Anda di halaman 1dari 30

PANJAT TEBING

(ROCK CLMBING)

A. Sejarah Panjat Tebing


1. Dunia
Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan
Alpen. Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan
meskipun masih terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak
itulah pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat
baru dalam panjat tebing. Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat
sangat dibatasi dalam penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal
itulah yang menyebabkannya ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing
dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.
Tahun 1970, para pemanjat Amerika mulai mengembangkan teknik baru di kawasan
Yosemite. Memasuki tahun 1980 panjat tebing mulai terpisah dari induknya (mendaki
gunung). Sementara di Indonesia sendiri panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang
dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya:Harry Suliztianto, Agus
Resmonohadi, Heri Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing
Citatah Jawa Barat. Kantor kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga bekerja sama
dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCP)tahun 1989 mengundang para pemanjat
Perancis Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout danCorriene Lebrune serta Jean
Harau seorang instruktur teknis panjat tebing. Dan berdirinya FPTGI diikrarkan di
tugu monas 21 April 1988 yang dilakukan sekitar 40-an orang dari berbagai OPA dari
Jakarta, bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta Surabaya dan Ujung
Pandang.Kemudian FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing
Indonesia). Dan tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des
Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan
gunung Internasional. Tahun 1994 FPTI diakui sebagai induk olah raga panjat tebing
oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan mulai ikut even pon sejak
1996.
2. Indonesia
Pada sekitar tahun 1960, perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai,
dimana Tebing 48 di Citatah, Bandung. mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh
pasukan TNI AD.Tahun 1976, merupakan awal mula panjat tebing modern di
Indonesia dimulai, yaitu ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah,
Bandung dan diteruskan dengan mendirikan SKYGERS ''Amateur Rock Climbing
Group'' bersama tiga orang rekannya, Heri Hermanu, Dedy Hikmat dan Agus R, yang
pada tahun 1977.Tahun 1979, Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman
Ismail Marzuki, Jakarta. yang merupakan upaya mempublikasikan olahraga panjat
tebing di Indonesia. Skygers mengadakan Sekolah Panjat Tebing yang pertama pada
tahun 1981.
Tahun 1980, Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat. Untuk pertama kalinya dipanjat
oleh team ITB, dan masih pada tahun yang sama Wanadri menjadi team Indonesia
pertama yang melakukan ekspedisi ke Cartenzs ''Pyramide'', mereka gagal sampai
puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Cartenzs Timur.
Tahun 1982, terjadi tragedi dengan merenggut korban tewas pertama panjat tebing
Indonesia adalah Ahmad, salah satu pemanjat asal Bandung, tragedi terjadi ketika
melakukan pemanjatan pada Tebing 48 di Citatah.
Pada tahun 1984, Skygers dan Gabungan Anak Petualang memanjat Tebing Lingga di
Trenggalek, Jawa Timur serta Tebing Ulu Watu di Bali.
Tahun 1985, Tebing Sorelo, Lahat, Sumatra Selatan. dipanjat oleh Team Ekspedisi
Anak Nakal.
Pada tahun 1986, Kelompok Gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing
Bambapuang di Sulawesi Selatan, Lalu Kelompok Unit Kenal Lingkungan
Universitas Padjajaran memanjat Gunung Lanang di Jawa Timur, Team Jayagiri
merampungkan Dinding Ponot di Bendungan, Si Gura-gura, Sumatra Utara. Ekspedisi
Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berhasil dengan menciptakan lintasan baru.
Sebagai catatan, bahwa kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di
Uni Soviet, kompetisi dilaksanakan pada tebing alam dan sempat ditayangkan oleh
Televisi Republik Indonesia.
Tercatat pada tahun 1987, Ekspedisi Wanadri yang menyelesaikan pemanjatan di
Tebing Unta di Kalimantan Barat, Kelompok Trupala memanjat Tebing Gajah di
Jawa Tengah dan Skygers memanjat Tebing Sepikul di Jawa Timur. Pada tahun ini
pula lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama dilaksanakan, yaitu di Tebing
Pantai Jimbaran, Bali.
Tahun 1988, Kantor Menpora bekerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis
mengundang empat pemanjat mereka untuk memeperkenalkan dinding panjat serta
memberikan kursus pemanjatan. Pada akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung
dan Tebing Indonesia(FPTGI), yang diketuai oleh Harry Suliztiarto. Pada tahun yang
sama Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing, pada Tower III,
Tebing Parang, Jawa Barat. yang dipanjat oleh kelompok yang kesemua anggotanya
putri. Kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto melakukan panjat kebut yang pertama
dilakukan di Indonesia, di Tower I Tebing Parang, yang mana merupakan pemanjat
tebing besar pertama yang dilakukan tanpa menggunakan alat pengaman, waktu yang
diperlukan adalah empat jam.
Di tahun ini(1988), Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing memerlukan waktu lima hari
pemanjatan dan menjadi penyebab kagagalan untuk memenuhi target dua hari
pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Perancis. Sedangkan ekspedisi dari Pataga
Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru pada dinding yang sama. Keberangkatan
Sandy Febriyanto dan Djati Pranoto ke Yosemite, AS. untuk memanjat Half Dome
guna memecahkan rekor Speed Climbing, pada tahun 1988, dan mengalami kegagalan
pula di El Capitan.
21 April 1988 14.45 WIB Kaum Pendaki Tebing/Gunung menyatakan Pembentukan
Federasi Pemanjat Gunung Indonesia di Tugu Monas. DOkumen ini pada
perjalanannya berubah menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia. Dan hingga ini
federasi pendaki gunung masih belum keliatan.
Tahun 1989, dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah dengan
gugurnya salah satu pemanjat terbaik: Sandy Febriyanto, terjatuh di Tebing Pawon,
Citatah, Bandung. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke
segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di bumi pertiwi ini, seperti:
Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala memanjat Tebing Bambangpuang, lalu dari Arek
Arek Young Pioner Malang memanjat Tebing Gajah Mungkur di seputaran Kawah
Gunung Kelud, Kelompok Mega dari Univeritas Taruma Negara mengadakan
Ekspedisi Marathon Panjat Tebing yang merambah tebing-tebing Citatah, Parang,
Gajah Mungkur dan berakhir di Uluwatu, Bali. dalam waktu hampir sebulan, ini
merupakan marathon panjat tebing pertama di Indonesia.
Di tahun ini(1989) tak kurang sepuluh kejuaraan panjat tebing diselenggarakan,
beberapa yang besar diantaranya: Unpad Bandung, Tri Sakti Jakarta, ISTN Jakarta,
Markas Kopassus Grup I di Serang, dua kali oleh Trupala Jakarta (Balai Sidang
Ancol). Kelompok Kapa Ul dan Geologi ITB. Di akhir tahun 1989, ditutup dengan
gebrakan Budi Cahyono yang melakukan pemanjatan solo di Tebing Tower III
Parang, ini merupakan artificial solo Climbing pertama pada tebing besar di
Indonesia.
Tahun 1990, Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) di gelar di Jakarta, dengan
ketinggian 15 meter dan dibangun empat sisi. Pada tahun ini pula, Pataga Jakarta
mendaki Puncak Carstenz Pyramide dan Puncak Jaya.
Tahun 1991, Rapat Paripurna Nasional FPTI yang pertama di selenggarakan di
Puncak Jabar. Pada tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan atlit
panjat tebing di kejuaraan Oceania- Australia, empat atlit yang dikirim hanya Andreas
dan Deden Sutisna yang mendapat peringkat keempat dan lima. Dengan keikutsertaan
ini membuka mata dunia panjat tebing Internasional, bahwa Indonesia sudah
memepunyai atlit panjat tebing berskala Internasional. FPTI mengeluarkan peraturan
panjat dinding pertama dan Pengda FPTI Jatim bekerjasama dengan Impala
Univeritas Merdeka Malang yang mengadakan Climbing Party di Lembah Kera,
diikuti oleh puluhan pemanjat, membuat jalur-jalur pada Lembah Kera dan diskusi
panjat tebing.
Gabungan tim panjat tebing Putri yang terdiri dari Atlet Aranyacala Trisakati,
Mahitala Unpar dan IKIP Bandung Mengadakan pemanjatan di Half Dome, AS.
Ekspedisi pemanjatan putri tahun 1991 di Cima, Ovest, Italy. Di tahun ini pula
tercatat beberapa kecelakaan di dinding panjat: Zainudin tewas di Samarinda karena
tidak memasang pengaman, tiga pemanjat lagi jatuh dan cedera (lumpuh dan patah
tulang), semua kejadian tersebut disebabkan oleh tidak diikutinya prosedur
keselamatan pemanjatan. Satu prestasi lagi dilakukan oleh Maully MW Wibowo,
melakukan pemanjatan solo (free solo) pertama di Bambapuang.
Tahun 1992, Kejurnas Panjat Tebing I, di selenggarakan di Padang. Tampil sebagai
juara adalah kontingen dari Jakarta. Ronald Marimbing dan Panji Santoso mengikuti
Asian Championship di Seoul. Sementara Mamay S, Salim dan Maully MW Wibowo
mengikuti kursus Juri dan Pembuat Jalur disambung dengan Rapat CICE Asia. Budi
Cahyono, yang dikontrak oleh perusahaan Rokok, berangkat ke Taiwan untuk
melakukan Pemanjatan Iklan. FPTI diterima secara resmi menjadi anggota UIAA,
disusul dengan pengiriman ke Rapay CICE Asia di Hongkong.
Pada tahun 1994, Tim FPTI gagal berangkat ke Fixroy dan Aconcagua. Secara resmi
FPTI menjadi Anggota KONI yang ke 50. Ronald M dan Nunun Masruruh
menduduki peringkat ke sembilan dan keduabelas di kejuaraan Asia ke III di Jepang,
sementara Hendricus Mutter rapat CICE di Jepang. Mamay S’Salim dan Kresna
Huiarna melakukan pembuatan jalur di tebing-tebing Taiwan.
Tahun 1995, Rapat Paripuma Nasional FPTI III, terselenggara di Kaliurang,
Yogyakarta. Kejumas Panjat Tebing ke III diadakan di Alun-alun Utara Yogyakarta,
dan Juara Umum diboyong oleh DKI Jakarta dengan menggeser kontingen Jawa Barat
dan Sumatra Barat. Dalam Kejumas III ini pula mulai dilombakan kelas panjat Speed
yang pertama diadakan di Indonesia. Masih pada bulan yang sama, tahun 1995, di
Yogyakarta diadakan pula kursus Juri dan Pembuat Jalur, diikuti oleh Pengurus
Pengda FPTI series dari ABRI dan Pramuka.
Pada tahun 1997, Asmujiono dan disusul Missirin (Kopassus) yang tergabung dalam
expedisi gabungan sipil dan militer ke Puncak Everest, berhasil mencapai puncak dan
berhasil menjadi orang Asia Tenggara pertama yang mencapai Puncak Everest.
Tahun 2000, panjat tebing resmi menjadi cabang olah raga yang dipertandingkan di
Pekan Olahraga Nasional ke XV, di Surabaya sebagai cabang olahraga mandiri. Pada
tahun yang sama, Sekolah Vertical Rescue angkatan pertama diselengggarakan oleh
Perguruan Panjat Tebing SKYGERS Indonesia dengan jenazah Roni Aral yang
berhasil dievakuasi oleh tim vertical rescue SKYGERS dari kedalaman 600m di
