Anda di halaman 1dari 33

MATERI DASAR

ROCK CLIMBING

Oleh Dizaas
I. SEJARAH ROCK CLIMBING
Rock climbing merupakan salah satu bagian dari kegiatan Mountaineering yang paling penting,
yang sangat memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan dalam
menganalisa yang tinggi, mental baja , serta ketahanan fisik yang besar.

Secara etimologis Rock Climbing terdiri dari dua kata yaitu Rock dan climbing. Rock berarti
batuan dan Climbing berarti pemanjatan. Jadi Rock climbing yaitu teknik memanjat tebing batu
dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang mempunyai kemiringan
tebing lebih dari 70°.

II. Etika dalam Pemanjatan


Pada dasarnya Pemanjat Tebing dimanapun itu paling alergi dengan peraturan-peraturan
yang resmi. Inilah uniknya dari olahraga yang satu ini, Olahraga ini tidak membutuhkan aturan
tertulis dibandingkan dengan olahraga yang lain.

Namun pada perkembangannya ketika panjat dinding mulai berkembang menyamai olahraga
panjat tebing alam sehingga diperlukan aturan yang tertulis. Untuk itu di bentuk aturan
pertandingan yang `Fair` yang aturan tersebut dibuat dan disesuaikan dengan kondisinya. Maka
diciptakan kata `Kode Etik` yang merupakan adaptasi dari kata `peraturan`.

2
Adapun isi Kode etik tersebut adalah sebagai berikut :
Secara umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah
sebagai berikut :
1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2. Menjaga kelestarian alam.
3. Merintis jalur baru.
4. Memanjat jalur bernama.
5. Pemberian nama jalur.
6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain

III. Definisi Panjat Tebing


Panjat Tebing adalah Seni olahraga atau Hobi yang dilakukan dengan mengandalkan
kelenturan dan kekuatan otot dan kecerdikan serta keterampilan baik menggunakan Peralatan
maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan memanfaatkan cacat batuan untuk
memanjat mencapai Puncak Tertinggi.

IV. Kategori Tebing Berdasarkan Bentuknya


 Face : Permukaan tebing yang berbentuk datar
 Hang : Bentuk sisi miring pada tebing
 Roof : relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik
 Top : puncak Tebing.

V. Pelaku dalam Pemanjatan


 Climber : Orang yang melakukan Pemanjatan
 Belayer : orang yang mengamankan pemanjat

3
VI. Motto Panjat Tebing

 Otak yaitu seorang pemanjat membutuhkan keterampilan khusus dalam penguasan


tehnik-tehnik pemanjatan dan peralatan.
 Otot yaitu seorang pemanjat membutuhkan kekuatan khusus dalam pemanjatan dengan
ini di butuhkan latihan-latihan seperti latihan fisik, beban dan senam kebugaran panjat
tebing.
 Hoki yaitu keberuntungan dalam pemanjatan baik itu keselamatan maupun suksesnya
pemanjatan.

VII. Teknik Pemanjatan

a. Free Climbing

Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri
sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang
diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing,
peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak
sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau
melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh
belayer.biasanya digunakan pada lomba memanjat.

Kategori yang di lombakan dalam panjat tebing

• Lead (rintangan ) : merupakan kompetisi dimana pemanjat melakukan pemanjatan


cincin kait di kaitkan dilakukan secara berurutan sesuai peraturan ,jarak terpanjang pada
sumbu pemanjatan menentukan posisi pemanjat dalam satu babak.

