; yang biasa digunakan untuk medan-medan perbukitan yang tidak
curam, dicirikan dengan tinggi sepatu di bawah mata kaki.
- Ice boot; yaitu sepatu yang biasanya digunakan untuk medan-medan es dengan
kontruksi double boot (sepatu ganda) dan tempat untuk memasang crampon.
- (True/full) trekking; digunakan untuk medan bergunung yang curam, berbatu-batu
dicirikan terbuat dari bahan yang kuat atau tahan gores (kulit yang tebal) dan
tinggi sepatu di atas mata kaki.
- Jungle boot; adalah sepatu untuk perjalanan hutan belantara yang becek dan
berawa-rawa, penuh lintah dan hewan sejenisnya. Kontruksi sepatu ini biasanya
sangat tinggi, setinggi sepatu tentara atau lebih.
- Sepatu caving; biasanya digunakan sepatu boot yang terbuat dari karet atau
sepatu tentara.

8. Helm

Berfungsi untuk melindungi kepala dari jatuhan batu dan benturan dengan
tebing. Sebuah helm yang baik bahan untuk cangkangnya harus kuat menahan
benda-benda yang tajam. Berat atau getaran benda yang jatuh harus mampu
dibagi rata ke seluruh permukaan helm dan mempunyai tali/sabuk dagu.

9. Alat belaying

Dalam pemanjatan tebing, orang yang pertama kali memanjat disebut “Leader”,
sedangkan orang kedua yang melakukan pengamanan terhadap pemanjat
pertama disebut “Belayer“. Adapun alat yang digunakan untuk membelay kita
dapat menggunakan beberapa macam alat seperti tali, harness/webbing,
carabiner, figur of eight, dan runner (running belay) sesuai dengan tehnik
pemanjatan yang digunakan.

10. Runner / stoper

Fungsi runner adalah sebagai alat atau pengaman yang ada di tebing ( alam )
maupun alat yang dipasang sendiri oleh seorang pemanjat sebagai pengaman
dalam pemanjatannya.

Adapun jenis-jenis runner yang kita kenal ada beberapa macam :


1. Paku tebing
2. Bong- bong
3. Friend
4. Chock
5. Hexentrik
6. Rurp
7. Alat bantu lainnya

- Etrier/stir up (tangga)
Di gunakan bila route yang dilalui sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan
serta adanya tebing menggantung.
- Hammer (palu)
Alat ini digunakan pada pemanjatan artificial, dimana seorang pemanjat apabila
akan memasang piton tebing ia akan menggunakan palu ini untuk memukul
masuk piton tebing tadi.
- Handdril
- Baut, Hanger, dan bor tebing
Baut tebing sampai sekarang dianggap titik pengaman paling aman. Sebuah
lubang di “pahatkan“ pada batuan dengan selongsong logam yang bergigi di
ujungnya. Setelah dipasangi pasak pada ujungnya, selongsong tadi dipukul
masuk sampai pasak memekarkan ujung selongsong, menekan permukaan
dengan erat. Hanger dipasang dengan baut pada ulir dalam selongsong tadi.

III. Jenis Mountaineering

Secara garis besar mountaineering meliputi beberapa aktivitas utama yaitu :


1. Hill walking, yang merupakan kecakapan yang paling dasar dalam pendakian
gunung dan sering kita lakukan dalam pendakian di Indonesia, dimana kita harus
melalui jalan setapak, melewati bukit-bukit, medan yang asing dengan jalan
cukup jauh, waktu yang cukup lama. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah
hiking.
2. Scrambling, yaitu kegiatan pendakian gunung, dimana medan yang ada cukup
sulit didaki, sehingga memerlukan tali sebagai alat bantu tetapi belum perlu alat
bantu yang lain yang lebih khusus.
3. Rock climbing, kegiatan pendakian yang harus melewati tebing-tebing batu yang
terjal dimana bermacam-macam alat bantu harus digunakan untuk menaikinya.
4. Ice and snow climbing, jenis ini dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Ice climbing meliputi teknik-teknik menaiki tebing-tebing ice dengan peralatan
utama ice axe dan sepatu berpaku (nailed boots). Sedangkan snow climbing
adalah pendakian pada gunung bersalju.
5. Ekspedisi, merupakan suatu kegiatan perjalanan/pendakian dimana dibutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan yang khusus, karena waktu yang lama dan
kesukaran serta pengorganisasian yang khusus.

Dari kelima aktivitas di atas, di dalamnya juga termasuk :


- Mountain camping.
- Mountain rescue.
- Pengetahuan navigasi, Cuaca, P3K, makanan.
- Turun dan naik tebing.

