Anda di halaman 1dari 12

WALL CLIMBING

Bouldering
Panjat Tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan
salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu
bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki
melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa
melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang
berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45 dan
mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada dasarnya Panjat Tebing adalah suatu olahraga yang mengutamakan
kelenturan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik
menggunakan Peralatan maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri
dengan memanfaatkan cacat batuan.
Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi berbagai
dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan yang mengejar
kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi untuk mencari nafkah yaitu Kerja
Pada Ketinggian.

Sejarah Panjat Tebing Indonesia


Pada sekitar tahun 1960, perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai,
dimana Tebing 48 di Citatah,Bandung. mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh
pasukan TNI AD.
Tahun 1976, merupakan awal mula panjat tebing modern di Indonesia dimulai,
yaitu ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah, Bandung dan
diteruskan dengan mendirikan SKYGERS "Amateur Rock Climbing Group"
bersama tiga orang rekannya, Heri Hermanu, Dedy Hikmat dan Agus R, yang
pada tahun 1977.
Tahun 1979, Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman Iasmail Marzuki,
Jakarta. yang merupakan upaya mempublikasikan olahraga panjat tebing di
Indonesia. Skygers mengadakan Sekolah Panjat Tebing yang pertama pada tahun
1981.
Tahun 1980, Tebing Parang,Purwakarta,Jawa Barat. Untuk pertama kalinya
dipanjat oleh team ITB, dan masih pada tahun yang sama Winandri menjadi
team Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke Cartenzs "Pyramide",
mereka gagal sampai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Cartenzs
Timur.

Tahun 1982, terjadi tragedi dengan merenggut korban tewas pertama panjat
tebing Indonesia adalah Ahmad, salah satu pemanjat asal Bandung, tragedi
terjadi ketika melakukan pemanjatan pada Tebing 48 di Citatah.
Pada tahun 1984, Skygers dan Gabungan Anak Petualang memanjat Tebing
Lingga di Trenggalek, Jawa Timur serta Tebing Ulu Watu di Bali.
Tahun 1985, Tebing Sorelo,Lahat,Sumatra Selatan. dipanjat oleh Team Ekspedisi
Anak Nakal.
Pada tahun 1986, Kelompok Gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing
Bambatuang di Sulawesi Selatan, Lalu Kelompok Unit Kenal Lingkungan
Universitas Padjadjaran memanjat Gunung Lanang di Jawa Timur, Team Jayagiri
merampungkan Dinding Ponot di Bendungan, Si Gura gura, Sumatra Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berhasil dengan menciptakan
lintasan baru. Sebagai catatan, bahwa kompetisi panjat tebing pertama di dunia
diselenggarakan di Uni Soviet, kompetisi dilaksanakan pada tebing alam dan
sempat ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia.
Tercatat pada tahun 1987, Ekspedisi Wanadri yang menyelesaikan pemanjatan di
Tebing Unta di Kalimantan Barat, Kelompok Trupala memanjat Tebing Gajah di
Jawa Tengah dan Skygers memanjat Tebing Sepikul di Jawa Timur. Pada tahun ini
pula lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama dilaksanakan, yaitu di
Tebing Pantai Jimbaran, Bali.
Tahun 1988, Kantor Menpora bekerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis
mengundang empat pemanjat mereka untuk memeperkenalkan dinding panjat
serta memberikan kursus pemanjatan. Pada akhir acara, terbentuk Federasi
Panjat Gunung dan Tebing Indonesia (FPTGI), yang diketuai oleh Harry Suliztiarto.
Pada tahun yang sama Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing,
pada Tower III,Tebing Parang, Jawa Barat. yang dipanjat oleh kelompok yang
kesemua anggotanya putri. Kelompok putranya memanjat Tebing Gunung
Kembar di Citeureup,Bogor. Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto melakukan
panjat kebut yang pertama dilakukan di Indonesia, di Tower I Tebing Parang, yang
mana merupakan pemanjat tebing besar pertama yang dilakukan tanpa
menggunakan alat pengaman, waktu yang diperlukan adalah empat jam.
Pada tahun ini(1988), Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing memerlukan waktu lima
hari pemanjatan dan menjadi penyebab kagagalan untuk memenuhi target dua
hari pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Perancis. Sedangkan ekspedisi
dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru pada dinding yang sama.
Keberangkatan Sandy Febriyanto dan Djati Pranoto ke Yosemite, AS. untuk
memanjat Half Dome guna memecahkan rekor Speed Climbing, pada tahun
1988, dan mengalami kegagalan pula di El Capitan.
FPTI didirikan pada tanggal 21 April 1988, dengan dukungan beberapa pengurus
cabang serta pengurus daerah lain. Dengan tujuan menciptakan pemanjat
indonesia yang mampu berprestasi baik ditingkat nasional maupun internasional.

