Anda di halaman 1dari 53

Keutamaan Zikir

1. Apabila kamu melewati taman-taman surga makan dan minumlah sampai kenyang. Para
sahabat lalu bertanya, "Apa yang dimaksud taman-taman surga itu, ya Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Kelompok zikir (Kelompok orang yang berzikir atau majelis taklim)." (HR.
Tirmidzi dan Ahmad)

2. Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia


adalah penyakit (artinya penyakit akhlak). (HR. Al-Baihaqi)

3. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, kalau kamu selamanya bersikap seperti saat kamu
ada bersamaku dan mendengarkan zikir, pasti para malaikat akan bersalaman dengan kamu di
tempat tidurmu dan di jalan-jalan yang kamu lalui. Tetapi, wahai Handhalah (nama seorang
sahabat) kadangkala begini dan kadangkala begitu. (Beliau mengucapkan perkataan itu kepada
Handhalah hingga diulang-ulang tiga kali). (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

4. Rasulullah Saw menyebut-nyebut Allah setiap waktu (saat). (HR. Muslim)

5. Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup
dan orang mati. (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati,
bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya,
sesungguhnya Al Qur'an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air
menumbuhkan rerumputan. (HR. Ad-Dailami)

7. Dua kalimat ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan dan disukai oleh (Allah)

Arrohman, yaitu kalimat: "Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil 'Adzhim" (Maha


suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung). (HR. Bukhari)

8. Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan membangun untuknya rumah di
surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya

"Laailaha illallah". Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan

"Alhamdulillah", jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan "Astaghfirullah" dan jika

ditimpa musibah dia berkata "Inna lillahi wainna ilaihi roji'uun." (HR. Ad-Dailami)

9. Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi dalam derajatmu, paling
bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari menerima emas dan perak dan lebih baik bagimu
daripada berperang dengan musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong
lehermu? Para sahabat lalu menjawab, "Ya." Nabi Saw berkata,"Zikrullah." (HR. Ahmad dan
Ibnu Majah)
10. Menang pacuan "Almufarridun". Para sahabat bertanya, "Apa Almufarridun itu?" Nabi Saw
menjawab, "Laki-laki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah." (HR. Muslim)

Penjelasan:
Almufarid ialah orang yang gemar zikrullah dan selalu mengamalkannya dan tidak peduli apa
yang dikatakan atau diperbuat orang terhadapnya.

11. Seorang sahabat berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak
bagiku. Beritahu aku sesuatu yang dapat aku menjadikannya pegangan." Nabi Saw berkata,
"Biasakanlah lidahmu selalu bergerak menyebut-nyebut Allah (zikrullah)." (HR. Ahmad dan
Tirmidzi)

12. Sebaik-baik zikir dengan suara rendah dan sebaik-baik rezeki yang secukupnya. (HR. Abu
Ya'la)
Penjelasan:
Rezeki yang secukupnya artinya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan dan
tidak berlebih-lebihan.

13. Aku bertanya, "Ya Rasulullah, apa keuntungan dan keberuntungan yang diperoleh dari
majelis zikir (majelis taklim)?" Nabi Saw menjawab, "Keuntungan dan keberuntungan yang
diperoleh dari majelis zikir (majelis taklim) ialah surga." (HR. Ahmad)

14. Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada
zikrullah. (HR. Ahmad)
Bid'ah dan Kesesatan
1. Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari
ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)

2. Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah
jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-
tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus)
ke neraka. (HR. Muslim)

3. Dua golongan dari umatku yang tidak punya bagian dalam Islam adalah kaum Jabariyah dan
kaum Kadariyah. (HR. Ahmad)

4. Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid'ah sesudah aku
(Rasulullah Saw) tiada maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah
lontaran cerca dan kata tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak
makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah
mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat
kamu di akhirat. (HR. Ath-Thahawi)

5. Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut
memasukinya. Para sahabat lantas bertanya, "Siapa 'mereka' yang baginda maksudkan itu, ya
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani." (HR. Bukhari)

6. Tiga perkara yang aku takuti akan menimpa umatku setelah aku tiada: kesesatan sesudah
memperoleh pengetahuan, fitnah-fitnah yang menyesatkan, dan syahwat perut serta seks. (Ar-
Ridha)

7. Barangsiapa menipu umatku maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia.
Ditanyakan, "Ya Rasulullah, apakah pengertian tipuan umatmu itu?" Beliau menjawab,
"Mengada-adakan amalan bid'ah, lalu melibatkan orang-orang kepadanya." (HR. Daruquthin dari
Anas).
Maut dan Kematian
1. Kematian yang paling mulia ialah matinya para syuhada. (Asysyihaab)

2. Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat
daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya
sesudahnya. (HR. Ahmad)

3. Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah
akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)

Penjelasan:
Dia mati dengan mudah dan ringan pada saat sakaratul maut.

4. Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah. (HR.
Muslim)

5. Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila
harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata, "Ya Allah, tetap hidupkan aku selama
kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku." (HR. Bukhari)

6. Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)

7. Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka.
(HR. Ahmad)

Penjelasan:
Artinya, seorang mukmin sudah mempunyai bekal dan persiapan dalam menghadapi maut setiap
saat, sedangkan orang durhaka tidak.

8. Tuntunlah orang yang menjelang wafat dengan ucapan Laailaaha illallah (maksudnya, agar dia
mau meniru mengucapkannya). (HR. Muslim)

9. Tidak dibolehkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung
atas suatu kematian lebih dari tiga malam, kecuali terhadap kematian suaminya, maka masa
berkabungnya empat bulan dan sepuluh hari. (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan:
Kematian ayah, ibu, saudara dan yang lain selain suaminya, masa berkabungnya tidak boleh
melebihi tiga hari.

10. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, jenazah orang kafir berlalu di hadapan kami,
apakah kami perlu berdiri?" Nabi Saw segera menjawab, "Ya, berdirilah. Sesungguhnya kamu
berdiri bukanlah untuk menghormati mayitnya, tetapi menghormati yang merenggut nyawa-
nyawa." (HR. Ahmad)

11. Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan
amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah
keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan
Muslim)

12. Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia
menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya
baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah 'Azza wajalla
menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah
orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk
mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)

13. Allah mencatat ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh hewan maka
bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelihnya sembelihlah dengan baik.
Asahlah tajam pisau potong dan ringankan hewan potongnya. (HR. Muslim)

14. Janganlah kamu mengagumi amal seorang sehingga kamu dapat menyaksikan hasil akhir
kerjanya (amalnya). (HR. Aththusi dan Ath-Thabrani)

15. Apabila seorang muslim wafat dan jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak
bersyirik kepada Allah maka Allah mengijinkan syafaat (pertolongan) oleh mereka baginya (si
mayit). (HR. Abu Dawud)

16. Percepatlah menghantar jenazah ke kuburnya. Bila dia seorang yang shaleh maka
kebaikanlah yang kamu hantarkan kepadanya dan bila kebalikannya, maka sesuatu keburukan
yang kamu tanggalkan dari beban lehermu. (HR. Bukhari)

17. Seorang mayit dapat disiksa (kubur) disebabkan tangisan keluarganya. (Mashabih Assunnah)

Penjelasan:
Hal tersebut terjadi bila keluarganya menangisi mayit dengan berlebih-lebihan dan berteriak-
teriak. Menangisi dengan wajar dari anggota keluarga yang ditinggalkan wafat sebenarnya
dibolehkan dalam agama. Lalu kenapa si mayit yang harus menanggung akibatnya? Ini
disebabkan karena sebelum wafatnya dia tidak pernah mengajarkan hal demikian.

18. Barangsiapa wafat pada hari Jum'at atau pada malam Jum'at maka dia terpelihara dari fitnah
(siksa) kubur. (Abu Ya'la)

19. Janganlah mengingat-ingat orang-orangmu yang telah wafat, kecuali dengan menyebut-
nyebut kebaikan mereka. (An-Nasaa'i)

20. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna
bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu
akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur
akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak
mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)
Ibadah
1. Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling
bertakwa. (HR. Ath-Thabrani)

2. Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu. Jangan membiasakan ibadah lalu


meninggalkannya. (HR. Ad-Dailami)

Penjelasan:
Yang dimaksud ialah ibadah selain yang fardhu.

3. Amal (kebaikan) yang disukai Allah ialah yang langgeng meskipun sedikit. (HR. Bukhari)

4. Sebaik-baik ibadah ialah yang dirahasiakan (tidak dipamerkan). (HR. Asysyihaab)

5. Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk
beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan
kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku
tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

6. Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah. (HR. Muslim)


Keutamaan Do'a
1. Do'a adalah otaknya (sumsum / inti nya) ibadah. (HR. Tirmidzi)

2. Do'a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.
(HR. Abu Ya'la)

3. Akan muncul dalam umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam berthaharah
dan berdoa. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Penjelasan:
Yakni berdoa atau mohon kepada Allah untuk hal-hal yang tidak mungkin dikabulkan karena
berlebih-lebihan atau untuk sesuatu yang tidak halal (haram).

4. Do'a seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah. (HR. Ahmad)

5. Jangan mendo'akan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu


(karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala
permohonan dan terkabul pula do'amu. (Ibnu Khuzaimah)

6. Rasulullah Saw ditanya, "Pada waktu apa do'a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?" Lalu
Rasulullah Saw menjawab, "Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum
salam)." (Mashabih Assunnah)

7. Do'a yang diucapkan antara azan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah). (HR. Ahmad)

8. Bermohonlah kepada Robbmu di saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah berfirman
(hadits Qudsi): "Barangsiapa berdo'a (memohon) kepada-Ku di waktu dia senang (bahagia) maka
Aku akan mengabulkan do'anya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon maka
Aku kabulkan dan barangsiapa rendah diri kepada-Ku maka aku angkat derajatnya, dan
barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri maka Aku merahmatinya dan barangsiapa
mohon pengampunanKu maka Aku ampuni dosa-dosanya." (Ar-Rabii')

9. Ada tiga orang yang tidak ditolak do'a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka;
(2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan do'a orang yang dizalimi (teraniaya). Do'a mereka
diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, "Demi
keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera." (HR.
Tirmidzi)

10. Barangsiapa tidak (pernah) berdo'a kepada Allah maka Allah murka kepadanya. (HR.
Ahmad)

11. Apabila kamu berdo'a janganlah berkata, "Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau
menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau
menghendaki." Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala
apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang
lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh
keyakinan bahwa do'amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do'a orang yang hatinya
lalai dan lengah. (HR. Ahmad)

13. Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah 'Azza wajalla turun ke langit bumi dan
berfirman : "Adakah orang yang berdo'a kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang
beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa- dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki
kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang
dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?" Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu
fajar (subuh). (HR. Ahmad)

14. Tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada do'a. (HR. Ahmad)

15. Tiga macam do'a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua
orang tua, dan do'a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (HR.
Ahmad dan Abu Dawud)

16. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hambaNya
yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.
(HR. Al Hakim)

17. Tiada seorang berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a, kecuali dikabulkanNya, dan dia
memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan
(ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana)
yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)

18. Barangsiapa mendo'akan keburukan terhadap orang yang menzaliminya maka dia telah
memperoleh kemenangan. (HR. Tirmidzi dan Asysyihaab)

19. Ambillah kesempatan berdo'a ketika hati sedang lemah-lembut karena itu adalah rahmat.
(HR.Ad-Dailami)

20. Ali Ra berkata, "Rasulullah Saw lewat ketika aku sedang mengucapkan do'a : "Ya Allah,
rahmatilah aku". Lalu beliau menepuk pundakku seraya berkata, "Berdoalah juga untuk umum
(kaum muslimin) dan jangan khusus untuk pribadi. Sesungguhnya perbedaan antara doa untuk
umum dan khusus adalah seperti bedanya langit dan bumi." (HR. Ad-Dailami)

21. Berlindunglah kepada Allah dari kesengsaraan (akibat) bencana dan dari kesengsaraan hidup
yang bersinambungan (silih berganti dan terus-menerus) dan suratan takdir yang buruk dan dari
cemoohan lawan-lawan. (HR. Muslim)
22. Tidak ada manfaatnya bersikap siaga dan berhati-hati menghadapi takdir, akan tetapi do'a
bermanfaat bagi apa yang diturunkan dan bagi apa yang tidak diturunkan. Oleh karena itu
hendaklah kamu berdoa, wahai hamba-hamba Allah. (HR. Ath-Thabrani)

23. Barangsiapa ingin agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia
menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)
Perintah Takut Kepada Allah
1. Barangsiapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya.
Barangsiapa tidak takut kepada Allah, maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu.
(HR. Al-Baihaqi)

2. Dua mata yang diharamkan dari api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada
Allah, dan mata yang menjaga serta mengawasi Islam dan umatnya dari (gangguan) kaum kafir.
(HR. Bukhari)

3. Puncak kebijaksanaan ialah takut kepada Allah. Sebaik-baik yang tertanam dalam hati adalah
keyakinan. Keragu-raguan (dalam beriman) termasuk kekufuran. Kepemudaan termasuk
kelompok kegilaan (radikal). Orang bahagia adalah yang dapat mengambil pelajaran dari
(peristiwa) orang lain, dan orang yang sengsara ialah yang sengsara sejak dalam kandungan
ibunya. Tiap perkara yang akan datang adalah dekat. (HR. Al-Baihaqi)
Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu
Agama
1. Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu
agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari)

2. Para ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki (bidang)
dunia. Mendengar sabda tersebut, para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa arti memasuki
(bidang) dunia?" Beliau menjawab, "Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan
seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agamamu. (HR. Ath-Thabrani)

3. Rasulullah Saw bersabda : "Ya Allah, rahmatilah khalifah-khalifahku." Para sahabat lalu
bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah khalifah-khalifahmu?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang
datang sesudahku mengulang-ulang pelajaran hadits-hadits dan sunahku dan mengajarkannya
kepada orang-orang sesudahku." (HR. Ar-Ridha)
SERUAN DAN PERINGATAN ALLAH TA'ALA

1. Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah 'Azza wajalla berfirman, "Anak Adam mendustakan
Aku padahal tidak seharusnya dia berbuat demikian. Dia mencaci Aku padahal tidak seharusnya
demikian. Adapun mendustakan Aku adalah dengan ucapannya bahwa "Allah tidak akan
menghidupkan aku kembali sebagaimana menciptakan aku pada permulaan". Ketahuilah bahwa
tiada ciptaan (makhluk) pertama lebih mudah bagiku daripada mengulangi ciptaan. Adapun caci-
makinya terhadap Aku ialah dengan berkata, "Allah mempunyai anak". Padahal Aku Maha Esa
yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu. Aku tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan
tidak ada seorangpun setara dengan Aku." (HR. Bukhari)

2. Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, kamu tidak
adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenciKu
dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan kuturunkan kepadamu dan kejahatan-kejahatanmu
naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan
malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar
perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat
membencinya." (Ar-Rafii dan Ar-Rabii').