Gunung Cikuray, Jawa Barat.
Tahun 2001, tim vertical rescue SKYGERS terlibat dalam evakuasi dua jenazah di
Gunung Salak, Jawa Barat.
Pada tahun 2003, rekor baru pembuatan jalur panjat tebing alam terbanyak tercipta
sebanyak 400 buah jalur pemanjatan oleh Tedi Ixdiana. Tebing Siung di Kawasan
Yogjakarta digempur oleh tim SKYGERS , berakhir dengan terciptanya 45 jalur. Tedi
Ixdiana dan Tim MATRA membuat jalur free climbing pertama di Gunung Krakatau,
Selat Sunda.
Pada Tahun 2004, Pemanjatan Tebing Pantai Jawa dan Bali oleh SKYGERS dan Tim
EXPEDITION METRO TV 2004. termasuk pemanjatan Tebing Mandu, Indonesia.
Tahun 2004 panjat tebing resmi menjadi cabang olahraga yang memperebutkan
medali di PON 2004. Sesuai SK FPTI No. 108/SKEP-PPFPTI/07.04 cabang panjat
tebing pada PON 2004 memperebutkan 14 medali emas yaitu:
1) Perorangan kesulitan putra
2) Perorangan kesulitan putri
3) Perorangan kecepatan putra
4) Perorangan kecepatan putri
5) Perorangan jalur-pendek putra
6) Perorangan jalur-pendek putri
7) Beregu kesulitan putra
8) Beregu kesulitan putri
9) Beregu kecepatan putra
10) Beregu kecepatan putri
11) Beregu jalur-pendek putra
12) Beregu jalur-pendek putri
13) Beregu ganda-campuran kesulitan
14) Beregu ganda-campuran kecepatan
Tahun 2005, Indonesia menggirimkan Tedi Ixdiana dan Murjayanti untuk mengikuti
kejuaraan panjat tebing alam “International Invitation Tournament”, di Huguan
Taihang Mountain Gorges, Chiangzhi, China. Pada tahun yang sama pula, pemanjatan
pada tujuh air terjun di Indonesia diprakarsai oleh tim EXPEDITION-MERTO TV
dan SKYGERS.
Pedoman Kompetisi (PDK) Panjat Tebing Indonesia diterbitkan. PDK berisi peraturan
untuk mempersiapkan dan menjalankan kompetisi panjat tebing yang sangat
komprehensif. Isi PDK mengacu pada Competition Rules yang dikeluarkan oleh
UIAA.
Tahun 2006 Sirkuit Panjat Tebing Indonesia pertama kali digelar di Musi Banyuasin.
Amri (Jawa Barat) dan Emi Zainah (DKI Jakarta) sebagai juara untuk nomor lead
putra dan putri. Nomor kecepatan putra dan putri dijuarai oleh Abudzar Yulianto
(Jawa Timur) dan Evi Neliwati (Jawa Timur), sedangkan nomor Jalur-pendek keluar
sebagai juara pertama adalah kembali Abudzar Yulianto dan Hj WIlda keduanya
mewakili propinsi Jawa Timur.
Sirkuit Panjat Tebing Indonesia II dilakukan di Samarinda, Kalimantan Timur pada
tanggal 1 September 2006. Pada sirkuit ini pertama kali dilombakan kompetisi untuk
para pemanjat dari kalangan militer/kepolisian dimana Praka Bobby Sahanaya
(Denarhanud Rudal 002 Bontang) keluar sebagai juara di nomor kecepatan sedangkan
untuk nomor kecepatan peringkat pertama diraih oleh Agus Setiawan (Brimob Satuan
III/Pelopor Kelapa Dua Jakarta).
Tahun 2007 FPTI menggelar Musyawarah Nasional yang menghasilkan perubahan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah menyesuaikan dengan UU
Sistem Keolahragaan Nasional (UU No. 3 tahun 2005).
Evi Neliwati mencatatkan namanya sebagai pemanjat tebing Indonesia pertama yang
meraih peringkat pertama pada Seri Kejuaraan Dunia (World Cup Series) 2007 yang
dilaksanakan di Singapura. Evi menyisihkan saingan terberatkan dari Rusia. Catatan
ini seolah menghapus kutukan bahwa para pemanjat kita seperti Etta Handrawati,
Erianto Rojak dan lainnya yang selalu kalah dari para pemanjat Rusia.
Pada PON 2008 Kalimantan Timur, cabang olahraga panjat tebing memperebutkan 21
medali emas dari nomor perorangan dan beregu.
May 2010 Sport Climbing resmi menjadi cabang olahraga resmi SEA Games 2011,
hal ini diputuskan dalam Pertemuan the SEA Games Federation di Jakarta 30 May
2010. Berita Gembira merupakan hasil dari perjualan panjang komunitas panjat tebing
se-Asia Tenggara yang dimotori oleh The Southeast Asia Climbing Federaion
(SEACF) sejak terbentukan lembega tersebut tahun 1996 di Jakarta.
Pada 2011 panjat tebing pertama kali menjadi cabang olahraga yang memperebutkan
medali yaitu sebanyak 10 medali emas pada SEA Games 2011 Palembang, Indonesia.
Keputusan itu dihasilkan pada pertemuan the SEA Games Federation Maret 2011 di
Bali, Indonesia.
13 Nopember 2011 Aan Aviansyah (21) atlit panjat tebing Indonesi berhasil
mengukirkan namanya sebagai atlit pertama yang meraih medali emas pada cabang
olahraga Panjat Tebing pada ajang SEA Games XXVI 2011 di Jakabaring,
Palembang, Sumetara Selatan. Tim panjat tebing Indonesia meraih 9 dari 10 emas
yang diperebutkan, hasil ini menjadi penghalang utama cabang panjat tebing pada
SEA Games berikutnya.
12 Desember 2012 Tedi Ixdiana dan kawan-kawan meproklamirkan berdirinya
Komunitas Panjat Tebing Merah Putih yang mempunyai fokus kegiatan pada panjat
tebing alam antara lain pembukaan dan pembuatan jalur pemanjatan, pendataan tebing
dan jalur pemanjatan, konservasi tebing alam, pembentukan jejaring vertikal rescue.
19-26 Nopember 2013 Komunitas Panjat Tebing Merah Putih membuka kawasan
pemanjatan pertama di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Pada kegiatan tersebut
dituntaskan pembuatan Jalur ke-1.000 untuk Indonesia di tebing Mama Painemo,
Teluk Kabui, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.
10 Januari 2014 berdiri komunitas panjat tebing di Kabupaten Raja Ampat, Papua
Barat dibawah naungan Komunitas Panjat Tebing Merah Putih.
Gerakan post modern ini sepertinya ingin mengembalikan ruh kegiatan panjat tebing
pada tebing alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang jumlahnya
ribuan itu, yang jika tidak mulai dipikirkan hanya akan jadi tontonan tuan rumah.

