Anda di halaman 1dari 15

PANJAT TEBING (CLIMBING)

Panjat tebing atau climbing merupakan bagian dari mountainnering (merupakan kata lain
dari olahraga mendaki). Istilah mountainnering mempunyai arti yang begitu luas sehingga tidak
bisa bagi kita untuk mendefenisikannya sebagai panjat saja atau dengan artian lainya.
Panjat tebing merupakan salah satu olahraga menantang yang selalu dikaitkan dengan
kegagahan, keberanian da rasa heroic. Kegiatan ini mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1976,
ketika sekelompok mahasiswa ITB mulai merambah gugusan tebing seputar citatah, bandung.
Olah raga ini mendapat tempat dan menjadi alternative petualangan baru bagi kaum muda
terutama yang bergabung dengan kelompok pecinta alam dan pendaki gunung. Di Indonesia
bentuk kegiatan ini sudah membentuk suatu badan yaitu Federasi Panjat Tebing Indonesia
(FPTI). Pada kegiatan ini ada 2 jenis yaitu panjat tebing natural dan buatan.

Jenis-Jenis Medan:
1. Rock Climbing
Daerah berbukit adakalanya membentuk dinding yang relative vertical yang biasanya
merupakan rintangan dilapangan sewaktu melakukan pendakian. Pada dinding biasanya
ditumbuhi oleh tumbuhan besar dan kecil bahkan dapat berlumut sehingga bertambah beratnya
medan. Tebing akan berbahaya didaki karena tidak semuanya memiliki dinding yang datar,
adakalanya ada yang membentuk dinding yang kasar dengan tonjolan-tonjolan, berpasir,
bertanah, sehingga menyulitkan untuk berpegang, bahkan ada tebing yang mempunyai lowongan
yang menjorok kedalam yang membentuk goa kecil (Haul). Adakalanya dengan latihan yang
seperlunya diharapkan pecinta alam akan memiliki keterampilan yang diperlukan pada medan
yang seperti ini sehingga kelancaran ekspedisi mencapai hasil yang diharapkan.
2. Wall Climbing
Wall climbing adalah dinding panjat buatan dimana point-point atau pijakan terbuat dari
fiber resin. Pada pemajatan ini sengatlah berbeda dengan pemanjatan yang dilakukan di rock atau
tebing alami, karena pada wall pijaka tersebut mempunya banyak pilihan untuk dilalui,
sedangkan pada tebing kita hanya menggunakan cacat-cacat yang ada pada tebing tersebut
sehingga kita tidak mempunya banyak pilihan. Latar belakang dibuatnya dinding panjat buatan
ini karena ada anggapan bahwa memanjat di rock tersebut dapat merusak tebing beserta
ekosistem lainnya, selain itu pada wall kita tidak bersusah payah untuk jauh-jauh mencari tebing
yang bias dipanjat.

Peralatan yang digunakan:


1. Tali
Fungsi utamanya adalah sebagai pengaman. Mengingat begitu ppentingnya fungsi tali
maka tali haruslah kuat. Kekuatan tapli tergantung diameternya dan pabrik pembuatnya.
Dianjurkan tali yang digunakan telah di uji oleh UIAA (badan penguji kekuatan peralatan
pendakian). Tali yang digunakan adalah karmantle, terbuat darianyaman silang serat nilon.
Panjang tali sebaiknya 50 meter dimna hal ini masih memungkinkan kmunikasi antara
pemanjat dengan belayer. Kekuatan tali karmantle berkisar 3000-6000 pounds.
Tali karmantle terbagi 2 yaitu:
 Statis
Tali yang mempunyai kelenturan mencapai 2-5 % dari berat max yang diberikan.
Sifatnya kaku, umunya bewarna hijau atau putih dan biasanya digunakan untuk
reppeling.
 Dinamis
Tali yang mempunyai daya lentur mencapai 5-15 % dari berat max. sfatnya lentur,
bewarna menyolok. Inilah yang digunakan oleh para pemanjat tebing untuk
pemanjatan.
2. Carabiner
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners (titik
pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh.
Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing
mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar 2700
pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds.
3.Webbing dan Sling
Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan
berbentuk tubular, sering digunakan untuk Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness,
atau Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau untuk
membawa peralatan. Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang
biasa digunakan untuk macam-macam body slings.
4.Piton
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini
ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas
piton digunakan hammer. Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu
Bongs, Bugaboos, Knife-blades dan Angle.