3. Anak Adam mengganggu Aku, mencaci-maki jaman (masa), dan Akulah jaman. Aku yang
menggilirkan malam dan siang. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Allah Ta'ala berfirman (dalam hadits Qudsi) : "Kebesaran (kesombongan atau kecongkakan)
pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah satu (dari keduanya)
Aku lempar dia ke neraka (jahanam)." (HR. Abu Dawud)

5. Berbaik sangka terhadap Allah termasuk ibadah yang baik. (HR. Abu Dawud)

6. Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa
memperhitungkannya dia masuk surga. (Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak
nama-nama itu). ( HR. Bukhari)

7. Allah 'Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, Aku menyuruhmu tetapi kamu
berpaling, dan Aku melarangmu tetapi kamu tidak mengindahkan, dan Aku menutup-nutupi
(kesalahan-kesalahan)mu tetapi kamu tambah berani, dan Aku membiarkanmu dan kamu tidak
mempedulikan Aku. Wahai orang yang esok hari bila diseru oleh manusia akan menyambutnya,
dan bila diseru oleh Yang Maha Besar (Allah) dia berpaling dan mengesampingkan, ketahuilah,
apabila kamu minta Aku memberimu, jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila
kamu sakit Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu
mendatangiKu Aku menerimamu, dan bila kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa)mu, dan Aku
Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih." (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
Muhammad Rasulullah Saw

1. Rasulullah Saw bersabda: "Aku kesayangan Allah (dan tidak congkak). Aku membawa panji
"PUJIAN" pada hari kiamat, di bawahnya Adam dan yang sesudahnya (dan tidak congkak). Aku
yang pertama pemberi syafa'at dan yang diterima syafaatnya pada hari kiamat (dan tidak
congkak). Aku yang pertama menggerakkan pintu surga dan Allah membukanya untukku dan
aku dimasukkanNya bersama-sama orang-orang beriman yang fakir (dan tidak congkak). Dan
Aku lah paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Allah (dan tidak congkak)."
(HR. Tirmidzi)

2. Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw, maka dia menjawab, "Akhlaknya
adalah Al Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Muslim)

3. Aku penutup para nabi. Tidak ada nabi lagi sesudah aku. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

4. Aku diberi (oleh Allah) hikmah-hikmah yang banyak dalam ucapan-ucapan yang sedikit.
(Maksudnya, ucapan-ucapan beliau singkat tetapi mengandung makna yang luas dan dalam).
(HR. Ahmad)

5. Kepada Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau
menjawab: "Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus
sebagai (pembawa) rahmat." (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Anas Ra, pembantu rumah tangga Nabi Saw berkata, "Aku membantu rumah tangga Nabi Saw
sepuluh tahun lamanya, dan belum pernah beliau mengeluh "Ah" terhadapku dan belum pernah
beliau menegur, "kenapa kamu lakukan ini atau kenapa tidak kau lakukan ini." (HR. Ahmad)

7. Rasulullah Saw melakukan shalat malam sehingga kedua kakinya bengkak. Beliau juga tidak
senang bila ada orang berjalan di belakangnya. (Artinya, tidak sejajar dan berjalan di
belakangnya dengan maksud untuk menghormati beliau.) (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Anas Ra berkata, "Rasulullah Saw adalah orang yang paling baik, paling dermawan (murah
tangan), dan paling berani". (HR. Ahmad)

9. Tiada seorang beriman hingga aku lebih dicintai dari ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia.
(HR. Bukhari)

10. Aku Muhammad dan Ahmad (terpuji), yang dihormati, yang menghimpun manusia, nabi
(penyeru) taubat, dan nabi (penyebar) rahmat. (HR. Muslim)
Islam - Iman - Ihsan

1. Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw.
Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak
tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung
duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari
kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, "Ya
Muhammad, beritahu aku tentang Islam." Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Islam ialah
bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu." Kemudian dia
bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang iman." Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada
Qodar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan."
Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak
melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang
Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah
menjawab, "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal,
setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun
gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu
Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya
tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw
lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)

2. Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi)

3. Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun
kamu berada. (HR. Ath Thobari)

4. Sufyan bin Abdullah berkata,"Ya Rasulullah, terangkan kepadaku tentang Islam. Aku tidak
akan bertanya lagi kepada orang lain." Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Ikrarkanlah (katakan):
Aku beriman kepada Allah, kemudian berlakulah jujur (istiqomah)." (HR. Muslim)

5. Peliharalah (perintah dan larangan) Allah, niscaya kamu akan selalu merasakan kehadiran-
Nya. Kenalilah Allah waktu kamu senang, niscaya Allah akan mengenalimu waktu kamu dalam
kesulitan. Ketahuilah, apa yang luput dari kamu adalah sesuatu yang pasti tidak mengenaimu dan
apa yang akan mengenaimu pasti tidak akan meleset dari kamu. Kemenangan (keberhasilan)
hanya dapat dicapai dengan kesabaran. Kelonggaran bersamaan dengan kesusahan dan
datangnya kesulitan bersamaan dengan kemudahan. (HR. Tirmidzi)

6. Sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh) dan akan datang kembali
asing. Namun berbahagialah orang-orang asing itu. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah
Saw, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud orang asing (aneh) itu?" Lalu Rasulullah menjawab,
"Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan." (HR.
Muslim)
7. Umat terdahulu selamat (jaya) karena teguhnya keyakinan dan zuhud. Dan umat terakhir kelak
akan binasa karena kekikiran (harta dan jiwa) dan cita-cita kosong." (Ibnu Abi Ad-Dunia)

8. Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan "Laailaaha
illallah" karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu
perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang
terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau
keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)

9. Pokok segala urusan ialah Al Islam dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya (atapnya)
adalah berjihad. (HR. Tirmidzi)

10. Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga
lurus lidahnya. (HR. Ahmad)
Keistimewaan Muslimin dan Mukminin

1. Tidak ada orang yang lebih mulia di sisi Allah dari seorang mukmin. (HR. Ath-Thabrani)

2. Umatku (umat Muhammad) ibarat air hujan, tidak diketahui mana yang lebih baik awalnya
atau akhirnya. (Mashabih Assunnah)

3. Sesungguhnya di kalangan hamba-hamba Allah ada orang yang apabila memohonkan sesuatu
maka Allah akan menerimanya (mengabulkannya). (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Waspadalah terhadap firasat seorang mukmin. Sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah."
(HR. Tirmidzi dan Ath-Thabrani)

5. Sebaik-baik umatku adalah apabila pergi (musafir) dia berbuka puasa dan shalat Qashar, dan
jika berbuat kebaikan merasa gembira, tetapi apabila melakukan keburukan dia beristighfar. Dan
seburuk-buruk umatku adalah yang dilahirkan dalam kenikmatan dan dibesarkan dengannya,
makanannya sebaik-baik makanan, dia mengenakan pakaian mewah-mewah dan bila berkata
tidak benar (tidak jujur). (HR. Ath-Thabrani)

6. Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan menyedihkan (bersedih dengan)


keburukannya maka dia adalah seorang mukmin. (HR. Al Hakim)
7. Akan ada suatu umat dari umatku yang masih tetap melaksanakan perintah Allah, maka tidak
akan membahayakan mereka orang-orang yang mengecewakan dan menentangnya dan sampai
tiba ketentuan Allah mereka tetap dalam penderitaan tersebut. (HR. Al Hakim)
8. Orang yang shaleh selalu mendapat tekanan-tekanan. (HR. Al Hakim)

9. Allah Azza wajalla mewajibkan tujuh hak kepada seorang mukmin terhadap mukmin lainnya,
yaitu: (1) melihat saudara seimannya dengan rasa hormat dalam pandangan matanya; (2)
mencintainya di dalam hatinya; (3) menyantuninya dengan hartanya; (4) tidak menggunjingnya
atau mendengar penggunjingan terhadap kawannya; (5) menjenguknya bila sakit; (6) melayat
jenazahnya; (7) dan tidak menyebut kecuali kebaikannya sesudah ia wafat. (HR. Ibnu Baabawih)
10. Sebaik-baik kamu ialah yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan
seburuk-buruk kamu ialah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.
(HR. Tirmidzi dan Abu Ya'la)
11. Mencaci-maki seorang mukmin adalah suatu kejahatan, dan memeranginya adalah suatu
kekufuran. (HR. Muslim)

12. Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan
bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala
dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya. (HR.
Ahmad dan Abu Dawud)
13. Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin
yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan
mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu
musibah janganlah berkata, "Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan
begitu", tetapi katakanlah, "Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-
Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi
(masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)
14. Seorang muslim ialah yang menyelamatkan kaum muslimin (lainnya) dari (kejahatan) lidah
dan tangannya. Seorang mukmin ialah yang dipercaya oleh kaum beriman terhadap jiwa dan
harta mereka, dan seorang muhajir ialah yang berhijrah meninggalkan dan menjauhi keburukan
(kejahatan). (HR. Ahmad)
15. Seorang mukmin tidak akan digigit dua kali dari lobang yang satu (sama). (Mutafaq'alaih)
16. Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti saudaranya yang muslim. (HR. Abu
Dawud)
17. Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang
ucapannya kotor. (HR. Bukhari)
Hari Kiamat dan Hisab

1. Seorang Arab Badui bertanya, "Kapankah tibanya kiamat?" Nabi Saw lalu menjawab,
"Apabila amanah diabaikan maka tunggulah kiamat." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana
hilangnya amanat itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Apabila perkara (urusan)
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat." (HR. Bukhari)

2. Mendekati kiamat akan terjadi fitnah-fitnah seolah-olah kepingan-kepingan malam yang


gelap-gulita. Seorang yang pagi hari beriman maka pada sore harinya menjadi kafir, dan orang
yang pada sore harinya beriman maka pada pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya
dengan (imbalan) harta-benda dunia. (HR. Abu Dawud)

3. Belum terjadi kiamat sehingga orang-orang dari umatku kembali menyembah berhala-berhala
selain Allah. (HR. Abu Dawud)

4. Belum terjadi kiamat sebelum seorang yang melewati kuburan berkata, "Alangkah baiknya
sekiranya aku di tempat orang ini." (Maksudnya, dia ingin mati dan tidak ingin hidup karena
beban berat yang selalu dihadapinya). (HR Bukhari)

5. Belum akan terjadi kiamat sehingga anak selalu menjengkelkan kedua orang tuanya, banjir di
musim kemarau, kaum penjahat melimpah, orang-orang terhormat (mulia) menjadi langka, anak-
anak muda berani menentang orang tua serta orang jahat dan hina berani melawan yang
terhormat dan mulia. (HR. Asysyihaab).

6. Belum akan kiamat sehingga tidak ada lagi di muka bumi orang yang menyebut : "Allah,
Allah." (HR. Muslim)

7. Belum akan datang kiamat sehingga seorang membunuh tetangganya, saudaranya dan
ayahnya. (HR. Bukhari)

8. Belum akan datang kiamat sehingga manusia berlomba-lomba membangun dan memperindah
masjid-masjid. (HR. Abu Dawud)

9. Di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu terangkat, kebodohan menjadi dominan, arak menjadi
minuman biasa, zina dilakukan terang-terangan, wanita berlipat banyak, dan laki-laki berkurang
sehingga lima puluh orang wanita berbanding seorang pria. (HR. Bukhari)

10. Belum akan datang kiamat sehingga manusia berlomba-lomba dengan bangunan-bangunan
yang megah. (HR. Bukhari)

11. Belum akan tiba kiamat sehingga merajalela 'Alharju'. Para sahabat lalu bertanya, "Apa itu
'Alharju', ya Rasulullah?" Lalu beliau menjawab,"Pembunuhan... pembunuhan..." (HR. Ahmad)

12. Belum akan tiba kiamat melainkan matahari akan terbit dari Barat. Jika terbit dari Barat
maka seluruh umat manusia akan beriman. Pada saat itu tidak bermanfaat lagi iman seseorang
kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan
dalam masa imannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Belum akan tiba kiamat sehingga harta banyak dan melimpah, dan orang ke luar membawa
zakat hartanya tetapi tidak ada yang mau menerimanya, dan negeri-negeri Arab kembali menjadi
rerumputan hijau dengan sungai-sungai mengalir. (HR. Muslim)

14. Tibanya kiamat atas makhluk-makhluk yang jahat. (HR. Muslim)

Penjelasan:
Artinya : Saat kiamat tiba, tidak ada lagi orang yang beriman. Jadi yang ditimpa azab kiamat
ialah orang-orang yang jahat.