B. Pengertian Panjat Tebing


Tebing adalah Formasi batuan yang menjulang secara Vertikal. Biasanya
ditemukan di gunung, pinggir sungai dan di daerah pantai Tebing terbentuk oleh
bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca Panjat tebing atau biasa
yang di sebut Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga
alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa
dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan
teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya.

C. Klasifikasi Panjat Tebing


1. Tebing Alam
Merupakan dinding yang terdapat pada alam bebas yang terbentuk karena
terkikisnya bukit dan alam yang pada mulanya sudah membentuk dinding. Tebing
alam dibedakan lagi menjadi :
1) Tebing Karst adalah tebing yang terbentuk dari batuan karst atau kapur.
2) Tebing Karang adalah tebing yang terbuat dari batuan karang
3) Tebing Es adalah tebing yang terbuat dari es yang membeku biasanya
terdapat di gunung - gunung yang ber Es contohnya di gunung everes
4) Tebing Andesit
2. Tebing Buatan
Merupakan tebing yang dibuat oleh manusia. Contoh wall Climbing mapala satria
dan Boulder.

D. Teknik dan Taktik Panjat Tebing


1. Teknik Panjat Tebing
1) Artyficial Climbing
Artyficial Climbing adalah cara untuk menambah ketinggian dengan
bertumpu pada alat sepenuhnya. Pemanjat Artificial merupakan proses yang
sangat lambat, sangat melelahkan, dan cenderung sangat rumit. Karena
memerlukan banyak peralatan dan harus membuat manajemen peralatan yang
tepat. Dalam pemanjatan artificial seorang leader harus memikirkan tim atau
pemanjat berikutnya, oleh sebab itu seorang leader harus mencoba setiap
anchor yang dipasang sebelum menahan beban sepenuhnya.

