Anda di halaman 1dari 9

Hadist tentang Kepemimpinan, Keadilan dan Politik

Label: Hadist, khazanh islamiah


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im)
Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin. (HR.
Bukhari)
Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena
ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan
tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-
pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka
menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda ditangan orang-orang
yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka
Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah.
DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta
berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim)
Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu:
Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mensyukurimu dan bila
kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni.
Tetangga apabila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan atau diam saja) tapi
bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan.
Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan perbuatan
yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan mengkhianatimu.
(HR. Ath-Thabrani)
Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR.
Ahmad)
Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka
memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka
melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR. Ath-
Thabrani)
Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan
(kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)
Keterangan: Hal tersebut karena dia menyalah-gunakan jabatannya dengan berbuat
yang zhalim dan menipu (korupsi dll).
Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara:
Diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa).
Terlampau banyak petugas keamanan.
Main suap dalam urusan hokum.
Pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan.
Generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian.
Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti fiqih
dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni sastra lah.
(HR. Ahmad)
Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani
kaum lemah dan orang yang membutuhkannya maka Allah tidak akan
mengindahkannya pada hari kiamat. (HR. Ahmad)
Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya. (HR.
Ath-Thabrani)
Menyuap dalam urusan hukum adalah kufur. (HR. Ath-Thabrani dan Ar-Rabii')
Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar.
Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya
sejengkal maka wafatnya tergolong jahiliyah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan bersilang sengketa. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa
(cekcok, bermusuh-musuhan) lalu mereka binasah. (HR. Ahmad)
Ka'ab bin 'Iyadh Ra bertanya, "Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah
itu tergolong fanatisme?" Nabi Saw menjawab, "Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah
bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman." (HR. Ahmad)
Kaum muslimin kompak bersatu menghadapi yang lain. (HR. Asysyihaab)
Kekuatan Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot
ke neraka. (HR. Tirmidzi)
Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang
imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami
pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang
isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang
pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak
bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Barangsiapa membaiat seorang imam (pemimpin) dan telah memberinya buah hatinya dan
jabatan tangannya maka hendaklah dia taat sepenuhnya sedapat mungkin. (HR.
Muslim)
Akan terlepas (kelak) ikatan (kekuatan) Islam, ikatan demi ikatan. Setiap kali terlepas satu
ikatan maka orang-orang akan berpegangan kepada yang lainnya. Yang pertama kali
terlepas ialah hukum dan yang terakhir adalah shalat. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa
kesenangan (kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam
kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun
keadaan itu merugikan kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)
Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi
perselisihan maka ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat
orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah
Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah)
(HR. Abu Dawud)
Setiap Muslim adalah Pemimpin
            Naiknya seseorang di atas puncak pemimpin dalam suatu organisasi dan negara, bukan
hanya dukungan masyarakat atau karena pemilihan dan surat pengangkatan akan tetapi
sebenarnya karena kehendak Allah Swt. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 10
yang artinya :
”Sungguh Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami telah menjadikan
kamu sekalian di bumi itu sumber penghidupan. Sedikit sekali kamu yang bersyukur”.
Selanjutnya banyak hadits yang menjelaskan, bahwa setiap orang, adalah pemimpin dan
setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah tentang
kepemimpianannya.hadits diantaranya dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan No.1199 sebagai
berikut :

‫ ف>األمير ال>ذي على‬,‫ كلكم راع فمس>ؤل عن رعيت>ه‬: ‫ ٲن رسول هللا ص>لى هللا علي>ه وس>لم قَ>ا َل‬,‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫َع ْب ُد هللاِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
‫ والم>>رأة راعي>>ة على بيت بعله>>ا وول>>ده وهي مس>>ؤله‬,‫ والرجل راع على أهل بيته وهومسؤل عنهم‬,‫الناس راع وهو مسؤل عنهم‬
)‫ (رواه البخ>>>ار و مس>>>لم‬.‫ أال فكلكم راع وكلكم مس>>>ؤل عن رعيت>>>ه‬,‫ والعب>>>د راع على م>>>ال س>>>يده وه>>>و مس>>>ؤل عن>>>ه‬,‫عنهم‬

