Anda di halaman 1dari 12

KLIPING OLAH RAGA

PANJAT TEBING

Disusun Oleh :
Nama

: Lutfi Munawaroh (12)

Kelas

: X IPS 5

SMA N 3
PURWOKERTO

Panjat Tebing
Panjat

gunung

Tebing atau istilah asingnya dikenal dengan


Rock Climbing merupakan salah satu dari
sekian banyak olah raga alam bebas dan
merupakan salah satu bagian dari mendaki
yang tidak bisa dilakukan dengan cara
berjalan kaki melainkan harus menggunakan
peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa
melewatinya. Pada umumnya panjat tebing
dilakukan pada daerah yang berkontur batuan
tebing dengan sudut kemiringan mencapai
lebih dari 45 dan mempunyai tingkat kesulitan
tertentu

Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi berbagai


dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan yang
mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi untuk mencari
nafkah yaitu Kerja pada Ketinggian.
Sejarah Panjat Tebing Indonesia
Pada sekitar tahun 1960, perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai,
dimana Tebing 48 di Citatah, Bandung. mulai dipakai sebagai ajang latihan
oleh pasukan TNI AD.
Tahun 1976, merupakan awal mula panjat tebing modern di Indonesia
dimulai, yaitu ketika Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah,
Bandung dan diteruskan dengan mendirikan SKYGERS ''Amateur Rock
Climbing Group'' bersama tiga orang rekannya, Heri Hermanu, Dedy Hikmat
dan Agus R, yang pada tahun 1977.
Tahun 1979, Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium Taman Ismail
Marzuki, Jakarta. yang merupakan upaya mempublikasikan olahraga panjat
tebing di Indonesia. Skygers mengadakan Sekolah Panjat Tebing yang
pertama pada tahun 1981.
Tahun 1980, Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat. Untuk pertama kalinya
dipanjat oleh team ITB, dan masih pada tahun yang sama Wanadri menjadi
team Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke Cartenzs ''Pyramide'',
mereka gagal sampai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Cartenzs
Timur.
Tahun 1982, terjadi tragedi dengan merenggut korban tewas pertama panjat
tebing Indonesia adalah Ahmad, salah satu pemanjat asal Bandung, tragedi
terjadi ketika melakukan pemanjatan pada Tebing 48 di Citatah.

Pada tahun 1984, Skygers dan Gabungan Anak Petualang memanjat Tebing
Lingga di Trenggalek, Jawa Timur serta Tebing Ulu Watu di Bali.
Tahun 1985, Tebing Sorelo, Lahat, Sumatra Selatan. dipanjat oleh Team
Ekspedisi Anak Nakal.
Pada tahun 1986, Kelompok Gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing
Bambapuang di Sulawesi
Selatan,
Lalu
Kelompok
Unit
Kenal
Lingkungan Universitas
Padjajaran memanjat Gunung
Lanang di Jawa
Timur, Team Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di Bendungan, Si Guragura, Sumatra Utara. Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger,
berhasil dengan menciptakan lintasan baru. Sebagai catatan, bahwa
kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet,
kompetisi dilaksanakan pada tebing alam dan sempat ditayangkan oleh
Televisi Republik Indonesia.
Tercatat pada tahun 1987, Ekspedisi Wanadri yang menyelesaikan
pemanjatan di Tebing Unta di Kalimantan Barat, Kelompok Trupala
memanjat Tebing Gajah di Jawa Tengah dan Skygers memanjat Tebing
Sepikul di Jawa Timur. Pada tahun ini pula lomba panjat tebing di Indonesia
yang pertama dilaksanakan, yaitu di Tebing Pantai Jimbaran, Bali.
Tahun 1988,
Kantor
Menpora
bekerjasama
dengan
Kedutaan
Besar Perancis mengundang
empat
pemanjat
mereka
untuk
memeperkenalkan dinding panjat serta memberikan kursus pemanjatan.
Pada akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing
Indonesia(FPTGI), yang diketuai oleh Harry Suliztiarto. Pada tahun yang
sama Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing, pada Tower
III, Tebing Parang, Jawa Barat. yang dipanjat oleh kelompok yang kesemua
anggotanya putri. Kelompok putranya memanjat Tebing Gunung
Kembar di Citeureup, Bogor. Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto
melakukan panjat kebut yang pertama dilakukan di Indonesia, di Tower I
Tebing Parang, yang mana merupakan pemanjat tebing besar pertama yang
dilakukan tanpa menggunakan alat pengaman, waktu yang diperlukan
adalah empat jam.
Pada tahun ini(1988), Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing memerlukan waktu
lima hari pemanjatan dan menjadi penyebab kagagalan untuk memenuhi
target dua hari pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Perancis.
Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru
pada dinding yang sama. Keberangkatan Sandy Febriyanto dan Djati
Pranoto ke Yosemite, AS. untuk memanjat Half Dome guna memecahkan
rekor Speed Climbing, pada tahun 1988, dan mengalami kegagalan pula di
El Capitan.