Sebagai pendamping pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan


kegiatan panjat tebing indonesia, FPTI berada di bawah koordinasi Menteri
Pemuda dan Olah raga sesuai rapat Paripurna Nasional I tahun 1991, Tahun 1992
sudah direncanakan menjadi anggota Komite Olahraga Nasional (KONI) dan
Union Internasional Des Associations D`Alpinisme (UIAA)

ETIKA DALAM PEMANJATAN


Pada dasarnya Pemanjat Tebing dimanapun itu paling alergi dengan peraturanperaturan yang resmi. Inilah uniknya dari olahraga yang satu ini, Olahraga ini
tidak membutuhkan aturan tertulis dibandingkan dengan olahraga yang lain.
Namun pada perkembangannya ketika panjat dinding mulai berkembang
menyamai olahraga panjat tebing alam sehingga diperlukan aturan yang tertulis.
Untuk itu di bentuk aturan pertandingan yang `Fair` yang aturan tersebut dibuat
dan disesuaikan dengan kondisinya. Maka diciptakan kata `Kode Etik` yang
merupakan adaptasi dari kata `peraturan`.
Adapun isi Kode etik tersebut adalah sebagai berikut :
Pemanjatan pertama mungkin meliputi pembersihan seminimum mungkin
tanaman dan batuan asli yang lepas dari titik penambatan untuk turun. Merusak
pegangan dan pijakan tidak diperkenankan.
Pemakaian Piton harus di jaga seminimum mungkin.
Pemakaian bor hanya digunakan sebagai alternatif terakhir.
Pemakaian Magnesium hanya digunakan ketika dibutuhkan.
Dalam suatu kasus ketika pemanjatan jatuh, pemanjat tersebut harus turun ke
tempat pengaman terakhir, dan ia dapat beristirahat di tebing dan dapat kembali
melanjutkan pemanjatan.
Bergantung ditali sesudah jatuh disebut `Hand Dogging`, dan jatuh dari runner
disebut`yoyoing`.

MOTTO PANJAT TEBING


Otak yaitu seorang pemanjat membutuhkan keterampilan khusus dalam
penguasan tehnik-tehnik pemanjatan dan peralatan.

Otot yaitu seorang pemanjat membutuhkan kekuatan khusus dalam


pemanjatan dengan ini di butuhkan latihan-latihan seperti latihan fisik, beban
dan senam kebugaran panjat tebing.
Hoki yaitu keberuntungan dalam pemanjatan baik itu keselamatan
maupun suksesnya pemanjatan.

PELAKU DALAM PEMANJATAN


Climber yaitu Orang yang melakukan Pemanjatan
Belayer yaitu orang yang mengamankan pemanjat

ABA-ABA DALAM PEMANJATAN


On Belay yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia
telah melakukan pemanjatan.
Belay On yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang Belayer bahwa ia
telah siap melakukan Pemanjatan.
Full yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada Belayer untuk
mengencangkan tali pemanjatan.
Slag yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada seorang
belayer untuk mengendurkan Tali pemanjatan.

KATEGORI TEBING BERDASARKAN BENTUKNYA


-

Face yaitu Permukaan tebing yang berbentuk datar.

Hang yaitu Bentuk sisi miring pada tebing.

Roof yaitu relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik.

