Panjat Tebing
Menaiki atau memanjat tebing yang memanfaatkan celah atau tonjolan yang dapat digunakan
sebagai pijakan atau pegangan dalam suatu pemanjatan untuk menambah ketinggian.
1920 – 1930 pemanjatan menggunakan baru dikenalkan dan masa-masa keemasan sampai PD II
meletus
1970 para pemanjat Amerika mulai mengenalkan teknik-teknik baru yang digunakan sampai
sekarang
1980 olahraga panjat tebing masuk ke Asia sehinnga melepaskan diri dari induknya dan
membentuk wujudnya sendiri
Panjat tebing diIndonesia sudah ada sejak tahun 1942 yang dipelopori oleh Anthonie de Ville
dari Prancis yang mencoba untuk memanjat tebing Mont Aigulle (2.097 mdpl) dikawasan
Vercors Massif
Di Indonesia sendiri kegiatan panjat tebing sudah ada sejak tahun 1959 yang dipelopori oleh
pasuka TNI-AD yang mencoba menaklukan tebing Citatah 48 sebaga medan latihan.
Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia ditancapkan saat Harry Suliztiarto untuk
pertama kalinya memnajat tebing Citatah pada tahun 1976 yang kemudian pada tahun 1977
bersama Hermanu, Deddy Hikmat, dan Agus R. MENDIRIKAN Skygers Amateur Rock
Climbing Group.
Tahun 1979 kemudian Harry Suliztiarto mulai mempublikasikan panjat tebing di Indonesia
dengan memanjat atap Planetarium TIM
Pada tahun 1980, sekolah panjat tebing Sygers untuk pertama kalinya diadakan, berbagai
ekpedisi pemanjatan tening mulai dilakukan oleh anak-anak bangsa.
Pada tahun 1988, dinding panjat buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia dibawa oleh 4
pemanjat Perancis yang diundang ke Indonesia atas kerja sama kantor Menpora dengan Kedubes
Prancis di Jakarta.
Tahun 1990 FPGTI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat dan Tebing Indonesia) yang
diketuai oleh Harry Suliztiarto sebagai ketua kanan dan Setiawan Djody sebagai ketua umum.
1. Pembersihan seminimum mungkin tanaman dan batuan yang lepas dari titik penambatan
untuk turun (merusak pegangan dan pijakan tidak diperkenankan)
1. Tali Kernmantel
Memiliki daya lentur hampir 25% dan digunakan untuk pemanjatan teknik top rope dan
lead.
2. Harnest
Alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yang nantinya dihubungkan dengan tali.
a. Sit harnest
b. Body harnest
c. Chese Harnest
Pemakaian sit harnest harus di atas tulang panggul dan di pangkal paha
3. Webbing
Peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai
harnest atau sling.
4. Carrabiner
a. Carrabiner screw
5. Chalk Bag
Tempat untuk menyimpan magnesium karbonat. Berfunsi untuk mengurangi keringat yang
berlebih pada telapak tangan
6. Sepatu panjat
Berfungsi untuk menahan beban climber ketika sedang beristirahat dan dihubungkan ke
hanger tebing
8. Helm
Berfungsi untuk melindungi kepala climber dari benturan tebing saat terjatuh dan bila ada
batu yang berjatuhan
A. Pengaman Pasak
1. Piton
Alat panjat tebing dengan fungsi pengaman yang paling klasik. Phiton jenis blade berbentuk
pipih menyerupai pisau. Jenis ini efektif untuk celah-celah sempit. Phiton jenis angle
digunakan untuk celah yang lebih besar. Cara menggunakan phiton adalah dengan
menyelipkannya pada celah tebing dan memukul-mukul phiton dengan hammer seperti paku.
B.Pengaman Sisip
Pengaman yang disisipkan ke rekahan, celah – celah, atau lubang pada permukaan tebing.
- Chock mempunyai berbagai jenis dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan bentuk
rekahan atau celah pada tebing.
- Cam mempunyai pegas yang dapat diminimalkan sudut mengembangnya pada celah.
C. Pengaman Sementara
Berfungsi seperti pengait, namun bukan alat pengaman. Umumnya dipakai oleh seorang
pemanjat sebagai pengaman sementara, yang dikaitkan pada cacat batuan (flakes), terutama
saat melakukan pengeboran.
Fifihook Talon
Alat untuk mengebor tebing secara manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa
bolt serta hanger.
Bor adalah alat yang berfungsi seperti bor, berguna untuk mem’bor’ tebing dan memasang baut
untuk menempatkan hanger (bolt hanger) pada permukaan tebing.
Pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi / dibor, diperkuat
dengan baut tebing (bolt).
Berguna untuk memasang piton atau membukanya. Adapula palu yang sudah dilengkapi dengan
pemutar baut.
G. Etrier
Dibuat dari webbing yang dibentuk seperti tangga. Digunakan sebagai alat bantu pada
pemanjatan tebing untuk menambah ketinggian apabila kita menemukan jalur yang sulit untuk di
daki.
