Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PEMASANGAN TALI (RIGGING) Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Rigging adalah teknik pemasangan tali baik vertikal , horizontal maupun lintasan untuk
rescue. Pemasangan lintasan ini harus selalu memperhatikan beberapa syarat agar bisa
disebut sebagai rigging yang baik:
a. Aman untuk dilewati oleh semua anggota Tim.
b. Tidak merusak peralatan
c. Dapat dilewati oleh semua anggota Tim.
d. Siap digunakan untuk keadaan emergenci.
Peralatan Rigging
Peralatan yang dipakai dalam rigging sangat banyak, tergantung dari bentuk lintasan vertikal
yang ditemui. Perlatan yang digunakan meliputi:
Tali
Dalam penelusuran gua vertikal biasanya di gunakan teknik SRT (Single Rope Technique),
yang artinya hanay menggunakan satu tali. Oleh karena itu tali yang digunakan harus benarbenar mempunyai kualitas yang baik dan memerlukan perawatan yang baik pula.
Jenis Tali :
a. hawserlaid
jenis ini tidak dipakai dalam penelusuran gua vertikal. Berbentuk lilitan dari bahan
nylon.
b. Kernmantel
Disebut jenis kernmantel karena mempunyai dua bagian yaitu bagian kern (bagian
dalam/inti), dan matel (bagian luar/pembungkusnya). Untuk vertikal caving digunakan
jenis static rope.
Kekuatan
Kekuatan tali yang digunakan biasanya harus mengalami uji kekuatan terlebih dahulu. Tali
yang biasanya dipakai mempunyai kekuatan standart bagi yang telah lulus uji UIAA (Union
International Associates de Alpinisme) adalah sesuai dengan diameter tali tersebut yaitu:
Kekuatan Tali = A2 x 22 kg >=diameter tali (mm)
ladders
ladders atau tangga tali bisanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter tertentu
(lebih kecil dari diameter tali yang digunakan untuk vertical caving). Ladders sangat efektif
untuk digunakan pada pitch pendek, dengan bentuk lintasan overhang.
Tali Pita (Webbing)
Berbentuk tabung ataupun pipih (plate), sangat berguna untuk pemasangan tambatan alam,
deviasi, maupun bentuk tambatan lainnya. Lebar webbing yang dianjurkan untuk digunakan
lebih besar atau sama dengan 30 mm. ukuran 25 mm jangan sekali-kali digunakan.
Dengan sempul tertentu kedua ujung webbing ini disambungkan untuk kemudian dijadikan
penambat.
Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya dibuat dari bahan terpal yang tebal,
yang kuat menerima gesekan.

Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Carabiner (cincin kait)


Fungsi alat ini sebagai pengait. Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai dengan
kegunaan dan fungsinya. Tiap produk carabiner yang ada telah mengalami uji kekuatan dari
pabriknya untuk tarikan vertical maupun horizontal. Berdasarkan pengamannya carabiner
dibagi menjadi dua:
a. Carabiner Screw gate:
Jenis ini mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya.
b. Carabiner Non Screw Gate
Jenis ini tidak mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya.
Berdasarkan bentuknya carabiner dibagi menjadi:
a. Oval Carabiner
Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi
pintu) mendapat beban yang sama.
b. Delta Carabiner
Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi
pintu) mendapat beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban lebih besar dari pada
sisi pintu.
c. D Carabiner
Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi
pintu ) mendapat beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban lebih besar daripada
sisi pintu.
d. A Carabiner
Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi
pintu ) mendapat beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban lebih besar dari pada
sisi pintu.
e. Hart Carabiner
Jenis ini dirancang jika mendapat beban maka kedua sisinya sisinya (sisi utuh,
maupun sisi pintu ) mendapat beban yang sama.
Pengaman Sisip. Pengaman sisip adalah peralatan tambahan untuk membuat tambatan.
Penggunaan pengaman sisip sangat tergantung pada bentuk bawaan batuannya. Pemasangan
yang bagus dan tepat sangat menentukan kekuatannya, tetapi perlu diperhatikan pada waktu
akan dilewati jangan sampai terangkat ke arah luar. Pengaman sisip yang sering digunakan
adalah :
Chock Stopper
Jenis ini berbentuk piramida tumpul. Bisa digunakan untuk celah vertikal maupun horisontal.
Hexentrik
Bisa digunakan untuk celah vertikal maupun horisontal.
Friend
Jenis ini digunakan untuk dibebani secara vertical.
Chock Stone
Jenis ini bekerja sperti pengaman sisip lainnya. Bisa terpasang dengan sendirinya (batu yang
terjatuh lalu terjepit pada celah), maupun sengaja dipasang. Jammed knot Teknik ini
memasang pengaman sisip dengan menggunakan simpul pada webbing.

Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Pitton Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk seperti paku, yang
ditanamkan pada celah vertikal maupun horisontal. Pitton akan sangat berguna pada beberapa
jenis batuan, dan dengan pengalaman yang cukup untuk penelusuran gua vertical.
Bolts
Pada penelusuran gua vertical jika kita tidak bisa menemukan natural anchor, maupun
pemasangan pengaman sisip lainnya, maka satu-satunya pilihan adalah pemasangan bolts
(bor tebing). Dengan bolts maka penelusur gua bisa menempatkan titik tambatan di tempat
yang
diinginkan.
Ukuran yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis batuan yang akan dibor maupun
yang akan diterima, ukuran standard yang biasa digunakan adalah 8 mm sedang untuk batu
yang lebih lunak digunakan double bold.
Hanger
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini digunakan untuk menambatkan tali.
Bentuk-bentuk yang ada disesuaikan dengan medan yang ada. Macam-macam hanger yang
ada:
Plate hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding yang tidak overhang, carabiner yang digunakan adalah
carabiner oval, sisi carabiner harus selalu menempel dinding.
Twist Hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding over hang maupun untuk roof, carabiner yang digunakan
bisa carabiner oval maupun carabiner delta.
Ring Hanger
Jenis ini digunakan untuk dinding over hang maupun untuk roof, carabiner yang digunakan
bisa carabiner oval maupun carabiner delta, juga bisa tanpa carabiner.
Clown Hanger
Jenis ini bisa digunakan di semua bentuk medan, hanger ini tidak menggunakan carabiner.
Driver
Digunakan untuk mengebor dinding/tebing
Hammer
Digunakan untuk mengetes batuan yang akan digunakan untuk anchor, maupun untuk
mengebor tebing.

Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Anchor.
Anchor adalah point atau obyek yang akan dijadikan tambatan. Dalam pemilihan
anchor perlu adanya perhitungan antara lain :
a). Jenis tambatan
b). Posisi tambatan
c). Kekuatan tambatan.
Berdasarkan jenisnya, anchor dibagi menjadi :
a. Natural Anchor (tambatan alam)
1. Pohon, sebelum kita memakai jenis ini kita harus memeriksa jenis pohon, umur
pohon (dimensinya), tempat tumbuh, posisi tumbuh maupun kondisi dari pohon
tersebut.penentuan jenis pohon adalah dari jenis nilai kekuatan kayu (serabut
tunggang). Penentuan dari jenis akar ini dipengaruhi oleh mediah tumbuhya
(andesit, kapur dl.). Pemakaian dari jenis ini harus pula memperhatikan posisi
tambatan yang kita pasang pada pohon tersebut.
2. Lubang tembus.
Sebuah lubang yang bisa kita temui didinding, lantai maupun atap goa bisa
terbentuk vertikal maupun horizontal. Sebelum menggunakan kita harus
mengecek kelayakannya dengan memeriksa kekerasan batuan, keutuhan ,dan
sruktur batuannya.
3. Rekahan, celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan (horizontal) maupun crek
(vertikal). Untuk jenis ini kita menggunakanpengamana sisip maupun paku
tebing . bentuk celah , jenis celah , lebar celah arah penyepitan celah kondisi ,
permukaan bidang yang akan di di gunakan dan arah tarikan yang
diinginkan harus diperhitungkan.
4. Chock Stone, batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman
sisip, atau biasa disebut chock. Sebelum digunakan terlebih dahulu periksa celah
dan batu yang terjepit. Untuk celah harus diperhatikan pada bentuk celah, jenis
celah, lebar celah, arah penyempitan celah dan kondisi permukaan bidang (bidang
priksi, kekerasan pelapis). Untuk batu yang terjepit periksa jenis dan keadaan dari
bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu kita tentukan arah tarikan yang akan
dibuat lalu perhatikan posisi peletakan webbing pengikatnya.
5. Tanduk (horn), jenis ini berupa pinggira dinding yang menonjol hasil dari air.
Bentuk tonjolan harus selalu diperhatikan untuk menentukan tarikan dan teknik
pemasangan webbingnya.
6. Ornament, biasanya hanya digunakan untuk mendapat beban horisonn (deviasi),
karena ornament ini hanya menempel pada lantai tumbuhnya. Jenis anchor ini
jarang digunakan karena praktis merusak pertumbuhannya.
b. Anchor buatan, pada pembuatan lintasan jika sudah tidak dapat menemukan natural anchor
yang layak digunakan maka satu-satunya cara adalah menggunakan anchor buatan yang
menggunakan bolts/spit/tebing.
Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi atas :
a. Main anchor, anchor utama, yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan
beban saat lintasan digunakan
b. Back-up, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol,
jumlah anchor ini bisa lebih dari satu, dan nilai kekuatannya harus lebih besar
dari main anchor.
Penempatan posisi back-up harus tetap memperhatikan keamanan tali dari friksi
dan kerusakan lainnya ketika main anchor jebol.

Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Fall Factor
Adalah beban hentakan yang diterima oleh tali, back-up anchor, maupun penelusur
ketika main anchor jebol. Untuk itulah harus selalu diperhatikan posisi antara main
anchor dan back-up anchor.
Dalam kondisi medan tertentu kadang kita kesulitan untuk mendapatkan posisi backup yang lebih tinggi dari pada main anchor. Untuk mengatasi hal tersebut kita
menurunkan nilai fall factornya dengan memendekkan panjang lengkungan tali,
memanjangkan simptul pada main anchor maupun memanjangkan anchor.
Simpul
Simpul adalah suatu bentukan tertentu (lilitan, tekukan) yang dibuat pada tali yang di
fungsikan untuk menambatkan tali pada anchor, maupun untuk keperluan tertentu.
Penegetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan
cepat adalah bagian penting yang harus dimiliki seorang penelusur goa. Menguasai dan
memahami simpul yang penting saja (sering dipakai dan dapat digunakan pada saat
emergency) jauh lebih baik dari pada hanya mengenal bermacam-macam simpul tanpa
tahu fungsi dan kegunaannya. Pendalaman dan pemahaman simpul yang penting dan
sering digunakan dalam penelusuran goa secara detail, akan memudahkan jika ada
terjadi emergency, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang penelusur dalam
membuat simpul tanpa harus membuat dua kali, sehingga berlaku sebagai reaksi
otomatis.
Criteria simpul yang baik
Simpul yang baik untuk penelusur goa vertikal dibagi 5 (lima) criteria adalah sebagai
berikut :
1. Mudah untuk dibuat dan serbaguna.
2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
3. Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun bertumpuk pada
saat dibebani.
4. Mudah dilepas/diurai setelah dilbebani.
5. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.
Seorang penelusur yang baik harus ingat seperti apa simpul yang baik dan tahu cara
menelitinya lagi apakah simpul yang dibuat/akan dipergunakan sudah benar. Hal ini
sebaiknya bisa dijadikan standart praktek yan aman bagi sebuah tim penelusur goa dan
bukannya diterima sebagai suatu ejekan atau suatu penghinaan.
Factor keamanan yang dimaksud adalah kemampuan simpul tetap terikat kuat
setelah disimpul. Beberapa simpul dalam bentuk dasarnya cenderung kehilangan fungsi
kerjanya bila tidak diberi beban (mengendor) lilitannya. Seperti pada simpul bowline
adalah contoh yang paling umum. Untuk mengatasi hal itu simpul ini harus diakhiri
dengan sebuah simpul Overhand Knot. Seluruh lilitan dikencangkan dengan tangan
sebelum dipakai dan diberi sisa paling sedikit 10 cm.
Pada prinsipnya semua simpul mengurangi kekuatan tali pada tempat simpul yang
dibuat, dengan alasan simpul tersebut mengakibatkan tali bertekuk-tekuk. Pada waktu
tali diberi beban, pilinan disisi dalam tekukan simpul mendapat beban lebih banyak
disbanding serat sisi luar tekukan simpul sehingga daerah tersebut menjadi lemah.
Walaupun letak titik putus dari tali tidak bisa dipastikan. Berikut daftar simpul yang
banyak digunakan.

Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Bowline :
Pada dasarnya bowline merupakan simpul yang paling banyak dikenal dan digunakan.
Bowline dapat memberikan hasil yang baik bila tali yang digunakan melingkari obyek
tertentu misalnya, anchor poin yang dipasang pada pohon atau pinggang. Bowline dapat
dibuat dengan tepat dan mudah tanpa memerlukan banyak latihan dan dapat dibuat
dengan satu tangan dalam keadaan gelap, sehingga sering digunakan dalam keadaan
emergency. Kelebihan lain adalah bowline mudah diuraikan kembali, walaupun barui
saja mendapatkan beban mendekati beaking strength. Hal ini dapat dibuktikan pada
rescue. Harus selalu diingat ekor (tali) diletakkan dalam loop. Bowline belum selesai
sebelum diamankan disimpul dengan stopper yang biasa digunakan adalah Overhand
Knot.
Figure eigth loop (simpul delapan) :
Simpul figure eigth loop lebih aman dibandingkan bowline dan merupakan simpul yang
sering popular pada kegiatan penelusuran goa. Simpul ini dapat dibuat dengan benar jika
ikatan pada standing partnya berada diluar dan ekornya terletak didalam. Jika simpul ini
dibuat terbalik (standing parnya didalam) simpul ini akan berkurang lagi kekuatannya
sebanyak 10 % dari standart kekuatan simpul. Untuk figure eigth loop mempunyai
kelebihan lain yaitu lebih cepat dan mudah diteliti, selain itu simpul ini bersifat serba
guna.
Overhand Knot:
Simpul ini dapat digunakan sebagai pengganti simpul figure eigth loop like dalam
keadaan emergensi karena factor kecepatan. Bagaimanapun juga simpul overhand tidak
kuat simpul delapan. Hal ini dapat dilihat table dua selain itu simpul overhand knot jika
terkena beban susah untuk diuraikan kembali. Akan tetapi simpul ini sering digunakan
untuk mengamankan simpul utama supaya tidak terlepas dari ekornya.
Fisherman Knot
Menyambung tali sering digunakan dalam penyambungan tali untuk pitch rigging
maupun penyambungan sling. Untuk menyambung tali dengan diameter yang sama
biasanya sering digunakan adalah simpul delapan sambungan (simpul delapan ganda
maupun simpul delapan tunggal) atau duble fisherman.
Tetapi untuk diameter yang berbeda, simpul fisherman adalah lebih baik dari simpul
delapan sambungan. Biasanya untuk memudahkan dalam menyambung tali, simpul
delapan sambungan sering digunakan karena mudah diteliti dan mudah diuraikan
walupun simpul double fisherman lebih kuat dibandingkan dengan simpul delapan.
Untuk menyambung wabbing atau pita anchor yang paling popular adalah simpul
overhand knot sambungan (water knot), karena selain tidak melipat webbing simpul ini
mudah dipelajari, mudah dibuat dan mudah diuraikan.
Butterfly Knot
Simpul ini biasa dibuat dengan tali, yang biasa dibebani baik pada loopnya maupun pada
bagian yang terdiri (standing part). Mudah diatur dan mudah diurai setelah dibebani.
Biasa difungsikan untuk simpul rigging, simpul pengaman ditengah tali (traverse),
maupun untuk mengamankan bagaian cacat dari tengah tali.
Playboy knot
Biasa juga disebut simpul kelinci (rabbit knot). Simpul ini dibuat dengan bentuk dasar
dari simpul delapan perbedaannya adalah mempunyai dua loop. Simpul ini biasa
Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