5.Chock
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners). Dibuat dalam
beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope
chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead. Chock dibuat dari alumunium alloy
sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada
rekahan..
6.Ascendeur
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik,
mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur
sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner.
7.Descendeur
Alat ini digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk menjaga agar
pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali,
sehingga tidak terasa panas.
8.Etrier(tangga)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka
etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier
menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk
menambah ketinggian.
9.Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan
mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan
simpul bowline on a coil. Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari
pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
10.Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk
melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan.
11.Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang
akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata.
Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan basah dipakai yang bersol tebal
dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi, untuk melindungi mata kaki.

Aba-Aba Dalam Panjat Tebing


1. On belay adalah aba-aba yang diucapkan oleh si belayer bahwasanya ia siap untuk
membelay si climber.
2. Belay on adalah aba-aba yang diucapkan oleh si climber bahwasanya ia siap untuk
memanjat.
3. Pull, gunanya untuk meregangkan tali yang diucapkan oleh si climber kepada
belayer.
4. Slag, gunanya untuk mengendorkan tali yang diucapkan oleh si climber kepada
belayer.
5. Rock, gunanya untuk memberi tahu bahwa ada jatuhan benda dari atas, misalnya
ada batu yang jatuh dari atas dan aba-aba ini diucapkan oleh siapa saja yang
melihatnya termasuk penonton atau orang yang berada disekitaran lokasi.
6. Belay off adalah aba-aba yang diucapkan oleh si climber bahwa ia telah selesai
melakukan pemanjatan, kemudian ia memberi tahu belayer bahwa ia siap untuk
membuka perlengkapannya.
7. Off belay adalah aba-aba yang diucapkan oleh belayer bahwa ia juga siap untuk
membuka perlengkapannya.
8. Lowr me adalah aba-aba yang diucapkan oleh si climber pada saat ia sedang
dalam bahaya atau kesulitan dan berguna untuk memberi tahu belayer untuk
segera menurunkannya.
9. Lowring adalah aba-aba yang diucapkan oleh belayer bahwa ia akan menolong
kemudian menurunkan si climber

TALI TEMALI

Dalam kehidupan sehari-hari kita kenal yang namanya simpul, ikatan. Simpul adalah hubungan
antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu,
balok, bambu dan sebagainya.Tali temali adalah keterampilan dalam menggunakan tali dan
membuat simpul-simpul untuk menciptakan ikatan yang tepat dan aman.

Macam-macam Jenis Tali

1. Hawserlaid (Laid Rope)


Tali yang terdiri dari serat halus terbuat dari nylon, yang dipilin menjadi 3
bagian.(Gambar Hawserlaid)
Kelebihan hawserlaid :
 Tahan terhadap abrasi
 Mempunyai daya lentur yang tinggi ( sampai 40%)- Konstruksinya sedemikian rupa
sehingga memudahkan pengamatan kerusakan yang terjadi padatali
Kekurangan hawserlaid :
 Cenderung menjadi kaku bila sudah sering dipakai, sehingga agak sukar membuat
simpul, dalamhal membuat simpul harus diperiksa benar-benar apakah simpul
sudah terjalin rapih, apa belumdemi keamanan.
 Bentuknya yang demikian rupa cenderung melintir bila dipakai untuk
abseiling (turun melaluitali).

