Pada dasarnya panjat tebing atau rock climbing adalah teknik pemanjatan
tebing batu yang memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang
dapat dijadikan pijakan atau pegangan untuk mencapai suatu ketinggian atau
mencapai puncak. Umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang
berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan
mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa, tepatnya
di pegunungan Alpen, sebelum Perang Dunia I di Austria sekitar tahun 1910.
Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun
1920. Di Indonesia, olahraga ini termasuk ke dalam olahraga petualangan di
alam bebas dan telah dilakukan sejak tahun 1960 oleh Tentara Nasional
Indonesia serta anggota pecinta alam mahasiswa. Dalam perkembangan
olahraga ini, pada tanggal 21 April 1988 berdirilah organisasi Federasi Panjat
Gunung dan Panjat Tebing Indonesia (FPGTI) yang mewadahi aktivitas generasi
muda dalam olahraga panjat tebing. Seiring dengan pemahaman yang
berkembang, panjat tebing dianggap sebagai divisi terpisah dari pendakian
gunung. Oleh karena itu, FPGTI berganti nama menjadi FPTI (Federasi Panjat
Tebing Indonesia). Sedangkan induk organisasi panjat tebing dunia adalah
International Climbing and Mountaineering Federation atau UIIA (dalam
bahasa prancis, Union Internationale des Associations d'Alpinisme).
Teknik Dasar
Tangan dan kaki merupakan tumpuan gerakan. Agar tidak cepat lelah,
gunakan kaki sebagai tumpuan utama, bukan tangan.
Perhatikan keseimbangan tubuh, hindari kaki kanan dan tangan kanan
menjadi tumpuan secara bersamaan karena akan menimbulkan door
effect.
Gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menjaga keseimbangan
pada poin-poin yang berlubang dan gunakan teknik cubitan tiga jari
untuk poin yang kecil.
Perhatikan prosedur keselamatan seperti posisi tali, kaitan pada cincin
kait, dan simpul yang digunakan.
Jenis-jenis pegangan :
Pegangan biasa (open grip), merupakan pegangan berupa poin besar
dapat menggunakan seluruh telapak tangan untuk memegang.
Pegangan cubit (cling grip), merupakan pegangan poin kecil, sehingga
memegangnya seperti mencubit.
Pegangan vertikal (vertical grip), merupakan pegangan yang berbentuk
vertikal yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian melalui
gerak dorongan tubuh.
Pegangan lubang (pocket grip), merupakan poin besar yang memiliki
lubang untuk pegangan tangan ditambah bantuan kekuatan jari telunjuk.
Jenis-jenis pijakan :
Friction step yaitu cara menempatkan kaki pada permukaan tebing
dengan menggunakan bagian bawah sepatu (sol) dan mengandalkan
gesekan karet sepatu.
Edging yaitu cara kerja kaki dengan menggunakan sisi luar kaki (sepatu).
Normalnya daerah penggunaan edging pada kaki sebelah kiri.
Smearing yaitu tehnik berdiri pada seluruh pijakan di tebing.
Heel Hooking yaitu tehnik yang digunakan untuk mengatasi pijakan-
pijakan yang menggantung ataupun sulit dijangkau oleh tangan, Dengan
kata lain kaki dapat di gunakan sebagai pengganti tangan.
Teknik Dasar
Berolahraga sepeda sama saja dengan olahraga lainnya yang membutuhkan
teknik dasar berlatih. Berlatih sepeda harus dilakukan dengan rutin dan
bertahap. Dengan metode seperti ini akan melatih daya tahan tubuh dan otot-
otot yang bekerja. Sebaiknya, pada awal pelatihan tidak terlalu membebankan
latihan pada jarak, cukup pengenalan terlebih dahulu.