digunakan untuk membentuk Y anchor, yaitu masing-masing loop ditambatkan pada


anchor yang berbeda.
Italian hitch
Simpul ini adalah simpul bergerak (lilitannya bisa bergerak) bisa digunakan untuk
belaying, lowering, hauling, maupun Descending.
Salah satu syarat rigging yang baik adalah tidak merusak alat, kerusakan yang muncul
biasanya adalah pada tali karena friksi dengan tebing/batu. Untuk itu dibuat beberapa
macam anchor yang berfungsi untuk menghilangkan friksi tersebut.
Y-Anchor
Adalah anchor yang berbentuk Y dimana ada dua anchor yang selalu dibebani
bersama. Selain untuk menempatkan lintasan pada posisi friksi, juga untuk membagi
beban pada dua anchor. Pembagian beban lebih pada satu sisi anchor, dilakukan dengan
menggeser posisi jatuhnya tali mendekati anchor tersebut. Pembagian ini harus selalu
memperhitungkan kekuatan tiap anchor.
Yang paling perlu diperhatikan adalah besar sudut yang terbentuk oleh pertemuan dua
sisi tali (yang tertabat di anchor). Berikut ini adalah teble dari beban yang diterima tiap
sisi untuk obyek dengan berat 100 kg.
Intermediet anchor
Prinsip kerja anchor ini adalah dengan membuat anchor tambahan pada titik friksi
atau pada posisi lain yang lebih tinggi yang menjauhi titik friksi. Kekuatan anchor ini
juga harus dipilih beban vertical. Pemasangan anchor bisa dengan Y anchor, distribution
anchor, bahkan bisa ditambahkan back-up. Pada waktu lintasan ini dilewati maka anchor
ini berubah fungsi menjadi main anchor.penyambungan tali pada anchor intermediet
dilakukan dengan saling mengaitkan kedua tali dan ditambahkan pada anchor.
Deviasi anchor
Anchor ini menghilangkan friksi dengan cara menarik arah lintasan tali kearah luar
dari titik friksi, dan jarak antara main anchor dengan anchor deviasi menunjukkan besar
sudut pergeseran, yang berarti menentukan beban horizontal yang akan diterima anchor
deviasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin dekat anchor deviasi dengan main
anchor dengan panjang tarikan yang sama menambah daya tarik horizontal yang
diterima anchor deviasi.
Manajemen Rigging
Selain kemampuan personal dalam teknik pemasangan lintasan, diperlukan pula
suatu pengaturan kerja di dalamnya.
Organisasi Rigging
Dalam setiap kegiatan rigging minimal dilakukan oleh dua orang yaitu :
1. Rigging man (Rm), adalah orang yang bertugas memasang lintasan utama, orang ini
selalu bertanggungjawab atas keamanan dan kekuatan lintasan yang telah dipasang. R
man harus benar-benar menguasai tekhnik vertical (SRT, Climbing,Rescue dll),
tekhnik rigging, peralatan dan jam terbang yang cukup.
2. Asisten rigging (Ar), yaitu orang yang bertugas membantu rigging man untuk
menyiapkan peralatan rigging yang dibutuhkan, dan memastikan keamanan
riggingnya dengan melakukan belaying.
Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Packing
Untuk mengefisienkan proses pemasangan lintasan, packing peralatan yang
digunakan harus dilakukan dengan benar :
a. Packing tali secara terpisah, jika terdiri dari banyak potongan tali, tentukan urutan tali
yang dipacking pada tiap tacklebag sesuai dengan perencanaan operasional.
b. Sebisa mungkin pisahkan peralatan logam dan non logam dan kelompokkan tiap jenis
sesuai dengan fungsinya. Sehingga ketika membutuhkannya mudah untuk mengambil
dan menghindari tercecrnya peralatan.
Prosedur Pemasangan Lintasan
a. Jangan berdiri terlalu dekat dengan pitch, cari dan uji anchor yang akan
mengamankan Rm untuk mendekati bibir pitch dan proses selanjutnya. Persiapkan
peralatan yang mungkin akan digunakan Rm (Webbing, Carabiner, Hammer dll)
b. Dekati bibir pitch dengan belay oleh Ar, perkirakan kedalaman pitch, perkirakan
bentuk pitch dan friksi yang ada, cari kemungkinan letak anchor yang akan digunakan
dan bentuk lintasan yang akan dibuat, jika Rm memerlukan peralatan tambahan,
informasikan ke Ar.
c. Cari posisi anchor yang lebih tinggi dari bibir pitch dengan tetap memperhatikan
keamanan. Pada tahapan ini kecermatan, disiplin dan konsentrasi jauh lebih baik dari
pada kecepatan. Selalu uji dulu kondisi-kondisi dan kekuatan anchor yang akan kita
gunakan. Pasang back-up dan main anchor. Setelah siap dipindahkan kelintasan
utama, berdirilah di bibir pitch, perkirakan anchor tambahan yang diperlukan untuk
membebaskan lintasan dari friksi.
d. Bersihkan lantai atau dinding yang dilewati dari batu yang mungkin runtuh ketika
anggota tim lain melewati.
e. Informasikan ke Ar untuk disampaikan ke anggota tim yang lain tentang lintasan yang
dibuat (Intermediet, deviasi, sambungan), ataupun lintasan yang memerlukan
maneuver khusus untuk melewati lintasan yang ada.
f. Informasikan pula keadaan medan, kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan
(menghindari ornamen, binatang, lantai licin, rock fall dll)yang perlu dicermati.
g. Gunakan kode yang disepakati untuk berkomunikasi, contoh :
1. Rope free, kode bahwa lintasan sudah bebas/ siap untuk digunakan. Pada proses
Descending jika penelusur sampai ke bawah, cari posisi aman, sebelum
memberikan aba-aba ini.
2. Rock fall, peringatan adanya batu yang terlepas dan jatuh kepada penelusur yang
ada di bawah.
Belaying
Definisi dari belaying adalah mengamankan, dalam penelusuran gua belaying
dapat beradi mengamankan sesame penelusur gua dalam medan yang sulit . Sedangkan dalam
pembuatan rigging belaying adaiah mengamankan pembuat rigging pada seat memasang
linlasan.
Dalam suatu kegiatan penelusuran gua kadang kadang ditemui medan yang sulit
dilalui misalnya sungai bawah lanah yang arusnya deras atau gua yang berbantuk celah
(crack) yang dalam dan hanya dapat dilalui dengan teknik traversing. Untuk mengurangi
resiko' pada kondisi ini dapat dilakukan tindakan pengamanan terhadap para penelusur
dengan lalan belaying. Belaying dapat dilakukan secara sederhana dengan safety prosedure
yang rnernadai. Untuk rnenelusuri gua horisontal biasanya tidak menggunakan SRT set, tetapi
Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