2. Kernmantel (Mantel Rope)


Keramantel adalah tali yang terdiri dari 2 bagian, yaitu :Bagian dalam ini
(kern) yang terdiri dari serat-serat berwarna putih. Bagian luar (mantel)
yangmerupakan anyaman yang melindungi bagian inti. Tali jenis ini lebih praktis dan
lebih baik di dalam penggunaan, sebab permukaan tali lebih rata sehingga mengurangi
gesekan pada tangan atau bendalainnya. Berdasarkan konstruksi dan Penggunaannya,
Kernmantel dibagi menjadi:
a. Kernmantel Dinamis
 sangat mudah digunakan untuk membuat berbagai jenis simpul
 memiliki kemuluran yang lebih tinggi, sehingga sangat cocok untuk
menahan jatuhnya pemanjat dengan hentakan yang tidak terlalu keras pada tali.
 memiliki pelindung yang lebih tipis sehinggan tali kernmantle dynamic memiliki
kekuatanyang cukup.
 tali terbaik untuk menahan seseorang ketika jatuh karena memiliki kelenturan
yang tinggi.
 memiliki kemuluran yang terlalu tinggi, sehingga untuk penggunaan dalam
vertical rescue k u r a n g t e p a t k a r e n a a k a n m e n e m u i k e n d a l a p a d a
p e n g g u n a a n descending, ascending,maupun hauling

b. Kernmantel Statis
 static memiliki kemuluran yang rendah, hanya 3% hingga 20% persen
kemuluran dialamiketika tali dibebani tubuh seseorang.
 memiliki elastisitas tinggi, tali kernmantle static dapat mennyesuaikan diri dengan
berbagai penggunaan seperti pada tali lainnya.
 memiliki kekuatan paling besar dibanding jenis tali lainnya,
t e t a p i u n t u k k e m u d a h a n penggunaan, tali kernmantle static lebih kaku di
bandinf tali lainnya.
 tidak mudah mulur, tidak mudah lecet, anti debu dan anti kotor,
memiliki kekuatan yang besar.
 terlalu mudah menyerap dan sulit untuk dibuat jenis-janis simpul.(Gambar
kernmantel statis)c. Kernmantel Semi Statis
 digunakan untuk penyelamatan (Rescue Rope)
 bagian luarnya tidak dianyam dengan rapat sama seperti yang digunakan dalam ro
ck climbing tetapi bagian dalamnya lurus dan sama seperti kontruksi pada speleo
rope sehinggadaya lenturnya rendah (10%).
 tali ini dapat meredam Vovo effeck dan mudah dibuat simpul.

MACAM-MACAM SIMPUL
1. Simpul Pita berfungsi untuk menyambung 2 tali pipih (Webbing) yang berguna sebagai
alternatif Harness ( Tali Tubuh ) di akhir simpul yang harus dipakai simpul pita ini.
Simpul pita dibuat dengan menyimpulkan kedua ujung tali pipih baik tali pipih satu
dengan tali pipih yang lain atau dengan tali pipih itu sendiri menjadi satu.

2. Overhand Knot / Simpul Mati


Simpul mati berfungsi untuk menyambung 2 tali yang berdiameter sama. Simpul ini
dapat dibuat dengan mensejajarkan dua ujung tali lali menyimpulkan menjadi satu.
berbeda dengan simpul pita pada webbing atau tali pipih, simpul mati dikhususkan untuk
menyambung 2 tali.
3. Figure Eight Loop / Simpul Delapan
Simpul Delapan berfungsi sebagai simpul wajib pada pemanjat (Dikenakan pada cincin
harness / tali tubuh) dan juga sebagai penambat back up pada sistem penambatan pada
saat membuat pitch pada suatu pemanjatan.

Semua pemanjat tebing harus tau simpul ini dan barangkali hampir 90% pemanjat
tebing didunia menggunakan simpul ini pada saat mereka memanjat. Kalo kamu manjat
dengan pemanjat yang enggak tau simpul ini, perlu dipertanyakan kamampuan pemanjat
tsb (jangan manjat ama dia!).
 Kelebihan:
Simpul ini mudah untuk dipelajari dan mudah untuk dicek
 Simpul ini memiliki kekuatan 75-80 %. Jadi simpul Figure
Eight ini lebih kuat dibandingkan simpulBowline.
Kelemahan: Kalo kamu sering jatuh dan menggantung pada simpul ini, setelah
pemanjatan selesai maka simpul ini akan sangat erat dan susah dilepas. Cara melepas
ikatan ini yaitu dengan memegang dua sisi angka delapan-nya masing2 dengan tangan
kanan dan kiri kemudian goyang2kan kedua tangan tsb keatas dan kebawah berulang2
seperti saat kita mau mematahkan/membengkokkan sebatang tongkat. Dengan cara ini
biasanya simpul figure eight akan menjadi lentur dan lebih mudah dilepas.