4
• Speed (kecepatan) : pemanjat dilakukan secara top roop ( tali sudah dikaitkan di top
sehingga pemanjat sudah berada dalam posisi aman ) merupakan kompetisi dimana
pemanjat memerlukan kecepatan dalam memanjat

• Boulder (jalur pendek ) : dikategori ini pemanjat harus pintar membaca jalur dan
harus barani mengambil keputusan untuk memanjat dikategori ini karena banyak
gerakan statis dan dinamis , pemanjat melakukan pemanjatan tanpa menggunakan tali
hanya ada matras di bawah untuk mengamankan pemanjat apabila terjatuh.

b. Free Soloing

Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala
resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan
pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar
mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-

5
kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan,
sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki
pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.

c. Aid (Artificial) Climbing

Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup,
dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan
yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang
memadai.biasanya pada tehnik pemanjatan ini, pemanjat menggunakan secara langsung
peralatan untuk menambah ketinggian pemanjatannya. Biasanya digunakan pada pembuatan
jalur.

VIII. Sistem Pemanjatan

a. Alpine Tactics

Sistem Pemanjatan yang ditempuh dengan tujuan mencapai puncak dengan membawa
seluruh prlengkapan dan Peralatan pemanjatan biasanya climber bermalam diatas tebing/Flying
Camp, tanpa kembali lagi ke shelter induk. Biasanya pada sistem ini seorang climber harus
mempunyai kemampuan khusus dalam penguasaan tehnik-tenhik pemanjatan karena resiko
pemanjatannya sangat tinggi.

b. Himalayan Tactics

Sistem pemanjatan yang dilakukan setahap demi setahap hingga mencapai puncak tanpa
membawa seluruh perlengkapannya dan pemanjat kembali ke shelter induk.

IX. Langkah-langkah Pemanjatan


A. Penentuan jalur.

Dalam pemilihan jalur harus berdasar pada data yang telah ada, baik melalui literatur, imformasi,
serta pengamatan langsung atau orientasi jalur. Dimana hal-hal dalam orientasi jaluryang
berguna dalam pemanjatan antara lain:

6
Mengetahui tinggi medan,jenis batuan, macam pitch yang akan dipanjat.

Menentukan posisi awal pemanjatan.

Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan.

Mengatur penempatan ancor, pergantian leader untuk hanging belay dan hanging bivaak.

B. Pembagian personel.

Pembagian personel harus berdasarkan pada :

 Jumlah personelnya
 Kemampuan personel
 Jalur yang ditentukan
 Sistem pemanjatan
 Ketersediaan peralatan

C. Persiapan peralatan

Macam-macam peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan jalur yang dipilih, dan
disusun rapi dan sistematis.

Faktor yang mempengaruhi pemakaian alat :

 Jenis batuan
 Kemampuan batuan
 Cacat batuan
 Pengaman yang tersedia

D. Persiapan pemanjatan

Setelah semua siap, baik peralatan, leder, belayer maka pemanjatan dapat dimulai. Hal yang
penting dalam pemanjatan beregu yaitu komunikasi antar pemanjat baik leader maupun belayer
yang menggunakan bentuk komunikasi. Ada dua bentuk yaitu melalui bahasa dan isyarat.
Komunikasi bahasa digunakana apabila antara leader dan belayer masih dalam jangkauan
teriakan. Komunikasi isyarat banyak digunakan bila antara leader dan bilayer sudah tidak dalam
jangkauan teriakan. Dalam kenyataanya dilapangan komunikasi isyarat lebih menguntungkan
sebab irit energi dan mudah pemakaiannya.

7
1. Pemanjatan

Dalam pemanjatan ini, leader melakukan pitch 1 dengan membawa dua rol tali sekaligus. Satu
sebagai tali utama (yang akan diikatkan pada raner) dan tali tambat (fixet rope). Dalam fixet rope
inidapat juga sebagai transport antara leader dan personil yang ada dibawahnya.

2. Cleaning

Setelah leader menyelesaikan pitch 1 dan memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan boleh
naik. Personel kedua melakukan jumaring dan sekaligus menyapu runner yang telah dipasang
leader.

Keuntungan jumaring pada fixet rope yaitu :

 Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga tidak terjadi pendulum

 Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil sehingga memudahkan pengambilan

 Gerakan lebih bebas

Agar cleaner tidak terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali utama dengan
fixet rope harus dihubungkan.

