Anda di halaman 1dari 10

Bismillahirrahmanirrahim

Arraddu ‘Alal Fattaan Al Maftuun Waraa-a Al Kawaaliis

Bantahan Terhadap Orang Yang Menyesatkan Lagi Sesat

Di Balik Layar

Penulis:

Abu Maisarah Asy Syami


- ghafarallahu lahu -

Alih Bahasa:

Abu Sulaiman Al Arkhabiliy

****

Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi yang murah senyum lagi sering berperang, juga kepada keluarganya yang baik
lagi suci. Wa Ba’du:

Sebagaimana orang lain, saya telah menyaksikan potongan video lama seputar pembai’atan Al
Qa’idah terhadap Mulla Umar yang dibocorkan atau disebarkan oleh para pengurus Muassasah As
Sahab Al I’lamiyyah yang dipimpin oleh Si orang yang menyesatkan lagi sesat yaitu Adam Godan Al
Amrikiy -semoga Allah segera membongkar kejahatannya dan mengeluarkan apa yang ada di dalam
hatinya-, dan saya tidak ragu lagi bahwa dia-lah dalang di balik ini semuanya. Orang sesat yang
berbangsa Amerika ini sekarang adalah yang mengendalikan Tandhim Al Qa’idah dari balik layar, dan
dia bekerja untuk merealisasikan kepentingan-kepentingan Lembaga RAND Amerika -tanpa dia sadari-
sehingga seperti gayung bersambut, wallahul musta’an.

Di mana Adam memunculkan kembali video ini dari arsip dalam rangka mengklaim bahwa para
panglima Al Qa’idah dan Taliban itu dulu meyakini keKhilafahan Mulla Umar! Sedangkan ini adalah

www.millahibrahim.wordpress.com | 1
murni kebohongan dan pengada-adaan dusta atas nama Asy Syaikh Asy Syahid rahimahullah, bahkan
dusta juga atas nama orang yang mereka gelari sebagai Al Hakim (Adh Dhawahiriy, red)!

Pertama: Bantahan Dari “Al Hakim” Mereka.

Al Hakim mereka (Adh Dhawahiriy) ditanya:

“Seandainya ada dua imarah islamiyyah atau dua Khilafah di Afganistan dan di Iraq, maka apakah
keduanya itu dua negara yang terpisah? Ataukah keduanya itu berada di bawah kekuasaan satu
pemimpin? Dengan makna yang lebih jelas; Apakah peranan Mulla Muhammad Umar atau Syaikh Umar
Al Baghdadiy atau Syaikh Usamah ibnu ladin itu berbeda? Dan apakah hubungan di antara peranan-
peranan mereka itu?”.

Maka (Adh Dhawahiriy) menjawab dengan “hikmah”:

“Negara Islam Iraq dan Imarah Islam Afganistan -dan tambahkan juga- Imarah Islam di Kaukasus
itu adalah imarah-imarah islam yang tidak ikut kepada satu pemimpin, dan mudah-mudahan
dalam waktu dekat tegak Daulah Khilafah yang menyatukan mereka dan seluruh kaum
muslimin. Sedangkan Syaikh Usamah Ibnu Ladin (hafidhahullah) itu adalah salah seorang prajurit dari
sekian banyak prajurit Amirul Mu’minin Mulla Muhammad Umar hafidhahullah. Dan semua orang-
orang yang saya sebutkan itu adalah saling membantu dan saling bekerjasama di dalam membela Islam
dan jihad.” (Al liqa Al Maftuh - Halaqah Tsaniyyah).

Al Hakim mereka (Adh Dhawahiriy) ditanya lagi:

“Apakah Mulla Muhammad Umar itu Amir bagi seluruh kaum mu’minin? Ataukah ia itu Amir
bagi Imarah Islamiyyah di bumi Khurasan saja? Siapa orangnya yang menjadi amir bagi seluruh kaum
mu’minin di alam ini? Dan apa jabatan Syaikh Usamah di alam ini bila dikaitkan dengan imarah
islamiyyah itu?

