Panjat tebing atau climbing merupakan bagian dari mountainnering (merupakan kata lain
dari olahraga mendaki). Istilah mountainnering mempunyai arti yang begitu luas sehingga tidak
bisa bagi kita untuk mendefenisikannya sebagai panjat saja atau dengan artian lainya.
Panjat tebing merupakan salah satu olahraga menantang yang selalu dikaitkan dengan
kegagahan, keberanian da rasa heroic. Kegiatan ini mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1976,
ketika sekelompok mahasiswa ITB mulai merambah gugusan tebing seputar citatah, bandung.
Olah raga ini mendapat tempat dan menjadi alternative petualangan baru bagi kaum muda
terutama yang bergabung dengan kelompok pecinta alam dan pendaki gunung. Di Indonesia
bentuk kegiatan ini sudah membentuk suatu badan yaitu Federasi Panjat Tebing Indonesia
(FPTI). Pada kegiatan ini ada 2 jenis yaitu panjat tebing natural dan buatan.
Jenis-Jenis Medan:
1. Rock Climbing
Daerah berbukit adakalanya membentuk dinding yang relative vertical yang biasanya
merupakan rintangan dilapangan sewaktu melakukan pendakian. Pada dinding biasanya
ditumbuhi oleh tumbuhan besar dan kecil bahkan dapat berlumut sehingga bertambah beratnya
medan. Tebing akan berbahaya didaki karena tidak semuanya memiliki dinding yang datar,
adakalanya ada yang membentuk dinding yang kasar dengan tonjolan-tonjolan, berpasir,
bertanah, sehingga menyulitkan untuk berpegang, bahkan ada tebing yang mempunyai lowongan
yang menjorok kedalam yang membentuk goa kecil (Haul). Adakalanya dengan latihan yang
seperlunya diharapkan pecinta alam akan memiliki keterampilan yang diperlukan pada medan
yang seperti ini sehingga kelancaran ekspedisi mencapai hasil yang diharapkan.
2. Wall Climbing
Wall climbing adalah dinding panjat buatan dimana point-point atau pijakan terbuat dari
fiber resin. Pada pemajatan ini sengatlah berbeda dengan pemanjatan yang dilakukan di rock atau
tebing alami, karena pada wall pijaka tersebut mempunya banyak pilihan untuk dilalui,
sedangkan pada tebing kita hanya menggunakan cacat-cacat yang ada pada tebing tersebut
sehingga kita tidak mempunya banyak pilihan. Latar belakang dibuatnya dinding panjat buatan
ini karena ada anggapan bahwa memanjat di rock tersebut dapat merusak tebing beserta
ekosistem lainnya, selain itu pada wall kita tidak bersusah payah untuk jauh-jauh mencari tebing
yang bias dipanjat.
5.Chock
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners). Dibuat dalam
beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope
chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead. Chock dibuat dari alumunium alloy
sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada
rekahan..
6.Ascendeur
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik,
mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur
sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner.
7.Descendeur
Alat ini digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk menjaga agar
pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali,
sehingga tidak terasa panas.
8.Etrier(tangga)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka
etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier
menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk
menambah ketinggian.
9.Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan
mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan
simpul bowline on a coil. Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari
pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
10.Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk
melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan.
11.Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang
akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata.
Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan basah dipakai yang bersol tebal
dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi, untuk melindungi mata kaki.
TALI TEMALI
Dalam kehidupan sehari-hari kita kenal yang namanya simpul, ikatan. Simpul adalah hubungan
antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu,
balok, bambu dan sebagainya.Tali temali adalah keterampilan dalam menggunakan tali dan
membuat simpul-simpul untuk menciptakan ikatan yang tepat dan aman.
b. Kernmantel Statis
static memiliki kemuluran yang rendah, hanya 3% hingga 20% persen
kemuluran dialamiketika tali dibebani tubuh seseorang.
memiliki elastisitas tinggi, tali kernmantle static dapat mennyesuaikan diri dengan
berbagai penggunaan seperti pada tali lainnya.
memiliki kekuatan paling besar dibanding jenis tali lainnya,
t e t a p i u n t u k k e m u d a h a n penggunaan, tali kernmantle static lebih kaku di
bandinf tali lainnya.
tidak mudah mulur, tidak mudah lecet, anti debu dan anti kotor,
memiliki kekuatan yang besar.
terlalu mudah menyerap dan sulit untuk dibuat jenis-janis simpul.(Gambar
kernmantel statis)c. Kernmantel Semi Statis
digunakan untuk penyelamatan (Rescue Rope)
bagian luarnya tidak dianyam dengan rapat sama seperti yang digunakan dalam ro
ck climbing tetapi bagian dalamnya lurus dan sama seperti kontruksi pada speleo
rope sehinggadaya lenturnya rendah (10%).
tali ini dapat meredam Vovo effeck dan mudah dibuat simpul.
MACAM-MACAM SIMPUL
1. Simpul Pita berfungsi untuk menyambung 2 tali pipih (Webbing) yang berguna sebagai
alternatif Harness ( Tali Tubuh ) di akhir simpul yang harus dipakai simpul pita ini.
Simpul pita dibuat dengan menyimpulkan kedua ujung tali pipih baik tali pipih satu
dengan tali pipih yang lain atau dengan tali pipih itu sendiri menjadi satu.