Top yaitu puncak Tebing.

SISTEM PEMANJATAN
a.
Alpine Tactics yaitu Sistem Pemanjatan yang ditempuh dengan tujuan
mencapai puncak dengan membawa seluruh prlengkapan dan Peralatan
pemanjatan biasanya climber bermalam diatas tebing/Flying Camp, tanpa
kembali lagi ke shelter induk. Biasanya pada sistem ini seorang climber harus

mempunyai kemampuan khusus dalam penguasaan tehnik-tenhik pemanjatan


karena resiko pemanjatannya sangat tinggi.
b.
Himalayan Tactics yaitu Sistem pemanjatan yang dilakukan setahap demi
setahap hingga mencapai puncak tanpa membawa seluruh perlengkapannya dan
pemanjat kembali ke shelter induk.

TEHNIK PEMANJATAN
a.
Free Climbing yaitu Tehnik memanjat yang hanya menggunakan
keterampilan tangan dan kaki, sedangkan peralatan hanya digunakan untuk
mengamankan diri pemanjat itu sendiri bila jatuh dan tidak digunakan untuk
menambah ketinggian. Biasanya digunakan pada lomba memanjat.
b.
Bouldering yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan pada tebing-tebing
pendek secara rutinitas, biasanya dilakukan untuk melatih kemampuan seorang
climber.
c.
Soloing yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan baik tebing pendek
ataupun tinggi dengan sendiri tanpa menggunakan peralatan.
d.
Aid (Artificial) Climbing yaitu biasanya pada tehnik pemanjatan ini,
pemanjat menggunakan secara langsung peralatan untuk menambah ketinggian
pemanjatannya. Biasanya digunakan pada pembuatan jalur.

TEHNIK DASAR PANJAT TEBING (WALL CLIMBING)

Cara berpijak pada hold yang miring


Untuk melatih tangan dan kaki pada hold yang tipis, carilah slab (tebing licin dan
hampir rata tetapi tidak curam) agar mampu menguasai teknik penggunaan
tangan dan kaki pada berbagai macam bentuk dan ukuran hold.Pemula
cenderung meraih hold atau crack yang terlalu jauh dan di luar jangkauan
normal, akibatnya ia harus ngotot dan mengeluarkan banyak tenaga. Tidak
jarang keseimbangan menjadi terganggu. Jika kaki atau tangan digerakkan
terlalu jauh bukan tidak mungkin titik keseimbangan tergeser, karena tumit ikut
terangkat.Akibat lebih jauh dati tergesernya keseimbangan, terpaksa terjun
bebas ke bawah.Bagi pemula meraih pegangan yang terlalu jauh bisa berakibat
fatal Seorang pemanjat yang baik dapat diibaratkan gerakannya sebagai
gerakan seekor kucing tanpa bersuara dan cekatan.Jika kita sudah mampu
Inelakukan itu, hal ini berarti sudah melakukan hal yang benar. Untuk bergerak
seperti itu, pilihlah hold dengan hati-hati. Kemudian tempatkan kaki dan tangan
pada posisi yang benar serta mantap, tanpa menimbulkan suara berisik, tanpa
kegaduhan, dan tanpa melakukan gerakan yang tidak perlu.

Teknik Menuruni Tebing


Untuk dapat menuruni tebing, posisi tubuh harus dijaga agar tetap seimbang.
Agar lebih mudah, bergeraklah ke samping. jangan tegak lurus, sebab akan sulit
melihat hold atau crack di bawah kita. Gerakan menyamping ini lebih aman
daripada langsung ke bawah meskipun kadang-kadang sulit untuk menempatkan
kaki pada hold atau crack. Apalagi jika tebingcukup curam.Berlatih menuruni
tebing, lebih-lebih yang sulit, akan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri.
Pada suatu saat ketika memanjat rute yang sulit, kita terpaksa turun lagi dengan
merayap untuk beristirahat atau mengatur strategi pemanjatan selanjutnya,
jarang ada pemanjat yang dapat melewati rute sulit dengan sekali gebrakan.
Penempatan kaki, pegangan dan pengaman memerlukan strategi yang baik agar
gerakan memanjat dapat terangkai dengan baik, jika tidak terbiasa dengan
latihan ini biasanya pemanjat akan grogi lebih-lebih di medan yang belum
dikenalnya manakala cuaca tiba-tiba berubah buruk, misalnya Pentingnya
penggunaan kaki sudah cukup untuk di ketahui. Kini kita beralih dengan
penggunaan tangan.