Maka Al Hakim mereka (Adh Dhawahiriy) menjawab lagi:

“Mulla Muhammad Umar (hafidhahullah) itu adalah amir bagi Imarah Islamiyyah di Afganistan
dan bagi para mujahidin yang bergabung dengan Imarah itu, sedangkan Syaikh Usamah Ibnu Ladin
(hafidhahullah) adalah salah seorang bala prajuritnya. Adapun Amirul Mu’minin di alam ini, maka ia itu
adalah Imam Daulah Khilafah yang mana kita dan setiap muslim yang jujur sedang berupaya
untuk mengembalikannya dengan izin Allah.” (Al Liqa Al Maftuh - Halaqah Tsaniyah).

Dan Al Hakim mereka (Adh Dhawahiriy) yang merupakan Amir Tandhim mereka berkata
seraya menjelaskan di dalam kerancuannya bahwa ia itu tidak meyakini keKhilafahan seorang-pun :

“Kita menginginkan Khilafah islamiyyah yang mana di dalamnya umat ini memilih para
pemimpin mereka dengan keinginan dan kebebasan mereka, serta memberikan janji kepada para
pemimpin itu untuk mendengar dan taat di atas Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa

www.millahibrahim.wordpress.com | 2
sallam, dan umat mentaati mereka selagi mereka mentaati Allah di dalamnya. Kita ridlo dengan orang
yang memenuhi kriteria-kriteria syar’iy dan dipilih oleh umat untuk memimpin mereka dengan Kitab
Rab-nya dan Sunnah Nabi-nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saat itu kita menjadi anshar dan para
pembantunya. Sesungguhnya Al Qa’idah menginginkan bagi umat ini seorang Khalifah
yang mereka pilih dengan kerelaan mereka dan ijma’ mereka atau kesepakatan
mayoritas mereka. Dan seandainya umat ini memiliki kemampuan untuk menegakkan
pemerintahan islam di wilayah negeri manapun sebelum mereka menegakkan Khilafah
mereka, maka sesungguhnya orang yang diridloi umat islam di negeri itu sebagai imam baginya yang
memenuhi syarat-syarat syar’iy dan menggiring mereka dengan Al Kitab dan As Sunnah, maka kami
adalah orang yang paling pertama ridlo dengannya, dikarenakan sesungguhnya kami ini tidak
menginginkan kekuasaan, namun kami ini hanyalah menginginkan pemerintahan Islam.” (Al Iman
Yashra’ul Istikbar).

Kedua: Ucapan Mulla Umar.

Mulla Umar berkata:

“Sesungguhnya Imarah Islamiyyah Afganistan itu beriman pada penegakan


hubungan-hubungan timbal balik yang positif dengan seluruh negara-negara tetangga di
dalam bingkai sikap saling menghormati, dan menginginkan pembukaan pintu baru untuk
kerjasama yang menyeluruh bersamanya di dalam bidang-bidang pengembangan ekonomi dan
hubungan baik bertetangga. Sesungguhnya kami menganggap Kawasan ini seluruhnya adalah
seperti satu rumah di dalam perlawanannya terhadap penjajahan. Kami ingin melakukan
peranan kami yang positif di dalam menciptakan ketenangan situasi di Kawasan ini, dan kami
meyakinkan seluruh negara-negara bahwa Imarah Islamiyyah (...) Sebagaimana ia
(imarah) itu tidak memperkenankan bagi siapapun untuk ikut campur tangan di dalam
urusan dalam negerinya, maka ia-pun tidak akan ikut campur tangan di dalam urusan
pihak-pihak lain (...). Sesungguhnya media-media musuh menggambarkan kami ini dengan
kebohongan dan kepalsuan sebagai ancaman bagi sebagian negara di dunia ini (...). Sesungguhnya
konsensus dunia internasional masa kini tidak memperkenankan bagi negara manapun di alam ini
untuk ikut campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara-negara tetangga, (...). Dan
sesungguhnya peperangan yang terjadi di kawasan ini dengan tujuan imperium dan perluasan
penjajahan di bawah kedok perang terhadap teror, ia itu pada hakikatnya adalah perang melawan nilai-
nilai kemanusiaan, keadilan dan perdamaian, (...) Sesungguhnya saya pada kesempatan ini berharap dari
semua negara-negara Islam, negara-negara tetangga yang kuat dan dari gerakan negara-negara non
blok untuk bangkit memainkan perananannya yang positif lagi bersejarah.” (Tahni-ah Bi Hululi ‘Idil
Adlha 1430 H).