4. Figure of Eight Follow


Diawali dengan membuat Single of Eight, yang kemudian dikaitkan pada anchor atau
harnes, Cara ini dikenal dengan threaded system. yaitu dengan mengikuti simpul yang
telah dibuat sebelumnya.
5. Figure of Eight Knot
Jenis simpul delapan ini dibuat dengan cara menggandakan tali utama, digunakan hanya
karabiner, sedang untuk anchor atau harness dibuat dengan cara threaded
system. Kebiasaan methode ini cocok untuk mengikat tali langsung dengan harnes.

6. Simpul Bowline
Kelebihan:
Lebih mudah untuk dilepas/ diurai meskipun pemanjat jatuh berkali2 dan mempererat simpul
tsb.
Kelemahan:
 Belajar mengikat simpul ini enggak semudah mengikat simpul Figure Eight.
Tidak sekuat simpul Angka Delapan
 Kekuatan 70-75%.
 Agak sulit untuk mengecek benar tidaknya ikatan pada simpul ini. Sering2 di cek
terutama bagi mereka yang baru belajar mengikat simpul ini.
 Usahakan selalu mengikat kedua simpul ini langsung ke lubang ikatan harness dan
jangan menyambung simpul ditambang tsb ke harness menggunakan karabiner.
Bagaimanapun juga karabiner bisa gagal dan tidak berfungsi, apakah karena rusak
atau kita lupa menguncinya.
7. Clove hitch / Simpul Pangkal
Simpul pangkal adalah simpul utama yang berfungsi untuk membuat penambatan baik itu
dalam pemanjatan dan untuk membuat aktivitas yang berhubungan dengan abseling /
rappelling maupun kenapa harus simpul pangkal yang dipakai karena simpul pangkal
mudah dalm pembuatnnya dan pengaturannya.

8. Italian hitch / Simpul Italia


Simpul Italia berfungsi sebagai pengganti alat – alat belay device yang pada artinya
simpul Italia ini untuk membelay pada saat tertentu atau kondisi kritis.

9. Prusik Knot / Simpul Prusik


Mungkin ada diantara kita yang mengenal prusik sebagai nama sebuah tali atau alat itu
tidaklah benar karena prusik adalah nama simpul yakni simpul prusik. Simpul Prusik ini
berfungsi sebagai pengganti alat ascendeur karena simpul ini pada awalnya untuk
menaiki tali kermantle yang lebih besar diameternya.
1. Slip Knot
Slip Knot adalah simpul kombinasi antara simpul pangkal dan simpul mati yang
berfungsi sebagai pengunci simpul pangkal.

2. Alpine Butterflay Knot / Simpul Kupu – kupu


Simpul kupu – kupu berfungsi sebgai penyambung dua tali yang friksi khususnya untuk
tali kermantle.