Jenis Batuan Tebing


Jenis batuan tebing yang biasa digunakan untuk pemanjatan dalam olah
raga panjat tebing adalah sebagai berikut; [3]
Batu Andesit
Batu Kapur (Limestone)
Batu Karang
Peralatan Panjat Tebing
Jumlah setiap peralatan yang digunakan akan dipengaruhi oleh jumlah
pemanjat, tehnik pemanjatan maupun medan pemanjatan. Macam peralatan
akan dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun
antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing: [4]
Helm,
pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama
dengan helm pada umumnya yaitu untuk melindungi
kepala dari benturan. Helm digunakan untuk
pemanjatan pada tebing alam, selain untuk
menhindari benturan kepada pada tebing juga untuk
mengurangi risiko jika tertimpa banda jatuh. Untuk
pemanjatan artifisial (terutama saat kompetisi)
penggunaan helm tidak lazim.
Kernmantle rope/Tali kernmantle,
merupakan peralatan pengaman utama bagi
pemanjat dari kejatuhan dengan jarak
ketinggian
tertentu.
Panjang Kernmantle
rope rata-rata adalah 70 meter. Jenis
kernmantle untuk pemanjatan terbagi menjadi
dua: dinamik dan statik. Tali dinamis biasa
digunakan untuk pemanjatan dengan teknik
lead (rintisan) karena ketika pemanjat terjatuh akan mempunyai elastitas
yang cukup baik sehingga menghindari terjadi cedera dalam (khususnya
tulang belakang). Tali statik pun tidak sarankan untuk digunakan mengingat
elastitasnya yang sangat rendah yang berbahaya pada energi yang terpaksa
harus diterima oleh tubuh jika terbebani saat pemanjat terjadi.

Climbing Shoes/Sepatu Panjat


untuk panjat tebing maupun panjat dinding memiliki
kesamaan fungsi, yaitu untuk membantu pemanjat
untuk berpijak pada permukaan vertikal, dan
melindungi kaki dari tajamnya bebatuan maupun
gesekan bebatuan yang kasar.

Chalk bag/Kantung kapur,


merupakan sebuah tas kantung untuk menampung bubuk
magnesium
klorida,
yang
membantu
pemanjat
mengurangi kelembapan pada telapak tangan ketika
melakukan pemanjatan, sehingga dapat membuat
pegangan pemanjat tetap stabil.

Sling,
sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun
panjat
dinding, sling dapat
digunakan
sebagai runners, back up maupun menjadi bagian
pengaman lainnya. Sling dibagi menjadi dua
macam, sling prusik dan sling webbing, untuk
panjang dan diameter sling memiliki banyak
variasi.
Full Body harness,
merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada
tubuh. Body harness biasa digunakan untuk dunia
kerja, rescue dan flying fox. Body harness membantu
penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.

Seat harnes,
selain Full Body harness dikenal juga seat harness. Untuk pemanjatan sport
dan petualangan (mounteineering) lazim digunakan seat harness, karena
simple. Sedangkan full body harness digunakan di dunia industri. Perbedaan
full-body dan seat-haness adalah saat pemanjat jatuh full body harness akan
mempunyai kemungkinan yang sangat besar pemanjat akan jatuh dengan
posisi kaki dibawah, sedangkan seat-harness mempunyai kemungkinan
kepala berada dibawah ketika terjatuh. Sehingga untuk dunia kerja yang
sangat menghindari risiko, seat harness tidak dibenarkan untuk digunakan.
Sarung tangan,
akan
melindungi
tangan
bagi belayer ketika
mengamankan pemanjat maupun rapler dari bahaya
gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.

Hammer/palu,
sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman
buatan
berupa piton pada
panjat
tebing,
cara
membawa hammer akan lebih mudah bagi pemanjat
jika tali pada hammer disilangkan pada bahu pemanjat.

Carabiners,
diciptakan untuk menggabungkan berbagai
jenis peralatan. Carabiners memiliki banyak
bentuk dan variasi, umumnya carabiners dibagi
menjadi dua jenis, yaitu carabiner non screw
gate dan carabiner
screw
gate. Carabiners biasa dihubungkan pada tali
maupun
pengaman
untuk
pemanjatan,
carabiner sangat kuat karena sebuah nyawa
disandarkan pada carabiner ketika dilakukan
suatu pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.