IV. Simpul

Pada dasarnya hanya ada beberapa simpul dalam tali temali. Sebuah simpul
yang baik harus sederhana, mudah diingat, mudah dibuat, kuat, tidak mudah
lepas dengan sendirinya, tetapi dapat lepas bila dikehendaki, antara lain :
1. Overhand Knot.
Bentuknya sederhana dan merupakan simpul yang paling dasar. Simpul ini
biasanya digunakan pada ujung tali untuk menghentikan geseran.
2. Simpul pita
Digunakan untuk menyambung tali pipih, biasanya digunakan dalam pembuatan
sling yang sering digunakan climber dalam pemanjatan tebing sebagai
penyambung ancor.
3. Simpul Delapan
Fungsinya hampir sama dengan overhand knot. Simpul inilebih kuat
dibandingkan dengan overhandknot. Ikatannyapun lebih mudah dilepas bila telah
mendapat tekanan dari beban yang berat. Simpul ini dapat juga dibuat menjadi
simpul delapan ganda.
4. Two Half Hitches
Sifat simpul ini adalah menjerat. Biasanya digunakan untuk mengikat tali pada
pangkal kayu.
5. Timber Hitch
Simpul ini sifatnya juga menjerat , sesuai dengan namanya simpul ini biasanya
dipakai untuk mengikat tali pada balok kayu.
6. Clove Hitch ( Simpul Tiang )
Simpul sederhana biasanya dipakai untuk mengikat tali tenda pada pasaknya
dan sangat mudah melepasnya.
8. Simpul Kambing
Sifat simpul ini tidak menjerat. Seringkali simpul ini disebut sebagai “ratu segala
simpul“, karena kegunaannya yang banyak sekali.
9. Turbuck knot
Impul ini tidak terlalu baik pada tali yang kaku, karena kadang–kadang menjerat
atau lepas sama sekali.
10. Tautline Hitch
Simpul ini sifatnya sama dengan Turbuck knot, yaitu tidak menjerat atau
mengecil bila talinya ditarik, tetapi mudah digeser–geser kalau ikatannya
didorong.
11. Simpul Nelayan
Simpul ini berguna untuk menyambung dua tali yang sama besar. Kalau tali itu
basah dan licin, simpul ini bisa digandakan agar lebih aman dan kuat.
12. Sheet Band Knot
Simpul ini biasanya digunakan dalam penyambungan dua buah tali yang tidak
sama besarnya dan tali tersebut dalam keadaan basah dan licin.
13. Simpul Prusik
Simpul ini biasanya digunakan dalam pemanjatan tebing sebagai penyambung
dua ujung tali yang akan digunakan sebagai prusik berfungsi sebagai pengaman
dan alat bantu naik dengan tali.
14. Simpul Italian
Simpul ini biasanya digunakan dalam pemanjatan tebing sebagai pengaman
dinamis yang memiliki kekuatan mengerem dari 300 sampai 600 kg. Selain itu
juga sering disebut simpul belay.

V. Ascending
a. Suatu tehnik yang memanfaatkan tali dan atau ascendeur fungsinya untuk
memudahkan kita dalam menambah ketinggian dimana factor keamanan lebih
terjamin
b. Jenis-jenisnya :

· Prusiking : suatu tehnik naik dengan menggunakan tali


prusik.
· Jummaring : suatu tehnik naik dengan menggunakan jumar.
Singgle Rope Tehnic) : Suatu tehnik dimana kita bisa naik dan turun dengan menggunakan SRT
set.

VI. Descending

a. Suatu tehnik turun yang memanfaatkan tali dan gesekan tali itu sendiri fungsinya
untuk memudahkan kita dalam turun/menuruni tebing dimana faktor keamanan
lebih terjamin.
b. Jenis-jenisnya :

o Body Rappel
o Tehnik Dufler : Tehnik ini merupakan cara paling lama (klasik), caranya sangat
mudah, geserannya cukup baik, dan tidak membutuhkan alat apa-apa kecuali tali
luncur. Tali luncur diselipkan diantara dua kaki, melingkarari pinggang kiri,
menyilangi dada melalui bahu kanan dan ditahan tangan kiri yang fungsinya
sebagai pengontrol. Tehnik ini seringkali berguna pada saat-saat darurat,
misalnya pada saat karabiner atau descendeur mendadakmacet.
o Hasty : Hasty hanya berguna untuk tebing yang pendek dan tidak terlampau
curam. Geseran pada tehnik ini dibentuk melalui tali yang melingkari tangan dan
bahu, kontrol gerakan pada genggaman tangan, keseimbangan diperoleh dari
posisi badan yang mirimg kearah bawah dengan kedua kaki mengkangkang
secukupnya. Tapi segi keamanan kurang pada tehnik ini.
o Komando : Di sebut tehnik komando karena sering dipakai oleh Para Komando
dan di Indonesia tehnik ini paling banyak digunakan. Caranya yaitu melilitkan tali
pada karabiner sebanyak duakali lalu melewati selangkangan atau samping paha
dan digenggam tangan sebagai penahan dari belakang. Tehnik ini banyak
mempunyai kelemahan sehingga tidak terlalu disukai oleh kebanyakan pemanjat.
o Brake Bar Rappel : Dua karabiner, dengan kunci terletak berlawanan, dikaitkan
pada harness atau seat harness atau sling. Pada dua karabiner ini dipalangkan
dua karabiner lagi dengan kunci menghadap ke bawah. Tali yang menjulur ke
bawah ditahan oleh salah satu tangan, dapat juga dibuat variasi dengan
menggandakan sistem geserannya. Sistem geseran ini kemudian dikembangkan
dengan pembuatan descendeur khusus.