15. Saat akan tiba kiamat, jaman saling mendekat. Satu tahun seperti sebulan, sebulan seperti
seminggu, seminggu seperti sehari, sehari seperti satu jam dan satu jam seperti menyalakan kayu
dengan api. (HR. Tirmidzi)

Penjelasan:
Jika kiamat tiba maka rotasi bumi makin cepat. Kalau rotasi sekarang 1000 mil per jam, maka
dapat diperkirakan pada hari kiamat tujuh kali atau dua belas kali bahkan lebih.

16. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Tiada tiba kiamat melainkan telah
merata dan merajalela dengan terang-terangan segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan
hubungan kekeluargaan, beretika (berakhlak) buruk dengan tetangga, orang yang jujur (amanat)
dituduh berkhianat, dan orang yang khianat diberi amanat (dipercaya). (HR. Al Hakim)

17. Belum akan tiba kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan orang-orang Yahudi.
Kaum muslimin membunuh mereka dan mereka bersembunyi di balik batu dan pohon-pohonan.
Lalu batu dan pohon-pohon berkata, "Wahai kaum muslimin, wahai hamba Allah, ini orang
Yahudi di belakang saya. Mari bunuhlah dia." Kecuali pohon "Gharqad" yang tumbuh di Baitil
Maqdis. Itu adalah pohon orang-orang Yahudi. (HR. Ahmad)

18. Orang-orang ahli (Laailaaha illallah) tidak akan mengalami kesepian tatkala wafat, saat di
kuburan dan ketika dibangkitkan. Seolah-olah aku melihat mereka ketika dibangkitkan (pada
tiupan sangkakala yang kedua). Mereka sedang menyingkirkan tanah (pasir) dari kepala mereka
seraya berkata, "Alhamdulillah, yang telah menghilangkan duka-cita dari kami." (HR. Abu
Ya'la)

19. Kamu akan dibangkitkan pada hari kiamat tanpa sandal, telanjang bulat dan tidak dikhitan.
Aisyah bertanya, "Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan saling melihat (aurat) yang lain?"
Nabi Saw menjawab, "Pada saat itu segala urusan sangat dahsyat sehingga orang tidak
memperhatikan (mengindahkan) hal itu." (Mutafaq'alaih)

20. Didatangkan kebaikan-kebaikan (pahala) dan kejahatan-kejahatan (dosa) seorang hamba, lalu
saling mengikis dan bila masih tersisa kebaikan (pahala) itu Allah akan melapangkannya untuk
masuk surga. (HR. Bukhari)
21. Seorang anak Adam sebelum menggerakkan kakinya pada hari kiamat akan ditanya tentang
lima perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya; (2) Tentang masa mudanya, apa
yang telah dilakukannya; (3) Tentang hartanya, dari sumber mana dia peroleh dan (4) dalam hal
apa dia membelanjakannya; (5) dan tentang ilmunya, mana yang dia amalkan. (HR. Ahmad)

22. Amal seseorang tidak dapat menyelamatkannya. Seorang sahabat lantas bertanya tentang
sabda tersebut, "Termasuk engkau juga, ya Rasulullah?" Rasulullah lalu menjawab, "Ya, aku
juga, kecuali dikarunia Allah dengan rahmat-Nya. Walaupun demikian kamu harus berbuat yang
benar (baik)." (HR. Bukhari dan Muslim)

23. Yang pertama diadili antara manusia pada hari kiamat ialah kasus pembunuhan. (HR.
Muslim)
Surga dan Neraka

1. Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan neraka dikelilingi oleh syahwat. (HR.
Bukhari)

2. Aku menjenguk ke surga, aku dapati kebanyakan penghuninya orang-orang fakir-miskin dan
aku menjenguk ke neraka, aku dapati kebanyakan penghuninya kaum wanita. (HR. Ahmad)

3. Tiada sesuatu yang disesali oleh penghuni surga kecuali satu jam yang mereka lewatkan (di
dunia) tanpa mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah Azza wajalla. (HR. Ad-Dailami)

4.Tidak ada di surga sesuatu yang sama seperti yang ada di dunia kecuali nama-nama orang.
(Ath-Thabrani)

5. Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah Swt berfirman: "Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-
Ku yang shaleh apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum
pernah terlintas dalam benak manusia. Oleh karena itu bacalah kalau kamu suka ayat: 'Seorang
pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat)
yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.'
(As-Sajdah: 17)." (Mutafaq'alaih)

6. Penghuni neraka ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan
dengan sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir.
Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan. (HR. Al Hakim dan
Ahmad)

7. Azab yang paling ringan di neraka pada hari kiamat ialah dua butir bara api di kedua telapak
kakinya yang dapat merebus otak. (HR. Tirmidzi)

8. Api anak Adam yang biasa dipakai untuk memasak adalah bagian dari tujuh puluh bagian api
neraka. (Artinya, panas di neraka 70 kali lipat panas api di dunia). (HR. Bukhari)

9. Nabi Saw masuk surga, orang yang mati syahid, anak yang belum dewasa (baligh) dan anak
perempuan kecil yang dikubur hidup-hidup masuk surga juga. (HR. Abu Dawud)
SUNNAH-SUNNAH YANG UTAMA

1. Orang yang berpegangan kepada sunahku pada saat umatku dilanda kerusakan maka
pahalanya seperti seorang syahid. (HR. Ath-Thabrani)

2. Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah,
dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah.
Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan "Laa haula walaa
quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)" (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')

3. Orang yang cerdik ialah orang yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal
sesudah wafat. Orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan
muluk terhadap Allah. (HR. Abu Dawud)

4. Angin adalah dari kebaikan Allah yang membawa rahmat dan azab, maka janganlah kamu
mencaci-makinya. Mohonlah kepada Allah limpahan kebaikannya dan berlindunglah kepada
Allah dari keburukannya. (HR. Bukhari)

5. Rasulullah Saw melarang bernazar dengan sabdanya : "Sesungguhnya itu (nazar) tidak dapat
menolak sedikitpun dari takdir dan hanya penarikan uang dari orang bakhil." (HR. Bukhari)

Penjelasan:
Orang bakhil tidak bisa ditarik uangnya dengan rela hati, tetapi dimungkinkan melalui nazar.

6. Anas Ra berkata,"Kami bertanya kepada Rasulullah Saw, "Bila berjumpa sahabat (saudara
seiman) apakah kita saling membungkuk?" Nabi Saw menjawab, "Tidak usah." Kami bertanya
lagi, "Apakah berpelukan satu sama lain?" Nabi menjawab, "Tidak, tetapi cukup dengan saling
bersalaman." (HR. Ibnu Majah)

7. Rasulullah Saw melarang kami mengenakan pakaian dari sutera, memakai cincin emas dan
minum dengan tempat yang biasa dipakai untuk minum arak (seperti kendi). (HR. An-Nasaa'i)

Keterangan:
Khusus untuk kaum wanita (muslimah) diperkenankan untuk menggunakan perhiasan dari emas
dan perak, serta memakai pakaian sutera dan pakaian yang dibordir dengan sutera (yang terdapat
suteranya), namun hal tersebut diharamkan untuk kaum pria (muslimin). Khusus untuk kaum
pria yang mempunyai penyakit gatal-gatal (penyakit exim) yang umumnya sering menggaruk-
garuk pada kulit yang gatal tersebut, maka menggunakan pakaian sutera diperbolehkan untuk
mereka. Hal tersebut pernah dialami oleh Zubair dan Abdurrahman bin 'Auf, dan Rasulullah pun
mengizinkannya.

8. Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahannya (yang adil atau tidak berlebih-lebihan). (HR.
Al-Baihaqi)
9. Allah tidak menyukai pria yang bersuara keras (tinggi), tetapi Allah suka kepada yang
bersuara lembut. (HR. Al-Baihaqi)

10. Sesungguhnya Allah Ta'ala indah dan suka kepada keindahan. Allah suka melihat tanda-
tanda kenikmatannya pada diri hambaNya, membenci kemelaratan dan yang berlagak melarat.
(HR. Muslim)

11. Bersenda-guraulah dan bermain-mainlah. Sesungguhnya aku tidak suka kalau terjadi
kekerasan dalam agamamu. (HR. Al-Baihaqi)

Penjelasan:
Yang dimaksud, agar dalam beragama kita bersikap luwes dan tidak kaku.

12. Laksanakan urusan-urusanmu dengan dirahasiakan. Sesungguhnya banyak orang menaruh


dengki kepada orang yang memperoleh kenikmatan. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

13. "Hiburlah hatimu pada saat-saat tertentu." (maksudnya, adalah hiburan yang tidak melanggar
norma agama dan akhlak). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

14. Tidak kecewa orang yang istikharah (memohon pilihan yang lebih baik dari Allah), tidak
menyesal orang yang bermusyawarah dan tidak akan melarat orang yang hidup hemat. (Ath-
Thabrani).

15. Orang yang paling dekat dengan Allah ialah yang memulai memberi salam. (Abu Dawud)

16. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Kamu tidak dapat masuk surga kecuali harus
beriman dan tidak beriman kecuali harus saling menyayangi. Maukah aku tunjukkan sesuatu bila
kamu lakukan niscaya kamu saling berkasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu. (HR.
Muslim)

17. Janganlah kamu berbaring dan meletakkan kaki yang satu di atas yang satu lagi. (HR.
Muslim)

18. Rasulullah Saw bila menerima berita yang menggembirakan, beliau sujud syukur kepada
Allah 'Azza wajalla. (HR. Al Hakim)

19. Demi Allah, aku ini orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya.
Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita- wanita.
Barangsiapa mengabaikan sunnahku maka dia bukan dari golonganku. (Mutafaq'alaih)

20. Jangan membiarkan api tetap menyala di rumahmu selama kamu tidur. (HR. Bukhari)

21. Sesungguhnya Assalaam nama dari nama-nama Allah Ta'ala diletakkan di bumi, maka
sebarkanlan ucapan "Assalaam" di antara kamu. (HR. Bukhari)

22. Rasulullah Saw melarang orang makan atau minum sambil berdiri. (HR. Muslim)
23. Sesungguhnya Allah Tunggal (Esa) dan suka kepada yang ganjil (bilangan yang tidak
genap). (HR. Tirmidzi).

24. Pakaian untukmu yang terbaik ialah yang berwarna putih, maka pakailah dan juga untuk
mengkafani mayit-mayitmu. (Ath-Thahawi)

25. Rasulullah Saw apabila bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau dengan bajunya
dan mengecilkan (merendahkan) suaranya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

26. Sesungguhnya Allah pemalu dan suka merahasiakan. jika kamu akan mandi hendaklah
menutupinya (bertabir) dengan sesuatu. (Abu Dawud)

27. Rasulullah Saw menyukai mendahulukan yang kanan dalam segala hal, meskipun waktu
berjalan dan ketika memakai sandal. (HR. Ibnu Hibban)

28. Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam amalan untuk akhirat. (HR. Abu
Dawud dan Al Hakim)

29. Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah 'Azza wajalla, agar mendengar, taat
dan patuh meskipun pemimpinmu seorang budak. Barangsiapa hidup panjang umur dari kamu
maka dia akan melihat banyak silang-sengketa. Berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah-
sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk dan hidayah (sesudahku). Gigitlah kuat-kuat
dengan gigi gerahammu. Waspadalah terhadap ciptaan persoalan-persoalan baru. Sesungguhnya
tiap bid'ah mengandung kesesatan. (HR. Tirmidzi)
KETINGGIAN AL-QUR'AN

1. Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan
dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah Saw. (HR. Muslim)

2. Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini (Al Qur'an) meninggikan derajat kaum-kaum dan
menjatuhkan derajat kaum yang lain. (HR. Muslim)

Penjelasan:
Maksudnya: Barangsiapa yang berpedoman dan mengamalkan isi Al Qur'an maka Allah akan
meninggikan derajatnya, tapi barangsiapa yang tidak beriman kepada Al Qur'an maka Allah akan
menghinakannya dan merendahkan derajatnya.

3. Apabila seorang ingin berdialog dengan Robbnya maka hendaklah dia membaca Al Qur'an.
(Ad-Dailami dan Al-Baihaqi)

4. Orang yang pandai membaca Al Qur'an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan
yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala. (HR. Bukhari dan
Muslim)

5. Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)

6. Orang yang dalam benaknya tidak ada sedikitpun dari Al Qur'an ibarat rumah yang bobrok.
(Mashabih Assunnah)

7. Barangsiapa mengulas Al Qur'an tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka.
(HR. Abu Dawud)

Penjelasan:
Maksud hadits ini adalah menterjemah, menafsirkan atau menguraikan Al Qur'an hanya dengan
akal pikirannya sendiri tanpa panduan dari hadits Rasulullah, panduan dari para sahabat dan
ulama yang shaleh, serta tanpa akal dan naqal yang benar.