Dan berkata:

www.millahibrahim.wordpress.com | 3
“Sesungguhnya politik luar negeri kami ke depan dalam menyikapi negara-negara
tetangga dan negara-negara Islam serta negara-negara non islam adalah akan berdiri di
atas prinsip interaksi timbal balik. Sesungguhnya kami akan membangun politik luar negeri kami
di atas prinsip menghadang gangguan pihak lain dan tidak menganggu pihak lain. Pemerintahan
mendatang kami sesuai tuntunan panduan-panduan syari’at akan berperan serta di
dalam semua upaya keras yang dikerahkan di kawasan dan di dunia internasional dengan
bertujuan menciptakan kedamaian, kesejahteraan insani dan pengembangan ekonomi.
Dan pemerintahan kami akan ikut berperan dengan negara-negara kawasan di dalam menghabisi
permasalahan-permasalahan dunia, seperti permasalahan narkotik, polusi lingkungan, serta
permasalahan-permasalahan perniagaan dan ekonomi.” (Tahni-ah Bi Hululi ‘Idil Adlha 1431 H).

Dan berkata juga:

“Adapun tentang nasib politik bagi masa depan negeri ini, maka saya katakan sekali lagi: Bahwa
kami tidak berpikir untuk memonopoli kekuasaan dan kami tidak menginginkan
terjadinya perang saudara setelah kepergian para penjajah, akan tetapi upaya kami satu-
satunya adalah bahwa nasib politik negeri ini harus berada di tangan bangsa Afgan
sendiri seraya jauh dari campur tangan negara-negara besar di dunia ini, dan jauh dari campur tangan
negara-negara tetangga, dan nasib politik ini harus memiliki celupan islam dan celupan
kultur bangsa Afgan yang murni (...). Dan setelah pembebasan negeri ini kami akan menikmati
pertolongan Allah Ta’ala dengan terwujudnya pemerintahan yang syar’iy dan kebangsaan yang akan
berupaya membentuk pemerintahan yang bersih dari seluruh macam sikap sektarian dan fanatisme
golongan, dan ia akan menyerahkan segala urusan kepada ahli-ahlinya, dan ia akan menjaga persatuan
tanah air, sebagaimana ia akan mewujudkan rasa aman, akan menerapkan syari’at, akan menunaikan
hak-hak rakyat baik pria maupun wanita, dan akan berupaya membangun sarana-sarana dasar untuk
ekonomi negeri, sebagaimana ia akan berupaya mengokohkan lembaga-lembaga sosial di dalam negeri,
dan akan menyediakan sarana-sarana pendidikan bagi seluruh rakyat sesuai panduan Ushul Islamiyyah
dan kepentingan-kepentingan tanah air, dan pemerintahan itu akan bergerak untuk
memudahkan urusan-urusan riset ilmiyyah dan tsaqafah dalam arah yang benar, dan dengan bantuan
bangsanya yang luhur pemerintah ini akan berdiri kokoh menghadang perealisasian tujuan-tujuan
buruk yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin mengobarkan api peperangan saudara dan
membagi-bagi negeri (...). Sesungguhnya kami menjaga hubungan-hubungan baik dengan
setiap pihak yang menghormati Afghanistan sebagai suatu negara islam yang memiliki
kedaulatan lagi merdeka, dan hubungan-hubungan serta kaitan-kaitannya dengan
Afghanistan itu tidaklah berbentuk pendiktean lagi penjajahan. Dan saya memandang bahwa
ini adalah tuntutan dan harapan setiap orang Afghan yang merdeka lagi muslim.