Macam tugas cleaner :

a. Membersihkan jalur dan menyapu runner

b. Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya

c. Sebagai leader untuk pitc berikutnya

d. Membawa tali untuk pemanjatan

3. Pemanjatan untuk pitch 2 dan selanjutnya

Pemanjatan berikutnya dilakukan apabila setelah cleaner sampai di pitch 1. Pada pitch 2 ini
cleaner menjadi leader dan yang tadi sebagai leader berganti sebagai belayer. Sementara itu
personel yang ada dibawah naik dengan jummaring, bila kondisi memungkinkan gerakan
personil dibawah dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan leader pada pitch 2, yang
hanya perlu diwaspadai adanya runtuhan batuan, terutama pada gerakan leader. Untuk
pemanjatan selanjutya pada pitch selanjutnya prosedurnya sama seperti diatas.

8
4. Turun tebing

Turun tebing dilakukan apabila pemanjat sudah sampai puncak dan menyelesaikan target yang
telah ditentukan. Cara yang digunakan yaitu dengan reppeling. Untuk reppling perlu dibuat ancor
sebagai penambat tali. Setelah tali terpasang maka reppling siap dilakukan. Reppling dapat
dilakukan dengan tali tunggal atau ganda (doubel). Biasanya personel yang paling akhir
menggunakan doubel rope dan tali hanya dikalungkan pada anchor, agar tali tersebut dapat
ditarik ke bawah, begitu seterusnya untuk setiap pitch.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reppling :

 Ujung bawah tali harus disimpul

 Tali antar pitc harus selalu dihubungkan

 Waspada terhadap runtuhan batuan

5. Dasar tebing

Setelah semuanya pemanjat turun, maka yang harus dilakukan adalah pendataan dan pengecekan
semua peralatan yang dipakai.

6. Pembuatan topo atau data

Topo adalah merupakan gambar atau sket jalur yang berhasil dipanjat. Dalam pembuatan sket ini
dilengkapi dengan data sebagai berikut :

a. Nama jalur yang dipanjat

b. Lokasi tebing

c. Jenis batuan

d. Tinggi tebing

e. Sistem pemanjatan

f. Teknik pemanjatan yang diterapkan

g. Waktu pemanjatan

h. Tingkat kesulitan ( grade )

9
i. Data peralatan yang digunakan

j. Sketsa jalur pada tebing

k. Operasional dan kondisis cuaca

l. Daftar pemanjat

X. ALAT – ALAT PEMANJATAN

Alat-alat yang diguanakan dalam pemanjatan :

1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut
dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :

– Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%,


digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk
ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah
10,5 mm.

-Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama
yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

10
2. Climbing Shoes

Climbing shoes untuk panjat tebing maupun panjat dinding memiliki kesamaan fungsi, yaitu
untuk membantu pemanjat untuk berpijak pada permukaan vertikal, dan melindungi kaki dari
tajamnya bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar selain itu sol sepatu yang dipergunakan
merupakan karet khusus sehingga memungkinkan untuk berpijak pada permukaan yang halus.

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :


•Sepatu yang lentur dan fleksibel(soft). Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
•Sepatu yang tidak lentur/kaku(hard) pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok
digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat
tertahan oleh bagian depan sepatu.

3. Chalk bag/Kantung kapur,

merupakan sebuah tas kantung untuk menampung bubuk magnesium karbonat, yang membantu
pemanjat mengurangi kelembapan pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan, sehingga
dapat membuat pegangan pemanjat tetap stabil.

11
4. Sling

sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling dapat digunakan sebagai
runners, back up maupun menjadi bagian pengaman lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam,
sling prusik dan sling webbing, untuk panjang dan diameter sling memiliki banyak variasi.

Ada 3 jenis tipe sling :

a. Sling Webing

b. Sling Prusik

c. Here Loop

5. Body harness,

merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada tubuh. Body harness biasa digunakan untuk
rescue dan flying fox . body harness membantu penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.