8. Barangsiapa menguraikan Al Qur'an dengan akal pikirannya sendiri dan benar, maka
sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan. (HR. Ahmad)

9. Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu pahala dan satu pahala
diganjar sepuluh kali lipat. (HR. Tirmidzi)
LARANGAN MENCACI SAHABAT-SAHABAT RASULULLAH SAW

1. Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku. Kalau ada orang yang menafkahkan emas
sebesar gunung Uhud, tidak akan mencapai satu cupak (Satu cupak kurang lebih 1 Ons) atau
separonya dari yang telah mereka infakkan. (Mashabih Assunnah)

2. Sahabat-sahabatku ibarat bintang-bintang. Barangsiapa menelusuri salah satunya dia mendapat


petunjuk jalan. (Ad-daarami)
1. ANJURAN MENIKAH DAN LARANGAN MEMBUJANG

Firman Allah SWT :

‫يَاُّيَه ا الَّناُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَق ُك ْم مْن َّنْف ٍس َّو اِح َد ٍة َّو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َجَه ا َو َبَّث ِم ْنُه َم ا‬
.‫ ِاَّن اَهلل َك اَن َعَلْيُك ْم َر ِقيًبا‬،‫ َو اَّتُق وا اَهلل اَّلِذ ْي َتَس آَءُلْو َن ِبه َو ْاَالْر َح اَم‬،‫ِر َج اًال َك ِثْيًر ا َّو ِنَس اًء‬
1:‫النساء‬
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. [QS. An-Nisaa’ : 1]

‫ ِاَّن‬،‫َو ِم ْن ايِتِه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ّمْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًج ا ّلَتْس ُك ُنْو ا ِاَلْيَه ا َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّدًة َّو َر َمْحًة‬
21:‫ الروم‬. ‫ْيِف ذِلَك اليٍت ّلَق ْو ٍم َّيَتَف َّك ُر ْو َن‬

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [QS. Ar-Ruum : 21]

38:‫ الرعد‬.‫ُذّر َّيًة‬ ‫َو َلَقْد َاْر َس ْلَنا ُرُس ًال ّمْن َقْبِلَك َو َجَعْلَنا ُهَلْم َاْز َو اًج ا َّو‬
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami
memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. [QS. Ar-Ra’d : 38]

‫ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِا ِئ ِا‬ ‫ِلِح ِم ِع ِد‬ ‫ِم‬ ‫ِك‬


‫َو َاْن ُح وا ْاَالَيامى ْنُك ْم َو الّص َنْي ْن َبا ُك ْم َو َم ا ُك ْم ْن َّيُك ْو ُنْو ا ُفَق َر آَء ُيْغ ِه ُم اُهلل ْن‬
32:‫ النور‬.‫ َو اُهلل َو اِس ٌع َعِلْيٌم‬،‫َفْض ِله‬

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur : 32]
:‫ الفرقان‬.‫ِاَم اًم ا‬ ‫ِل ِق‬ ‫ِت‬ ‫ِج‬ ‫ِم‬ ‫ِذ‬
‫َو اَّل ْيَن َيُقْو ُلْو َن َر َّبَنا َه ْب َلَنا ْن َاْز َو ا َنا َو ُذّرَيا َنا ُقَّر َة َاْع ٍنُي َّو اْجَعْلَنا ْلُم َّت َنْي‬
74
Dan orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami,
dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertaqwa”. [QS. Al-Furqaan : 74]

Hadits Rasulullah SAW :

‫ َيا َم ْع َش َر الَّش َباِب َم ِن اْس َتَطاَع ِم ْنُك ُم ْالَباَءَة‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعِن اْبِن َم ْس ُعْو ٍد َقاَل‬
.‫ َو َمْن ْمَل َيْس َتِط ْع َفَعَلْيِه ِبالَّص ْو ِم َفِاَّنُه َلُه ِو َج اٌء‬. ‫ َفِاَّنُه َاَغُّض ِلْلَبَص ِر َو َاْحَص ُن ِلْلَف ْر ِج‬، ‫َفْلَيَتَز َّو ْج‬
‫اجلماعة‬
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai para pemuda, barangsiapa
diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu
lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa
yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi)
pengekang syahwat”. [HR. Jamaah]

‫ِذ‬ ‫ٍن‬ ‫ِهلل‬ ‫ِد‬


‫ َر َّد َرُسْو ُل ا ص َعَلى ُعْثَم اَن ْبِن َم ْظُعْو الَّتَبُّتَل َو َلْو َا َن َلُه‬: ‫َعْن َس ْع ْبِن َاىِب َو َّقاٍص َقاَل‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬.‫َالْخ َتَص ْيَنا‬

Dan Sa’ad bin Abu Waqqash ia berkata, “Rasulullah SAW pernah melarang ‘Utsman bin
Madh’un membujang dan kalau sekiranya Rasulullah mengijinkannya tentu kami berkebiri”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

‫ِع ِة‬ ‫ِت‬ ‫ِا‬ ‫ِل‬


‫ َج اَء َر ْه ٌط ىَل ُبُيْو َاْز َو اِج الَّنِّيِب ص َيْس َاُلْو َن َعْن َباَد الَّنِّيِب‬: ‫َعْن َاَنٍس ْبِن َم ا ٍك رض َقاَل‬
‫ِم‬ ‫ِم‬
‫ َو َاْيَن ْحَنُن َن الَّنِّيِب ص؟ َقْد َغَف َر اُهلل َم ا َتَق َّد َم ْن‬:‫ َفَلَّم ا ُاْخ ُرِبْو ا َك َاَّنُه ْم َتَق اُّلْو َه ا َفَق اُلْو ا‬.‫ص‬
‫ َو َقاَل آَخ ُر َاَنا َاُصْو ُم الَّد ْه َر َو َال‬.‫ َاَّم ا َاَنا َفِاىِّن ُاَص ِّلى الَّلْيَل َاَبًد ا‬: ‫ َقاَل َاَح ُد ُه ْم‬. ‫َذْنِبِه َو َم ا َتَأَّخ َر‬
‫ َفَق اَل‬. ‫ َفَج اَء َرُسْو ُل اِهلل ص ِاَلْيِه ْم‬.‫ َو َاَنا َاْعَتِز ُل الِّنَس اَء َفَال َاَتَز َّو ُج َاَبًد ا‬: ‫ َو َقاَل آَخ ُر‬.‫ُاْفِط ُر َاَبًد ا‬
‫َا‬ ‫ىِّن‬ ‫ لِك‬. ‫َا ُت ْالَق اَّلِذ ْلُت َك َذ ا َك َذ ا؟ َا ا اِهلل ِاىِّن َ َال َش اُك ِ ِهلل َا َق اُك َل‬
‫ُصْو ُم َو‬ ‫ْخ ْم َو ْت ْم ُه‬ ‫َم َو‬ ‫َو‬ ‫ْن ُم ُو ُم ْيَن ُق ْم‬
‫ البخارى و اللفظ له و‬. ‫ َفَم ْن َر ِغَب َعْن ُس َّنىِت َفَلْيَس ِم ىِّن‬.‫ُاْفِط ُر َو ُاَص ِّلى َو َاْر ُقُد َو َاَتَز َّو ُج الِّنَس اَء‬
‫مسلم و غريمها‬
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Ada sekelompok orang datang ke rumah istri-istri Nabi
SAW, mereka menanyakan tentang ibadah Nabi SAW. Setelah mereka diberitahu, lalu mereka
merasa bahwa amal mereka masih sedikit. Lalu mereka berkata, “Dimana kedudukan kita dari
Nabi SAW, sedangkan Allah telah mengampuni beliau dari dosa-dosa beliau yang terdahulu
dan yang kemudian”. Seseorang diantara mereka berkata, “Adapun saya, sesungguhnya saya
akan shalat malam terus”. Yang lain berkata, “Saya akan puasa terus-menerus”. Yang lain lagi
berkata, “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya”. Kemudian
Rasulullah SAW datang kepada mereka dan bersabda, “Apakah kalian yang tadi mengatakan
demikian dan demikian ?. Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling
takut kepada Allah diantara kalian, dan orang yang paling bertaqwa kepada Allah diantara
kalian. Sedangkan aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita.
Maka barangsiapa yang membenci sunnahku, bukanlah dari golonganku”. [HR. Bukhari, dan
lafadh ini baginya, Muslim dan lainnya]

‫ِب‬ ‫ِم‬
‫ ُاَص ِّلى َو‬: ‫ َو َقاَل َبْع ُضُه ْم‬. ‫ َال َاَتَز َّو ُج‬: ‫َعْن َاَنٍس َاَّن َنَف ًر ا ْن َاْص َح ا الَّنِّيِب ص َقاَل َبْع ُضُه ْم‬
‫ َم ا َباُل َاْقَو اٍم َقاُلْو ا َك َذ ا‬: ‫ َفَبَلَغ ذِلَك الَّنَّيِب ص َفَق اَل‬، ‫ َاُصْو ُم َو َال ُاْفِط ُر‬: ‫ َو َقاَل َبْع ُضُه ْم‬.‫َال َاَناُم‬
‫ىِت‬ ‫ِغ‬ ‫ِّل‬ ‫ِط‬ ‫ِك‬
‫ َفَم ْن َر َب َعْن ُس َّن َفَلْيَس‬،‫ ل ىّن َاُصْو ُم َو ُاْف ُر َو ُاَص ى َو َاَناُم َو َاَتَز َّو ُج الّنَس اَء‬.‫َو َك َذ ا‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬. ‫ِم ىّن‬

Dan dari Anas, bahwasanya ada sebagian shahabat Nabi SAW yang berkata, “Aku tidak akan
kawin”. Sebagian lagi berkata, “Aku akan shalat terus-menerus dan tidak akan tidur”. Dan
sebagian lagi berkata, “Aku akan berpuasa terus-menerus”. Kemudian hal itu sampai kepada
Nabi SAW, maka beliau bersabda, “Bagaimanakah keadaan kaum itu, mereka mengatakan
demikian dan demikian ?. Padahal aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan akupun
mengawini wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, bukanlah dari
golonganku”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

‫ َو َقَر َأ َقَتاَدُة { َو َلَقْد َاْر َس ْلَنا‬، ‫َعْن َقَتاَد َة َعِن ْاَحلَس ِن َعْن ُمَسَر َة َاَّن الَّنَّيِب ص َنَه ى َعِن الَّتَبُّتِل‬
‫} الرتمذى و ابن ماجه‬38:‫ الرعد‬.‫ُرُس ًال ّمْن َقْبِلَك َو َجَعْلَنا ُهَلْم َاْز َو اًج ا َّو ُذّر َّيًة‬

Dari Qatadah dari Hasan dari Samurah, bahwa sesungguhnya Nabi SAW melarang
membujang, dan Qatadah membaca ayat, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa
Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan”. (Ar-
Ra’d : 38). [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]

،‫ َمْن َر َز َقُه اُهلل اْم َر َأًة َص اَحِلًة َفَقْد َاَعاَنُه َعَلى َش ْطِر ِد ْيِنِه‬: ‫َعْن َاَنٍس رض َاَّن َرُسْو َل اِهلل ص َقاَل‬
‫ و قال احلاكم صحيح االسناد‬.‫ الطرباىن ىف االوسط و احلاكم‬.‫َفْلَيَّتِق اَهلل ىِف الَّش ْطِر ْالَباِقى‬

Dari Anas RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang Allah telah
memberi rezqi kepadanya berupa istri yang shalihah, berarti Allah telah menolongnya pada
separo agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah untuk separo sisanya”. [HR. Thabrani di
dalam Al-Ausath, dan Hakim. Hakim berkata, “Shahih sanadnya]

‫ا‬ ‫ِق‬ ، ‫ِن‬ ‫ ِاَذا َّو ْال ُد َق ِد ا َتْك ِن‬:‫ُل اِهلل ص‬


‫َّت‬
‫َف َي َهلل‬ ‫ْل‬ ‫ْي‬ ‫الِّد‬ ‫ْصَف‬ ‫َتَز َج َعْب َف ْس َم َل‬ ‫ َقاَل َرُسْو‬،‫و ىف رواية البيهقى‬
.‫ىِف الِّنْص ِف ْالَباِقى‬
Dan dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba
telah menikah, berarti dia telah menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah dia
bertaqwa kepada Allah pada separo sisanya”

2. Sifat wanita yang dianjurkan untuk dipinang

.‫ ُتْنَك ُح ْا ْر َأُةِ َالْر َبٍع ِلَم اَهِلا َو َحِلَس ِبَه ا َو َجِلَم اَهِلا َو ِلِد ْيِنَه ا‬: ‫َعْن َاىِب ُه َر ْيَر َة َعِن الَّنِّيِب ص َقاَل‬
‫َمل‬
‫ اجلماعة اال الرتمذى‬. ‫َفاْظَف ْر ِلَذ اِت الِّد ْيِن َتِر َبْت َيَد اَك‬
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat hal :
karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka
pilihlah wanita yang beragama, (jika tidak) maka celakalah kamu”. [HR. Jamaah kecuali
Tirmidzi]

‫ ِاَّن ْا َاَة ْنَك َلى ِد ِن ا ا ا ا ا َل َك ِبَذ اِت‬: ‫اِبٍر رض ِن الَّن ص َقاَل‬


‫َملْر ُت ُح َع ْي َه َو َم َهِل َو َمَج َهِل َفَع ْي‬ ‫َع ِّيِب‬ ‫َعْن َج‬
‫ مسلم و الرتمذى و صححه‬. ‫الِّد ْيَن َتِر َبْت َيدَاَك‬
Dan dari Jabir RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya wanita itu dinikahi karena
agamanya, hartanya dan kecantikannya. Maka hendaklah engkau (memilih) wanita yang
beragama, (jika tidak) celakalah kamu”. [HR. Muslim dan Tirmidzi. Tirmidzi mengesahkannya]

