Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN SLING HITCHES / PENGANGKATAN SLING

Sling hitches atau pengikatan sling pada beban dilakukan sebagai tahap persiapan sebelum
aktivitas pengangkatan dimulai. Secara umum terdapat tiga jenis metode pengikatan sling yang
utama sesuai dengan jenis, bentuk, dimensi dan berat beban yang akan diangkat. Apabila kita salah
dalam menentukan metode pengikatan tersebut akan dapat berakibat fatal dalam proses
pengangkatan dan hal terburuknya dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses pengangkatan.

Beberapa rigger meskipun biasa melakukan pengikatan sling pada beban tetapi belum tentu dapat
mengidentifikasi jenis metode pengikatan dan kapasitas sling tersebut, dikarenakan dalam tiap
perubahan jenis pengikatan akan merubah kapasitas sling. Sling dapat digunakan dalam tiga
methode pengikatan, tetapi beberapa sling dapat juga di desain hanya khusus untuk satu jenis
pengikatan saja sesuai dengan peruntukan pengangkatan yang akan dilakukan.

Tiga jenis pengikatan pada Sling :


Pemilihan jenis sling dan cara pengikatan menyesuaikan dengan jenis, bentuk , dimensi dan berat
dari beban yang akan diangkat. Sling harus terpasang dengan aman pada beban dan rigger
memastikan dapat mengkontrol pergerakan beban untuk menghindari terjadinya melorot, meluncur
atau jatuhnya beban.

Untuk lebih akurat dari kapasitas sling sesuai jenis pengikatannya dapat melihat dari data pabrikan.
Berikut contoh Work Load Limit (WLL) sling sesuai dengan jenis bahan pembuat sling , metode
pengikatannya dan kapasitas yang terjadi.

Webbing Sling Hitch


Wire Rope Sling Hitch

Chain Sling Hitch


TEKNIK PEMASANGAN TALI (RIGGING)
Published Agustus 3, 2008 Home , Materi 7 Comments
Tag:Citaka, Materi

Rigging adalah teknik pemasangan tali baik vertikal , horizontal


maupun lintasan untuk rescue. Pemasangan lintasan ini harus
selalu memperhatikan beberapa syarat agar bisa disebut
sebagai rigging yang baik:
a. Aman untuk dilewati oleh semua anggota Tim.

b. Tidak merusak peralatan

c. Dapat dilewati oleh semua anggota Tim.

d. Siap digunakan untuk keadaan emergenci.

Anchor.

Anchor adalah point atau obyek yang akan dijadikan tambatan. Dalam pemilihan anchor perlu
adanya perhitungan antara lain :

a). Jenis tambatan

b). Posisi tambatan

c). Kekuatan tambatan.

Berdasarkan jenisnya, anchor dibagi menjadi :

a. Natural Anchor (tambatan alam)

1. Pohon, sebelum kita memakai jenis ini kita harus memeriksa jenis pohon, umur pohon
(dimensinya), tempat tumbuh, posisi tumbuh maupun kondisi dari pohon
tersebut.penentuan jenis pohon adalah dari jenis nilai kekuatan kayu (serabut tunggang).
Penentuan dari jenis akar ini dipengaruhi oleh mediah tumbuhya (andesit, kapur dl.).
Pemakaian dari jenis ini harus pula memperhatikan posisi tambatan yang kita pasang pada
pohon tersebut.

2. Lubang tembus.

Sebuah lubang yang bisa kita temui didinding, lantai maupun atap goa bisa
terbentuk vertikal maupun horizontal. Sebelum menggunakan kita harus mengecek
kelayakannya dengan memeriksa kekerasan batuan, keutuhan ,dan sruktur batuannya.
3. Rekahan, celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan (horizontal) maupun crek (vertikal).
Untuk jenis ini kita menggunakan pengamana sisip maupun paku tebing . bentuk celah , jenis
celah , lebar celah arah penyepitan celah kondisi , permukaan bidang yang akan di di
gunakan dan arah tarikan yang diinginkan harus diperhitungkan.

4. Chock Stone, batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman sisip, atau
biasa disebut chock. Sebelum digunakan terlebih dahulu periksa celah dan batu yang
terjepit. Untuk celah harus diperhatikan pada bentuk celah, jenis celah, lebar celah, arah
penyempitan celah dan kondisi permukaan bidang (bidang priksi, kekerasan pelapis). Untuk
batu yang terjepit periksa jenis dan keadaan dari bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu
kita tentukan arah tarikan yang akan dibuat lalu perhatikan posisi peletakan webbing
pengikatnya.