bila menemui medan yang berbahaya seperti tersebut diatas , harus dipersiapkan peralatan
standar minimal tali, webbing, dan carabiner. Selain peralatan standar ini dapat pula dibawa
alat tambahan untuk belaying. seperti figure of eight, sticht plate, shunt, dan descender auto
stop atau non autostop. Peralatan ini akan sengat berguna pada teknik beiaying yang
dilakukan karena selain lebih efisien juga lebih aman bagi peralatan itu sendiri.
Belaying dapat dilakukan hanya menggunakan tali tanpa penggunaan peralatan
tambahan tainnya, teknik ini disebut Clasic Belay. Kelemahan pada teknik ini adrdah faktor
keamanannya rendah, selain itu epabile orang yang dibelay sampai lerjatuh helayer akan
merasakan hentakan yang keras pada pinggang . Kondisi ini dapat diantisipasi dengan
memasang pengaman tambahan pada posisi yang lebih tinggi yang fungsinya sebagai
peredam hentakan.
Belaying pada pembuatan rigging Dalarn kegialan penelusuran gua vertikal , sebelum
melakukan penelusuran harus dipersiapkan lintasan untuk menuruni gua tersebut. Pada saat
pembuatan lintasan (rigging), kadang-kadang pembuat rigging harus mencari pengaman yang
sesuai dengan medan gua supaya anggota tim dapat melewali lintasan dengan aman. Kondisi
ini menyebabkan pembuat rigging harus bergerak menyamping (Traverse) atau bergerak ke
atas (climbing) disekilar mulut gua verlikal atau pitch. Saat-saat seperti ini adalah saat kritis
karena posisi pembuat rigging belum aman. Untuk mengurangi resiko yang berat apabila
terjatuh sebelum menemukan pengaman harus dilakukan teknik 8elaying. Dalam pembuatan
rigging dikenal dua sistem belaying. yaitu Self Belay dan Belay by The Other.
Self Belay adalah tindakan mengamankan diri sendiri. Teknik ini dapat diiakukan
apabila pembual rigging ingin, langsung turun lanpa kembali ke bibir pitch. Jadi selama
pernbuatan ngging, pembual rigging hmus membawa sesua peraiatan yang dibuluhkan yailu
lab, karabiner, webbing. Serta pengaman yang dibutuhkan (pengaman sisip dan pengaman
tanam). Prosedur dalam sistem ini adalah sebagai berikut .
1. Pembuat rigging harus sudah memasang main anchor dan back up dengan
nilai emas.
2. Tali yang sudah terpasang pada main anchor dan back up dihubungkan pada
descender dan atau ascender dan chest ascender.
3. Pembuat rigging boleh melakukan traversing atau climbing dengan terlebih dulu
memasang pengaman untuk mengurangi fall factor, untuk mencari pengaman yang
sesuai dengan kondisi pitch,
4. Setelah mendapatkan pengaman yang sesuai lintasan dapat dipasang sesuai dengan
posisi yang diinginkan.
5. Pembuat rigging dapat langsung turun ke dasar pitch setelah melakukan chek ulang
pada lintasan yang dibuatnya.
6. Kesulitan dalam melakukan self belay ini adalah pembuat lintasan harus membawa
beban yang berat berupa tali dan peralatan lain yang dibutuhkan, sehingga gerakan
dan keseimbangannya akan terganggu.