‫ َتَز َّو ُج وا‬: ‫َعْن َاَنٍس َاَّن الَّنَّيِب ص َك اَن َيْأُمُر ِبْالَباَءِة َو َيْنَه ى َعِن الَّتَبُّتِل َنْه ًيا َش ِد ْيًد ا َو َيُقْو ُل‬
‫ امحد‬.‫ْالَو ُدْو َد ْالَو ُلْو َد َفِاىِّن ُم َك اِثٌر ِبُك ُم ْاَالْنِبَياَء َيْو َم ْالِق َياَم ِة‬
Dari Anas, bahwa sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan menikah dan melarang
membujang dengan larangan yang keras, dan beliau pun bersabda, “Nikahilah wanita yang
penyayang lagi yang bisa memberi keturunan yang banyak, karena sesungguhnya aku bangga
dengan banyaknya kalian di hadapan Nabi-nabi pada hari qiyamat”. [HR. Ahmad]

‫ٍب‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ٍر‬ ‫ِق‬


‫ ىِّن َاَص ْبُت اْم َر َأًة َذاَت َح َس َو‬: ‫ َج اَء َرُج ٌل ىَل الَّنِّيِب ص َفَق اَل‬: ‫َعْن َم ْع ِل ْبِن َيَس ا َقاَل‬
‫ َتَز َّو ُج وا‬: ‫ َّمُث َاَتاُه الَّثاِلَثَة َفَق اَل‬،‫ َّمُث َاَتاُه الَّثاِنَيَة َفَنَه اُه‬.‫ َال‬: ‫ َفَاَتَز َّو ُجَه ا؟ َقاَل‬، ‫َمَجاٍل َو ِاَّنَه ا َال َتِلُد‬
‫ ابو داود و النسائى‬. ‫ َفِاىِّن ُم َك اِثٌر ِبُك ْم ْاُالَم َم‬، ‫ْالَو ُدْو َد ْالَو ُلْو َد‬
Dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata : Seorang laki-laki menghadap Nabi SAW lalu ia bertanya,
“Sesungguhnya aku telah jatuh cinta kepada seorang perempuan bangsawan lagipula cantik,
tetapi ia mandul, apakah aku boleh mengawininya ?”. Beliau bersabda, “Jangan”. Kemudian
laki-laki itu datang lagi kedua kalinya, tetapi Nabi SAW tetap melarangnya. Kemudian ia datang
lagi ketiga kalinya, lalu beliau bersabda, “Kawinilah wanita yang penyayang dan bisa memberi
keturunan yang banyak, karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kalian dari
ummat-ummat lain”. [HR. Abu Dawud dan Nasai]

‫ َه ًال َتَز َّو ْجَت‬: ‫ َفَق اَل‬.‫ َثِّيًبا‬: ‫ َيا َج اِبُر َتَز َّو ْجَت ِبْك ًر ا َاْم َثِّيًبا؟ َقاَل‬:‫َعْن َج اِبٍر َاَّن الَّنَّيِب ص َقاَل َلُه‬
‫ِبْك ًر ا ُتَالِعُبَه ا َو ُتَالِعُبَك ؟ اجلماعة‬
Dari Jabir, bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda kepadanya, “Hai Jabir, kamu
mengawini seorang gadis atau janda ?”. Jabir menjawab, “Janda”. Lalu Nabi SAW bersabda,
“Mengapa kamu tidak mengawini gadis saja, sehingga kamu dapat bercanda dengannya dan
diapun dapat bercanda denganmu ?”. [HR. Jamaah]

3. Larangan meminang pinangan orang lain

‫ِحَي ِل ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِهلل‬ ‫ِم‬


‫ َاْلُم ْؤ ُن َاُخ و ْاُملْؤ ِن َفَال ُّل ْلُم ْؤ ِن َاْن َيْبَتاَع‬: ‫َعْن ُعْق َبَة ْبِن َعا ٍر َاَّن َرُسْو َل ا ص َقاَل‬
‫ امحد و مسلم‬. ‫َعَلى َبْيِع َاِخ ْيِه َو َال ْخَيُطَب َعَلى ِخ ْطَبِة َاِخ ْيِه َح ىَّت َيَذ َر‬
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin itu saudara
orang mukmin yang lain, maka tidak halal bagi seorang mukmin menawar atas tawaran
saudaranya, dan tidak boleh ia meminang atas pinangan saudaranya sehingga saudaranya itu
meninggalkannya”. [HR. Ahmad dan Muslim]

‫ َال ْخَيُطُب الَّر ُج ُل َعَلى ِخ ْطَبِة َاِخ ْيِه َح ىَّت َيْتُر َك‬: ‫َعِن اْبِن ُعَمَر رض َاَّن َرُسْو َل اِهلل ص َقاَل‬
‫ امحد و البخارى و النسائى‬. ‫ْاَخلاِط ُب َقْبَلُه َاْو َيْأَذَن َلُه ْاَخَلاِط ُب‬
Dan dari Ibnu Umar RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh seseorang
meminang atas pinangan saudaranya sehingga peminang sebelumnya itu meninggalkan atau
memberi ijin kepadanya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Nasai]
4. Kebolehan melihat pinangan

‫ِا ِا‬ ‫ِغ‬


.‫َبْيَنُك َم ا‬ ‫ ُاْنُظْر َلْيَه ا َف َّنُه َاْح َر ى َاْن ُيْؤ َدَم‬:‫َعِن ْاُمل ْيَر ِة ْبِن ُش ْع َبَة َاَّنُه َخ َطَب اْم َر َأًة َفَق اَل الَّنُّيِب ص‬
‫اخلمسة اال ابا داود‬
Dari Mughirah bin Syu’bah, sesungguhnya ia pernah meminang seorang wanita, lalu Nabi SAW
bersabda, “Lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu lebih menjamin untuk melangsungkan
hubungan kamu berdua”. [HR. Khamsah kecuali Abu Dawud]

‫ ِاَذا َخ َطَب َاَح ُد ُك ُم ْا ْر َأَة َفَقَد َر َاْن َيَر ى ِم ْنَه ا َبْعَض َم ا‬: ‫ ِمَس ْعُت الَّنَّيِب ص َيُقْو ُل‬: ‫َعْن َج اِبٍر َقاَل‬
‫َمل‬
‫ امحد و ابو داود‬. ‫َيْد ُعْو ُه ِاىَل ِنَك اِح َه ا َفْلَيْف َعْل‬
Dari Jabir, ia berkata : Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda, “Apabila salah seorang
diantara kamu meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian apa yang (bisa)
mendorongnya untuk menikahinya, maka kerjakanlah”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
‫ ِا‬:‫ُل اِهلل ص‬ ‫ٍد‬ ‫ِد ِهلل‬
‫ُك‬ ‫ُد‬
‫َب َح ُم‬ ‫َا‬ ‫َط‬ ‫َخ‬ ‫ا‬ ‫َذ‬ ‫ َقاَل َرُسْو‬: ‫َعْن ُمْو َس ى ْبِن َعْب ا َعْن َاىِب َمُحْي َاْو َمُحْيَد َة َقاَل‬
‫ امحد‬.‫ ِاَذا َك اَن ِاَمَّنا َيْنُظُر ِاَلْيَه ا ِخِلْطَبٍة َو ِاْن َك اَنْت َال َتْع َلُم‬،‫اْم َر َأًة َفَال ُج َناَح َعَلْيِه َاْن َيْنُظَر ِم ْنَه ا‬
Dari Musa bin ‘Abdillah dari Abi Humaid atau Humaidah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kamu meminang seorang wanita, maka tidaklah berdosa
melihatnya, apabila melihatnya itu semata-mata untuk meminangnya meskipun wanita itu
sendiri tidak mengerti”. [HR. Ahmad]

‫ ُاْنُظْر ِاَلْيَه ا َفِاَّن ىِف َاْع ِنُي ْاَالْنَص اِر‬:‫ َفَق اَل الَّنُّيِب ص‬،‫ َخ َط َرُج اْم َأًة‬: ‫َعْن َاىِب ُه ْي َة َقاَل‬
‫َب ٌل َر‬ ‫َر َر‬
‫ امحد و النسائى‬.‫َش ْيًئا‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada seorang laki-laki yang meminang seorang wanita lalu Nabi
SAW bersabda, “Lihatlah dia, karena sesungguhnya pada mata orang-orang Anshar itu ada
sesuatu (sipit)”. [HR. Ahmad dan Nasai]

‫ ِاَذا َاْلَق ى اُهلل َعَّز َج َّل ىِف َقْلِب‬: ‫َل اِهلل ص َيُق ُل‬ ‫ِمَس‬ ‫ِد‬
‫َو‬ ‫ْو‬ ‫ ْعُت َرُسْو‬: ‫َعْن َحُمَّم ْبِن َم ْس َلَم َة َقاَل‬
‫ امحد و ابن ماجه‬.‫اْم ِر ٍئ ِخ ْطَبَة اْم َر َأٍة َفَال َبْأَس َاْن َيْنُظَر ِاَلْيَه ا‬
Dari Muhammad bin Maslamah, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila Allah ‘Azza wa Jalla telah memantapkan di hati seseorang (keinginan) meminang
seorang wanita, maka ia tidak berdosa untuk melihatnya”. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]
5. Wali meminta persetujuan pada wanita yang akan dinikahkan

‫ ْالِبْك ُت َتْأَذُن ىِف‬،‫ َالَّثِّي َا ُّق ِب ْف ِس َه ا ِم ِلِّيَه ا‬:‫ُل اِهلل ص‬


‫َو ُر ْس‬ ‫ْن َو‬ ‫ُب َح َن‬ ‫ َقاَل َرُسْو‬: ‫َعِن اْبِن َعَّباٍس َقاَل‬
‫ اجلماعة اال البخارى‬.‫ َو ِاْذ ُنَه ا ُصَم اُتَه ا‬،‫َنْف ِس َه ا‬

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Janda itu lebih berhak atas dirinya
dari pada walinya, sedang gadis diminta idzinnya dan idzinnya adalah diamnya”. [HR. Jamaah
kecuali Bukhari]

.‫ ْالِبْك ُر َيْس َتْأِم ُر َه ا َاُبْو َه ا‬: ‫و ىف رواية المحد و مسلم و اىب داود و النسائى‬
Dan dalam riwayat lain oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai (dikatakan), “Dan gadis
dimintai idzinnya oleh ayahnya”.

‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِة‬ ‫ِت ِخ‬


‫ َفَاَتْت‬. ‫َو َعْن َخ ْنَس اَء ِبْن َد اٍم ْاَالْنَص اِر َّي َاَّن َاَباَه ا َز َّو َجَه ا َو َي َثِّيٌب َفَك ِر َه ْت ذ َك‬
‫ اجلماعة اال مسلما‬.‫ َفَر َّد ِنَك اَحَه ا‬،‫َرُسْو َل اِهلل ص‬

Dari Khansa’ binti Khidam Al-Anshariyah, bahwa ayahnya telah mengawinkannya, sedang ia
seorang janda, tetapi ia tidak menyukai perkawinan itu, lalu ia datang kepada Rasulullah SAW,
maka Rasulullah SAW membatalkan pernikahannya itu”. [HR. Jamaah kecuali Muslim]

‫ َو َال ْالِبْك ُر َح ىَّت‬، ‫ َال ُتْنَك ُح ْاَالُمِّي َح ىَّت ُتْس َتْأَم َر‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعْن َاىِب ُه َر ْيَر َة َقاَل‬
‫ اجلماعة‬. ‫ َاْن َتْس ُك َت‬: ‫ َو َك ْيَف ِاْذ ُنَه ا؟ َقاَل‬،‫ َيا َرُسْو َل اِهلل‬:‫ َقاُلْو ا‬. ‫ُتْس َتْأَذَن‬

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Seorang janda tidak (boleh)
dinikahkan sehingga ia diajak musyawarah, dan seorang gadis tidak (boleh dinikahkan)
sehingga dimintai idzinnya”. Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana idzinnya ?”.
Rasulullah SAW menjawab, “Ia diam”. [HR. Jamaah]

: ‫ ُقْلُت‬. ‫ َنَعْم‬: ‫ ُتْس َتْأَم ُر الِّنَس اُء ىِف َاْبَض اِعِه َّن ؟ َقاَل‬،‫ َيا َرُسْو َل اِهلل‬: ‫ ُقْلُت‬: ‫َعْن َعاِئَش َة رض َقاَلْت‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬.‫ ُس َك اُتَه ا ِاْذ ُنَه ا‬: ‫ َفَق اَل‬. ‫ِاَّن ْالِبْك َر ُتْس َتْأَم ُر َفَتْس َتِح ى َفَتْس ُك ُت‬

Dari ‘Aisyah RA ia berkata : Aku pernah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah wanita-wanita itu
(harus) diminta idzinnya dalam urusan perkawinan mereka ?”. Beliau menjawab, “Ya”. Aku
bertanya (lagi), “Sesungguhnya seorang gadis (apabila) diminta idzinnya ia malu dan diam”.
Rasulullah SAW menjawab, “Diamnya itulah idzinnya”. [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim]

: ‫ َقاَل‬.‫ ِاَّن ْالِبْك َر ُتْس َتْأَذُن َو َتْس َتِح ى‬: ‫ ُقْلُت‬. ‫ َاْلِبْك ُر ُتْس َتْأَذُن‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬:‫و ىف رواية قالت‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬.‫ِاْذ ُنَه ا ُصَم اُتَه ا‬

Dan dalam riwayat lain, Aisyah berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Gadis itu diminta
idzinnya”. Aku bertanya, “Sesungguhnya gadis itu bila diminta idzinnya, ia malu”. Beliau
bersabda, “Idzinnya adalah diamnya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

.‫ َفِاْن َس َك َتْت َفُه َو ِاْذُنَه ا‬،‫ ُتْس َتْأَم ُر ْالَيِتْيَم ُة ىِف َنْف ِس َه ا‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعْن َاىِب ُه َر ْيَر َة َقاَل‬
‫ اخلمسة اال ابن ماجه‬.‫َو ِاْن َاَبْت َفَال َج َو اَز َعَلْيَه ا‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Gadis yatim diajak musyawarah
tentang urusan dirinya, kemudian jika ia diam maka itulah idzinnya, tetapi jika ia menolak maka
tidak ada paksaan atasnya”. [HR. Khamsah kecuali Ibnu Majah]