Artinya :
“Rosulullah SAW. bersabda : "Kalian semuanya pemimpin (pemelihara) dan bertanggungjawab
terhadap rakyatnya, seorang Raja memelihara rakyat dan akan ditanya tentang
pemeliharaannya, seorang suami memimpin keluarganya dan akan ditanya tentang
pimpinannya, seorang ibu memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya dan akan ditanya
tentang pimpinannya, seorang hamba memelihata harta milik majikannya dann akan ditanya
tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua memelihara dan akan dituntut
tentang pemeliharaannya". (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut kita mengetahui,bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin
pasti akan dimintai suatu pertanggungjawabannya oleh Allah, sesuai tingkat kepemimpinannya
itu.
2.      Para tokoh masyarakat dan penguasa adalah pemimpin dalam suatu Negara atau organisasi.
Mereka akan ditanya “apakah mereka sudah mendidik masyarakatnya menjadi orang yang
beriman dan bertaqwa?”.
3.      Suami dalam rumah tangga adalah pemimpin dalam keluarganya dan semua suami akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah tentang istri dan anaknya. “apakah mereka sudah berusaha
mendidik mereka menjadi orang-orang yang sholeh atau belum?”
4.      Istri-istri yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga suaminya.mereka semua juga akan
dimintai pertanggungjawabannya. “ Apakah mereka sudah menjalankan tugasnya sebagai istri
yang sholehah, ibu rumah tangga yang baik atau belum?”
Pada intinya apa yang dikemukakan dalam hadits tersebut hanya sebagai contoh belaka,
sebab permulaan hadits tersebut menegaskan bahawa setiap orang menjadi pemimpin.

2.2. Pemimpin Pelayan Masyarakat


            Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable).
Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada
Allah kelak di akhirat nanti.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan
publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri
ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
Oleh karena itu pemimpin mempunyi tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa
ataupun organisasinya yang dipimpin baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti. Semua dalil itu
patut menjadi perhatian bagi kita terutama pemimpin umat islam dan para penguasa yang ingin
selamat dari siksa neraka. diantaranya hadits yang menyebutkan ancaman bagi pemimpin yang
tidak bertanggungjawab adalah sebagaimana disebutkan berikut :

‫ ٳني محدثك حديثا سمعته من‬: ‫ فقل له معقل‬,‫ ٲن عبيد هللا بن زياد عاد معقل بن يسار فى مرضه الذي مات فيه‬,‫عن الحسن‬
‫ مامن الترعاه هللا رعية فلم يحطها بنصيحة ٳال لم يجد‬: ‫ سمعت النبي صلى هللا عليه وسلم يقول‬,‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
)‫ (رواه البخار و مسلم‬.‫را ئحة الجنه‬

Artinya :
“Dari Al-Hasan, bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk maq’il berkata kepada Ubaidillah bin
Ziyad : Sesungguhnya saya akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang saya dengar dari
Rosululloh SAW. Saya mendengar Nabi SAW. Bersabda : "Tiada seorang hamba yang diberi
amanat rakyat oleh Allah SWT. Lalu ia tidak memeliharanya denga baik, melainkan Allah tidak
akan merasakan padanya bau surga (tidak mendapatkan surga)". (HR. Bukhari dan Muslim)

‫ من تق>>دم قوم>>ا‬.‫ ثالثة اليقبل هللا منهم ص>>الة‬: ‫عن عبد هللا بن عمر رضى هللا عنهما ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان يقول‬
)‫ (رواه أبوداود وابنماجه‬.‫ ورجل اعتبد> محرره‬.‫ والد بارأن يأ تيها بعد ان تفوته‬.‫ ورجل اتى الصالة دبارا‬,‫وهم له كارهون‬

Artinya:
“Dari Abdullah bin Umar r.a, sesungguhnya Rosulullah SAW. Pernah bersabda: ‘ada tiga
macam orang yang Allah tidak akan menerima Sholatnya, yaitu orang yang memimpin suatu
kaum (masyarakat), sedangkan mereka benci terhadapnya, dan orang yang mendatangi shalat
dalam keadaan terlambat (orang yang mengerjakan salat setelah lewat waktunya) dan orang
yang memperbudak orang yang sudah dia merdekakan”.(Diriwayatkan oleh abu Dawud dan
Ibnu Majah)

,‫ ثالثة التجاوزصالتهم اذا نهم العب >د> االب>>ق ح>>تى يرج>>ع‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن أبى أمامة رضى هللا عنه قال‬
)‫ (رواه الترمذى‬.‫وزوجة باتت وزوجها عليها ساخط وامام قوم وهم له كارهون‬

Artinya:
“Dari Abu Umamah r.a, beliau berkata: Rosulullah saw. Bersabda: ‘Ada tiga macam orang
yang shalatnya tidak akan melampaui telinganya, yaitu: Hamba yang lari dari tuannya,
sehingga dia kembali, istri yang tidur, sedangkan suaminya marah kepadanya (karena tidak
melayaninya), dan pemimpin suatu kaum, sedangkan mereka (kaumnya) itu benci kepadanya”.
(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Dalam haditss-hadits tersebut dijelaskan nasib yang akan dialami oleh para pemimpin
yang tidak bertanggung jawab :
1.      Mereka tidak akan diterima shalatnya oleh Allah.
2.      Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium bau surga itu.
3.      Dalam hadits tersebut juga tersirat pengertian bahwa pemimpin yang tidak bertanggungjawab itu
diancam 2 kali lipat siksaan rakyat yang mereka pimpin. Sesuai firman Allah dalam surat Al-
Ahzab : 67-68 yang artinya :
“Mereka berkata:’Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan
kami, timpakan-lah kepada mereka siksaan dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan
yang besar”.