Klasifikasi panjat tebing


Dalam panjat tebing terdapat 2 klasifikasi pembedaan, yaitu :
1.Pembedaan yang pertama adalah antara Free Climbing dengan Artificial Climbing.Free
Climbing adalah suatu tipe pemanjatan di mana si pemanjat menambah ketinggian dengan
menggunakan kemampuan dirinya sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam Free Climbing,
alat digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk menambah ketinggian.
Bedanya dengan Artificial Climbing, di mana alat selain digunakan sebagai pengaman, juga
berfungsi untuk menambah ketinggian.
2.Pembedaan yang kedua adalah antara Sport Climbing dengan Adventure Climbing.Sport
Climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Dalam
Sport Climbing, pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga
kesehatan. Sedangkan pada Adventure Climbing, yang ditekankan adalah lebih pada nilai
petualangannya.
Kelas dan grade dalam panjat tebing
Kelas :
Kelas1:CrossCountryHiking
Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki/menambah
ketinggian.
Kelas2:Scrambling
Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.
Kelas3:EasyClimbing
Secara scrambling dengan bantuan , dasar teknik mendaki (climbing) sangat membantu,
untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
Kelas4:RopeClimbingwithbelaying
Belay (pengaman) dipasang pada anchor (titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi
sebagai pengaman.
Kelas5
Kelas ini dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), di mana semakin tinggi angka di
belakang angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners
dipakai sebagai pengaman.
Grade
Merupakan ukuran banyaknya teknik pendakian yang diperlukan. Faktor rute yang sulit dan
cuaca buruk dapat menambah bobot grade menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, tebing kelas 5.7
yang rendah dan dekat dengan jalan raya, mungkin akan mempunyai grade I (satu). Pembagian
grade adalah sebagai berikut.

Etika dan gaya dalam panjat tebing


A.ETIKA
Di antara masyarakat pemanjat, juga terdapat etika yang kerap berbenturan. Suatu contoh
adalah ketika Ron Kauk membuat suatu jalur dengan teknik rap bolting di kawasan Taman
Nasional Lembah Yosemite, Amerika Serikat. Kawasan pemanjatan ini terkenal sebagai kawasan
pemanjat tradisional dan mempunyai peraturan konservasi alam yang ketat. Pembuatan jalur
dengan cara demikian tak dapat dibenarkan oleh para pemanjat tradisional di kawasan ini, di
antaranya adalah John Bachar. Bachar menganggap bahwa semua jalur yang ada di Yosemite
harus dibuat dengan cara tradisional, yaitu sambil memanjat (leading). Kasus ini menjadi besar
karena sampai menimbulkan perkelahian di antara kedua pemanjat yang berlainan aliran itu.
Kasus tersebut menggambarkan bagaimana etika sering menimbulkan perdebatan..
B. GAYA
Gaya harus sesuai dengan pendakian. Gaya yang berlebihan untuk tebing yang kecil,
sebaik apapun gaya tersebut akhirnya menjadi gaya yang buruk. Mendaki secara alamiah dengan
bantuan teknis terbatas adalah gaya yang baik. Kita harus bekerja sama denga tebing, jangan
memaksanya. Kita dapat menggunakan point-point alamiah seperti batu, tanduk (horn), pohon,
atau pada batu yang terjepit didalam celah (Chockstone). Akhirnya kita sampai pada pendakian
sendiri, tanpa menggunakan tali, Maksudnya adalah menyesuaikan gaya dengan pendakian dan
kemampuan diri. Gaya yang baik adalah persesuaian yang sempurna - penapakan dari dua sisi
yang baik antara ambisi dan kemampuan.

Praktik panjat tebing


1.Bergerak
Bergerak pada tebing lebih menuntut perhatian kita dalam menggunakan kaki. Pijakan kaki
yang mantap akan lebih memudahkan kita dalam bergerak dan untuk memperoleh
keseimbangan tubuh. Seorang yang baru belajar panjat tebing biasanya akan memusatkan
perhatian pada pegangan tangan. Hal ini justru akan mempercepat lelah dan kehilangan
keseimbangan.

2.MenggunakanKaki
Dalam setiap gerakan, pengerahan energi harus diperhitungkan, sehingga pada saat
dibutuhkan, energi tersebut dapat dikerahkan secara penuh. Konservasi energi dengan
koordinasi antara otak dengan tubuh adalah keseimbangan antara apa yang terpikir dan apa
yang mampu dilakukan tubuh kita. Posisi telapak kita jelas akan menentukan ketepatan titik
beban pada kaki. Menempelkan lutut pada tebing justru akan merusak keseimbangan.
Usahakan untuk merencanakan penempatan kaki dahulu sebelum mencari pegangan tangan.