،‫ َفَذ َك َر ْت َاَّن َاَباَه ا َز َّو َجَه ا َو ِه َي َك اِر َه ٌة‬،‫َعِن اْبِن َعَّباٍس َاَّن َج اِر َيًة ِبْك ًر ا َاَتْت َرُسْو َل اِهلل ص‬
‫ امحد و ابو داود و ابن ماجه و الدارقطىن‬.‫َفَخ َّيَر َه ا الَّنُّيِب ص‬

Dari Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya ada seorang gadis datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia
menerangkan bahwa ayahnya telah menikahkannya, sedang ia tidak suka. Lalu Nabi SAW
menyuruhnya untuk memilih. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Daruquthni]

6. Tidak ada nikah tanpa wali

‫ اخلمسة اال النسائى‬.‫ِاَّال ِبَو ٍّيِل‬ ‫ِن‬


‫ َال َك اَح‬: ‫َعْن َاىِب ُمْو َس ى رض َعِن الَّنِّيِب ص َقاَل‬
Dari Abu Musa RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan
(adanya) wali”. [HR. Khamsah kecuali Nasai]

‫ٍة‬ ‫ِئ‬
‫ َاَمُّيا اْم َر َأ َنَك َح ْت‬: ‫َعْن ُس َلْيَم اَن ْبِن ُمْو َس ى َعِن الُّز ْه ِر ِي َعْن ُعْر َو َة َعْن َعا َش َة َاَّن الَّنَّيِب ص َقاَل‬
‫ َفَلَه ا ْا ْه ُر َمِبا‬،‫ َفِاْن َدَخ َل َهِبا‬.‫ َفِنَك اُحَه ا َباِط ٌل‬،‫ َفِنَك اُحَه ا َباِط ٌل‬،‫ِبَغِرْي ِاْذِن َو ِلِّيَه ا َفِنَك اُحَه ا َباِط ٌل‬
‫َمل‬
‫ اخلمسة اال السائى‬.‫ َفِاِن اْش َتَج ُر ْو ا َفالُّس ْلَطاُن َو ُّيِل َمْن َال َو َّيِل َلُه‬،‫اْس َتَح َّل ِم ْن َفْر ِج َه ا‬
Dari Sulaiman bin Musa dari Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW bersabda,
“Siapa saja wanita yang menikah tanpa idzin walinya maka nikahnya batal, maka nikahnya
batal, maka nikahnya batal. Kemudian jika (suaminya) telah mencampurinya, maka bagi wanita
itu berhak memperoleh mahar sebab apa yang telah ia anggap halal dari mencampurinya.
Kemudian jika mereka (wali-walinya) berselisih, maka penguasa (hakimlah) yang menjadi
walinya”. [HR. Khamsah kecuali Nasai].

،‫ َال ِنَك اَح ِاَّال ِبَو ٍّيِل َو َأَمُّيا اْم َر َأٍة َنَك َح ْت ِبَغِرْي َو ٍّيِل َفِنَك اُحَه ا َباِط ٌل‬: ‫َعْن َعاِئَش َة َاَّن الَّنَّيِب ص َقاَل‬
‫ ابو داود الطيالسى‬.‫ َفِاْن ْمَل َيُك ْن َهَلا َو ٌّيِل َفالُّس ْلَطاُن َو ُّيِل َمْن َال َو َّيِل َهَلا‬.‫َباِط ٌل بَاِط ٌل‬
Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan (adanya)
wali, dan siapasaja wanita yang nikah tanpa wali maka nikahnya batal, batal, batal. Jika dia
tidak punya wali, maka penguasa (hakimlah) walinya wanita yang tidak punya wali”. [HR. Abu
Dawud Ath-Thayalisi]

‫ َو َال ُتَز ِّو ِج ْا ْر َأُة‬،‫ َال ُتَز ِّو ِج ْا ْر َأُة ْا ْر َأَة‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعْن َاىِب ُه َر ْيَر َة رض َقاَل‬
‫َمل‬ ‫َمل َمل‬
‫ ابن ماجه و الدارقطىن‬.‫ َفِاَّن الَّز اِنَيَة ِه اَّلىِت ُتَز ِّو ُج َنْف َس َه ا‬،‫َنْف َس َه ا‬
‫َي‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah wanita menikahkan
wanita dan janganlah wanita menikahkan dirinya sendiri, karena wanita pezina itu ialah yang
menikahkan dirinya sendiri”. [HR. Ibnu Majah dan Daruquthni]

‫ َمَجَعِت الَّطِر ْيُق َر ْك ًبا َفَجَعَلِت اْم َر َأٌة ِم ْنُه َّن َثِّيٌب َاْم َر َه ا ِبَيِد َرُج ٍل‬: ‫َعْن ِعْك ِر َم َة ْبِن َخ اِلٍد َقاَل‬
‫ الشافعى و الدارقطىن‬.‫ َفَج َلَد الَّناِكَح َو ْا ْنِكَح َو َر َّد ِنَك اَحَه ا‬. ‫َغْيَر َو ٍّيِل َفَاْنَك َحَه ا َفَبَلَغ ذِلَك ُعَمَر‬
‫ُمل‬
Dari Ikrimah bin Khalid, ia berkata, “Pernah terjadi di jalan penuh kendaraan. Ada seorang
janda diantara mereka menyerahkan urusan dirinya kepada seorang laki-laki yang bukan
walinya, lalu laki-laki itu menikahkannya. Kemudian sampailah hal itu kepada Umar, lalu Umar
menjilid (mendera) orang yang menikah dan yang menikahkannya serta membatalkan
pernikahannya”. [HR. Syafi’i dan Daruquthni]

، ‫ َم ا َك اَن َاَح ٌد ِم ْن َاْص َح اِب الَّنِّيِب ص َاَش ُّد ىِف الِّنَك اِح ِبَغِرْي َو ٍّيِل ِم ْن َعِلٍّي‬: ‫َعِن الَّش ْع ِب َقاَل‬
‫ الدارقطىن‬.‫َك اَن َيْض ِر ُب ِفْيِه‬
Dari Asy-Sya’bi ia berkata, “Tidak ada seorang pun diantara shahabat Nabi SAW yang paling
keras (tindakannya) terhadap pernikahan tanpa wali daripada Ali, ia memukul (pelakunya)”.
[HR. Daruquthni]
Keterangan :
Dari hadits-hadits diatas menunjukkan harus adanya wali dalam pernikahan. Namun ada juga
ulama yang berpendapat bahwa wali itu bukan merupakan suatu keharusan.
7. Saksi dalam pernikahan

‫ امحد بن حنبل‬. ‫َعْد ٍل‬ ‫ َال ِنَك اَح ِاَّال ِبَو ٍّيِل َو َش اِه َد ى‬: ‫َعْن ِعْم َر اَن ْبِن ُحَص ٍنْي َعِن الَّنِّيِب ص َقاَل‬
Dari ‘Imran bin Hushain dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan
wali dan dua saksi yang adil”. [HR. Ahmad bin Hanbal]

‫ َفِاْن َتَش اَج ُر ْو ا‬، ‫ َال ِنَك اَح ِاَّال ِبَو ٍّيِل َو َش اِه َد ْى َعْد ٍل‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعْن َعاِئَش َة َقاَلْت‬
‫ الدارقطىن‬.‫َفالُّس ْلَطاُن َو ُّيِل َمْن َال َو َّيِل َلُه‬
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan wali
dan dua orang saksi yang adil, kemudian jika mereka berselisih, maka penguasa (hakim)-lah
yang menjadi wali bagi orang yang tidak punya wali”. [HR. Daruquthni]
‫ِه ِا‬ ‫ِب ِبِن‬
‫و ملالك ىف املوطأ عن اىب الزبري املكي َاَّن ُعَمَر ْبَن ْاَخلَّطا ُاَيِت َك اٍح ْمَل َيْش َه ْد َعَلْي َّال َرُج ٌل َو‬
. ‫ هَذ ا ِنَك اُح الِّسِّر َو َال ُاِج ْيُزُه َو َلْو ُك ْنَت َتَق َّد ْمَت ِفْيِه َلُر ْمِجَت‬: ‫اْم َر َأٌة َفَق اَل‬
Dan bagi Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dari Abu Zubair Al-Makki, bahwa sesungguhnya
pernah diajukan kepada Umar bin Khaththab suatu pernikahan yang tidak disaksikan melainkan
oleh seorang laki-laki dan seorang wanita. Umar berkata, “Ini adalah nikah sirri, aku tidak
memperkenankannya dan kalau engkau tetap melakukannya tentu aku rajam”.

8. Tentang wajibnya mahar (maskawin)

4:‫ النساء‬.‫َّم ِر ْيًئا‬ ‫ َفِاْن ِط َنْب َلُك ْم َعْن َش ْي ٍء ّم ْنُه َنْف ًس ا َفُك ُلْو ُه َه ِنْيًئا‬،‫َو اُتوا الّنَس آَء َص ُد َقاِهِتَّن ْحِنَلًة‬
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap
lagi baik akibatnya. [QS. An-Nisaa’ : 4]

‫ َفَم ا اْس َتْم َتْع ُتْم ِبه‬، ‫ َو ُاِح َّل َلُك ْم َّم ا َو َر اَء ذِلُك ْم َاْن َتْبَتُغْو ا ِبَاْم َو اِلُك ْم ْحُّمِصِنَنْي َغْيَر ُمَس اِفِح َنْي‬...
‫ ِاَّن‬،‫ َو َال ُج َناَح َعَلْيُك ْم ِفْيَم ا َتَر اَض ْيُتْم ِبه ِم ْن َبْع ِد ْالَف ِر ْيَض ِة‬،‫ َفِر ْيَض ًة‬، ‫ِم ْنُه َّن َفآُتْو ُه َّن ُاُجْو َر ُه َّن‬
24:‫ النساء‬.‫اَهلل َك اَن َعِلْيًم ا َح ِكْيًم ا‬
..... Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu
untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) diantara
mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban.
Dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya,
sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[QS. An-Nisaa’ : 24]
‫ َو ْا ْحَص َناُت ِم َن ْا ْؤ ِم َناِت َو ْا ْحَص َناُت ِم َن اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا ْالِكتَب ِم ْن َقْبِلُك ْم ِاَذا اَتْيُتُمْو ُه َّن‬....
‫ٍن‬ ‫ِذ‬ ‫ِخ‬ ‫ُمل ِفِح ُمل‬ ‫ِصِن‬ ‫ُمل‬
5:‫ املائدة‬... ‫ُاُجْو َر ُه َّن ْحُم َنْي َغْيَر ُمَس ا َنْي َو َال ُم َّت ْي َاْخ َد ا‬
...... (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-
wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang
diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.......
[QS. Al-Maaidah : 5]

‫ َو َم ّتُعْو ُه َّن َعَلى‬،‫َال ُج َناَح َعَلْيُك ْم ِاْن َطَّلْق ُتُم الّنَس آَء َم ا ْمَل َمَتُّس ْو ُه َّن َاْو َتْف ِر ُضْو ا ُهَلَّن َفِر ْيَض ًة‬
‫ِم‬ ‫ِا‬ ‫ِس ِن‬ ‫ِب ِف‬ ‫ِس‬
‫ َو ْن َطَّلْق ُتُمْو ُه َّن ْن‬. ‫ َح ًّق ا َعَلى ْاُملْح َنْي‬، ‫ َم َتاًعا ْاَملْع ُر ْو‬،‫ َو َعَلى ْاُملْق ِرِت َقَد ُر ه‬،‫ْاُملْو ِع َقَد ُر ه‬
‫ِذ‬ ‫ِا‬ ‫ِن‬
‫َقْبِل َاْن َمَتُّس ْو ُه َّن َو َقْد َفَر ْضُتْم ُهَلَّن َفِر ْيَض ًة َف ْصُف َم ا َفَر ْضُتْم َّال َاْن َّيْع ُف ْو َن َاْو َيْع ُفَو اَّل ْي‬
‫ ِاَّن اَهلل َمِبا َتْع َم ُلْو َن‬، ‫ َو َاْن َتْع ُفْو ا َاْقَر ُب ِللَّتْق وى َو َال َتْنَسُو ا اْلَفْض َل َبْيَنُك ْم‬، ‫ِبَيِد ه ُعْق َد ُة الّنَك اِح‬
237-236:‫ البقرة‬. ‫َبِص ْيٌر‬
Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu
sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan
hendaklah kamu berikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu
menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu
pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang
berbuat kebajikan. (236) Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan
mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua
dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan
oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa.
Dan janganlah kamu melupakan keutamaan diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat
segala apa yang kamu kerjakan. (237) [QS. Al-Baqarah]