VI. TEHNIK PENAMBATAN


Suatu tehnik guna memperoleh tambatan (anchor) baik tambatan dari alam
ataupun dari alat penambatan.
v Natural anchor : Tambatan/anchor yang dibuat dengan memanfaatkan atau dibuat
dari alam.
v Artifisial anchor : Tambatan (anchor) yang sengaja dibuat dengan menggunakan
alat penambatan. Sepenuhnya bergantung pada alat penambatan.

VII. PENUTUP
Jadi istilah mountaineering tidak terpaut pada satu kegiatan saja seperti panjat
atau naik gunung ataupun kegiatan alam bebas lainnya, tetapi istilah
mountaineering mencakup semua kegiatan alam bebas (out door) masuk dalam
mountaineering.

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan: saintifik (scientific)
2. Resiprokal
F. Kegiatan Pembelajaran
WA
KEGIATAN DISKRIPSI
KTU
 Berbaris, berdoa, presensi, dan apersepsi dengan 10
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan men
Pendahulu
pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya. it
an
 Pengkondisian fisik, mental, untuk mengikuti pembelajaran.
 Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
1. Guru membagikan lembar kerja tentang materi (pemberian 85
tanggung jawab…) men
2. Peserta didik mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh it
guru (mengamati)
3. Peserta didik mendiskusikan lembar kerja yang diberikan
dengan teman-temannya.(menanya)
4. Peserta didik melakukan klarifikasi dan konfirmasi pada guru
tentang tugas yang diberikan. (menanya)
5. Peserta didik secara berpasangan bertindak sebagai pelaku
Inti dan pengamat (proses tanggung jawab…
6. Pelaku mencoba melakukan gerakan sebagaimana yang ada
di lembar kerja (mencoba, menyaji)
7. Pengamat mengamati gerakan yang dilakukan oleh pelaku
(analisis, menalar)
8. Pengamat melakukan koreksi tentang gerakan yang
dilakukan oleh pelaku (evaluasi, menalar,)
9. Pelaku memperbaiki gerakan sesuai hasil koreksi dari
pengamat (menyaji)
10. Setelah semua tugas gerak dilakukan oleh pelaku dan
dikoreksi oleh pengamat maka dilakukan pergantian peran
(nilai apa yang terjadi…..)
11. Setelah semua peserta didik melakukan tugas gerak
yang diberikan sesuai lembar kerja yang diberikan oleh guru,
peserta didik diberi kesempatan mencari alternative gerakan
selain yang ada di lembar kerja (mencipta)
--- LK dilampirkan…
 Pendinginan. 25
 Evaluasi proses pembelajaran dengan memberikan tes Men
lisan atau tertulis tentang materi passing bawah it
 Melakukan refleksi oleh guru dengan melibatkan peserta
Penutup
didik tentang materi passing bawah
 Memberikan umpan balik dan penugasan pada peserta
didik
 Menarik kesimpulan dari hasil pembelajaran, dan berdoa

G. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat :
- Lapangan, Bola softball, pemukul, kesed, pluit.
3. Sumber Belajar
- Buku Guru dan Buku Siswa Kurikulum 2013
- Buku referensi lain yang sesuai
H. Penilaian
1. Penilaian sikap
Selama proses pembelajaran guru mengamati sikap yang muncul pada
saat anak melakukan aktivitas di dalam kelas. Sikap yang diharapkan
selama proses pembelajaran, yaitu bertanggung jawab, sportif, dan
disiplin.
Keterangan:
Berikan tanda cek ( √ ) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta
ujian menunjukkan atau menampilkan perilaku yang diharapkan. Tiap
perilaku yang di cek ( √ ) mendapat nilai 1.