Alat Belay
Alat pengaman seorang pemanjat yang dikontrol oleh belayer, dengan memanfaatkan gaya gesek
(friction) tali pada alat tersebut.
Ada yang mempunyai self braking, yaitu dapat mengunci pergesaran tali jika terbebani.
Alat inipun ada yang bisa berfungsi sebagai descender.
Anchoring
Contoh : Batang pohon, Akar pohon, Batu besar yang dijamin kuat.
Menggunakan bantuan peralatan lain baik dengan cara menjejalkan, memaku pada celah batuan
atau mengebor.
Pemanjat harus yakin terhadap pengaman yang dipasang dengan terlebih dahulu mencoba
membebaninya.
Contoh : runner, Piton, sky hook, Brigbo, ramset, hunger, stoper, death boy, death man
Artificial Climbing
Teknik pemanjatan yang menggunakan alat, yang biasanya dikarenakan medan yang kurang atau
tidak ada tumpuan, dengan tujuan untuk menambah ketinggian
Free climbing
Teknik pemanjatan yang menggunakan alat, hanya untuk pengaman saja bila jatuh.walau tidak
ada alat tersebut masih mampu melanjutkan perjalanan.
Free soloing
bagian dari free climbing, karena tanpa menggunakan alat apapun, pemanjat menghadapi segala
resiko seorang diri
Gym Climbing
Belayer berada di bawah, dengan tali di belokan pada anchor di atas climber.
Top Roping
Traditional/Adventure climbing
Pemanjatan pada dinding tebing yang bersih dari bolts dan hangers, tidak pengamanan buatan
Bouldering
Pemanjatan yang dilakukan pada tebing yang tidak terlalu tinggi, dengan menggunakan gerakan
kanan-kiri dan naik turun.
Jenis pemanjatan pada tebing yang sangat tinggi dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan
yang cukup,dan pengaturan management yang baik
Sistem Pemanjatan
1. Alphine Sistem
Himalayan Sistem
1. Sistem pemanjatan yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai
sasaran diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan menggunakan sistem ini dilakukan
sampai sore hari kemudian kembali turun ke base camp untuk istirahat dan dilanjutkan
keesokan harinya. Sebagian alat di tinggalkan untuk memudahkan pemanjatan keesokan
harinya.
3. Dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasin
untuk seluruh tim
b. Saat Pemanjatan
Simpul Pangkal
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope)
pada anchor natural dsb. Toleransi
Simpul Jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope)
pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
Simpul Frusik
Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT
Jenis Pegangan
1. Open Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan dengan posisi tangan
terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar.
2. Cling Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan degan menggunakan seluruh
jari tangan dan dan agak mirip mencubit biasanya digunakan pada tebing yang
permukaannya banyak tonjolan.
3. Pinch Grip : Pegangan pada pemanjatan yang mirip dengan mencubit,dan
mengandalkan kekuatan jempol dan telunjuk yang biasa digunakan untuk memegang
poin – poin kecil pada tebing.
4. Poket Grip : Pegangan pada pemanjatan dilakukan dengan cara memasukkan jari –
jari kedalam celahan/ lobang tebing, biasanya digunakan pada tebing limenstone ( kapur )
yang banyak memiliki poin lobang.
5. Vertikal Grip : Pegangan pada pemanjatan yang bertumpu pada poin tebing dengan
menggunakan kekuatan lengan untuk bertumpu dan menaikkan badan.
Jenis Pijakan
1. Frinction Steep : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depandan
mengandalkan gesekan karet sepatu.
4. Hel Hooking : Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi poin2
yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kakiuntuk mengangkat badan keatas
untuk menggapai poin selanjutnya.
Mempertahankan posisi di tebing dengan 2 tangan 1 kaki atau 1 tangan 2 kaki, dengan
cara ini dapat meminimalkan tenaga.
Saat meraih pegangan setinggi apapun segera jatuhkan badan dengan menekuk kedua
lutut dan meluruskan tangan, jika siku terus-terusan dibengkokkan, maka dijamin tenaga
ditangan akan cepat terkuras. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh di topang oleh otot
bahu dan dada jadi lebih sedikit ringan.
Kaki kita pasti memiliki tenaga lebih kuat dari tangan, perbanyak mendorong vertikal
dengan kaki bukan menarik dengan tangan.
PEMILIHAN JALUR
• Dapat memperkirakan tinggi, jenis batuan , berapa ptch yang akan dipanjat
Ada dua aliran teknik dalam pembuatan jalur yang dianut (dalam free climbing):
Aliran traditional
Membuat jalur sambil memanjat, lintasan baru, tanpa pengaman, tanpa dicoba terlebih
dahulu, pemanjat langsung membuat jalur dari bawah sampai puncak.
Aliran modern
Cara 1: teknik tali tetap (fixed rope technic). Dilakukan dengan rappelling (rap bolting) atau
ascending pada tali tetap (fixed rope). Langkah selanjutnya adalah perencanaan arah jalur
dan pemasangan pengaman tetap (bor).