Dan seputar saling memahami dengan kekuatan-kekuatan luar, maka saya katakan: Bahwa kami
akan terus melanjutkan perjuangan politik di samping perjuangan militer kami dalam mewujudkan

www.millahibrahim.wordpress.com | 4
tujuan-tujuan dan harapan-harapan kami yang Islamiy lagi kebangsaan, dan kami telah menunjuk
dinas khusus di dalam bidang politik untuk mengamati perjalanan politik, sedangkan kantor dinas
politik ini berinteraksi dengan pihak-pihak asing sesuai kepentingan-kepentingan kami yang
bernafaskan Islam dan jihad.” (Bayan Bi Munasabah ‘Idil Adlha Al Mubarak 1433 H).

Tanpa perlu dikomentari yang rinci, namun pertanyaan yang tidak muncul dengan sendirinya,
dikarenakan jawabannya sangat jelas adalah: Apakah ucapan ini menunjukkan kepada adanya proyek
Khilafah bagi seluruh kaum muslimin, ataukah menunjukkan kepada keberadaan negara kebangsaan
yang khusus di Afghanistan di dalam batas-batas wilayahnya yang baru, yang tidak mengancam
pemerintahan-pemerintahan murtad yang mesti dilenyapkan oleh Khilafah untuk membebaskan
seluruh negeri kaum muslimin.

Ketiga: Ucapan Syaikh ‘Athiyatullah Al Libiy Seputar Bai’at.

Beliau berkata dalam jawaban terhadap suatu pertanyaan:

“Walhasil bahwa bagi dirimu dan bagi kaum muslimin lainnya hari ini, apakah mereka wajib
membai’at salah seorang dari para panglima kaum muslimin dengan bai’at macam ini? Hukum yang
dhahir adalah bahwa hal itu tidak harus, dikarenakan ketidakadaan imam yang telah dibai’at dengan
Bai’at Syar’iyyah (atas dasar imamah ‘udhma). Adapun Amirul Mu’minin Mulla Umar hafidhahullah wa
saddadah wa nasharah, maka dengan penerimaan bahwa beliau ini adalah memiliki status hukum sama
dengan status Imam A’dham (imam tertinggi), akan tetapi status itu hanyalah berlaku di negeri
dan wilayahnya saja serta di wilayah yang telah berada di dalam kekuasaannya, wallahu
a’lam. Dan adapun Syaikh Usamah hafidhahullah wa saddadah wa nasharah dan para panglima mujahidin
senior lainnya, maka mereka itu adalah sangat nampak di dalam hal itu, di mana tidak seorangpun di
antara mereka itu berstatus sebagai Imam A’dham.” (Ajwibah Liqa Muntadayat Syabakah Al Hisbah).

Dan berkata:

“Al Qa’idah itu adalah salah satu jama’ah dari sekian banyak jama’ah Islamiyyah Mujahidah,
pembai’atan di dalamnya dibangun di atas kerelaan dan syarat, dan di atas dasar kaidah pensyari’atan
saling berjanji di antara kaum muslimin untuk menunaikan taklif-taklif syar’iyyah, tidak di atas
penyudutan, pendesakan dan pengharusan dengan landasan syari’at, sehingga ia itu bukan Imamah
‘Udhma yang tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menginap selama dua
malam kecuali dia menganggapnya (Al Qa’idah) sebagai imam atas dirinya!, tidak, bahkan imarah
Amirul Mu’minin Mulla Muhammad Umar hafidhahullah wa saddadah wa nasharah pun
tidak seperti itu bagi seluruh kaum muslimin di bumi ini, akan tetapi beliau itu hanyalah
amir di batas kekuasaan dan wilayahnya serta atas orang yang telah masuk di dalam
bai’atnya. Dan beliau itu di dalam batas kekuasaannya adalah berstatus hukum seperti
Al Imam Al A’dham dari sisi kewajiban baginya untuk didengar, ditaati, penunaian bai’at
dan pengharaman pembangkangan terhadapnya kecuali dengan sebab suatu yang