5. Tanduk (horn), jenis ini berupa pinggira dinding yang menonjol hasil dari air. Bentuk tonjolan
harus selalu diperhatikan untuk menentukan tarikan dan teknik pemasangan webbingnya.

6. Ornament, biasanya hanya digunakan untuk mendapat beban horisonn (deviasi), karena
ornament ini hanya menempel pada lantai tumbuhnya. Jenis anchor ini jarang digunakan
karena praktis merusak pertumbuhannya.

b. Anchor buatan, pada pembuatan lintasan jika sudah tidak dapat menemukan natural anchor
yang layak digunakan maka satu-satunya cara adalah menggunakan anchor buatan yang
menggunakan bolts/spit/tebing.

Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi atas :

a. Main anchor, anchor utama, yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat
lintasan digunakan

b. Back-up, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol, jumlah anchor
ini bisa lebih dari satu, dan nilai kekuatannya harus lebih besar dari main anchor.

Penempatan posisi back-up harus tetap memperhatikan keamanan tali dari friksi dan
kerusakan lainnya ketika main anchor jebol.
Fall Factor

Adalah beban hentakan yang diterima oleh tali, back-up anchor, maupun penelusur ketika main
anchor jebol. Untuk itulah harus selalu diperhatikan posisi antara main anchor dan back-up anchor.

Dalam kondisi medan tertentu kadang kita kesulitan untuk mendapatkan posisi back-up yang
lebih tinggi dari pada main anchor. Untuk mengatasi hal tersebut kita menurunkan nilai fall
factornya dengan memendekkan panjang lengkungan tali, memanjangkan simptul pada main
anchor maupun memanjangkan anchor.

Simpul

Simpul adalah suatu bentukan tertentu (lilitan, tekukan) yang dibuat pada tali yang di fungsikan
untuk menambatkan tali pada anchor, maupun untuk keperluan tertentu. Penegetahuan tentang
simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat adalah bagian penting yang
harus dimiliki seorang penelusur goa. Menguasai dan memahami simpul yang penting saja (sering
dipakai dan dapat digunakan pada saat emergency) jauh lebih baik dari pada hanya mengenal
bermacam-macam simpul tanpa tahu fungsi dan kegunaannya. Pendalaman dan pemahaman
simpul yang penting dan sering digunakan dalam penelusuran goa secara detail, akan memudahkan
jika ada terjadi emergency, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang penelusur dalam
membuat simpul tanpa harus membuat dua kali, sehingga berlaku sebagai reaksi otomatis.

Criteria simpul yang baik

Simpul yang baik untuk penelusur goa vertikal dibagi 5 (lima) criteria adalah sebagai berikut :

1. Mudah untuk dibuat dan serbaguna.

2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.

3. Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun bertumpuk pada saat
dibebani.

4. Mudah dilepas/diurai setelah dilbebani.


5. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.

Seorang penelusur yang baik harus ingat seperti apa simpul yang baik dan tahu cara
menelitinya lagi apakah simpul yang dibuat/akan dipergunakan sudah benar. Hal ini sebaiknya bisa
dijadikan standart praktek yan aman bagi sebuah tim penelusur goa dan bukannya diterima sebagai
suatu ejekan atau suatu penghinaan.

Factor keamanan yang dimaksud adalah kemampuan simpul tetap terikat kuat setelah disimpul.
Beberapa simpul dalam bentuk dasarnya cenderung kehilangan fungsi kerjanya bila tidak diberi
beban (mengendor) lilitannya. Seperti pada simpul bowline adalah contoh yang paling umum.
Untuk mengatasi hal itu simpul ini harus diakhiri dengan sebuah simpul Overhand Knot. Seluruh
lilitan dikencangkan dengan tangan sebelum dipakai dan diberi sisa paling sedikit 10 cm.

Pada prinsipnya semua simpul mengurangi kekuatan tali pada tempat simpul yang dibuat,
dengan alasan simpul tersebut mengakibatkan tali bertekuk-tekuk. Pada waktu tali diberi beban,
pilinan disisi dalam tekukan simpul mendapat beban lebih banyak disbanding serat sisi luar tekukan
simpul sehingga daerah tersebut menjadi lemah. Walaupun letak titik putus dari tali tidak bisa
dipastikan. Berikut daftar simpul yang banyak digunakan.