Peralatan yang dibawa pada saat pemanjatan dengan cara teknik


Artyficial Climbing adalah sebagai berikut :
(1) Halm

(2) Sepatu panjat

(3) Chok and friend

(4) Sling webing

(5) Runner

(6) Hamer

(7) Piton (angle & knife)

(8) Cowtail

(9) Sling prusik

(10) Friend

(11) Colk bak

(12) Harnest

(13) Pipih hook

(14) Carabiner screw

(15) Carabiner snep

2) Traves

Traves adalah tehnik pemanjatan dengan cara menambah kejauhan pada


tebing yang bersifat memanjang kesamping. Kegiatan ini bertumpu pada alat
sepenuhnya dan memerlukan kekuatan fisik serta penguasaan tehnik yang
cukup, dalam kegiatan ini seorang leder juga diperlukan untuk dapat
memasang anchor untuk kemudian dilanjutkan untu pemanjat berikutnya.

Peralatan yang dibawa pada saat pemanjatan dengan cara teknik traves
sama dengan peralatann yang dibawa pada saat teknik Artyficial Climbing.
3) Spot

Sport adalah tehnik pemanjatan untuk menambah ketinggian dengan


cara memasang runner sebagai pengaman. Seorang leader sebisa mungkin
memasang runner yang cukup tinggi untuk mempermudah para pemanjat
berikutnya, seorang belayer juga harus berkonsentrasi untuk menjaga kapan
seorang pemanjat membutuhkan tali untuk sleek atau pool.

Peralatan yang dibawa pada saat pemanjatan dengan cara teknik spot
adalah sebagai berikut :
(1) Halm

(2) Sepatu panjat

(3) Runner

(4) Chol bag

(5) Harnes

(6) Caustil

(7) Carabiner screw


(8) Carabiner snep

4) Hangging Belay

Hangging Belay adalah pemanjatan yang bila dinyatakan berhasil jika


seluruh pemanjat dapat mencapai puncak. Bagi leader semua pengaman yang
dijadikan jalur utama harus bersifat “Emas” karena ini menyangkut keselamatan
pemanjat berikutnya. Setelah leader mencapai titik finish, leader akan
memasang running dan mulai membelay pemanjat nomor dua atau berikutnya
dengan cara hangging belay yaitu membelay pemanjat berikutnya.

Peralatan yang dibawa pada saat pemanjatan dengan cara teknik spot
adalah sebagai berikut :
(1) Runner

(2) Cowstil

(3) Carabiner screw


(4) Carabiner snep

(5) Chalk bag

(6) Sky hook

(7) Pipi hook

(8) Coke & freen

(9) Halm

(10) Sepatu Panjat

2. Taktik Panjat Tebing

1) Alpine
Pemanjatan tanpa lagi berhubungan dengan base camp, semua peralatan
dan perlengkapan di bawa terus.

2) Himalayan

Pemanjatan dengan cara menghubungkan antara base camp melalui


tali, perlengkapan, peralatan, dan makanan dikirim secara estafet dari camp ke
camp.

Dalam pemanjatan harus dipersiapkan sebuah tim dengan pembagian tugas yang
jelas, yaitu:
a. Leader : Pemanjatpertama
b. Notulen : Menulis peralatan apa yang dibawa oleh pemanjat
c. Timer : Menuliswaktu
d. Sketser : Menggambartebing
e. Cleaner : Mengambilperalatan (up to bottom atau bottom to up)

E. Peralatan Panjat Tebing


Sebelum mengenal lebih dalam lagi tentang olahraga panjat tebing, pengetahuan
tentang peralatan harus diketahui lebih dahulu mengenai nama dan bentuk peralatan
kemudian paham fungsi alat tersebut serta yang terakhir yang tidak kala pentingnya dapat
mempraktekkan peralatan tersebut sesuai dengan teori yang pernah didapat/sesuai standar
prosodur pemakaian. Pada dasarnya, peralatan panjat tebing, tak jauh berbeda dengan
peralatan kegiatan mountaineering lainnya, seperti caving, rapelling dan lainnya. Dimana ada
beberapa alat yang berbeda bentuknya namun berfungsi sama.
1. Tali Carmentel
Merupakan peralatan pengaman utama bagi pemanjat dari resiko jatuh dengan jarak
ketinggian tertentu.Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan
atau biasa disebut dynamic rope / tali dinamis. Secara umun tali di bagi menjadi dua
macam yaitu :
1) Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%, Standart yang digunakan
adalah 10,5 mm

2) Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali
utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

2. Carabiner
Carabiner adalah alat penghubung seperti pengait, yang berfungsi sebagai
penghubung berbagai jenis peralatan, seperti untuk menghubungkan tali dengan titik
pengaman (runner), carabiner umumnya dibuat dari bahan Alluminium  Alloy. Carabiner
memiliki banyak bentuk dan variasi, umumnya carabiner dibagi menjadi dua jenis, yaitu
carabiner screw gate dan carabiner non screw gate. Carabiner dibuat sangat kuat
namunringan, karena sebuah nyawa disandarkan pada carabiner ketika dilakukan suatu
pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.Umumnya karabiner yang
sering digunakan adalah bentuk d shape untuk dikaitkan pada runner/hanger.
1) Carabiner screw gate

2) Carabiner non screw gate

3. Quickdraw/runner
Quickdraw/runnermerupakan gabungan antara hair loop dan dua buah carabiner. Biasanya
digunakan untuk menjadi bagian penyambung antara chocks, friends, tricams, ataupun pitons
terhadap tali carnmantel. 
4. Descender
Descender merupakan alat yang digunakan untuk turun dari suatu ketinggianatau
untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader, dengan memanfaatkan gaya gesek atau
gaya geser tali terhadap alat tersebut (friction). biasanya yg sering digunakan adalah figure of
eight, namun bila jarak turun sangat tinggi atau vertikal umumnya dipakai descender
autostop yang mempunyai sistem pengereman sendiri (self braking).menggunakan alat ini
menyebabkan puntiran pada tali, dan ini salah satu kelemahan alat ini ketika digunakan. 