www.millahibrahim.wordpress.com | 5
membolehkan pembangkangan terhadap Al Imam Al A’dham, dan seterusnya, inilah hal
yang diketahui yang telah dikukuhkan oleh para ulama kita, dan masalah ini telah dikaji dan telah
dijelaskan oleh Syaikh Abul Mundzir As Sa’idiy - fakkallahu asrahu - di dalam kitabnya “Wablul
Ghamamah Fi Ahkam Al Imamah”.” (Ajwibah Liqa Muntadayat Syabakah Al Hisbah).

Dan berkata di dalam hukum berbai’at kepada Negara Islam Iraq sebelum ia meluas dan
mendeklarasikan Khilafah:

“Walhasil: Bahwa “Negara Islam Iraq” adalah negara bagi kaum muslimin di negeri ini dari
negeri-negeri kaum muslimin, maksudnya Iraq dengan maknanya yang sudah dikenal hari ini dan bisa
jadi wilayah sekitarnya sesuai kemungkinan, dan bukan maksudnya bahwa sekarang ia itu Daulatul
Islam Al Kubra (Al Imamah Al ‘Udhma dan Khilafah), karena sesungguhnya hal ini masih terlalu dini,
sesuai apa yang ditinjaukan oleh pandangan dan ijtihad, wallahu a’lam, dan bahwa Amir Daulah ini
gelarnya adalah Amirul Mu’minin, dan bahwa Daulah ini - in syaa Allah - adalah cikal bakal
bagi Daulah Islam Kubra dan Khilafah Rasyidah ‘Ala Minhaj An Nubuwwah, dan bahwa ia
adalah langkah ke-fase-an yang masih menerima perkembangan, perubahan, dan pembenahan
sesuai ijtihad berdasarkan apa yang dituntut oleh pandangan politik syar’iy di atas kaidah taqwa dan
pandangan kepada mashalahat Islam dan kaum muslimin.” (Kalimat Fi Nushrah Daulah Al ‘Iraq Al
Islamiyyah).

Dan di dalam risalah yang sama beliau menukil suatu faidah dari Kitab “Wablul Ghamamah Fi
Ahkam Al Imamah” yang beliau kasih pengantar dan beliau merestui apa yang di dalamnya:

“Kemudian bila ada yang bertanya: Bagaimana engkau berdalil dengan hukum-hukum Khalifah
terhadap Mulla Muhammad Umar, sedangkan beliau ini bukan Khalifah seluruh kaum
muslimin, namun beliau itu hanyalah amir muslim atas suatu negeri dari negeri-negeri
islam?

Maka jawabannya: Ya, beliau bukan Khalifah bagi seluruh kaum muslimin, akan tetapi
di wilayah yang dikuasainya beliau itu adalah berstatus hukum-hukum Khalifah dalam
syarat-syaratnya, cara pengangkatannya serta hukum-hukum taklif dan wadl’iy lainnya.

Ibnu Dlauyyan Al Hanbaliy berkata dalam Manarussabil: “Berkata di dalam Al Ghayah: Dan
terarahkan: Tidak boleh imam itu berbilang (lebih dari satu), dan bahwa bila setiap sultan itu
menguasai suatu negeri seperti zaman kita ini, maka status hukumnya adalah seperti imam.”
(Manarussabil 2/353).