Bowline

Pada dasarnya bowline merupakan simpul yang paling banyak dikenal dan digunakan. Bowline
dapat memberikan hasil yang baik bila tali yang digunakan melingkari obyek tertentu misalnya,
anchor poin yang dipasang pada pohon atau pinggang. Bowline dapat dibuat dengan tepat dan
mudah tanpa memerlukan banyak latihan dan dapat dibuat dengan satu tangan dalam keadaan
gelap, sehingga sering digunakan dalam keadaan emergency. Kelebihan lain adalah bowline mudah
diuraikan kembali, walaupun barui saja mendapatkan beban mendekati beaking strength. Hal ini
dapat dibuktikan pada rescue. Harus selalu diingat ekor (tali) diletakkan dalam loop. Bowline belum
selesai sebelum diamankan disimpul dengan stopper yang biasa digunakan adalah Overhand Knot.

Figure eigth loop (simpul delapan)


Simpul figure eigth loop lebih aman dibandingkan bowline dan merupakan simpul yang sering
popular pada kegiatan penelusuran goa. Simpul ini dapat dibuat dengan benar jika ikatan pada
standing partnya berada diluar dan ekornya terletak didalam. Jika simpul ini dibuat terbalik
(standing parnya didalam) simpul ini akan berkurang lagi kekuatannya sebanyak 10 % dari standart
kekuatan simpul. Untuk figure eigth loop mempunyai kelebihan lain yaitu lebih cepat dan mudah
diteliti, selain itu simpul ini bersifat serba guna.

Overhand Knot

Simpul ini dapat digunakan sebagai pengganti simpul figure eigth loop like dalam keadaan
emergensi karena factor kecepatan. Bagaimanapun juga simpul overhand tidak kuat simpul
delapan. Hal ini dapat dilihat table dua selain itu simpul overhand knot jika terkena beban susah
untuk diuraikan kembali. Akan tetapi simpul ini sering digunakan untuk mengamankan simpul
utama supaya tidak terlepas dari ekornya.

Fisherman Knot

Menyambung tali sering digunakan dalam penyambungan tali untuk pitch rigging maupun
penyambungan sling. Untuk menyambung tali dengan diameter yang sama biasanya sering
digunakan adalah simpul delapan sambungan (simpul delapan ganda maupun simpul delapan
tunggal) atau duble fisherman.

Tetapi untuk diameter yang berbeda, simpul fisherman adalah lebih baik dari simpul delapan
sambungan. Biasanya untuk memudahkan dalam menyambung tali, simpul delapan sambungan
sering digunakan karena mudah diteliti dan mudah diuraikan walupun simpul double fisherman
lebih kuat dibandingkan dengan simpul delapan. Untuk menyambung wabbing atau pita anchor
yang paling popular adalah simpul overhand knot sambungan (water knot), karena selain tidak
melipat webbing simpul ini mudah dipelajari, mudah dibuat dan mudah diuraikan.

Butterfly Knot

Simpul ini biasa dibuat dengan tali, yang biasa dibebani baik pada loopnya maupun pada bagian
yang terdiri (standing part). Mudah diatur dan mudah diurai setelah dibebani. Biasa difungsikan
untuk simpul rigging, simpul pengaman ditengah tali (traverse), maupun untuk mengamankan
bagaian cacat dari tengah tali.

Playboy knot

Biasa juga disebut simpul kelinci (rabbit knot). Simpul ini dibuat dengan bentuk dasar dari
simpul delapan perbedaannya adalah mempunyai dua loop. Simpul ini biasa digunakan untuk
membentuk Y anchor, yaitu masing-masing loop ditambatkan pada anchor yang berbeda.

Italian hitch

Simpul ini adalah simpul bergerak (lilitannya bisa bergerak) bisa digunakan untuk belaying,
lowering, hauling, maupun Descending.

Salah satu syarat rigging yang baik adalah tidak merusak alat, kerusakan yang muncul biasanya
adalah pada tali karena friksi dengan tebing/batu. Untuk itu dibuat beberapa macam anchor yang
berfungsi untuk menghilangkan friksi tersebut.

Y-Anchor

Adalah anchor yang berbentuk “ Y “ dimana ada dua anchor yang selalu dibebani bersama.
Selain untuk menempatkan lintasan pada posisi friksi, juga untuk membagi beban pada dua anchor.
Pembagian beban lebih pada satu sisi anchor, dilakukan dengan menggeser posisi jatuhnya tali
mendekati anchor tersebut. Pembagian ini harus selalu memperhitungkan kekuatan tiap anchor.

Yang paling perlu diperhatikan adalah besar sudut yang terbentuk oleh pertemuan dua sisi tali
(yang tertabat di anchor). Berikut ini adalah teble dari beban yang diterima tiap sisi untuk obyek
dengan berat 100 kg.