Semua pemanjat tebing harus tau simpul ini dan barangkali hampir 90% pemanjat
tebing didunia menggunakan simpul ini pada saat mereka memanjat. Kalo kamu manjat
dengan pemanjat yang enggak tau simpul ini, perlu dipertanyakan kamampuan pemanjat
tsb (jangan manjat ama dia!).
Kelebihan:
Simpul ini mudah untuk dipelajari dan mudah untuk dicek
Simpul ini memiliki kekuatan 75-80 %. Jadi simpul Figure
Eight ini lebih kuat dibandingkan simpulBowline.
Kelemahan: Kalo kamu sering jatuh dan menggantung pada simpul ini, setelah
pemanjatan selesai maka simpul ini akan sangat erat dan susah dilepas. Cara melepas
ikatan ini yaitu dengan memegang dua sisi angka delapan-nya masing2 dengan tangan
kanan dan kiri kemudian goyang2kan kedua tangan tsb keatas dan kebawah berulang2
seperti saat kita mau mematahkan/membengkokkan sebatang tongkat. Dengan cara ini
biasanya simpul figure eight akan menjadi lentur dan lebih mudah dilepas.
6. Simpul Bowline
Kelebihan:
Lebih mudah untuk dilepas/ diurai meskipun pemanjat jatuh berkali2 dan mempererat simpul
tsb.
Kelemahan:
Belajar mengikat simpul ini enggak semudah mengikat simpul Figure Eight.
Tidak sekuat simpul Angka Delapan
Kekuatan 70-75%.
Agak sulit untuk mengecek benar tidaknya ikatan pada simpul ini. Sering2 di cek
terutama bagi mereka yang baru belajar mengikat simpul ini.
Usahakan selalu mengikat kedua simpul ini langsung ke lubang ikatan harness dan
jangan menyambung simpul ditambang tsb ke harness menggunakan karabiner.
Bagaimanapun juga karabiner bisa gagal dan tidak berfungsi, apakah karena rusak
atau kita lupa menguncinya.
7. Clove hitch / Simpul Pangkal
Simpul pangkal adalah simpul utama yang berfungsi untuk membuat penambatan baik itu
dalam pemanjatan dan untuk membuat aktivitas yang berhubungan dengan abseling /
rappelling maupun kenapa harus simpul pangkal yang dipakai karena simpul pangkal
mudah dalm pembuatnnya dan pengaturannya.
2.MenggunakanKaki
Dalam setiap gerakan, pengerahan energi harus diperhitungkan, sehingga pada saat
dibutuhkan, energi tersebut dapat dikerahkan secara penuh. Konservasi energi dengan
koordinasi antara otak dengan tubuh adalah keseimbangan antara apa yang terpikir dan apa
yang mampu dilakukan tubuh kita. Posisi telapak kita jelas akan menentukan ketepatan titik
beban pada kaki. Menempelkan lutut pada tebing justru akan merusak keseimbangan.
Usahakan untuk merencanakan penempatan kaki dahulu sebelum mencari pegangan tangan.
3.MenggunakanTangan
Setelah menempatkan posisi kaki dengan benar, tangan akan membantu dalam mencapai
keseimbangan tubuh seseorang pendaki dengan memanfaatkan rekahan atau tonjolan batu.
Rekahan tersebut bisa berupa rekahan kecil dan besar yang cukup untuk seluruh badan.
Tonjolan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, tonjolan tajam (incut), tonjolan
datar (flat), dan tonjolan bulat (rounded/sloping).
4.GerakanKhususDalamPanjatTebing
Dalam bergerak, sering dijumpai kondisi medan yang sulit dilewati dengan hanya
mengandalkan teknik pegangan biasa. Untuk itu, ada beberapa gerakan khusus yang penting
diketahui.
a.Layback
Diantara dua tebing yang berhadapan dan membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai
suatu retakan yang memanjang dari bawah ke atas.
b.Chimney
Bila kita menemukan dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup besar
untuk memasukkan tubuh.
c.Mantelshelf
Dilakukan bila menghadapi suatu tonjolan datar atau flat yang luas sehingga dapat menjadi
tempat untuk berdiri
d.Cheval
Cara ini dilakukan pada batu yang biasa disebut arete yaitu bagian punggung tebing batu
dengan bidang yang sangat tipis dan kecil.
e.Traversing
Adalah gerakan menyamping atau horisontal dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan ini
dilakukan untuk mencari bidang batu yang baik untuk dipanjat, untuk mencari rute yang
memungkinkan menuju ke atas.
f.SlabClimbing/FrictionClimbing
Dilakukan pada tebing yang licin dan tanpa celah atau rekahan serta kondisi tidak terlalu
curam.
7.Abseiling(Rapeling)
Setelah mencapai puncak tebing, persoalan berikutnya adalah bagaimana turun kembali. Pada
saat turun, pandangan pendaki tidak seluas atau sebebas ketika mendaki. Inilah sebabnya
mengapa turun lebih sulit dari pada mendaki. Karenanya alat sangat diperlukan pada saat
turun tebing (abseiling/rapeling). Cara turun dengan menggunakan tali melalui gerakan atau
sistem friksi sehingga laju luncur pendaki dapat terkontrol.
9.Artificial Climbing
Pada suatu keadaan tertentu dimana tebing tidak ada hold (tonjolan batu) tetapi hanya ada
rekahan kecil yang tidak dapat digunakan untuk pijakan dan pegangan, maka pendakian akan
menggunakan alat berupa piton, friend, chock serta etrier dalam menambah ketinggian.
Dalam hal ini etrier menjadi alat yang sangat vital sebagai pijakan.