Al Imam Ash Shan’aniy berkata di dalam Syarah Hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan
oleh Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan
dan meninggalkan jama’ah serta ia mati, maka matinya adalah mati jahiliyyah.” Berkata: “dari ketaatan”:
yaitu dari ketaatan kepada Khalifah yang telah diijmakan terhadapnya, dan sepertinya yang dimaksud

www.millahibrahim.wordpress.com | 6
adalah Khalifah setiap negeri dari negeri-negeri itu, karena sejak masa Daulah ‘Abbasiyyah manusia itu
tidak pernah bersatu di atas satu Khalifah di seluruh negeri-negeri islam, akan tetapi penduduk
masing-masing wilayah menyendiri dengan pemimpin mereka, karena seandainya hadits itu dibawa
kepada Khalifah yang disepakati oleh seluruh umat islam, tentulah hadits ini menjadi kecil faidahnya.”
(Subulussalam 3/1627, terbitan Darul Fikri).

Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab At Tamimiy berkata: “Para imam dari berbagai
madzhab sepakat bahwa barangsiapa menguasai suatu negeri atau banyak negeri, maka dia itu
mendapatkan status sebagai imam di dalam segala urusan, dan andai tanpa hal ini tentulah
dunia ini tidak tegak berdiri, dikarenakan manusia sejak zaman dulu sebelum masa Al Imam Ahmad
sampai hari ini tidak pernah bersatu di atas satu imam, dan mereka tidak mengetahui seorangpun dari
ulama yang menyebutkan bahwa sesuatu dari hukum-hukum itu adalah tidak sah kecuali dengan Al
Imam Al A’dham.” (Ad Durar As Saniyyah: 7/239).

Dan jawaban ini sangat dibutuhkan di dalam banyak pembahasan Imamah, dan ingatlah selalu hal
itu di saat engkau membaca kitab ini. Allah-lah Yang memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.”
(Kalimat Fi Nushrah Daulah al Iraq Al Islamiyyah).

Kemudian Syaikh ‘Athiyyah memberikan komentar terhadap nukilan ini dengan ucapannya:

“Dan apa yang dikatakan pada salah satu dari dua imarah itu (yaitu Daulah Al Iraq Al Islamiyyah
dan Imarah Islam Afghanistan) adalah dikatakan pada yang satu lagi, karena keduanya adalah
bersaudara.” (Kalimat Fi Nushrah Daulah al Iraq Al Islamiyyah).

Semua ucapan beliau yang lalu itu menunjukkan bahwa beliau tidak menganggap Mulla Umar itu
sebagai Khalifah, karena kalau seandainya beliau menganggapnya sebagai Khalifah tentulah beliau
mengharuskan seluruh kaum muslimin untuk terikat dengan bai’at itu, dan tentulah beliau tidak
mendiskusikan sama sekali bai’at Daulah Islam Iraq.

Keempat: Makna Ucapan Syaikh Usamah.

Berdasarkan atas apa yang telah saya kutip dari Syaikh ‘Athiyyatullah, Adh Dhawahiriy dan Mulla
Umar, maka kita mengetahui secara meyakinkan bahwa makna ucapan rekaman Syaikh Usamah
(rahimahullah) itu adalah bahwa Mulla Umar itu saat demikian memiliki status sebagai Al Imam Al
A’dham di dalam wilayah kekuasaannya, dan bahwa wajib atas seluruh kaum muslimin yang berada di
negerinya saat itu untuk meyakini kepemimpinannya dan mentaatinya di negeri itu. Dan adapun apa
yang diyakini oleh orang-orang yang menyesatkan lagi sesat bahwa syaikh Usamah itu telah menjadikan
Mulla Umar sebagai Khalifah bagi seluruh kaum muslimin! maka keyakinan ini telah bersebrangan
dengan pernyataan para panglima Tandhim (Al Qa-dah) dan orang-orang terdekat Syaikh Usamah,
terutama Syaikh ‘Athiyyatullah dan Hakim “Orang Bijak” Jabhah Al Jaulaniy (yaitu Adh Dhawahiriy),
dan bertentangan juga dengan pernyataan para tokoh Taliban yang di antaranya adalah Mulla Umar.

www.millahibrahim.wordpress.com | 7
Maka apakah para yunior (Jabhah) Al Jaulaniy itu lebih mengetahui terhadap takwil ucapan
Syaikh Usamah daripada orang yang telah disebutkan itu?