Intermediet anchor

Prinsip kerja anchor ini adalah dengan membuat anchor tambahan pada titik friksi atau pada
posisi lain yang lebih tinggi yang menjauhi titik friksi. Kekuatan anchor ini juga harus dipilih beban
vertical. Pemasangan anchor bisa dengan Y anchor, distribution anchor, bahkan bisa ditambahkan
back-up. Pada waktu lintasan ini dilewati maka anchor ini berubah fungsi menjadi main
anchor.penyambungan tali pada anchor intermediet dilakukan dengan saling mengaitkan kedua tali
dan ditambahkan pada anchor.

Deviasi anchor

Anchor ini menghilangkan friksi dengan cara menarik arah lintasan tali kearah luar dari titik
friksi, dan jarak antara main anchor dengan anchor deviasi menunjukkan besar sudut pergeseran,
yang berarti menentukan beban horizontal yang akan diterima anchor deviasi. Sehingga bisa
dikatakan bahwa semakin dekat anchor deviasi dengan main anchor dengan panjang tarikan yang
sama menambah daya tarik horizontal yang diterima anchor deviasi.

Manajemen Rigging

Selain kemampuan personal dalam teknik pemasangan lintasan, diperlukan pula suatu
pengaturan kerja di dalamnya.

Organisasi Rigging

Dalam setiap kegiatan rigging minimal dilakukan oleh dua orang yaitu :

1. Rigging man (Rm), adalah orang yang bertugas memasang lintasan utama, orang ini selalu
bertanggungjawab atas keamanan dan kekuatan lintasan yang telah dipasang. R man harus
benar-benar menguasai tekhnik vertical (SRT, Climbing,Rescue dll), tekhnik rigging, peralatan dan
jam terbang yang cukup.

2. Asisten rigging (Ar), yaitu orang yang bertugas membantu rigging man untuk menyiapkan
peralatan rigging yang dibutuhkan, dan memastikan keamanan riggingnya dengan melakukan
belaying.

Packing

Untuk mengefisienkan proses pemasangan lintasan, packing peralatan yang digunakan harus
dilakukan dengan benar :
a. Packing tali secara terpisah, jika terdiri dari banyak potongan tali, tentukan urutan tali yang
dipacking pada tiap tacklebag sesuai dengan perencanaan operasional.

b. Sebisa mungkin pisahkan peralatan logam dan non logam dan kelompokkan tiap jenis sesuai
dengan fungsinya. Sehingga ketika membutuhkannya mudah untuk mengambil dan menghindari
tercecrnya peralatan.

Prosedur Pemasangan Lintasan

a. Jangan berdiri terlalu dekat dengan pitch, cari dan uji anchor yang akan mengamankan Rm untuk
mendekati bibir pitch dan proses selanjutnya. Persiapkan peralatan yang mungkin akan
digunakan Rm (Webbing, Carabiner, Hammer dll)

b. Dekati bibir pitch dengan belay oleh Ar, perkirakan kedalaman pitch, perkirakan bentuk pitch dan
friksi yang ada, cari kemungkinan letak anchor yang akan digunakan dan bentuk lintasan yang
akan dibuat, jika Rm memerlukan peralatan tambahan, informasikan ke Ar.

c. Cari posisi anchor yang lebih tinggi dari bibir pitch dengan tetap memperhatikan keamanan. Pada
tahapan ini kecermatan, disiplin dan konsentrasi jauh lebih baik dari pada kecepatan. Selalu uji
dulu kondisi-kondisi dan kekuatan anchor yang akan kita gunakan. Pasang back-up dan main
anchor. Setelah siap dipindahkan kelintasan utama, berdirilah di bibir pitch, perkirakan anchor
tambahan yang diperlukan untuk membebaskan lintasan dari friksi.

d. Bersihkan lantai atau dinding yang dilewati dari batu yang mungkin runtuh ketika anggota tim
lain melewati.

e. Informasikan ke Ar untuk disampaikan ke anggota tim yang lain tentang lintasan yang dibuat
(Intermediet, deviasi, sambungan), ataupun lintasan yang memerlukan maneuver khusus untuk
melewati lintasan yang ada.

f. Informasikan pula keadaan medan, kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan (menghindari
ornamen, binatang, lantai licin, rock fall dll)yang perlu dicermati.

g. Gunakan kode yang disepakati untuk berkomunikasi, contoh :


1. Rope free, kode bahwa lintasan sudah bebas/ siap untuk digunakan. Pada proses Descending
jika penelusur sampai ke bawah, cari posisi aman, sebelum memberikan aba-aba ini.

2. Rock fall, peringatan adanya batu yang terlepas dan jatuh kepada penelusur yang ada di
bawah.

3. Dll

Anda mungkin juga menyukai