9. Tidak ada ketentuan besar kecilnya mahar

‫ َا‬:‫َعْن َعاِم ِر ْبِن َر ِبْيَعَة َاَّن اْم َر َأًة ِم ْن َبىِن َفَز اَر َة َتَز َّو َج ْت َعَلى َنْع َلِنْي َفَق اَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬
‫ امحد و ابن ماجه و الرتمذى و صححه‬.‫ َفَاَج اَز ُه‬. ‫ َنَعْم‬: ‫َر ِض ْيِت ِم ْن َنْف ِس ِك َو َم اِلِك ِبَنْع َلِنْي ؟ َقاَلْت‬
Dari ‘Amir bin Rabi’ah, bahwa sesungguhnya pernah ada seorang wanita dari Bani Fazarah
yang dinikah dengan (mahar) sepasang sandal, lalu Rasulullah SAW bertanya, “Ridlakah kamu
atas dirimu dan hartamu dengan (mahar) sepasang sandal ?”. Ia menjawab, “Ya”. Maka
Rasulullah SAW memperkenankannya”. [HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi, dan Tirmidzi
mengesahkannya]
‫ َلْو َاَّن َرُج ًال َاْع َطى اْم َر َأًة َص َد ًقا ِم ْلَء َيَد ْيِه َطَعاًم ا‬: ‫َعْن َج اِبٍر رض َاَّن َرُسْو َل اِهلل ص َقاَل‬
‫ امحد و ابو داود مبعناه‬.‫َك اَنْت َلُه َح َالًال‬
Dari Jabir RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Kalau seorang laki-laki
memberikan mahar berupa makanan sepenuh dua tapak tangannya, maka halallah wanita itu
baginya”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan yang semakna dengan itu]

: ‫ َم ا هَذ ا؟ َقاَل‬: ‫ َفَق اَل‬.‫َعْن َاَنٍس رض َاَّن الَّنَّيِب ص َر َأى َعَلى َعْبِد الَّرمْح ِن ْبِن َعْو ٍف َاَثَر ُصْف َر ٍة‬
‫ اجلماعة اال ابا‬.‫ َاْو ْمِل َو َلْو ِبَش اٍة‬، ‫ َباَر َك اُهلل َلَك‬: ‫ َقاَل‬. ‫َتَز َّو ْجُت اْم َر َأًة َعَلى َو ْز ِن َنَو اٍة ِم ْن َذَه ٍب‬
‫داود‬
Dari Anas RA, bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah melihat bekas kuning-kuning pada
Abdurrahman bin Auf, lalu beliau bertanya, “Apa ini ?”. Abdurrahman menjawab, “Aku baru saja
menikahi seorang wanita dengan (mahar) emas seberat biji kurma”. Nabi SAW bersabda,
“Semoga Allah memberkatimu, selenggarakanlah walimah walau hanya dengan (memotong)
seekor kambing”. [HR. Jamaah kecuali Abu Dawud]

‫ِح‬
‫ امحد‬.‫َب َك ًة َاْيَسُر ُه َم ُئْو َنًة‬ ‫ا‬ ‫َك‬‫ِّن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫َظ‬ ‫َا‬ ‫َّن‬‫ ِا‬: ‫اِئ رض َاَّن َل اِهلل ص َقاَل‬
‫َر‬ ‫َم‬ ‫ْع‬ ‫َرُسْو‬ ‫َعْن َع َش َة‬
Dari ‘Aisyah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Nikah yang paling besar
berkahnya yaitu yang paling ringan maharnya”. [HR. Ahmad]

‫ِل ِهلل‬ ‫ِئ‬


‫ َك اَن َص َد اُقُه‬: ‫ َك ْم َك اَن َص َد اُق َرُسْو ا ص؟ َقاَلْت‬:‫ َس َاْلُت َعا َش َة‬: ‫َعْن َاىِب َس َلَم َة َقاَل‬
‫ِن‬ ‫ِق‬ ‫ِج ِه‬
‫ ْصُف‬: ‫ َقاَلْت‬.‫ َال‬: ‫ َاَتْد ِر ى َم ا الَّنُّش ؟ ُقْلُت‬: ‫ َقاَلْت‬.‫َِالْز َو ا اْثَنْيَت َعْش َر َة ُاْو َّيًة َو َنًّشا‬
‫ اجلماعة اال البخارى و الرتمذى‬. ‫َفِتْلَك ْمَخُس ِم اَئِة ِد ْر َه ٍم‬.‫ُاْو ِقَّيٍة‬
Dari Abu Salamah, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Aisyah, “Berapakah mahar
Rasulullah SAW”. Ia menjawab, “Mahar beliau kepada isteri-isterinya adalah dua belas uqiyah
lebih satu nasy”. Aisyah bertanya, “Tahukah kamu apakah nasy itu ?”. Aku menjawab, “Tidak”.
Aisyah berkata, “Setengah uqiyah, jadi seluruhnya sama dengan lima ratus dirham”. [HR.
Jamaah kecuali Bukhari dan Tirmidzi]
NB : 1 uqiyah sama dengan 40 dirham.

‫ َال ْغُل ا ُصُد َق الِّن اِء ِاَّنَه ا َل َك اَنت ْك ْو ًة ىِف‬: ‫ ِمَس ْعُت ُع ُق ُل‬: ‫َع َاىِب ْالَعْج َف اِء َقاَل‬
‫َم ُر َم‬ ‫ْو‬ ‫َس َو‬ ‫َت ْو‬ ‫َمَر َي ْو‬ ‫ْن‬
‫ِم‬ ‫ِهلل‬ ‫ىِف ِخ‬
‫ َم ا َاْص َد َق َرُسْو ُل ا ص اْم َر َأًة ْن‬.‫ َك اَن َاْو َالُك ْم َهِبا الَّنُّيِب ص‬،‫الُّد ْنَيا َاْو َتْق َو ى ْاآل َر ِة‬
‫ اخلمسة و صححه الرتمذى‬.‫ِنَس اِئِه َو َال ُاْص ِد َقِت اْم َر َأٌة ِم ْن َبَناِتِه َاْك َثَر ِم ْن ِثْن َعْش َر َة ُاْو ِقَّيًة‬
‫ْيَت‬
Dari Abu ‘Ajfaa’, dia berkata : Aku pernah mendengar Umar berkata, “Janganlah kamu berlebih-
lebihan dalam memberi mahar kepada wanita, meskipun dia seorang yang dimuliakan di dunia
atau seorang yang terpelihara di akhirat. Adapun yang paling utama (dalam menghormati
wanita) diantara kamu adalah Nabi SAW. Padahal tidaklah Rasulullah SAW memberi mahar
kepada seorang pun dari istri-istrinya dan tidak pula putri-putri beliau itu diberi mahar lebih dari
dua belas uqiyah”. [HR. Khamsah dan disahkan oleh Tirmidzi]

‫ِش‬ ‫ِة‬ ‫ِه ِب‬ ‫ِهلل‬ ‫ِب‬


‫َعْن ُعْر َو َة َعْن ُاِّم َح ْيَبَة َاَّن َرُسْو َل ا ص َتَز َّو َجَه ا َو َي َاْر ِض ْاَحلَبَش َز َّو َجَه ا الَّنَج ا ُّي َو‬
‫َاْمَه َر َه ا َاْر َبَعَة آَالٍف َو َج َّه َزَه ا ِم ْن ِعْنِدِه َو َبَعَث ِبْيَه ا َمَع ُش َر ْح ِبْيَل ْبِن َح ْس َنَة َو ْمَل َيْبَعْث‬
‫ امحد و النسائى‬. ‫ِاَلْيَه ا َرُسْو ُل اِهلل ص ِبَش ٍء َو َك اَن َم ْه ُر ِنَس اِئِه َاْر َبَعِم اَئِة ِد ْر َه ٍم‬
‫ْي‬
Dari ‘Urwah dari Ummu Habibah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah menikahinya sedang ia
berada di Habasyah yang dinikahkan oleh Najasyi (raja Habasyah) dan beliau memberi mahar
empat ribu (dirham) yang beliau persiapkan sendiri. Beliau mengirimnya lewat Syurahbil bin
Hasnah. Dan Rasulullah SAW tidak mengirim sesuatu kepadanya (selain mahar itu), sedang
mahar untuk istri-istrinya (yang lain) adalah empat ratus dirham”. [HR. Ahmad dan Nasai]

‫ َم ا‬: ‫ َقاَل‬.‫ َاْع ِط َه ا َش ْيًئا‬:‫ َلَّم ا َتَز َّو َج َعِلٌّي َفاِط َم َة َقاَل َلُه َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعِن اْبِن َعَّباٍس رض َقاَل‬
‫ َاْيَن ِد ْر ُعَك ْاُحلَطِم َّيُة؟ ابو داود و النسائى‬: ‫ َقاَل‬.‫ِعْنِد ى َش ٌء‬
‫ْي‬
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Tatkala Ali kawin dengan Fathimah, maka Rasulullah SAW
bersabda kepada Ali, “Berilah ia sesuatu !”. Ali menjawab, “Saya tidak punya apa-apa”.
Rasulullah SAW bertanya, “Mana baju besimu dari Huthamiyah itu ?”. [HR. Abu Dawud dan
Nasai]

‫و ىف رواية َاَّن َعِلًّيا رض َلَّم ا َتَز َّو َج َفاِط َم َة َاَر اَد َاْن َيْد ُخ َل َهِبا َفَم َنَعُه َرُسْو ُل اِهلل ص َح ىَّت ُيْع ِط َيَه ا‬
،‫ َفَاْع َطاَه ا ِدْر َعُه‬،‫ َاْع ِط َه ا ِدْر َعَك ْاُحلَطِم َّيَة‬:‫ َفَق اَل َلُه‬.‫ َلْيَس ْيِل َش ْي ٌء‬،‫ َيا َرُسْو َل اِهلل‬: ‫ َفَق اَل‬.‫َش ْيًئا‬
‫ ابو داود‬.‫َّمُث َد َخ َهِبا‬
‫َل‬
Dan dalam riwayat lain (dikatakan) : Bahwa sesungguhnya Ali RA setelah menikahi Fathimah,
ketika ia ingin serumah dengannya lalu Rasulullah SAW mencegahnya sehingga ‘Ali
memberinya sesuatu. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mempunyai apa-apa”.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Berikan baju besimu dari Huthamiyah itu
kepadanya !”. Maka Ali memberikan baju besi itu kepada Fathimah, lalu ia serumah dengan
Fathimah. [HR. Abu Dawud]

‫ ِاىِّن َقْد َو َهْبُت َنْف ِس ى‬،‫ َيا َرُسْو َل اِهلل‬: ‫َعْن َس ْه ِل ْبِن َس ْع ٍد َاَّن الَّنَّيِب ص َج اَئْتُه اْم َر َأٌة َو َقاَلْت‬
‫ َز ِّو ْج ِنْيَه ا ِاْن ْمَل َيُك ْن َلَك ِفْيَه ا‬،‫ َيا َرُسْو َل اِهلل‬: ‫ َفَق اَل َرُج ٌل َفَق اَل‬.‫ َفَق اَم ْت ِقَياًم ا َطِو ْيًال‬، ‫َلَك‬
‫ِع ِد ِا ِا‬ ‫ٍء ِد ِا‬ ‫ِع ِم‬ ‫ِهلل‬
‫ َم ا ْن ْي َّال َز اِر ْي‬: ‫ َه ْل ْنَد َك ْن َش ْي ُتْص ُقَه ا َّياُه؟ َفَق اَل‬:‫ َفَق اَل َرُسْو ُل ا ص‬.‫َح اَج ٌة‬
‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬
‫ َم ا َاِج ُد‬: ‫ َفَق اَل‬.‫ َفاْلَتِم ْس َش ْيًئا‬، ‫ ْن َاْع َطْيَتَه ا َز اَر َك َج َلْس َت َال َز اَر َلَك‬.‫ َفَق اَل الَّنُّيِب ص‬.‫هَذ ا‬
‫ِجَي‬ ‫ِم ِد ٍد‬ ‫ِا ِم‬
‫ َه ْل‬:‫ َفَق اَل َلُه الَّنُّيِب ص‬.‫ َفاْلَتَم َس َفَلْم ْد َش ْيًئا‬. ‫ ْلَت ْس َو َلْو َخ اًمَتا ْن َح ْي‬: ‫ َفَق اَل‬.‫َش ْيًئا‬
‫ِل‬ ‫ِن‬ ‫ِم‬
‫ َفَق اَل َلُه الَّنُّيِب‬.‫ ُسْو َر ُة َك َذ ا َو ُسْو َر ُة َك َذ ا ُسَو ٍر ُيَس ِّم ْيَه ا‬. ‫ َنَعْم‬: ‫َمَعَك َن ْالُقْر آ َش ْيٌئ ؟ َقاَل‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬. ‫ َقْد َز َّو ْج ُتَك َه ا َمِبا َمَعَك ِم َن ْالُق ْر آِن‬:‫ص‬
Dari Sahl bin Sa’ad bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah didatangi seorang wanita lalu
berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku menyerahkan diriku untukmu”. Lalu wanita itu
berdiri lama. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan berkata, “Ya Rasulullah, kawinkanlah
saya dengannya jika engkau sendiri tidak berminat kepadanya”. Kemudian Rasulullah SAW
bertanya, “Apakah kamu mempunyai sesuatu yang dapat kamu pergunakan sebagai mahar
untuknya ?”. Ia menjawab, “Saya tidak memiliki apapun melainkan pakaian ini”. Lalu Nabi
bersabda, “Jika pakaianmu itu kamu berikan kepadanya maka kamu tidak berpakaian lagi.
Maka carilah sesuatu yang lain”. Kemudian laki-laki itu berkata, “Saya tidak mendapatkan
sesuatu yang lain”. Lalu Nabi SAW bersabda, “Carilah, meskipun cincin dari besi”. Lalu laki-laki
itu mencari, tetapi ia tidak mendapatkannya. Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya,
“Apakah kamu memiliki hafalan ayat Al-Qur’an ?”. Ia menjawab, “Ya. Surat ini dan surat ini”. Ia
menyebutkan nama-nama surat tersebut, kemudian Nabi SAW bersabda kepadanya, “Sungguh
aku telah menikahkan kamu dengannya dengan apa yang kamu miliki dari Al-Qur’an itu”. [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim]

. ‫ َلَقْد َز َّو ْج ُتَك َه ا َفَعِّلْمَه ا ِم َن ْالُقْر آِن‬، ‫ ِاْنَطِلْق‬: ‫ َقاَل‬:‫و ىف رواية ملسلم‬
Dan dalam riwyat lain oleh Muslim : Nabi SAW bersabda, “Pergilah, sungguh aku telah
menikahkan kamu dengannya, maka ajarilah dia dengan Al-Qur’an”.
Keterangan :
A. Dari ayat maupun hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa memberikan maskawin kepada
wanita yang dinikahi itu merupakan kewajiban. Adapun besarnya maskawin tidak ada ketentuan
yang pasti. Dan maskawin bisa diberikan secara tunai maupun dengan ditangguhkan.
B. Dan dari ayat maupun hadits yang telah lalu (brosur yang lalu), bisa diambil pengertian bahwa
syarat pernikahan adalah sebagai berikut :
1. Ada calon pengantin laki-laki dan wanita.
2. Ada maskawin/mahar.
3. Harus ada wali (Bagi yang berpendapat wali itu wajib).
4. Ada saksi yang adil (dua orang laki-laki, atau satu orang laki-laki dan dua wanita).
5. Ada ijab qabul.