Cara 2: menggunakan top rope. Kelebihannya dapat direncanakan arah jalur dan
penempatan pengaman lebih persisi karena gerakan pemanjat dapat diketahui lebih dahulu.
PEMBAGIAN PERSONIL
• Jumlah personil
• Kemampuan personil
• Sistem pemanjatan
• Ketersediaan alat
MEMPERSIAPKAN PEMANJATAN
a. Peralatan, factor:
• Jenis batuan
• Cacat batuan
• Kemampuan leader
• PEMANASAN PEMANJATAN
• MEMULAI PEMANJATAN
Hal penting:
• Komunikasi antar pemanjat dengan belayer (leader dengan belayer), komunikasi ada dua
bentuk yaitu bahasa dan isyarat.
• Leader membawa dua roll tali sekaligus. Satu sebagai tali utama (yang dikitkan dengan
runner) dan tali tambat (fixed rope) sebagai transport antara leader dan personil yang ada
dibawahnya.
CLEANING
• Setelah leader telah mencapai pitch 1 dan memberitahu pemanjat kedua siap dan boleh
naik. Personel kedua melakukan jumaring sekaligus menyapu runner yang telah dipasang
leader.
• Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil sehingga memudahkan pengambilan
Tugas cleaner:
TURUN TEBING
Dilakukan dengan teknik rappelling, rappelling dapat dilakukan pada tali tunggal atau ganda
(double). Hal yang harus dilakukan:
• Cek kerapihan pribadi alat yang terpasang, hindari benda yang menguntai-nguntai,
khususnya kea rah figure eight atau descender lainnya.
DI DASAR TEBING
Melakukan pendataan dan pengecekan alat yang dipakai.
• PEMBUATAN TOPOGRAFI
• Nama jalur
• Lokasi
• Sistem pemanjatan
• Teknik pemanjatan
• Waktu pemanjatan
• Daftar pemanjatan
GRADING SYSTEM
• Jenis- jenisnya…
Dihitung berdasarkan pergerakan dan panjang/ tinggi bidang panjat. Tingkat kesulitan
menggunakan nomerisasi (1, 2, 4a, 4b.. dst)
• Ewbank system
Digunakan di Australia dan Afrika Selatan. Numerical ewbank dimulai dari angka 1 sampai
angka 34
Di gunakan di Amerika.
• Sistem yosemite mengacu pada 5 tingkat yang dibuat oleh Sierra Club:
• Kelas 2 scrambling
• Kelas 3 easy climbing
• Kelas 5, dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14) pada kelas ini, runners dipakai
sebagai pengaman
• 5.5 s.d 5.6: terdapat tumpuan dua tangan bagi yang berpengalaman
• 5.8: kehilangan 2 tumpuan atau 1 tumpuan tapi cukup berat, kemiringan <90
• 5.9: hanya ada satu tumpuan yang pasti untuk kaki dan tangan
9 4 5.6
10 4 5.6
11 5a 5.7
12 5a+ 5.8
13 5b 5.8
14 5b+ 5.8
15 5c 5.9
16 5c+ 5.10a …dst
Grade
• Grade I: dapat ditempuh dalam waktu 1 jam dengan banyak pitch 1-2 saja
• Grade II: harus ditempuh berkisar kira-kira 1 – 4 jam dengan pitch sebanyak 4 pitch
• Grade III: harus ditempuh sekitar 4 – 7 jam dan membutuhkan alat untuk naik, dengan
jumlah tahapan 3 – 8 pitch
MATERI 1 CAVING
(HIKESPI)
gua adalah setiap ruang bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang
terbentuk melalui system pencelahan, rekahan, atau aliran sungai yang membentuk suatu lintasan
aliran sungai dibawah tanah.
gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki orang.
Penelusuran gua tercatat secara resmi dilakukan pertama kali tahun 1674 oleh ahli geologi dari
Somerset Inggris John Beaumont dan diakui oleh British Royal Society.
Tahun 1747 Joseph Nagel berhasil memetakan system perguaan di kerajaan Astro-Hongaria.
Tahun 1818 Kaisar Habsburg Francis I org pertama yg melakukan kegiatan wisata dalam gua
yaitu Gua Adelsberg (Gua Pastonja) di eks Yugoslavia
Franklin Golin pemilik areal tanah Mammoth Cave di Kentucky AS. Dan kini gua Mammoth
diterima UNICEF sebagai warisan dunia.
Stephen Bishop dipekerjakan pd usia 17 thn dan menelusuri gua Mammoth dgn menemukan
sekitar 222 lorong dengan panjang sekitar 300 mil(blm selesai)
Bapak Speleologi Dunia Adalah Eduard Alfred Martel, Penelusur Gua dari Prancis yang
melakukan observasi, mencatat dan menganalisa segala fenomena bawah tanah di Prancis dan
Negara – Negara Tetangga.