5. Ascender
Ascender merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu pemanjat dalam
menaiki tebing dan bertumpu pada bantuan tali, secara otomatis ascender akan mencatut tali
jika diberi beban dan akan mudah digeser jika tidak memiiki beban. . Jenis yang digunakan
biasanya jumar dan croll.

6. Belay
Belay alat pengaman seorang pemanjat yang dikontrol oleh belayer, dengan
memanfaatkan gaya gesek (friction) tali pada alat tersebut. Ada yang mempunyai self
braking, yaitu dapat mengunci pergesaran tali jika terbebani seperti grigri.Alat inipun ada
yang bisa berfungsi sebagai descender.
Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yg paling
tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.

7. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan alat yang akan melindungi tangan bagi belayer ketika
mengamankan pemanjat maupun rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali
pengaman. 

8. Webbing,
Webbing adalah sebuah peralatan panjat yg berbentuk pipih, tidak terlalu kaku dan
lentur, biasa digunakan sebagai harnest dan sling.

9. Prusik
Prusik merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan
sebagai pengganti sling runner dan juga dapat digunakan untuk meniti tali keatas dengan
menggunakan simpul prusik, seperti pada SRT.

10. Sling
Sling, sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling dapat
digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman lainnya. Sling dibagi
menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing, untuk panjang dan diameter sling
memiliki banyak variasi. 

11. Helm
Helm pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama dengan helm pada
umumnya yaitu untuk melindungi kepala dari benturan. Penggunaan helm sangatlah
dianjurkan dalam pemanjatan, helm melindungi kepala dari serpihan atau batuan yang jatuh,
juga bahaya lainnya.Helm yang baik adalah yang ringan namun juga kuat, umumnya dibuat
dari bahan polycarbonate.

12. Harness
Harness, merupakan peralatan yang dikenakan oleh pemanjat untuk di kenakan pada
pinggang. Harness yang umum digunakan adalah Sit Harness (harness untuk pinggang).
Harness berguna sebagai pengaman tubuh pemanjat danbelayer, alat ini juga berfungsi
sebagai tempat alat-alat panjat dikaitkan seperti piton, sling, carabiner, chock , maupun
peralatan lain yang dibutuhkan.

13. Chalk Bag


Chalk Bagadalah sebuah tas kecil yang umumnya dipakai dipinggang bagian belakang
seorang pemanjat, berisi bubuk magnesium, yang berguna untuk menetralisir keringat yang
keluar pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan, sehingga dapat membuat pegangan
pemanjat tetap stabil, dan kelembaban pada batu atau permukaan tebing.
14. Sepatu panjat
Sepatu yang dipergunakan khusus untuk pemanjatan, dibuatberbeda dengan umumnya
sepatu.Dibuat dengan sol yang lunak, dan dari bahan karet yang mempunyai daya rekatpada
permukaan tebing yang cukup tinggi, sehingga meminimalkan terpelesetnya
pemanjat. Ada juga yang dibuat dengan sol agak keras, umumnya dipakai memanjat tebing
relatif mudah, atau memakai tehnik jummaring pada tebing sangat besar atau tinggi. Sepatu
panjat juga berfungsi untuk membantu pemanjat untuk berpijak pada permukaan vertikal, dan
melindungi kaki dari tajamnya bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar. 

15. Cowstail
Cowstail adalah dua potong tali atau lebih yang masing-masing ujungnya disimpul
delapan,fungsi cowstail sangat banyak diantranya membantu dalam melakukan rigging,
rescue dan pengaman tambahan. Panjang cowstail idealnya sesuai dengan jarak jangkauan
tangan kita,agar mempermudah dalam pemakaiannya.
\\

16. Padding
Padding, berfungsi untuk memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda
tajam,seperti gesekan tali dengan sudut tebing, dinding,dll. Padding terbuat dari bahan terpal,
Canvas, matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan

17. Hammer
Hammer/palu, berfungsi untuk pemasangan pengaman buatan berupa piton pada
panjat tebing dan melepaskannya kembali. Ada pula yang sudah dilengkapi dengan pemutar
baut yang berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger. cara membawa
hammer akan lebih mudah bagi pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada bahu
pemanjat. 

18. Pitton
Pada umumnya pitton dapat digolongkan dalam empat jenis, yaitu bong, bugabbos,
Knife-Blade dan Angle. Pitton merupakan pasak yang ditancapkan pada rekahan atau celah
tebing. Karena disesuaikan dengan bentuk rekahan dan celah tebing, maka bentuk pitonpun
bermacam-macam.