RUBRIK PENILAIAN
SIKAP DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PERILAKU YANG DIHARAPKAN CEK (√ )


A. Sportif
1. Menghargai teman dan lawan V
2. Menerima kekalahan V
3. Mentaati peraturan permainan V
B. Tanggung jawab
3.1.1 Menjaga dan menggunakan peralatan pembelajaran V
sesuai dengan penggunaannya
3.1.2 Mengembalikan peralatan pembelajaran ketempat yang V
telah disediakan
3.1.3 Menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain dalam V
beraktivitas.
3.1.4 Menjaga ketertiban lingkungan sekitar V
3.1.5 Menjaga dan menggunakan peralatan pembelajaran V
sesuai dengan penggunaannya
C. Disiplin
1. Mengikuti kegiatan sesuai waktu yang ditentukan V
2. Mengikuti semua proses pembelajaran V
JUMLAH
JUMLAH MAKSIMAL : 10

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai =
X 100%
Jumlah skor maksimal

NILAI KRITERIA

90 – 100 Amat Baik ( AB)

78 – 89 Baik (B)

66 – 77 Cukup (C)

< 65 Kurang (K)

2. Pengetahuan:
Jawab secara lisan atau tulisan, pertanyaan-pertanyaan mengenai
konsep gerak passing bawah dalam permainan softball
No Pertanyaan Kriteria Persekoran Jumlah
1 2 3 4
1 Jelaskan sikap awal kaki, tangan,
dan pandangan ketika akan
melakukan teknik dasar melempar
dalam permainan softball!
2 Jelaskan posisi kaki, tangan, dan
pandangan ketika melakukan
lemparan pada permainan softball
3 Jelaskan sikap akhir kaki, tangan,
dan pandangan ketika akan
melakukan teknik lemparan
permainan softball
4 Jelaskan rangkaian gerakan
melempar pada permainan softball !
5 Jelaskan kesalahan-kesalahan
sikap awal dalam melakukan teknik
melempar pada permainan softball
6 Jelaskan kesalahan-kesalahan
sikap perkenaan dalam melakukan
teknik lemparan pada permainan
softball
7 Jelaskan kesalahan-kesalahan
sikap akhir dalam melakukan teknik
lemparan pada permainan softball
Keterangan:
1. Skor 4: Jika peserta didik mampu menjelaskan tiga indikator (kaki,
tangan, dan pandangan)
2. Skor 3: Jika peserta didik mampu menjelaskan dua indikator.
3. Skor 2: Jika peserta didik mampu menjelaskan salah satu
indikator.
4. Skor 1: Jika peserta didik tidak satupun pertanyaan di atas
mampu dijelaskan

Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas jawaban peserta ujian, dengan rentang
nilai antara 1 sampai dengan 4
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai = X 100
Jumlah skor maksimal

3. Tes unjuk kerja (keterampilan):


1). Lakukan teknik dasar lempar tangkap softball
Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang
nilai antara 1 sampai dengan 3
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai =
X 100
Jumlah skor maksimal

RUBRIK PENILAIAN PASSING BAWAH


Nilai
No Dimensi Indikator Deskripsi Gerak
3 2 1
1 Sikap Awal - Kaki merenggang
dengan santai
- Lutut ditekuk dalam
1. Kaki
posisi rendah
- Salah satu kaki di
depan
- Jari tangan digenggam
- Kedua lengan di depan
2. Tangan
badan
- Kedua lengan lurus
- Punggung direndahkan
3. Badan dan Pandangan
- Posisi badan relax
Mata
- Pandangan ke depan
2 Pelaksanaan - Kaki bergerak ke arah
2. Kaki datangnya bola
- Kaki sedikit diulurkan
- Lutut diluruskan
- Pukullah bola jauh dari
badan
- Tangan lurus, sikut
2. Tangan
dikunci
- Perkenaan bola pada
lengan bagian bawah
- Berat badan dialihkan
ke depan
3. Badan dan Pandangan - Pinggul bergerak ke
Mata depan
- Pandangan mata ke
arah datangnya bola
3 Sikap Akhir - Salah satu kaki
melangkah ke depan
1. Kaki
- Lutut diluruskan
- Kedua kaki
- Jari tangan digenggam
- Landasan mengikuti
2. Tangan bola ke sasaran
- Lengan sejajar di
bawah bahu
3. Badan dan Pandangan - Pindahkan berat badan
Mata ke arah sasaran
- Badan diluruskan
- Perhatikan bola ke
arah sasaran

Keterangan :
1. Peserta mendapatkan nilai 3, apabila ada tiga indikator yang dilakukan
benar.
2. Peserta mendapatkan nilai 2, apabila ada dua indikator yang dilakukan
benar.
3. Peserta mendapatkan nilai 1, apabila ada satu indikator yang dilakukan
benar dan tidak ada satu indikator pun yang dilakukan benar
4. Nilai maksimal adalah 27

Yogyakarta,
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah

Drs. Munjid Nur Alamsyah,MM Hanindito SP.d


NIP 196112121987031007 NIP.197206182006011006

Anda mungkin juga menyukai