Dan adapun ketidak disyaratkan keturunan Quraisy, maka ini benar pada penguasa yang
menguasai dengan pemaksaan kekuatan, akan tetapi hal itu tidak berarti keabsahan kepemimpinannya
atas seluruh kaum muslimin di luar wilayah kekuasaannya, akan tetapi hanya wajib ditaati di negerinya
saja. Dan di antara hal buruk yang paling buruk adalah berdalil dengan kondisi dlarurat untuk
menggugurkan kewajiban syar’iy di dalam menunaikan amanah ini kepada pihak yang berhak dari
keturunan Quraisy, kemudian dia malah dijadikan pihak yang paling lebih dahulu di dalam urusan yang
dia sendiri tidak pernah mengklaimnya walaupun sesaat sama sekali!

Kelima: Pertanyaan-Pertanyaan Kepada Para Pengikut Al Jaulaniy.

Apakah Mulla Umar itu sudah kalian kenal secara meyakinkan? Apakah fotonya itu diketahui
secara pasti di alam ini (foto yang tersebar itu tidak dibenarkan oleh seorangpun secara resmi)?
Apakah ia sekarang menguasai seluruh Afghanistan? Apakah Afghanistan itu dalam kondisi perang? Bila
ia menyingkir dari kota-kota, maka apakah boleh baginya untuk memasukinya kembali dan
memerintahnya sebelum mengajak kembali musyawarah penduduknya? Apakah Mulla Umar itu
memerangi para pembegal? Apakah pesawat-pesawat Amerika itu membombardir kota-kota
Afghanistan? Apakah Amerika mampu menghancurkan Afghanistan dengan senjata-senjata berat?
Apakah Mulla Umar sekarang bersembunyi? Apakah ia telah meminta musyawarah seluruh penduduk
bumi? Dan seterusnya..

Bila kalian menjawab dengan “Ya” atas semua pertanyaan ini, maka nampaklah kebobrokan
kalian, dan nampak jelaslah di hadapan manusia bahwa kalian ini adalah para pencari kepentingan lagi
mengikuti hawa nafsu kalian. Maka dengan syubhat-syubhat semacam ini kalian telah menolak
keabsahan Daulah Islamiyyah, di mana sering sekali kami mendengarnya dari para syar’iy kalian yang
senior, padahal Al Jaulaniy itu mengaku pernah bertemu dengan Amirul Mu’minin!

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melindungi kami dari apa yang telah ditimpakan kepada
kalian dan telah melebihkan kami di atas banyak manusia.

Ya Allah tutuplah kehidupan kami dengan syahadah di jalan-Mu dalam kondisi teguh memegang
jama’ah kaum muslimin dan imam mereka Khalifah Ibrahim, yang dengannya Allah telah mentajdid
millah Al Khalil dan jihad Ash Shiddiq.

Ditulis oleh:

Abu Maisarah Asy Syami

- ghafarallahu lahu -

www.millahibrahim.wordpress.com | 8
Lampiran: Bantahan-Bantahan Dari Amir Dan Prajurit Di Imarah Afghanistan.

Al Maulawiy Shahib Anggota Majlis Syura Imarah Afghanistan:

“Sesungguhnya jihad kami itu terbatas di dalam wilayah Afghanistan saja dengan
sebab kondisi kami yang sempit yang tidak memungkinkan kami dari melakukan lebih
dari itu, dan karena sebagian sebab-sebab lainnya. Dan dengan susah sekali kami bisa
memahami apa yang ada di dalam Afghanistan dengan sebab banyaknya kesibukan kami
memerangi Pimpinan Kekafiran Amerika dan para pembantunya di sini. Oleh sebab itu jarang
sekali engkau dapatkan Imarah Islamiyyah ikut campur dalam urusan-urusan di luar
Afghanistan. Dan namun demikian tetap saya katakan: Imarah Islamiyyah dan Amir
kami Mulla Umar hafidhahullah dan juga saya serta orang selain saya, tidak akan
memusuhi siapapun mujahid di muka bumi ini, dan kami tidak bangkit kecuali untuk membela
mujahidin. Para mujahidin di Iraq dan Syam serta di setiap tempat itu adalah saudara-saudara kami,
kami mendoakan mereka semoga Allah memberikan kepada mereka tamkin yang lebih
dari itu, serta mewujudkan bagi mereka apa yang mereka cita-citakan berupa
penegakan Khilafah Islamiyyah, penerapan hududullah dan nushrah kaum muslimin.”
(Maa Daara Bainii Wa Baina Al Qiyaadiy Al Baariz Fii Majlis Syuuraa Imaarah
Afghaanistaan Al Islaamiyyah).

Abu Abdillah Al Afghaniy:

“Kemudian saya perlihatkan kepada Asy Syaikh (Al Maulawiy Shahib) parade konvoy militer
Raqqah yang merupakan bagian dari Daulah Islamiyyah di jalanan kota Raqqah, dan begitu kebahagian
kaum muslimin di Iraq dan Syam dengan penaklukan-penaklukan Daulah dan begitu juga dengan
pendeklarasian Khilafah islamiyyah kemudian saya katakan kepadanya: Bagaimana pendapatmu perihal
hal itu?”.

Maka Al Maulawiy Shahib berkata:

“Bila ini bukan Daulah, maka di muka bumi ini tidak ada Daulah Islam, Daulah yang
mengikat hati kaum muslimin, persenjataan dan perlengkapan, menegakkan syari’at dan mahakim
islamiyyah, menebarkan rasa aman dan menetapkan jizyah, apakah ia tidak memiliki tamkin?.” (Maa
Daara Bainii Wa Baina Al Qiyaadiy Al Baariz Fii Majlis Syuuraa Imaarah Afghaanistaan
Al Islaamiyyah).

www.millahibrahim.wordpress.com | 9
Abu Abdillah Al Afghaniy - anggota tim media di Imarah Afghanistan yang dekat dengan Majlis
Syura-nya - telah mengeluarkan statement yang ia benarkan yang di dalamnya ada bantahan terhadap
“Imarah Syam”:

“Apa yang digembar-gemborkan


mborkan oleh media musuh bahwa Amir Mulla Umar telah memberikan
lampu hijau kepada Al Jaulaniy untuk membentuk Imarah di Syam sebagai pengganti Jabhah (Nushrah)
adalah berita yang tidak benar, (...) Kami tidak meragukan bahwa penyebaran desas-desus
desas kebohongan
semacam ini adalah pekerjaan intelejen, dan itu untuk menjatuhkan kedudukan Amir Mulla Umar dan
untuk mengobarkan fitnah di tengah ikhwah mujahidin.”
mujahidin. (Nafyu
Nafyu Wa Takdziib Isyaa’ah).
Isyaa

Bila Imarah Islam Afghanistan itu menganggap dirinya sebagai Khilafah, tentu tidak ada faidahnya
di dalam ucapan Al Maulawiy Shahib dan di dalam Statement yang disebarkan itu.

Penterjemah berkata: Selesai dialihbahasakan pada tanggal 20 Ramadlan 1435H oleh Abu Sulaiman Al
Arkhabiliy di LP Kembang Kuning Nusakambangan.

doc ‫ﺗﺤﻤﯿﻞ اﻟﻤﻘﺎل ﺑﺼﯿﻐﺔ‬

https://archive.org/download/Refutation_201407/Refutation_ind.doc

pdf ‫ﺗﺤﻤﯿﻞ اﻟﻤﻘﺎل ﺑﺼﯿﻐﺔ‬

https://archive.org/download/Refutation_201407/Refutation_ind.pdf

*****

www.millahibrahim.wordpress.com | 10

Anda mungkin juga menyukai