12
6. Sit harnes

merupakan peralatan yang dikenakan oleh pemanjat untuk di kenakan pada pinggang dan
memiliki banyak fungsi. seperti,mengaitkan body pemanjat pada tali pengaman. benda ini juga
merupakan tempat dimana alat-alat panjat seperti piton, sling, carabiner, chock , maupun
peralatan lain yang dibutuhkan.

7. Alat penambat / Belay Device

dipergunakan untuk mengamankan pemanjat dari jatuh ketika melakukan pemanjatan

8. Sarung tangan

akan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan pemanjat maupun rapler dari bahaya
gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.

13
9. Hammer/palu

sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman buatan berupa piton pada panjat tebing, cara
membawa hammer akan lebih mudah bagi pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada
bahu pemanjat.

10. Carabiners,. Carbiner / Cinci Kait

Berfungsi sebagi alat yang menghubungkan peralatan yang satu dengan peralatn yang lainya,
sehingga sewaktu dilepas akan lebih memudahkan, Carbiner ini dibagi dalam beberapa bentuk,
seperti Carbiner Oval, Delta, Screw (Ulir), Non Screw dan Otomatis.

11. Quickdraw/runner

merupakan gabungan antara prusik dan dua buah carabiner. Biasanya digunakan untuk menjadi
bagian penyambung antara chocks, friends, tricams, bolts ataupun pitons terhadap tali
carnmantel.

14
12. Hand ascender

merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu pemanjat dalam menaiki tebing dan
bertumpu pada bantuan tali, secara otomatis hand ascender maupun jenis ascender lainnya akan
mencatut tali jika diberi beban dan akan mudah digeser jika tidak memiiki beban.

13. Ascender handle


juga merupakan jenis ascender. Ascender handle merupakan pengembangan dari hand
ascender dengan fungsi yang dimiliki kurang lebih sama

15
14. Rigger plate

berfungsi sebagai plat conector dari anchor point ke lintasan, karena dalam beberapa kasus
dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu anchor point fix. Rigger plate terdiri dari sebuah plat
yang memiliki beberapa lubang, yang dapat ditempati oleh lebih dari 2 pengaman.

15.Edge Rollers

Merupakan pelindung tali yang didesign untuk mencegah terjadinya gesekan antara tali dengan
sudut bidang, dinding batu, dan sebagainya.

16
16. Padding

berfungsi untuk memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda tajam, seperti gesekan tali
dengan sudut tebing, dinding,dll. Padding terbuat dari bahan terpal, canvas, matras, karet tebal
yang tahan terhadap gesekan.

17.Cams/ friends/ spring loaded camming device (SLCD)

Friends merupakan salah satu jenis pengaman sisip yang digunakan dalam panjat tebing, anda
dapat menarik tuas baja yang membuat bagian ujung friends menyempit dan melepaskannya
pada celah yang diinginkan. Friends sangat fleksible, karena dapat digunakan pada berbagai
ukuran celah/rongga.

17
18. Pitons

merupakan pengaman yang ditancapkan pada rongga-rongga tebing, piton memiliki empat jenis
yaitu Bongs, Bugaboons, Knife-blades dan Angle.

19. Nuts/Chock friends

merupakan jenis pengaman sisip yang dimana cara penggunaannya dengan menyelipkan nuts
pada sebuah rekahan yang sesuai. Nuts/Chock friends memiliki ukuran yang berbeda-beda untuk
itu nuts biasanya tersedia dalam set.

20. Hexes/chock hexentris

memiliki fungsi yang sama dengan nuts tetapi hexes berbentuk tabung segi enam. Hexes tetap
memiliki kekuatan yang baik walaupun agak sulit dalam penggunaannya. Hexes tersedia dalam
beberapa ukuran.

18
21. Tricams

merupakan pengaman sisip selanjutnya. walaupun berbeda bentuk, tetapi fungsinya sama dengan
nuts dan hexes. Pemakaiannya relatif sulit, tidak dianjurkan dipakai untuk pemula.