Fungsi Tangan
Pada latihan, usahakan sebanyak mungkin menggunakan seluruh jari tangan
untuk memegang atau menekan, karena pada suatu saat kita akan dihadapkan
pada situasi di mana hold atau crack hanya cukup untuk dua jari. Tanpa latihan
yang baik kesulitan ini akan menghambat gerakan selanjutnya.Selagi memanjat,
batasi jangkauan tangan agar keseimbangan tidak terganggu. Tentu saja suatu
saat kita harus menjangkau hold atau crack yang cukup jauh. Pada situasi seperti
ini bergeraklah dengan hati-hati. Pastikan bahwa pijakan dan pegangan sudah
mantap. Yang penting untuk diperhatikan oleh para pemula pada waktu
memanjat ialah bagaimana menempatkan kaki, pegangan dan menjaga
keseimbangan agar kelelahan pada tangan dapat teratasi.

Handholds
Hold ada bermacam-macam bentuk, ukuran dan posisi. Yang perlu diingat,
kemampuan mengkombinasikan gerakan memanjat dengan mempergunakan
handhold dan foothold (pijakan kaki) dengan baik dan benar, sesuai dengan titik
keseimbangan posisi yang dihadapi pada saat itu. Pegangan terbaik bagi
pemanjat, jika keseluruhan jaritangannya dapat berpegang. Pegangan semacam
Ini disebut handhold atau jug handle. Pegangan semacam ini menambah
keyakinan si pemanjat untuk bergerak lebih lanjut. Memang bisa dikatakan
pegangan semacam inilah yang merupakan surga bagi pemanjat tebing.

Fingerholds

Hold yang lebih kecil dari handhold, dimana jari-jari hanya menempel kira-kira
satu ruas, disebut fingerhold. Pada fingerhold usahakan merapatkan jari-jari ke
permukaan tebing dengan man up, sehingga seluruh kekuatan dapat terpusat ke
ruas jari yang berpegangan pada hold. Cara ini mencegah jari-jari terpeleset dari
hold.

Pinchgrip
Pada suatu ketika akan ditemui jenis pegangan yang untuk memegangnya harus
mencubit dengan menekankan jari-jari dan ibu jari pada arah yang
berlawanan.
Biasanya pinchgrip berada pada posisi miring dan vertikal.

Undercling
Dasar teknik ini, tekanan tangan dan kaki pada arah yang berlawanan. Tangan
berpegang pada bibir crack atau tonjolan batu yang menghadap ke bawah
dengan tarikan ke atas. Sementara itu kaki menekan dengan mantap di dinding
tebing. Akibat tarikan tangan yang memberi gay a ke atas kaki dapat tertekan ke
dinding tebing. Untuk bergerak lebih lanjut, jaga agar posisi ini tetap mantap
sebelum tangan yang satu dilepas untuk mencari pegangan yang lain.Yang perlu
diperhatikan pada posisi ini, ialah titik keseimbangan. Usahakan sedemikian
hingga titik keseimbangan tetap terkontrol meskipun hanya dengan satu tangan
yang memberi gaya tarikan.

Jamming
Pada tebing-tebing batu sering dijumpai crack yang terlalu lebar untukdapat
dipakai sebagai pijakan atau pegangan. Untuk mengatasi crack semacam ini
dipergunakan teknik khusus yang disebut jamming. Dasar teknik ini dibagi dua:
jepitan tangan (hand jam) dan jepitan kaki (foot jam). Dengan cara
menempatkan kaki atau tangan ke dalam crack agar terjepit, maka akan timbul
gaya gesekan antara kaki atau tangan dengan tebing. Cara menempatkan kaki
atau tangan tergantung pada kondisi crock itu sendiri.