SPECAVINA
GARBA BUMI
Norman Edwin
HIKESPI
Dr.R.K.T Ko
Etika dan moral penelusur gua secara umum dapat di bagi atas 3, yakni :
a. Setiap penelusur gua menyadari bahwa kegiatan speleologi, baik dari segi olahraga/segi
ilmiahnya bukan usaha untuk di pertontonkan atau tidak butuh penonton
b. Dalam hal penelusuran gua, para penelusur gua harus bertindak sewajarnya . Para penelusur
gua tidak memandang rendah ketrampilan dan kesanggupan sesama penelusur. Sebaliknya,
seseorang penelusur gua dianggap melanggar etika, bila memaksakan dirinya untuk melakukan
tindakan-tindakan diluar batas kemampuan fisik dan tekniknya, serta kesiapan mentalnya.
•
2. Etika Dan Moral Terhadap Orang Lain (Sesama Penelusur)
Respek terhadap sesama penelusur gua, ditunjukkan dengan cara :
• Tidak membahayakan penelusur lainnya, seperti melempar suatu benda kedalam gua bila
ada orang didalam gua atau memutuskan/menyuruh memutuskan tali yang sedang
digunakan rombongan lain.
• Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang diketahui
sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum mempublikasikannya dalam media
massa/dalam media ilmiah.
• Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul bahwa
tidak ada orang lain, yang juga telah menemukan pula sebelumnya, dan jangan
melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi dan ambisi pribadi, karena hal ini
berarti membohongi diri sendiri dan dunia speleologi
• Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha bersama. Bukan usaha yang dicapai
sendiri. Karenanya, setiap usaha mempublikasikan suatu hasil penelusuran gua, tidak
boleh dengan cara menonjolkan sensasi pribadi, tanpa mengingat bahwa setiap
penelusuran gua merupakan kegiatan tim.
a. Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif
dan mudah tercemar. Karenanya (sesuai himbauan NSS) penelusur gua harus :
- Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali meninggalkan jejak kaki yang berhati- hati.
(Leave Nothing But Carefully Footprint)
- Tidak membunuh sesuatu, kecuali membunuh waktu. (Kill Nothing But Time)
b. Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di dalam gua dibentuk dalam kurun
waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua, mengambil/ memindahkan sesuatu didalam gua
itu tanpa tujuan jelas dan ilmiah selektif, akan mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus.
c. Setiap menelusuri dan meneliti gua, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh respect, tanpa
mengganggu dan mengusir kehidupan biota dalam gua.
• Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk di sekitar gua. Karenanya
mintalah ijin seperlunya, bila mungkin, secara tertulis dari yang berwenang. Jangan
membuat onar/ melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketentraman /
menyinggung perasaan penduduk.
• Bagian-bagian yang berbahaya pada suatu gua, wajib diberitahukan kepada kelompok
penelusur lainnya, apabila anda mengetahui ada kelompok lain yang menelusuri gua
tersebut.
• Di berbagai negara, setiap musibah yang dialami penelusur gua wajib dilaporkan kepada
sesama penelusur, melalui Media Speleologi yang ada. Hal ini perlu untuk mencegah
terjadinya musibah lagi.
• Menjadi kewajiban mutlak penelusur gua, untuk memberitahukan kepada keluarga rekan
terdekat, ke lokasi mana ia akan pergi dan kapan akan pulang. Di tempat terdekat lokasi
gua wajib memberitahukan penduduk, Nama Dan Alamat para penelusur dan Kapan akan
diharapkan selesai menelusuri. Wajib memberitahukan kepada penduduk siapa yang di
hubungi, apabila penelusur gua belum keluar pada waktu yang telah ditentukan.
• Dalam setiap musibah, setiap penelusur gua wajib bertindak dengan tenang, tanpa panik,
dan wajib patuh pada instruksi pemimpin penelusuran gua/wakilnya
• Setiap penelusur gua wajib melengkapi dirinya dengan perlengkapan dasar, pada kegiatan
yang lebih sulit menggunakan perlengkapan yang memenuhi syarat. Ia wajib memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, tentang penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.
• Setiap penelusur gua wajib melatih diri dalam perbagai ketrampilan gerak menelusuri gua
dan ketrampilan penggunaan alat-alat yang dipergunakan.
FUNGSI GUA
• Kegiatan Olahraga
• Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi
JENIS gua
• Menurut bentuknya :
• gua vertical
• gua horizontal
1. Gua karst: Terbentuk akibat peristiwa karst pelarutan batuan kapur akibat aktivitas air
sehingga tercipta lorong-lorong dan bentuk batuan akibat proses kristalisasi dan pelarutan
gamping Sekitar 70% gua yang ada di dunia terbentuk pada Kawasan Karst. Indonesia
memiliki kawasan karst yang luasnya sekitar 15,4juta hektare dan tersebar hampir di
seluruh Indonesia.
2. Gua litoral: Terbentuk akibat adanya proses erosi dan pengikisan dari air laut terhadap
batuan di pantai seperti pada tebing-tebing pantai yang curam dan berlangsung dalam
proses yang lama.