19. Bolt Hanger dan Resin Anchor


Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah
dilubangi / dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt), sedangResin Anchor dipasang pada
permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem (resin glue).

20. Cams/ friends/ spring loaded camming device (SLCD)


Friends merupakan salah satu jenis pengaman sisip yang digunakan dalam panjat
tebing, anda dapat menarik tuas baja yang membuat bagian ujung friends menyempit dan
melepaskannya pada celah yang diinginkan. Friends sangat fleksible, karena dapat digunakan
pada berbagai ukuran celah/rongga. Friends juga mempunyai ukuran-ukuran yang berbeda
pula.
21. Chock
Chock adalah jenis pengaman sisip yang disisipkan ke rekahan, celah – celah, atau
lubang pada permukaan tebing. Chockmempunyai berbagai jenis dan ukuran yang dapat
disesuaikan dengan bentuk rekahan atau celah pada tebing, untuk itu chock biasanya tersedia
dalam set. Pada umumnya chock terbagi menjadi dua jenis yaitu chock stopper dan chock
hexentris. Chock hexentris memiliki kekuatan yang lebih baik akan tetapi agak sulit dalam
penggunaannya.

22. Hook
Hook berfungsi seperti pengait, namun bukan alat pengaman. Umumnya dipakai oleh
seorang pemanjat sebagai pengaman sementara, yang dikaitkan pada cacat batuan (flakes).
Dipakai pada pemanjatan dengan tehnik aid climbing.Hook terbagi menjadi dua yaitu sky
hook dan pipih hook.
23. Handdrill
Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara manual, yg berfungsi
untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.

24. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet.
Pada kompas selalu terdapat sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut
biasanya berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada dalam
keadaan bebas, maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang dijadikan
dasar dalam pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan magnet yang lain.
25. Binokuler
Binokular (dari bahasa Latin, bi-, "dua-", dan oculus, "mata") adalah alat yang
dipegang dengan tangan dan dipakai untuk membesarkan benda jauh dengan melewati
tampilan dua rentetan lensa dan prisma yang berdampingan.Prisma dipergunakan untuk
mengembalikan tampilan dan memantulkan cahaya lewat refleksi internal total.Binokular
menghasilkan bayangan yang benar dan tidak terbalik seperti teleskop.

26. Clinometer
Clinometer sebenarnya adalah alat untuk mengukur kelerengan, tetapi sering juga
dipakai untuk mengukur ketinggian.
27. Rol meter
Rol meter atau biasa disebut juga meteran adalah alat yang digunakan untuk
mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut
siku-siku, dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran.
F. Etika Panjat Tebing

Etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Pelanggaran terhadap suatu nilai biasanya tak akan mendapatkan sanksi
yang legal. Dan antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain sering kali
mempunyai etika yang berbeda terhadap suatu hal yang sama.
1) Menghormati Adat Istiadat Masyarakat Setempat.
2) Tidak Mencemari Sumber Air Penduduk Setempat.
3) Tidak Melakukan Tindakan Yang Menyebabkan Erosi
4) Tidak Mengganggu Tanaman Dan Satwa Penduduk
5) Membatasi Sedikit Mungkin Penggunaan Kapur Magnesium
6) Membatasi Pemakaian Pengaman Bor, Dan Harus Dipertanggung jawabkan
7) Tidak Diperbolehkan Menambah Pengaman Pada Jalur Yang Sudah Ada,
Dengan Tujuan Untuk Mengurangi Tingkat Kesulitan
8) Diperbolehkan Mengabaikan Pengaman Yang Ada Pada Jalur Pemanjatan
Dengan Tujuan Untuk Meningkatkan Tingkat Kesulitan
9) Tidak Melepas Pengaman Yang Terpasang Pada Jalur Panjatan
10) Jika Jalur Baru Belum Selesai Dibuat, Harus Diberi Tanda Yang Jelas
11) Jika Jalur Baru Akan Diselesaikan Oleh Orang Lain Harus Seijin Pembuat
Jalur Pertama
12) Apabila Ada Pemanjatan Pada Satu Jalur maka Sebaiknya Tidak Ada
Pemanjat Lain Pada Jalur Tersebut

Sebetulnya ruang lingkup etika dalam panjat tebing terdiri dari :