Cukup berlatih selama 15 hingga 20 menit dalam sehari dengan kecepatan
yang konstan, tidak terlalu cepat tidak juga terlalu lambat. Intinya, pada
program Iatihan awal sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri untuk berlatih
terlalu keras. Jika program latihan semacam ini sudah dilakukan cukup
maksimal, program diubah dengan cara menambahkan target waktu. Dari 20
menit menjadi 25 menit.
Jika daya tahan otot sudah didapatkan, coba menambahkan program dengan
mengubahnya menjadi program jarak jauh, artinya tidak menggunakan target
waktu. Misalnya, dimulai dengan program puluhan kilometer.
Jenis Perlombaan Sepeda
a. Sepeda Gunung
Balap sepeda gunung (MTB Race), umumnya dilakukan pada jalanan off
road, baik alami maupun buatan, beberapa bisa melintasi jalan on road,
tetapi dengan batasan tertentu. Balap sepeda guung mulai dipertandingkan
di Olimpiade sejak 1996. Union Cycliste Internationale (UCI) membagi
kategori balap sepeda gunung di antaranya XC: Cross-Country, DH:
Downhill, 4x : Four Cross, END: Enduro, dan lainnya.
b. Road Race
Balap sepeda jalan menggunakan jenis sepeda road bike (sepeda balap),
yang mengutamakan kecepatan. Road race biasanya dilakukan pada jalan
umum, yang bisa disterilkan dari kendaraan lain, atau ada juga yang tidak.
Cabang olahraga road race sudah dipertandingkan sejak Olimpiade modern
di Athena pada tahun 1896.Union Cycliste Internationale (UCI) membagi
kategori balap sepeda road race di antaranya Stage Races, Criteriums,
Individual Races, dan lain-lain.
c. Cyclocross
Disebut juga cyclo-cross, CX, cyclo-X atau ‘cross adalah salah satu cabang
dari balap sepeda, yang biasanya di negeri dengan banyak musim, diadakan
pada autumn (musim gugur) dan winter (musim dingin) atau October–
February.Pada awalnya dilakukan untuk menjaga kebugaran dan stamina
para pembalap sepeda pada musim dingin, perlombaan antar kota, yang
harus melewati kebun dan jalan offroad lainnya. Lama kelamaan
perlombaan ini dijadikan reguler dan dengan format yang lebih resmi.
d. Track Race
Balap sepeda Track adalah balap sepeda yang diadakan dalam track khusus
sepeda atau velodromes, dan menggunakan sepeda balap khusus.
Pembalap sepeda track biasanya memiliki massa otot kaki yang lebih besar
dari pembalap sepeda road atau gunung, karena banyak mengandalkan
sprint pada perlombaannya. Kategorinya yaitu Sprint dan Endurance.
Terjun Payung (Paralayang)
Terjun payung (skydiving/parachuting) dan paralayang (paragliding)
sebenarnya tidak sama. Perbedaannya terletak pada jenis parasut dan cara
lepas landasnya. Parasut paralayang biasanya ditambahkan sarung yang
digunakan sebagai kursi untuk kita duduk. Sedangkan parasut terjun payung
biasanya ditaruh di punggung bersamaan dengan parasut cadangan. Atlet
paralayang lepas landas dengan cara berjalan atau berlari dari lereng bukit
atau gunung. Sedangkan atlet terjun payung lepas landas dari sebuah pesawat
kecil. Keduanya termasuk dalam olahraga dirgantara dan dalam induk
organisasi yang sama yaitu Fédération Aéronautique Internationale (FAI) dan
Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Olahraga paralayang lepas landas dari sebuah lereng bukit atau gunung dengan
memanfaatkan angin. Angin yang dipergunakan sebagai sumber daya angkat
yang menyebabkan parasut ini melayang tinggi di angkasa terdiri dari dua
macam yaitu, angin naik yang menabrak lereng (dynamic lift) dan angin naik
yang disebabkan karena thermal (thermal lift). Dengan memanfaatkan kedua
sumber itu maka penerbang dapat terbang sangat tinggi dan mencapai jarak
yang jauh.