3. Gua Vulkanik: Terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan
vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar)
dan tidak memiliki ornament batuan yang khas.
4. Gua Pasir: Terbentuk dari material pasir. Termasuk sulit untuk dijumpai karena
jumlahnya kurang dari 5% dari jumlah gua yang ada di dunia.
5. Gua Es : jenis gua alam yang terbentuk dari es dalam jumlah besar dan memiliki suhu
yang sangat rendah
Menurut kualitasnya
Kelas I : mudah, lorong tunggal, tidak ada jurang lebih dari 1m.
Kelas IV : gua berbahaya, jurang & jeram +15m, ada bagian harus direnangi
Grade A : mempunyai panjang lebih dari 30m, dpt ditelusuri tanpa alat
Grade B : panjang lorong ±60m, cabang, ada ornamen, dapat ditelusuri tanpa alat
Grade D : panjang lorong lebih dari 100m,banyak ornament, flora dan fauna, masih bisa
ditelusuri tanpa alat
Grade E: harus ditelusuri dengan alat, banyak biospeleologi,arkeologi & fosil purba
FRANCIS
BRITISH
• KESELURUHAN
Cabang ilmu yang terdapat dalam ilmu caving ( penelusuran gua ) saat ini terdapat
97 CABANG ILMU !!
DAN BERCABANG !!!!
• Caving of MATEKSAPALA
• SPELEOLOGI
• BIOSPELEOLOGI
• KARSTOLOGI
• HIDROLOGI KARST
• FOTOGRAFI
• MAPPING
• TPGH
• TPGV
• TECHNIQUE
• RIGGING
Teknik (SENI) pemasangan lintasan pada gua (khususnya vertical) yang harus memenuhi
standar(prinsip dasar) & syarat (aturan) serta langkah-langkah tertentu dengan menggunakan
lingkungan sekitar sebagai anchor/tambatan yang dipadukan dengan simpul yang BAIK &
BENAR
2. Tambatan yg aman
• Langkah-Langkah Rigging
1. Analisis team
• BERDASARKAN JENISNYA
• ANCHOR BUATAN
• BERDASARKAN FUNGSINYA
• BACK UP ANCHOR
• MAIN ANCHOR
Y-ANCHOR DEVIASI
INTERMEDIATE PENDULUM
TRAVERS SPIDER
SINGLE
• FALL FACTOR
FALL FACTOR adalah PERHITUNGAN / RESIKO JATUH yang akan terjadi sesuai anchor
yang kita buat dengan JARAK/PANJANG LINTASAN maupun
BENTUKNYA.
• RUMUS
• JARAK JATUH :
• PANJANG TALI
Catatan :
• Anchor menggunakan webbing ( jangan langsung menggunakan tali karena tali tidak
mengikuti kontur objek )
• ALAT RIGGING
• Webbing
• Tali kernmantel
• Padding
• Matras
MATERI 2 CAVING
Notes :
Di Indonesia Ilmu Speleologi baru dikenal sejak tahun 1979 dengan berdirinya sebuah club yang
bernama SPECAVINA .
Bapak Speleologi Dunia Adalah Eduard Alfred Martel, Penelusur Gua dari Prancis yang
melakukan observasi, mencatat dan menganalisa segala fenomena bawah tanah di Prancis dan
Negara – Negara Tetangga.
Kelas I
Gua wisata: terbuka untuk pariwisata, dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Di dalam gua ini
sedikit sekali biota, artefak atau bentuk-bentuk / bagian yang peka atau rentan gangguan.
Kelas II
Gua khusus: memiliki hal-hal yng khusus misalnya biota endemik, biota dalam ambang
kepunahan, tempat suci, bagian yang membahayakan pengunjung, sering banjir, atau alasan lain.
Kelas III
Gua konservasi: gua yang dilindungi yang seharusnya oleh undang-undang. Banyak hal atau
bagian di dalam gua jenis ini yang perlu mendapat perlindungan seksama. Sebaiknya gua jenis ini
hanya untuk penelitain ilmiah dan pekerjaan konservasi. Untuk memasukinya diperlukan ijin
khusus dengan maksud dan tujuan yang jelas.
– Karstologi
– Biospeleologi
– Geomorfologi
– Arkeologi
– Speleogenesis
– Speleotourism
– Speleothem
– Hidrologi karst
SPELEOGENESIS
Swall
Lo ow
ro Hole
Loron
ng
g
Va Air Fosil
Loron
do Perk
seg
olasi
Fhare• Sungai bawah tanah dibagi menjadi dua yaitu :
atik1. Autochthonous
- Berasal dari gua itu sendiri
2. Allochthoconous
Speleothem
• Stalagmit
• Coloumn
• Pilar
• Soda Straws
• Flowstone
• Helegtit
• Gourdam
• Draperies
• Aragonites
• Dll
Biospeleologi
• Bios: hidup
• Spelaion: gua
• Logos: ilmu
Ilmu yang mempelajari biota gua dan lingkungannya (kehidupan dalam gua).