Quickdraw/runner,
merupakan gabungan antara prusik dan dua buah carabiner.
Biasanya digunakan untuk menjadi bagian penyambung
antara chocks, friends, tricams, bolts ataupun pitons terhadap
tali carnmantel.

Hand ascender,
merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu
pemanjat dalam menaiki tebing dan bertumpu pada
bantuan tali, secara otomatis hand ascender maupun
jenis ascender lainnya akan mencatut tali jika diberi beban
dan akan mudah digeser jika tidak memiiki beban.

Ascender handle,
juga
merupakan
jenis ascender. Ascender
handle merupakan
pengembangan
dari hand
ascender dengan fungsi yang dimiliki kurang lebih sama.

Rigger plate,
berfungsi sebagai plat conector dari anchor point ke lintasan,
karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan
dalam satu anchor point fix. Rigger plate terdiri dari sebuah plat
yang memiliki beberapa lubang, yang dapat ditempati oleh
lebih dari 2 pengaman.
Edge Rollers,
Merupakan pelindung tali yang didesign untuk
mencegah terjadinya gesekan antara tali dengan
sudut bidang, dinding batu, dan sebagainya.

Padding,
berfungsi untuk memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda tajam,
seperti gesekan tali dengan sudut tebing, dinding,dll. Padding terbuat dari
bahan terpal, canvas, matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan.
Cams/ friends/ spring loaded camming device (SLCD),
Friends merupakan salah satu jenis pengaman sisip yang
digunakan dalam panjat tebing, anda dapat menarik tuas baja
yang
membuat
bagian
ujung friendsmenyempit
dan
melepaskannya
pada
celah
yang
diinginkan. Friends sangat fleksible, karena dapat digunakan
pada berbagai ukuran celah/rongga.

Pitons,
merupakan pengaman yang ditancapkan pada
rongga-rongga tebing, piton memiliki empat jenis
yaitu Bongs, Bugaboons, Knife-blades dan Angle.

Nuts/Chock friends
merupakan jenis pengaman sisip yang dimana cara
penggunaannya dengan menyelipkan nuts pada sebuah
rekahan yang sesuai. Nuts/Chock friends memiliki ukuran
yang berbeda-beda untuk itunuts biasanya tersedia dalam
set.

Hexes/chock hexentris,
memiliki fungsi yang sama dengan nuts tetapi hexes berbentuk tabung segi
enam. Hexes tetap memiliki kekuatan yang baik walaupun agak sulit dalam
penggunaannya. Hexes tersedia dalam beberapa ukuran.
Tricams,
merupakan pengaman sisip selanjutnya. walaupun berbeda bentuk, tetapi
fungsinya sama dengan nuts dan hexes. Pemakaiannya relatif sulit, tidak
dianjurkan dipakai untuk pemula.

Figure
eight/figur
delapan,
peralatan
ini
termasuk
salah
satu Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni
medan vertical dan tali sebagai jalur. Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran
dan bentuknya bermacam-macam, rate strange 3000 kg., menggunakan alat
ini menyebabkan puntiran pada tali salah satu kelemahan alat ini ketika
digunakan.
Autostop, berfungsi sebagai desender dan ini di-design untuk pengereman
automatis, system kerja pengereman automatis akan bekerja
ketika handle kita lepaskan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan sebagai
alatbelay (belay device) untuk menurunkan korban dari ketinggian, atau
dapat
juga
kita
gunakan
untuk ascending dengan
tambahan
kombinasi ascender.
Teknik Panjat Tebing[sunting | sunting sumber]
Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
seluruh medan tebing, antara lain:[5]
Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang
memanfaatkan tonjolan batu(point) atau rongga yang memadai yang
digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan tangan maupun penjaga
keseimbangan tubuh.
Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan
gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing
yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan
gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang
gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan
pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik,
sehingga pemanjatan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih
memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan untuk
melakukan panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing,
dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak
begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga
bahu pemanjat dapat dimanfaatkan sebagai tehnik untuk memanjat dengan
cara memanfaatkan crack/retakan pada tebing untuk melakukan pemanjatan.
Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman sisip.
b. Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada
tebing(chimney). Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel

dan mendorong di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi
tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang
pemanjat. Kedua tangan diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan
membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang
mendorong dan menahan berat badan.
c. Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar
(gullies).Tehnik ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan
pada kedua permukaan tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai
tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan.
d. Lay back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan
kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah
tersebut dengan posisi badan membeban ke belakang dan menempel kesisi
tebing, untuk memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan
mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk menghasilkan daya
angkat.
e. Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping
(horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan
untuk memanjat vertical sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat
rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu
pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan
kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
f. Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang
letaknya agak tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat
berdiri selanjutnya. Kedua tangan digunakan untuk menarik berat badan,
dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha
atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk
mengangkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki.
strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif
membaca keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan
yang ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin timbul
dan selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan diri
maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik
mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan[sunting | sunting
sumber]
Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam
pemanjatan tebing:
a. Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat
pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri

dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan


yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat. Pada free climbing, peralatan
berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia
bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih
mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini
seorang pendaki diamankan oleh belayer.
b. Artificial (Aid) Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan
tambahan, seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena
dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama
sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai. Tujuan dari
aid climbing adalah untuk menambah ketinggian.
c. Free Solo Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si
pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap
dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan
pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus
benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk
pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus
menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan,
sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah
pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki
tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benarbenar professional yang akan melakukannya. Teknik pemanjatan ini sangat
tidak disarankan mengingat risikoa yang dihadapi adalah tertinggi dari teknik
pemanjatan lain.
Istilah
Kawasan panjat tebing adalah wilayah pemanjatan yang terdiri minimal dari
satu tebing alam pemanjatan.
1.

Tingkat Kesulitan Jalur Pemanjatan adalah skala subyektif untuk


mengukur seberapa sulit sulit suatu jalur pemanjatan. Tingkat kesulitan
diukur oleh para pemanjat yang mencoba suatu jalur, berdasarkan
percobaan itu ditentukanlah tingkat kesulitan. Di dunia dikenal berbagai
sistem pengukuran. Yang banyak digunakan di Indonesia adalah skala
pengukuran US Yosemite System yaitu menggunakan notasi 5.xx (5.1 5.15). Jalur tersulit yang ada di Indonesia adalah di tingkat 5.13b yaitu
jalur Si Berat di Tebing 125, Kawasan Pemanjatan Citatah, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat. Sedangkan kebanyakan tingkat kesulitan
pemanjatan di Indonesia adalah berkisar di 5.9-5.10.

2.

Tebing artifisial adalah fasilitas dinding panjat yang dibuat manusia.

3.

Tebing alam (natural rock) adalah tebing batu yang dapat dilakukan
sebagai tempat untuk melakukan pemanjatan tebing

4.

5.

Bouldering (jalur-pendek) adalah cara memanjat suatu jalur yang


berisi minimal satu titik-fokus kesulitan. Jenis jalur bouldering mempunyai
ketinggian maksimum yang aman dilakukan pemanjatan tanpa
menggunakan mengaman tali.
Crux adalah titik tersulit pada jalur pemanjatan.

6.

Red-point adalah nilai yang diperoleh seorang pemanjat jika berhasil


melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman pada suatu
jalur pemanjatan setelah melakukan percobaan pemanjatan lebih dari
satu kali.

7.

On-sigth adalah nilai tertinggi yang diperoleh oleh seorang pemanjat


jika berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman
dengan satu percobaan dan tanpa melihat pemanjat lain sebelumnya
melakukan pemanjatan pada jalur tersebut.

8.

Lead climbing adalah teknik memanjat jalur pemanjatan dimana


pemanjat pertama memasang peralatan pengaman dan diamankan oleh
seorang pengaman (belayar) dari bawah. Teknik pemanjatan ini cocok
untuk pemanjat yang telah mempunyai kemampuan memadai untuk
melakukan pemanjatan.

9.

Top-rope climbing adalah teknik memanjat suatu pemanjatan dimana


tali pengaman pemanjatan telah terpasang pada titik akhir pemanjatan
dan pemanjat tidak perlu memasang sendiri pengamanan selama
pemanjatan. Pada pemanjatan ini pemanjat nyaris tidak mungkin jatuh
jika gagal melakukan pemanjatan. Teknik ini digunakan untuk pemanjat
pemula yang akan melakukan pemanjatan suatu jalur.

10.

Jalur-tersedia adalah jalur pemanjatan telah dibuat oleh pemanjat


sebelumnya yang telah diberi pengaman permanen (berupa hanger atau
piton) sehingga pemanjat lain tinggal mengaitkan cincin kait untuk
mengamankan pemanjatannya.

Anda mungkin juga menyukai