22. Figure eight/figur delapan


peralatan ini termasuk salah satu Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni
medan vertical dan tali sebagai jalur. Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya
bermacam-macam, strength rate 3000 kg., menggunakan alat ini menyebabkan puntiran pada tali
salah satu kelemahan alat ini ketika digunakan.

19
23 Autostop
berfungsi sebagai desender dan ini di-design untuk pengereman automatis,

24. Helmet
adalah pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari
atas.

25. Webbing
peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai
harnest dll.

26. Hanger

20
Berbentuk pipih kupingan yang di pasang pada tebing yang sudah di bor yang berfungsi sebagai
anchor untuk pengaman pada waktu pemanjatan.
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit memilki
natural anchor.

27. skyhook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah
bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.

21
22
XI. safety pemanjatan

A. Belaying

Dalam pemanjatan tebing, orang yang pertama kali manjat disebut “leader”, sedangkan orang
kedua yang melakukan pengamanan terhadap pemanjatan pertama disebut “Belayer”. Leader
pemanjat pertama ini, memajat dengan pengamanan dari orang kedua (belayer) dengan
systembelaying yang terdiri dari tali dan ranner(raning bilay). Runner atau ranning belay adalah
pengaman untuk mengurangi bahaya jatuh. Sedangkan untuk Belaying adalah suatu cara
pengamanan untuk mengurangi bahaya jatuh pada waktu melakukan pemanjatan.

Yang harus diperhatikan dalam melakukan belay atau pengamanan :

- Belayer harus melihat gerakan leader sedapat mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperlancar
gerakan leader dalam menambah ketinggian dan dapat secepat mungkin mengantisipasi keadaan
apabila leader terjatuh pada pemanjatan.

- Belayer harus memasang pengaman untuk dirinya dirinya sendiri sebelum melakukan belaying.
Hal ini sangat penting apabila belayer mengantisipasi jatuhnya leader, dimana ia mendapat beban
tambahan dan sentakan darin leader yang terjatuh. Sedangkan pengaman untuk belayer sendiri
minimal dua buah.

Sebagai penutup dari uraian singkat mengenai systim belaying ini, maka perlu dijelaskan secara
internasional yang memakai istilah bahasa inggris untuk menghindari kemungkinan salah paham
antara belayer dengan pemanjat atau leadernya, yaitu :

- Pemanjat : “On belay” (Saya akan memanjat, Apakah belaying sudah siap?)

- Belayer : “Belay on” (Saya sudah siap)

- Pemanjat : “Climbing” ( Saya mulai memanjat )

- Belayer : “Climb” (Silahkan memanjat)

- Pemanjat : “Slack” (Kendorkan talinya. Saya tidak bias bergerak tali terlalu
kencang)

- Pemanjat : “full” (tali terlalu kendur. Mohon tali dikencangkan sedikit), belayer
mengencangkan tali tanpa menyahut.

- Pemanjat : “Off belay” ( saya dalam posisi yang baik, tidak perlu belaying)

23
- Belayer : “Belay off” (belayer coba menyakinkan bahwa pemanjat betul-betul
tidak tidak membutuhkan belaying lagi)

- Pemanjat : “Tension” (tahan tali dengan erat) belayer menahan dengan mengunci
tali belaying.

- Pemanjat : “Falling” (saya jatuh, tali mohon dikunci)

- Pemanjat : “Rock” (ada benda keras yang jatuh, hati-hati)

- Belayer : “Rock” (belayer meneriakkan kembali kata-kata pemanjat sebagai tanda


bahwa dia sudah mengetahui).

B. Ascending
Suatu tehnik yang memanfaatkan tali dan atau ascendeur fungsinya untuk memudahkan
kita dalam menambah ketinggian dimana faktor keamanan lebih terjamin

Jenis-jenisnya :

· Prusiking : suatu tehnik naik dengan menggunakan tali prusik.

· Jummaring : suatu tehnik naik dengan menggunakan jumar.