Layback
Teknik ini dipergunakan pada crack vertikal ataupun tonjolan vertikal di tebing
yang cukup panjang. Prinsip teknik ini hampir sarna dengan undercling, hanya
saja lebih banyak tenaga yang terkuras akibat panjangnya medan yang harus
dilalui. Gerakan kaki dan tangan harus berirama. Artinya, gerakan hanya satu

per satu dan kompak. Jika tangan bergerak, maka yang lain tetap di tempat.
Setelah tangan mantap berpegang, satu per satu kaki digerakkan keatas.
Meskipun teknik ini menguras tenaga, namun suatu saat akan diperlukan. Untuk
itu latihlah teknik layback ini. Tidak harus di tebing, di pagar besipun dapat
dilakukuan.

Peralatan Panjat Tebing


Jumlah setiap peralatan yang digunakan akan dipengaruhi oleh jumlah pemanjat,
tehnik pemanjatan maupun medan pemanjatan. Macam peralatan akan
dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing:

Helm, pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama dengan helm pada
umumnya yaitu untuk melindungi kepala dari benturan. Helm digunakan untuk
pemanjatan pada tebing alam, selain untuk menhindari benturan kepada pada
tebing juga untuk mengurangi risiko jika tertimpa banda jatuh. Untuk
pemanjatan artifisial (terutama saat kompetisi) penggunaan helm tidak lazim.
Kernmantle rope/Tali kernmantle, merupakan peralatan pengaman utama bagi
pemanjat dari kejatuhan dengan jarak ketinggian tertentu. Panjang Kernmantle
rope rata-rata adalah 70 meter. Jenis kernmantle untuk pemanjatan terbagi
menjadi dua: dinamik dan statik. Tali dinamis biasa digunakan untuk pemanjatan
dengan teknik lead (rintisan) karena ketika pemanjat terjatuh akan mempunyai
elastitas yang cukup baik sehingga menghindari terjadi cedera dalam
(khususnya tulang belakang). Tali statik pun tidak sarankan untuk digunakan
mengingat elastitasnya yang sangat rendah yang berbahaya pada energi yang
terpaksa harus diterima oleh tubuh jika terbebani saat pemanjat terjadi.
Climbing Shoes/Sepatu Panjat untuk panjat tebing maupun panjat dinding
memiliki kesamaan fungsi, yaitu untuk membantu pemanjat untuk berpijak pada
permukaan vertikal, dan melindungi kaki dari tajamnya bebatuan maupun
gesekan bebatuan yang kasar.
Chalk bag/Kantung kapur, merupakan sebuah tas kantung untuk menampung
bubuk magnesium klorida, yang membantu pemanjat mengurangi kelembapan
pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan, sehingga dapat membuat
pegangan pemanjat tetap stabil.
Sling, sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling
dapat digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman
lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing, untuk
panjang dan diameter sling memiliki banyak variasi.