Lingkungan Gua
1. Luar Gua
ZONA TERANG
ZONA TRANSISI
Gelap, tetapi masih terkena pantulan cahaya dari luar, kelembaban dan suhu masih
bervariasi.
Sejumlah spesies umum dijumpai, sebagian masih berhubungan dengan dunia di luar
gua.
ZONA DALAM
Dihuni sepenuhnya oleh spesies yang sudah beradaptasi dan tidak pernah
berhubungan dengan dunia luar.
ZONA STAGNAN
Gelap gulita, kelembaban 100% , sedikit perubahan, konsentrasi CO2 dapat tinggi
FISIOLOGI
MORFOLOGI
PERILAKU
• Regressive adaptation
– Progressive adaptation:
1. TROGLOXENE
• Organisme yang hidup di dalam gua namun tidak pernah menyelesaikan seluruh siklus
hidupnya didalam gua. Contoh : Kelelawar
2. TROGLOPHILE
• Organisem yang menyelesaikan siklus hidupnya di dalam gua, namun jenis yang sama
ditemukan juga hidup di luar gua. Contoh : Salamander, Cacing Tanah, Kumbang, dan
Crustacea
3. TROGLOBITE
• Organisme gua sejati dan hdup secara permanen di zona gelap total dan hanya ditemukan
di dalam gua. Contoh : Ikan Amblyopsis spelaeus, Puntius sp, Bostrychus sp.
TERESTRIAL
• Lantai gua : lumpur, tanah, bawah batu, celah dinding: jangkrik,labah-labah, ular
AKUATIK
GUANO
-Dapat menumpuk di suatu tempat atau tersebar tidakteratur : Diplopoda, Isopoda, Akari/tungau,
Collembola,Insecta /Serangga(jangkrik gua, kecoa, kepik, kumbang,lalat, ngengat, dlsb)
-Unik (morfologi)
BIOTA
MATERI 3 CAVING
Karstologi Ilmu yang mempelajari fenomena karst dari berbagai aspek ilmiah secara
interdisipliner karst berasal dari bahasa Slavia ”Krs/Kras” yang berarti batu-batuan
Secara Umum :
Bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan Karbonat yang pembentukannya
dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi dibanding dengan batuan di tempat lainnya.
• KAWASAN KARST
”kawasan dengan ciri relief dan drainase (pengaliran) yang unik karena memiliki tingkat
pelarutan terhadap air alam (natual water) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempat lain.
1. Terdapat sejumlah cekungan dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, cekungan –
cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air
2. Bukit – bukit kecil yang merupakan sisa – sisa erosi akibat pelarutan kimia pada batu
gamping
3. Sungai – sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah
5. Terdapat tanah lempung tak larut berwarna merah kecoklatan sebagai endapan residul
akibat pelarutan batu gamping oleh air tanah
6. Permukaan yang kasar, pecah – pecah atau lubang – lubang karena pelarutan air tanah
pada batu gamping yang tidak tertutup oleh terrarosa
7. klasifikasi karst
9. Karst tertutup (covered karst), oleh sedimen yang tidak ada hubungannya dengan masa
batugamping itu sendiri.(aluvium, sandstone, fluvoglacial).
10. Karst tertutup tanah yang berasal dari batu gamping itu sendiri (terra rossa)
11. Karst terpendam (burried karst). Tertutup sempurna oleh batu-batuan yang lebih muda,
secara kebetulan ditemukan sewaktu diadakan pengeboran atau membuat sumuran.
12. Karst tropika.
Morfogenesis karst.
Hidrologi karst.
Sedimentologi karst.
Denudasi karst.
Ekologi karst.
Vegetasi karst.
Arkeologi.
Paleontologi.
3. Tektonisme
13. Proses fisiko-kimiawi, seperti case hardening, yaitu represipitasi batugamping yang larut
oleh air hujan.