1. Masalah teknik pembuatan jalur

Secara umum ada dua aliran teknik pembuatan jalur yang dewasa ini banyak
dianut, yaitu aliran tradisional dan aliran modern. Pembuatan jalur secara tradisional
pada prinsipnya adalah membuat jalur sambil memanjat. Teknik ini cenderung
bernilai petualangan karena lintasan yang akan dilewati sama sekali baru, tanpa
pengaman, tanpa dicoba terlebih dahulu. Teknik tradisional ini berkembang di Eropa
sampai tahun 70-an, namun kini masih dianut oleh pemanjat tradisional Amerika.
Sementara itu pembuatan jalur secara modern terdiri dari dua cara yang banyak
digunakan. Cara pertama adalah dengan teknik tali tetap (fix rope technique). Pada
teknik ini, pembuatan jalur dapat dilakukan dengan cara rappeling bolting atau
ascending bolting pada fix rope yang telah terpasang terlebih dahulu. Cara kedua
mirip dengan cara pertama, tetapi tidak dengan tali tetap melainkan menggunakan top
rope. Kelebihan cara ini, pembuat jalur dapat membuat perencanaan arah jalur dan
penempatan pengaman lebih presisi karena gerakan pemanjatan dapat diketahui
terlebih dahulu.
2. Masalah penamaan jalur
Siapa yang berhak memberi nama pada suatu jalur, si pembuat jalur atau
pemanjat pertama yang menuntaskan jalur, juga tidak ada aturannya. Biasanya si
pembuat jalur bersikeras untuk menjadi orang pertama yang menuntaskan jalur
tersebut. Kadang-kadang mencapai waktu berbulan-bulan untuk membuat sekaligus
menuntaskan suatu jalur baru. Tapi ada kalanya jalur yang dibuat terlalu sulit dan jauh
di luar kemampuan si pembuat jalur itu. Di Indonesia biasanya nama jalur merupakan
suatu kesepakatan saja dari seorang atau sekelompok pembuat jalur.
3. Masalah keaslian jalur

Masalah keaslian jalur biasanya dikaitkan dengan banyaknya jumlah


pengaman tetap yang ada dalam jalur tersebut. Suatu jalur, misalnya dengan jumlah
bolt sebanyak 7 buah akan tetap 7 dan tak boleh bertambah atau berkurang lagi karena
dalam kode etiknya, ini sudah resmi menjadi sebuah jalur. Yang menjadi masalah,
apakah suatu jalur dengan jarak antar bolt yang sangat jauh tak dapat ditambah dalam
batas-batas yang wajar? Juga sebaliknya, apakah jalur yang jarak antar boltnya terlalu
rapat tak dapat dikurangi? Tradisi di Yosemite, bila seseorang berhasil memanjat
suatu jalur yang cukup mudah, katakanlah setinggi 15 meter, dengan hanya 2 bolt
saja, hal ini berlaku bagi semua pemanjat yang akan menggunakan jalur tersebut
tanpa penambahan bolt lagi. Tradisi ini memang mendapat protes dari banyak
pemanjat pemula yang merasa sanggup menuntaskan jalur tersebut, namun tak mau
mengambil resiko dengan hanya menggunakan 2 bolt saja. Contoh lain adalah jika
seseorang pemanjat merasa suatu jalur dengan jumlah bolt yang wajar terlalu mudah,
berhakkah ia mengurangi jumlah bolt yang ada? Sampai sejauh mana kita bisa
menghargai prinsip pemanjatan pertama? (sampai yang paling ekstrim)
4. Pengubahan bentuk permukaan tebing

Untuk masalah yang satu ini, hampir semua pemanjat sepakat bahwa hal itu
haram untuk dilakukan, baik itu menambah kesulitan maupun membuat jalur tersebut
menjadi lebih mudah. Walaupun begitu sebagian kecil dari seluruh kawasan
pemanjatan yang ada (hanya sebagian kecil) yang menerima hal ini, namun hanya
pada permukaan yang tanpa cacat sama sekali (blank/no holds) agar kesinambungan
jalur sebelum dan sesudahnya dapat terjaga.

G. Topo Map
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang
digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
simbol sebagai penjelas
Topo adalah gambar atau sket jalur yang berhasil di panjat. Sket ini dilengkapi
dengan data-data sebagai berikut :

1) Nama tebing
2) Batuan
3) Arah muka tebing
4) Ketinggian & lebar tebing
5) Perjalanan menuju tebing
6) Lokasi tebing
7) Foto tebing
8) Flora & fauna di sekitar tebing
9) Berapa jalur
10) Tanah
11) Sumber mata air
12) Jarak antara anchor satu ke anchor yang lain
13) Batar tebing

 Alat yang digunakan pada topo map

1) Alat tulis
2) Compass
3) Binokuler
4) Rol meter

 Simbol – simbol yang digunakan pada saat pemetaan

 : pitton : hang  : terasan

 : anchor : semak – semak //// : ladang

 : star [] : krek = : hanger


0 : goa : roof

H. Kategori Panjat Dinding yang Dilombakan

1. Lead
Lead adalah jenis perlombaan yang dititik beratkan pada tingkat kesulitan.jalur
setiap pemanjatan berbeda-beda, mulai kualifikasi sampai final. Jalur sudah
disediakan oleh pembuat jalur. Waktu yang diberikan setiap pemanjat 6 menit untuk
sekali pemanjatan.
2. Speed
Speed adalah jenis perlombaan yang dititik beratkan pada tingkat kecepatan.
Speed dibedakan menjadi dua yaitu, speed klasik dan speed record. Speed klasik
yaitu perlombaan yang menggunakan poin bebas dalam menyelesaikannya,
sedangkan speed record perlombaan yang hanya menggunakan poin yang berbentuk
bintang saja.
3. Boulder
Boulder tidak jauh berbeda dengan laed yaitu sama-sama menitik beratkan
pada tinggkat kesulitan, hanya saja tinggi papan boulder tidak setinggi papan dalam
perlombaan lead. Pada umumnya dalam boulder jalur yang diberikan lima jalur.

Anda mungkin juga menyukai