Full Body harness, merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada tubuh.
Body harness biasa digunakan untuk dunia kerja, rescue dan flying fox. Body
harness membantu penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.
Seat harnes, selain Full Body harness dikenal juga seat harness. Untuk
pemanjatan sport dan petualangan (mounteineering) lazim digunakan seat
harness, karena simple. Sedangkan full body harness digunakan di dunia
industri. Perbedaan full-body dan seat-haness adalah saat pemanjat jatuh full
body harness akan mempunyai kemungkinan yang sangat besar pemanjat akan
jatuh dengan posisi kaki dibawah, sedangkan seat-harness mempunyai
kemungkinan kepala berada dibawah ketika terjatuh. Sehingga untuk dunia kerja
yang sangat menghindari risiko, seat harness tidak dibenarkan untuk digunakan.
Sarung tangan, akan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan
pemanjat maupun rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali
pengaman.
Hammer/palu, sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman buatan
berupa piton pada panjat tebing, cara membawa hammer akan lebih mudah bagi
pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada bahu pemanjat.
Carabiners, diciptakan untuk menggabungkan berbagai jenis peralatan.
Carabiners memiliki banyak bentuk dan variasi, umumnya carabiners dibagi
menjadi dua jenis, yaitu carabiner non screw gate dan carabiner screw gate.
Carabiners biasa dihubungkan pada tali maupun pengaman untuk pemanjatan,
carabiner sangat kuat karena sebuah nyawa disandarkan pada carabiner ketika
dilakukan suatu pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.
Quickdraw/runner, merupakan gabungan antara prusik dan dua buah
carabiner. Biasanya digunakan untuk menjadi bagian penyambung antara
chocks, friends, tricams, bolts ataupun pitons terhadap tali carnmantel.
Hand ascender, merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu
pemanjat dalam menaiki tebing dan bertumpu pada bantuan tali, secara
otomatis hand ascender maupun jenis ascender lainnya akan mencatut tali jika
diberi beban dan akan mudah digeser jika tidak memiiki beban.
Ascender handle, juga merupakan jenis ascender. Ascender handle
merupakan pengembangan dari hand ascender dengan fungsi yang dimiliki
kurang lebih sama.
Rigger plate, berfungsi sebagai plat conector dari anchor point ke lintasan,
karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu anchor
point fix. Rigger plate terdiri dari sebuah plat yang memiliki beberapa lubang,
yang dapat ditempati oleh lebih dari 2 pengaman.
Edge Rollers, Merupakan pelindung tali yang didesign untuk mencegah
terjadinya gesekan antara tali dengan sudut bidang, dinding batu, dan
sebagainya.

Padding, berfungsi untuk memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda
tajam, seperti gesekan tali dengan sudut tebing, dinding,dll. Padding terbuat dari
bahan terpal, canvas, matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan.
Cams/ friends/ spring loaded camming device (SLCD), Friends merupakan
salah satu jenis pengaman sisip yang digunakan dalam panjat tebing, anda
dapat menarik tuas baja yang membuat bagian ujung friends menyempit dan
melepaskannya pada celah yang diinginkan. Friends sangat fleksible, karena
dapat digunakan pada berbagai ukuran celah/rongga.
Pitons, merupakan pengaman yang ditancapkan pada rongga-rongga tebing,
piton memiliki empat jenis yaitu Bongs, Bugaboons, Knife-blades dan Angle.
Nuts/Chock friends merupakan jenis pengaman sisip yang dimana cara
penggunaannya dengan menyelipkan nuts pada sebuah rekahan yang sesuai.
Nuts/Chock friends memiliki ukuran yang berbeda-beda untuk itu nuts biasanya
tersedia dalam set.
Hexes/chock hexentris, memiliki fungsi yang sama dengan nuts tetapi hexes
berbentuk tabung segi enam. Hexes tetap memiliki kekuatan yang baik
walaupun agak sulit dalam penggunaannya. Hexes tersedia dalam beberapa
ukuran.
Tricams, merupakan pengaman sisip selanjutnya. walaupun berbeda bentuk,
tetapi fungsinya sama dengan nuts dan hexes. Pemakaiannya relatif sulit, tidak
dianjurkan dipakai untuk pemula.
Figure eight/figur delapan, peralatan ini termasuk salah satu Descender
adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali
sebagai jalur. Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya bermacammacam, rate strange 3000 kg., menggunakan alat ini menyebabkan puntiran
pada tali salah satu kelemahan alat ini ketika digunakan.
Autostop, berfungsi sebagai desender dan ini di-design untuk pengereman
automatis, system kerja pengereman automatis akan bekerja ketika handle kita
lepaskan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan sebagai alat belay (belay
device) untuk menurunkan korban dari ketinggian, atau dapat juga kita gunakan
untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender.

Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan


Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam
pemanjatan tebing:
a. Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman
yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan
dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan
mengikuti prosedur yang tepat. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya
sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil

memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak


atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki
diamankan oleh belayer.
b. Artificial (Aid) Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan
tambahan, seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena
dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama
sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai. Tujuan dari aid
climbing adalah untuk menambah ketinggian.
c. Free Solo Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki
benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.
Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk
melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar
mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute
yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala
gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan
melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan
yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan
melakukannya. Teknik pemanjatan ini sangat tidak disarankan mengingat risikoa
yang dihadapi adalah tertinggi dari teknik pemanjatan lain.

Istilah
Kawasan panjat tebing adalah wilayah pemanjatan yang terdiri minimal dari satu
tebing alam pemanjatan.
Tingkat Kesulitan Jalur Pemanjatan adalah skala subyektif untuk mengukur
seberapa sulit sulit suatu jalur pemanjatan. Tingkat kesulitan diukur oleh para
pemanjat yang mencoba suatu jalur, berdasarkan percobaan itu ditentukanlah
tingkat kesulitan. Di dunia dikenal berbagai sistem pengukuran. Yang banyak
digunakan di Indonesia adalah skala pengukuran US Yosemite System yaitu
menggunakan notasi 5.xx (5.1 - 5.15). Jalur tersulit yang ada di Indonesia adalah
di tingkat 5.13b yaitu jalur Si Berat di Tebing 125, Kawasan Pemanjatan Citatah,
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sedangkan kebanyakan tingkat kesulitan
pemanjatan di Indonesia adalah berkisar di 5.9-5.10.
Tebing artifisial adalah fasilitas dinding panjat yang dibuat manusia.
Tebing alam (natural rock) adalah tebing batu yang dapat dilakukan sebagai
tempat untuk melakukan pemanjatan tebing
Bouldering (jalur-pendek) adalah cara memanjat suatu jalur yang berisi minimal
satu titik-fokus kesulitan. Jenis jalur bouldering mempunyai ketinggian
maksimum yang aman dilakukan pemanjatan tanpa menggunakan mengaman
tali.

Crux adalah titik tersulit pada jalur pemanjatan.


Red-point adalah nilai yang diperoleh seorang pemanjat jika berhasil melakukan
pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman pada suatu jalur pemanjatan
setelah melakukan percobaan pemanjatan lebih dari satu kali.
On-sigth adalah nilai tertinggi yang diperoleh oleh seorang pemanjat jika berhasil
melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman dengan satu
percobaan dan tanpa melihat pemanjat lain sebelumnya melakukan pemanjatan
pada jalur tersebut.
Lead climbing adalah teknik memanjat jalur pemanjatan dimana pemanjat
pertama memasang peralatan pengaman dan diamankan oleh seorang
pengaman (belayar) dari bawah. Teknik pemanjatan ini cocok untuk pemanjat
yang telah mempunyai kemampuan memadai untuk melakukan pemanjatan.
Top-rope climbing adalah teknik memanjat suatu pemanjatan dimana tali
pengaman pemanjatan telah terpasang pada titik akhir pemanjatan dan
pemanjat tidak perlu memasang sendiri pengamanan selama pemanjatan. Pada
pemanjatan ini pemanjat nyaris tidak mungkin jatuh jika gagal melakukan
pemanjatan. Teknik ini digunakan untuk pemanjat pemula yang akan melakukan
pemanjatan suatu jalur.
Jalur-tersedia adalah jalur pemanjatan telah dibuat oleh pemanjat sebelumnya
yang telah diberi pengaman permanen (berupa hanger atau piton) sehingga
pemanjat lain tinggal mengaitkan cincin kait untuk mengamankan
pemanjatannya.
Pranala luar
http://www.ifsc-climbing.org (International Federation of Sport Climbing)
http://seacf.org (Southeast Asia Climbing Federation)
http://indonesia.panjattebing.org (Federasi Panjat Tebing Indonesia)
http://merahputih.panjattebing.org (Komunitas Panjat Tebing Merah Putih)
http://lps.panjattebing.org (Lembaga Pelatihan dan Sertifikasi Panjat Tebing
Indonesia)
http://katalog.panjattebin.org (Katalog Panjat Tebing Indonesia)
http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_tebing

Anda mungkin juga menyukai