Geomorfologi atau topografi karst Adalah ilmu yang mempelajari bentukan alam karst
Contoh-contoh
• Unthuk
• Pepino hills
• Mogote
• Cenote
• Turmkarst-Towerkarst-Karst a tourelles
• Dolina-sinkhole-closed depression
• Doline
• Uvala (Slovenic)
• Sink
• Swallow Hole
• Poljes
• Danau Karst
1. Tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan batu gamping
menuju ke sungai permukaan. Mineral – mineral yang mudah larut dierosi dan lubang
aliran air tanah tersebut semakin membesar
2. Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai dan mulai membentuk jalur gua
horizontal
3. Setelah semakin lama tergerus, aliran air tanah akan mencari jalur gua horizontal yang
baru dan langit – langit atas gua tersebut akan runtuh dan bertemu sistem gua hrizontal
yang lama dan membentuk surupan (sumuran gua)
Proses ini disebabkan karena air tanah yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak
CO2 daripada udara sekitarnya. Dalam rangka mencapai keseimbangan, CO2 menguap dari
tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya asam karbonat
Ca2+ + 2HCO32
• Fisis
• Vadose Theory
Menyatakan bahwa gua terbentuk akibat aliran air yang melewati rekahan-rekahan pada
batuan gamping yang berada diatas permukaan air tanah.Teori Vadose ini banyak didukung oleh
Dwerry house (1907), Greene (1908), Matson (1909), dan Malott (1937) yang mempertahankan
bahwa sebagian besar perkembangan gua berada di atas watertable dimana aliran air tanah paling
besar. Jadi, aliran air tanah yang mengalir dengan cepat, yang mana gabungan korosi secara
mekanis dengan pelarutan karbonat, yang bertanggung jawab terjadap perkembangan gua. Martel
(1921) percaya bahwa begitu pentingnya aliran dalam gua dan saluran (conduit) begitu besar
sehingga tidak berhubungan terhadap hal terbentuknya gua batu gamping sehingga tidak relevan
menghubungkan batu gamping yang ber-gua dengan dengan adanya water table, dengan
pengertian bahwa permukaan tunggal dibawah keseluruhan batuannya telah jenuh air.
Menyebutkan goa terbentuk dibawah permukaan air tanah dimana pada rekahan-rekahan
terbentuk goa akibat proses pelarutan. Teori Deep Phreaticini banyak dianut oleh Cjivic (1893),
Grund (1903), Davis (1930) dan Bretz (1942) yang memperlihatkan bahwa permulaan gua dan
kebanyakan pembesaran perguaan terjadi di kedalaman yang acak berada di bawah water table,
sering kali pada zona phreatic yang dalam. Gua-gua diperlebar sebagai akibat dari korosi oleh air
phreatic yang mengalir pelan. Perkembangan perguaan giliran kedua dapat terjadi jika water
table diperrendah oleh denudasi (penggundulan) permukaan, sehingga pengeringan gua dari air
tanah dan membuatnya menjadi vadose dan udara masuk kedalam gua. Selama proses kedua ini
aliran permukaan dapat masuk ke sistem perguaan dan sedikit merubah lorong gua oleh korosi
• Watertable Theory
Menyatakan gua terbentuk dekat dan diatas permukaan air tanah sesuai dengan turunnya
permukaan air tanah. Teori Water Table dianut oleh Swinnerton (1932), R Rhoades dan Sinacori
(1941), dan Davies (1960) mendukung gagasan bahwa air yang mengalir deras pada water tabel
adalah yang bertanggungjawab terhadap pelarutan di banyak gua. Eleveasi dari water table
berfluktuasi dengan variasi volume aliran air tanah, dan dapat menjadi perkembangna gua yang
kuat didalam sebuah zone yang rapat diatas dan dibawah posisi rata-rata. Betapapun, posisi rata-
rata watertable harus relatif tetap konstan untuk periode yang lama. Untuk menjelaskan sistem
gua yang multi tingkat, sebuah water table yang seimbang sering dihubungkan dengan periode
base levelling dari landscape diikuti dengan periode peremajaan dengan kecepatan down-cutting
ke base level berikutnya
Porositas
• Permeabilitas
Sistem Patahan
• Morfogenesis Endokarst
• Infiltrasi.
• Perkolasi.
• Sistem kekar-sesar-patahan.
• Kegiatan pertambangan.
A. MATERI 4 CAVING
FOTOGRAFI GUA
1. MENDOKUMENTASIKAN KEGIATAN DIDALAM GUA
Dasar-dasar photografi
• Focus
• Framing
• Sudut Pemotretan
• Pencahayaan
Speed
Iso
• Diafragma
• Ligting / flash
Sudut Pemotretan
Gua merupakan bentukan alam yang unik, keadaan gelap total, lumpur, air baik kubangan
maupun sungai, bentukan ornament gua, lorong vertikal, chamber,
danau, hewan yang unik, air terjun, lorong sempit dan bentukan geologis yang unik
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. KAMERA
2. TRIPOD
3. SHUTLE RELEASE
4. SLAVE UNIT
5. BLITZ
6. DRY BOX
8. LAP TANGAN
KAMERA
Keunggulan
1. Fungsi bulb
Lensa
• Lensa tele adalah lensa yang memiliki focal length panjang (85mm, 135mm dan 200mm)
• lensa special
Tripod
SHUTTLE RELEASE
BLITZ
DRY BOX
(dry box dan cilica gel (DBSG))
ALAT LAINNYA
1. Slave unit
2. Plastik bening
4. Lap tangan
BLITZ/FLASH
2. Dua flash
3. Multiple flash
4. Siluette
SINGLE FLASH
DUA FLASH
SILUETTE
MATERI 5 CAVING
Pemetaan Gua
Gambaran perspektif gua yang diproyeksikan keatas bidang datar yang bersifat selektif
dan dapat dipertanggung jawabkan secara visual dan matematis dengan menggunakan
skala tertentu
Bukti otentik bagi penelusur gua, sebagai penulusuran yang pertama kali
menelusuri goa tersebut.