Belay by the other yaitu pengamanan oleh orang lain. Teknik ini dilakukan apabila
dalam pembuatan rigging, pembuat rigging harus bergerak jauh dari mulut pitch misalnya
untuk membuat lintasan pada waterfall yang besar. Dalam kondisi seperti ini pembuat
Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

lintasan tidak akan dapat bergerak bebas bila membawa semua peralatan. Jadi pembuat
lintasan hanya membawa peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan pengaman dan ujung
tali. Gulungan tali baru dibawa setelah lintasan siap .Prosedur dalam teknik belay by the other
ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelurn bergerak mencari pengaman (traversing atau climbing) pembuat lintasan
dihubungkan dengan seutas tali dan diamankan oleh asistennya.
2. Ujung tali dibuat simpul delapan dikaitkan pada karabiner oval screw tempat
descender, dapat juga ditambah pengaman dengan memasukkan tali setelah simpul
pada chest ascender. Hal ini unluk rnembagi beban bila pembuat lintasan terjatuh.
3. Sisi tali yang lain dimasukkan pada descender belayer yang telah mengatur posisinya
dalam keadaan aman dan nyarnan. Sebaiknya belayer memasang cowstailnya pada
sebuah anchor yang aman.
4. Setelah posisi keduanya aman, pembuat lintasan dapat bergerak mencari pengaman
yang dibutuhkan sambil terus diamankan oleh belayer. Selama bergerak , pembuat
lintasan harus memasang pengaman pada jarak tertentu untuk mengurangi fall
factor.
5. Setelah mendapat anchor yang aman dan sesuai dengan posisi pitch, pembuat
lintasan dapat kembali ke posisi semula untuk memasang tali yang akan digunakan
untuk descending.
Teknik ini lebih aman digunakan dalam pembuatan rigging, meskipun membutuhkan waktu
yang lebih lama. Dalam teknik belay by the other posisi belayer kedang-kadang tidak
nyarnan, sehingga harus dibuat anchor tambahan untuk mengurangi beban hentakan serta
memudahkan sistem belaying. Selain teknik belay by the other masih ada satu teknik
belaying yang hampir sama yaitu belay langsung pada anchor. Perbedaan antara belay secara
man to man dengan belay langsung pada anchor terletak pada posisinya dan kenyamanannya.
Referensi :
http://korpcitaka.wordpress.com/2008/08/03/teknik-pemasangan-tali-rigging/
http://hmtggaia.multiply.com/journal/item/3?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem

Rigging Divisi Penelusuran Goa PALAPSI UGM

Follow Up Diklat Tuban 2012|

Anda mungkin juga menyukai