2.3. Batas Ketaatan Kepada Pemimpin


Sebagai umat islam kita wajib dan harus memtaati pemimpin karena ”barang siapa yang
taat kepada pemimpin berarti dia taat kepada Rosulullah” seperti yang terkandung dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :

‫ (رواه متف>>ق‬.‫من أطاعنى فقد أطاع هللا ومن عصانى فقد عصى هللا ومن يطع األمير فقد أطاعنى ومن يعص األمير فقد عصانى‬
)‫علي>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>ه‬
Artinya :
“Siapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah, dan siapa yang durhaka kepadaku,
maka berarti ia durhaka kepada Allah. Dan Siapa yang taat kepada amir (pemimpin), berarti ia
taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada Amir, berarti ia durhaka kepadaku”. (HR.
Muttafaq Alaih)
Akan tetapimkita harus bisa membedakan perintah yang baik atau yang mengarah kepada
kemaksiatan sebab mentaati pemimpin itu ada batasannya sesuai hadits berikut ini Sabda
Rosulullah SAW :

‫ م>>الم‬,‫ السمع والطاعة على المرإ المسلم فيم>>ا أحب وك>>ره‬: ‫ عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬,‫عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهما‬
)‫ (رواه البخ>>>>>>>>>ار و مس>>>>>>>>>لم‬.‫ ف>>>>>>>>>إ ذا أم>>>>>>>>>ر بمعص>>>>>>>>>ية فال س>>>>>>>>>مع والطاع>>>>>>>>>ة‬,‫ي>>>>>>>>>ؤمر بمعص>>>>>>>>>ية‬
Artinya:
“Abdullah bin Umar r.a berkata : Nabi SAW. bersabda : "Mendengar dan taat itu wajib bagi
seseorang dalam apa yang ia suka atau benci, selama ia tidak diperintah berbuat maksiat, maka
jika diperintah berbuat maksiat maka tidak wajib mendengar dan wajib taat". (HR. Buhkari dan
Muslim)
Berdasarkan hadits di atas Nabi Muhammad saw. berpesan agar setiap muslim hendaknya
mendengar dan mematuhi keputusan, kebijakan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan
oleh para pemimpin, baik itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan bagi dirinya. Selama
peraturan tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rosul-Nya.
Sebab kunci dari keberhasilan suatu negara atau organisasi diantaranya terletak pada
ketaatan para warga atau pengikutnya dan pemimpinnya kepada Allah.
Dan apabila kaum muslimin tidak mau mendengar dan tidak mau mematuhi serta tidak
memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di Negara atupun di
organisasi tempat ia tinggal, maka kehancuranlah yang akan terjadi dan sekaligus menjadi
bencana bagi umat islam.
Seyogyannya, bila pemimpin memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mentaati perintahnya.kepatuhan terhadap pemimpin
mempunyai batasan tertentu yakni selama memimpin dan mengarahkan kepada hal-hal yang
positif dan tidak menuju ke jalan kemaksiatan maka kita wajib mematuhi perintahnya, begitu
pula sebaliknya. Misalnya, pemimpinitu melarang wanita muslim mengenakan jilbab; pemimpin
yang menyuruh untuk melakukan perjudian dn masih banyak contoh yang lain.
Dan apabila kita melihat penyelewengan-penyelewengan pemimpin yang demikian,maka
kita harus mengambil sikap seperti sabda Rosulullah saw. berikut ini :

)‫ (رواه مس>>لم‬.‫من راى منكم منك>>را فليغ>>يره بي>>ده ف>>ان لم يس>>تطع فبلس>>ا ن>>ه ف>>ان لم يس>>تطع فبقلب>>ه وذل>>ك اض>>عف اإليم>>ان‬
Artinya :
“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya
(memperingatkannya) dengan tangan, jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya, jika
tidakmampu hendaklah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR.
Muslim No.70)
Kriteria-kriteria pemimpin yang wajib kita taati :
1.      Islam
2.      Mengikuti perintah-perintah Allah dsan Rosul-Nya
3.      Menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar
4.      Lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingan pribadi
5.      Tidak mendzalimi umat Islam
6.      Memberikan teladan dalam beribadah

Anda mungkin juga menyukai