Plan View/ Plan Section → Peta gua yang digambarkan dalam bentuk tampak dari atas.
Extended Section → Peta gua digambarkan dalam bentuk tampak samping, bentuk
memanjang tanpa proyeksi.
Projected Section → Digambar dalam bentuk tampak samping & diproyeksikan dengan
plan section.
Cross Section → Peta gua yang digambar dalam bentuk tampak depan. Cross Section
berupa sayatan.
Peta Gua 3 Dimensi (3D) Perspektif → Gambaran peta secara visual mendekati dengan
kenyataan sesunguhnya.
Peta 3d
utk grade 5 kompas Suunto tipe k14/360 atau k14/360 R, kompas militer Mark III/tipe
06A
Pita Ukur
utk mncapai grade 5 pita ukur sebaikny terbuat dr bahan fibron yg diperkuat oleh
fiberglass dgn panjang max 30 meter
Topofil
Alat Penerangan (klo bs terbuat dr plastik dan tdk mempengaruhi medan magnet)
Marker
GRADE PEMETAAN
Grade pemetaan menurut BCRA (British Cave Research Association) dibagi menjadi
6 grade ditambah 1 grade khusus.
Grade 3 (Survey magnetik kasar. Sudut horizontal dan vertikal diukur dgn akurasi hingga
± 2,5º. Jarak diukur dgn akurasi hingga ± 50 cm. kesalahan posisi stasiun kurang dr 50
cm)
Grade 5 (Survey magnetik. Akurasi sudut mencapai ± 1º, kesalahan posisi stasiun kurang
dr 10 cm)
Catatan !!!
1A,
3B atau 3C,
5C atau 5D,
6D,
Forward Methode
Top to Bottom
Bottom to Top
Polygon Tertutup
Polygon Terbuka
Offset Methode
c d e 4 56
ab 3 1
1 2 3 4 5 121 7
j i f 8 1
h g 0 9
Offset
3 4 5
a a a
1 23 44 55 6 7
b Titik bStasiunb
Penentuan
Syarat2 Stasiun:
Berada pd posisi yg dpt berperan sbagai titik ikat bagi percabangan lorong
Ketika mlakukan survey pd suatu chamber dgn metode poligon terbuka, hrs dipilih titik2
stasiun yg dpt mngikat sub stasiun2 yg berada di sepanjang dinding chamber
Leader
Alat tulis
Penggambaran Peta
Penentuan Skala.
Penggambaran Peta dapat dilakukan dengan menggunakan 2 Metode yaitu :
Koordinat Polar dan Koordinat Cartesius.
Manual
Alat tulis
Milimeter Blok
Busur/protaktor
Software
Komputer/Laptop
Kelengkapan Peta
Nama Gua
Lagenda
Skala Peta
Utara Peta
MATERI 6 CAVING
Pemateri : Mentor
Hari, Tanggal : Senin, 15 April 2019
Materi : pengenalan rescue
Rescue Croll To croll
Teknik ini digunakan ketika berat badan korban sama dengan berat badan rescuer.
a. Peralatan rescuer
1. Set srt(tidak perlu menggunakan autostop karena rescuer menggunakkan autostop
korban)
2. Carabiner konektor (2 carabiner)
b. Langkah – langkah rescue croll to croll
1. Ascending hingga jumar rescuer dekat dengan croll korban
2. Pasang cowsteil pendek rescuer pada MR korban bagian bawah
3. Lepas jumar rescuer lalu simpan
4. Dekatkan croll rescuer dengan croll korban (naik menggunakan footlop korban)
5. Hadapkan alat descending (autustop ) korban menghadap ke rescuer
6. Pasangkan talii pada autostop korban lalu kunci
7. Turunkan jumar korban agar tidak terlalu jauh ketika ingin melepas jumar
8. Buka croll korban dengan cara:
a. Memangku korban diataspaha rescuer (posisi bokong korban persis di atas lutus
rescuer)
b. Kencangkan chest harnest korban (agar badan korban tegak lurus dengan tali &
mudah diangkat oleh rescuer)
c. Posisi tangan kanan selalu berada di belakang croll korban untuk menahan ketika
croll sudah lepas
d. Ayunkan badan rescuer kebelakang sambil mengangkat korban dengan kedua lutut
e. Ketika korban terangkat segera lepaskan crollkorrban dan turunkan perlahan hingga
korban berada di bawah rescuer
9. Lalu buka croll rescuer (setelah croll terbuka turun perlahan sambil memasang konektor
pada MR korban bagian bawah)
10. Lepaskan jumar korban lalu simpan
11. Buka autostop korban lalu turun
12. Berhentilah ketika posisi rescuer sudah dapat berdiridi tanah
13. Kunci autostop korban
14. Lepaskan konektor dan cowsteal pendek rescuer pada korban
15. Turunkan korban dengan posisi rescuer memeluk korban dari belakang