· SRT( Singgle Rope Tehnic) : Suatu tehnik dimana kita bisa naik dan turun
dengan menggunakan SRT set.

C. Descending
Suatu tehnik turun yang memanfaatkan tali dan gesekan tali itu sendiri fungsinya untuk
memudahkan kita dalam turun/menuruni tebing dimana faktor keamanan lebih terjamin.

Jenis-jenisnya :

Teknik Turun / Rappeling


Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepeuhnya bergantung dari peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1.Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong
gerak turun.

24
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk
mengatur kecepatan.

D.Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling

1. Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini
terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa
panas.

2. Brakebar Rappel

Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah
descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek diberikan pada
descender atau brakebar.

3. Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak
memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis
Italian hitch

4. Arm Rappel / Hesti


Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan.
Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.Dalam rapelling, usahakan posisi badan
selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit
mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai
turun, hendaknya :
1.Periksa dahulu anchornya.
2.Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3.Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai
ke bawah (ke tanah).
4.Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada
batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang
ada.
5.Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan

25
E. SIMPUL YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN

1. Simpul Delapan Ganda


Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan
tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.

2. Simpul Delapan Tunggal


Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan
tubuh atau harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.

26
3. Simpul Pangkal
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada
anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.

4. Simpul Jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada
anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.

Simpul Jangkar

27
5. Simpul Kambing / bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan
penambat atau harnest. Toleransi 52%.

6. Simpul Kupu – kupu / Butterfly knot


Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari
tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.

28
7. Simpul Nelayan / Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%

8. Simpul Frusik
Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT

29
9. Simpul Pita
Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau berbentuk pipih (umumnya
digunakan untuk menyambung Webbing)

10. Simpul Italy


Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan
berkurang 45%.

o Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan
berkurang sebesar 40%.
o Clove hitch knot
Untu mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada
anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
o Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan
tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
o Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
o Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika
pemanjat selesai dan turun dari tebing tanpa meninggalkan alat.

30
F. JENIS ANCOR

– Natural Ancor/ Penambat Alami

penambat alamiah yang tersedia oleh alam,Contoh : Batang pohon, Akar pohon, Batu besar
yang dijamin kuat

– Artificial Ancor/ Penambat Buatan

Alat yang didesain secara khusus untuk digunakan sebagai penambat, contoh : Piton, sky hook,
Brigbo, ramset, hunger, stoper,

G. JENIS PEGANGAN

1. Open Grip :

Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan dengan posisi tangan


terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar

2. Cling Grip :

Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan degan menggunakan seluruh


jari tangan dan dan agak mirip mencubit biasanya digunakan pada tebing
yang permukaannya banyak tonjolan,

3. Pinch Grip :

Pegangan pada pemanjatan yang mirip dengan mencubit,dan


mengandalkan kekuatan jempol dan telunjuk yang biasa digunakan untuk
memegang poin – poin kecil pada tebing

4. Poket Grip :

Pegangan pada pemanjatan dilakukan dengan cara memasukkan jari – jari


kedalam celahan/ lobang tebing, biasanya digunakan pada tebing
limenstone ( kapur ) yang banyak memiliki poin lobang.

31
5. Vertikal Grip :

Pegangan pada pemanjatan yang bertumpu pada poin tebing dengan


menggunakan kekuatan lengan untuk bertumpu dan menaikkan badan.

H. JENIS PIJAKAN

1. Frinction Steep :

Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depan


dan mengandalkan gesekan karet sepatu.

2. Eadging :

Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan sisi luar kaki.

3. Mearing :

Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan seluruh alas kaki


(Pijakan Biasa)

4. Hel Hooking :

Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi


poin2 yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki
untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya

32
XII. Penutup
Rock climbing merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan, pikiran, skil dan keberuntungan,
sehingga dibutuhkan latihan yang harus mencukupi sebelum melakukan pemanjatan yang
sebenarnya. Bagi pecandu High Risk Sport, Rock climbing merupakan kegiatan di alam bebas
yang sangat mengasyikkan.

33

Anda mungkin juga menyukai