3.MenggunakanTangan
Setelah menempatkan posisi kaki dengan benar, tangan akan membantu dalam mencapai
keseimbangan tubuh seseorang pendaki dengan memanfaatkan rekahan atau tonjolan batu.
Rekahan tersebut bisa berupa rekahan kecil dan besar yang cukup untuk seluruh badan.
Tonjolan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, tonjolan tajam (incut), tonjolan
datar (flat), dan tonjolan bulat (rounded/sloping).

4.GerakanKhususDalamPanjatTebing
Dalam bergerak, sering dijumpai kondisi medan yang sulit dilewati dengan hanya
mengandalkan teknik pegangan biasa. Untuk itu, ada beberapa gerakan khusus yang penting
diketahui.
a.Layback
Diantara dua tebing yang berhadapan dan membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai
suatu retakan yang memanjang dari bawah ke atas.
b.Chimney
Bila kita menemukan dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup besar
untuk memasukkan tubuh.
c.Mantelshelf
Dilakukan bila menghadapi suatu tonjolan datar atau flat yang luas sehingga dapat menjadi
tempat untuk berdiri
d.Cheval
Cara ini dilakukan pada batu yang biasa disebut arete yaitu bagian punggung tebing batu
dengan bidang yang sangat tipis dan kecil.
e.Traversing
Adalah gerakan menyamping atau horisontal dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan ini
dilakukan untuk mencari bidang batu yang baik untuk dipanjat, untuk mencari rute yang
memungkinkan menuju ke atas.
f.SlabClimbing/FrictionClimbing
Dilakukan pada tebing yang licin dan tanpa celah atau rekahan serta kondisi tidak terlalu
curam.

5. Leading and Runners


a.Leading(memimpinpendakian)
Umumnya dalam setiap pendakian, harus ada seorang yang menjadi pendaki pertama
(leader), biasanya dipilih seorang yang berpengalaman. Untuk menjadi leader dibutuhkan
pengetahuan yang cukup tentang panjat tebing.
b.Runners
Runners adalah tempat tumpuan tali pengaman yang dipasang oleh pendaki pertama untuk
memperkecil jarak jatuh yang mungkin timbul. Semakin banyak runners yang dipakai, makin
terjaga pula pengamanan untuk si pendaki.

6. Belaying dan Anchor


a) Belaying
Merupakan hal yang penting dalam suatu rangkaian panjat tebing (claimbing chain).
Belayer yang baik harus terlatih sehingga dapat menyelamatkan leader, bila leader
terjatuh..
b) Anchor
Anchor (jangkar) adalah suatu titik keamanan awal dimana yang kita buat
disangkutkan di sana. Anchor berguna untuk mengikatkan tali yang telah bersimpul
tersebut dan dipakai untuk rappeling (turun), naik (memakai alat) atau untuk
mengikatkan seseorang bila ia menjadi seorang belayer.
c) BelayingdanpenggunaanRunners
Ada beberapa pendaki yang senang melakukan panjat tebing seorang diri, tetapi
kebanyakan kegiatan ini dilakukan oleh satu kelompok yang terdiri dari beberapa
pendaki. Dalam ‘free climbing’ beberapa alat pendakian juga digunakan, meskipun
pemakaian terbatas untuk proteksi saja.

7.Abseiling(Rapeling)
Setelah mencapai puncak tebing, persoalan berikutnya adalah bagaimana turun kembali. Pada
saat turun, pandangan pendaki tidak seluas atau sebebas ketika mendaki. Inilah sebabnya
mengapa turun lebih sulit dari pada mendaki. Karenanya alat sangat diperlukan pada saat
turun tebing (abseiling/rapeling). Cara turun dengan menggunakan tali melalui gerakan atau
sistem friksi sehingga laju luncur pendaki dapat terkontrol.

9.Artificial Climbing
Pada suatu keadaan tertentu dimana tebing tidak ada hold (tonjolan batu) tetapi hanya ada
rekahan kecil yang tidak dapat digunakan untuk pijakan dan pegangan, maka pendakian akan
menggunakan alat berupa piton, friend, chock serta etrier dalam menambah ketinggian.
Dalam hal ini etrier menjadi alat yang sangat vital sebagai pijakan.

Anda mungkin juga menyukai