10. Wanita yang selamanya haram dinikah.


a. Haram dinikah karena hubungan nasab.

‫ُح ّر َم ْت َعَلْيُك ْم ُاَّمَه اُتُك ْم َو َبَناُتُك ْم َو َاَخ َو اُتُك ْم َو َعَّم اُتُك ْم َو َخ اَالُتُك ْم َو َبَناُت ْاَالِخ َو َبَناُت‬
23:‫ النساء‬. ‫ْاُالْخ ِت‬
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara
ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, [QS. An-Nisaa’ : 23]
Berdasar ayat di atas, dapat dipahami bahwa wanita yang haram dinikahi karena hubungan
nasab itu sebagai berikut :
1. Ibu. Yang dimaksud adalah wanita yang melahirkannya. Termasuk juga nenek, baik dari pihak
ayah maupun dari pihak ibu dan seterusnya ke atas.
2. Anak perempuan. Yang dimaksud adalah wanita yang lahir karenanya, termasuk cucu
perempuan dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan dan seterusnya ke bawah.
3. Saudara perempuan, seayah seibu, seayah saja atau seibu saja.
4. ‘Ammah, yaitu saudara perempuan ayah, baik saudara kandung, saudara seayah saja atau
saudara seibu saja.
5. Khaalah, yaitu saudara perempuan ibu, baik saudara kandung, saudara seayah saja atau
saudara seibu saja.
6. Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan), dan seterusnya ke bawah.
7. Anak perempuan dari saudara perempuan (keponakan), dan seterusnya ke bawah.

b. Haram dinikahi karena ada hubungan sepesusuan


Firman Allah :

23:‫ النساء‬. .‫َو ُاَّمَه اُتُك ُم اّلْيِت َاْر َض ْع َنُك ْم َو َاَخ َو اُتُك ْم ّم َن الَّر َض اَعِة‬
Diharamkan atas kamu ibumu yang menyusui kamu dan saudara-saudara perempuan
sepesusuan. [QS. An-Nisa : 23]
Dan sabda Rasulullah SAW :

‫ البخارى و مسلم و ابو داود و امحد و النسائى و ابن ماجه‬. ‫ِب‬ ‫ِم‬ ‫ِة‬ ‫ِم‬
‫ْحَيُر ُم َن الَّر َض اَع َم ا ْحَيُر ُم َن الَّنَس‬
“Diharamkan karena hubungan susuan sebagaimana yang diharamkan karena hubungan
nasab”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah]

‫ِحَت ىِل ِا ِا ِخ ِم‬ ‫ِا‬ ‫ِا ِة‬ ‫ِر‬


‫ َّنَه ا ْبَنُة َا ى َن‬، ‫ َّنَه ا َال ُّل‬: ‫َعِن اْبِن َعَّباٍس َاَّن الَّنَّيِب ص ُا ْيَد َعَلى ْبَن ْمَحَز َة َفَق اَل‬
2:1071 ‫ مسلم‬. ‫ ْحَي ُم ِم الَّر َض اَعِة َم ا ْحَي ُم ِم الَّر ِح ِم‬. ‫الَّر َض اَعِة‬
‫ُر َن‬ ‫َو ُر َن‬
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya para shahabat menginginkan Nabi SAW menikahi anak
perempuan Hamzah. Maka beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya dia tidak halal bagiku,
karena dia adalah anak saudaraku sepesusuan. Sedangkan, haram sebab susuan itu
sebagaimana haram sebab nasab (keluarga)”. [HR. Muslim II : 1071]
.‫َعْن ُعْر َو َة َعْن َعاِئَش َة َاَّنَه ا َاْخ َبَر ْتُه َاَّن َعَّم َه ا ِم َن الَّر َض اَعِة ُيَس َّم ى َاْفَلَح ِاْس َتْأَذَن َعَلْيَه ا َفَحَج َبْتُه‬
‫ِم‬ ‫ِة‬ ‫ِم‬ ‫ِج ِم ِا‬ ‫ِهلل‬
‫ َف َّنُه ْحَيُر ُم َن الَّر َض اَع َم ا ْحَيُر ُم َن‬،‫ َال ْحَت ىِب ْنُه‬:‫ َفَق اَل َهَلا‬،‫َفَاْخ َبَر ْت َرُسْو َل ا ص‬
‫ مسلم‬. ‫الَّن ِب‬
‫َس‬
Dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwasanya ia mengkhabarkan kepada ‘Urwah, bahwa paman
susunya yang bernama Aflah minta ijin pada ‘Aisyah untuk menemuinya. Lalu ‘Aisyah berhijab
darinya. Kemudian ‘Aisyah memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW, maka beliau
bersabda, “Kamu tidak perlu berhijab darinya, karena haram sebab susuan itu sebagaimana
haram sebab nasab”. [HR. Muslim II : 1071]
Berdasarkan ayat dan hadits di atas, dapat dipahami bahwa haramnya wanita untuk dinikahi
karena hubungan pesusuan ini sabagai berikut :
1. Ibu susu, yakni ibu yang menyusuinya. Maksudnya ialah wanita yang pernah menyusui seorang
anak, dipandang sebagai ibu bagi anak yang disusui itu, sehingga haram keduanya melakukan
perkawinan.
2. Nenek susu, yakni ibu dari wanita yang pernah menyusui atau ibu dari suami wanita yang
pernah menyusuinya.
3. Anak susu, yakni wanita yang pernah disusui istrinya. Termasuk juga cucu dari anak susu
tersebut.
4. Bibi susu. Yakni saudara perempuan dari wanita yang menyusuinya atau saudara perempuan
suaminya wanita yang menyusuinya.
5. Keponakan susu, yakni anak perempuan dari saudara sepesusuan.
6. Saudara sepesusuan.

c. Haram dinikahi karena hubungan mushaharah (perkawinan)


Firman Allah SWT :

‫َو ُاَّمَه اُت ِنَس اِئُك ْم َو َرَباِئُبُك ُم اّلْيِت ْيِف ُحُجْو ِر ُك ْم ّمْن ّنَس اِئُك ُم اّلْيِت َدَخ ْلُتْم ِهِبَّن َفِاْن ْمَّل َتُك ْو ُنْو ا‬
23:‫ النساء‬. ‫َح َالِئ َاْبَناِئُك اَّلِذ ْي ِم ْن َاْص َالِبُك‬ ‫ِهِب‬
‫ْم‬ ‫ُم َن‬ ‫ُل‬ ‫َدَخ ْلُتْم َّن َفَال ُج َناَح َعَلْيُك ْم َو‬
ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan)
maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu). [QS. An-Nisaa’ : 23]

‫ِح‬ ‫ِا‬ ‫ِء ِا‬ ‫ِك‬


‫ َّنه َك اَن َفا َش ًة َّو َم ْق ًتا َّو َس آَء‬، ‫َو َال َتْن ُحْو ا َم ا َنَك َح اَباُؤ ُك ْم ّم َن الّنَس آ َّال َم ا َقْد َس َلَف‬
22:‫ النساء‬.‫َس ِبْيًال‬
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada
masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-
buruk jalan (yang ditempuh). [An-Nisaa’ : 22]
Dari dalil-dalil di atas dapat dipahami bahwa wanita yang haram dinikahi karena hubungan
mushaharah adalah sebagai berikut :
1. Mertua perempuan dan seterusnya ke atas.
2. Anak tiri, dengan syarath kalau telah terjadi hubungan kelamin dengan ibu dari anak tiri
tersebut.
3. Menantu, yakni istri anaknya, istri cucunya dan seterusnya ke bawah.
4. Ibu tiri, yakni bekas istri ayah (Untuk ini tidak disyarathkan harus telah ada hubungan kelamin
antara ayah dan ibu tiri tersebut).

11. Wanita yang sementara haram dinikahi


Maksudnya ialah wanita yang ada sebab-sebab tertentu yang mana selama sebab-sebab itu
masih ada, wanita tersebut tidak boleh dinikahi. Tetapi bilamana sebab-sebab itu telah hilang,
maka boleh dinikahinya.
Mereka itu adalah sebagai berikut :
1. Memadukan seorang wanita dengan saudaranya atau dengan bibinya.

23:‫ النساء‬.‫ا‬ ‫ ِاَّن ا َك اَن َغُف ا َّر ِح‬. ‫ ِاَّال ا َقْد َل‬، ‫َاْن ْجَت ا ْاُال ِنْي‬
‫ًم‬ ‫ْي‬ ‫ْو ًر‬ ‫َهلل‬ ‫َم َس َف‬ ‫َم ُعْو َبَنْي ْخ َت‬ ‫َو‬
Dan (diharamkan) menghimpunkan dalam perkawinan dua wanita yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [QS. An-Nisaa’ : 23]

‫ َطِّلْق َاَّيَتُه َم ا‬:‫ َفَق اَل َلُه َرُسْو ُل اِهلل ص‬، ‫َعْن َفْيُر ْو َز الَّد ْيَلِم ِّي َاَّنُه َاْد َر َك ُه ْاِال ْس َالَم َو ْحَتَتُه ُاْخ َتاِن‬
‫ امحد و ابو داود و ابن ماجه و الرتمذى‬. ‫ِش ْئَت‬
Dari Fairuz Ad-Dailamiy, bahwa ia masuk Islam dengan kedua istrinya yang bersaudara. Maka
Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Thalaqlah salah seorang dari keduanya yang kamu
kehendaki”. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi]

‫ِة‬ ‫ِت‬ ‫ِة‬ ‫ِهلل‬


‫ َو َال َبَنْي ْاَملْر َأ َو‬،‫ َال ْجُيَم ُع َبَنْي ْاَملْر َأ َو َعَّم َه ا‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل ا ص‬: ‫َعْن َاىِب ُه َر ْيَر َة َقاَل‬
‫ البخارى و مسلم و اللفظ له‬.‫َخ اَلِتَه ا‬
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh dimadu seorang wanita
dengan saudara perempuan ayah wanita itu dan seorang wanita dengan saudara perempuan
ibu wanita itu”. [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim]

2. Wanita yang bersuami.


Firman Allah SWT :
‫ِك ِهلل‬ ‫ِء ِا‬ ‫ِم‬
24:‫ النساء‬.
‫َو ْاُملْحَص َناُت َن الّنَس آ َّال َم ا َم َلَك ْت َاَمْياُنُك ْم َتاَب ا َعَلْيُك ْم‬
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang
kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. [QS. An-
Nisaa’ : 24]

3. Wanita yang masih di dalam iddah


Adapun tentang iddah wanita adalah sebagai berikut :
a. Wanita yang haidl, iddahnya 3 kali quru’ (tiga kali suci/tiga kali haidl).

‫ َو َال ِحَي ُّل ُهَلَّن َاْن َّيْك ُتْم َن َم ا َخ َلَق اُهلل ْيِف َاْر َح اِم ِه َّن‬، ‫َو ْا َطَّلَق اُت َيَتَر َّبْص َن ِبَاْنُف ِس ِه َّن َثَالَثَة ُقُر ْو ٍء‬
‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِخ‬ ‫ِم‬ ‫ِهلل‬ ‫ِم‬ ‫ِا ُمل‬
:‫ البقرة‬.‫ذ َك ْن َا اُدْو ا ْص َالًح ا‬ ‫ِب‬ ‫ِر‬ ‫ِب‬
‫َر‬ ‫ْن ُكَّن ُيْؤ َّن ا َو ْالَيْو ْاال َو ُبُعْو َلُتُه َّن َاَح ُّق َر ّد َّن ْيِف‬
228
Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. [QS. Al-Baqarah : 228]
b. Wanita yang ditinggal mati suaminya, iddahnya 4 bulan 10 hari.

234:‫ البقرة‬.‫ا‬ ‫ْش‬ ‫ٍر‬ ‫َاْش‬ ‫َة‬ ‫َا‬ ‫َّن‬ ‫ِه‬ ‫َّف َن ِم ْنُك َذ َن َاْز ا ا َّي َّب ِبَا ُفِس‬ ‫اَّلِذ‬
‫َع‬
‫ْر َب ُه َو ًر‬ ‫َع‬ ‫ْن‬ ‫ْص‬
‫ْم َو َي ُر ْو َو ًج َتَر َن‬ ‫ْي‬
‫َو َن ُيَتَو ْو‬
Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para
istri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari. [QS. Al-Baqarah : 234]
c. Wanita yang telah berhenti dari haidl atau tidak haidl, iddahnya 3 bulan.

‫ِحَي‬ ‫ِع‬ ‫ِئ ِاِن‬ ‫ِئ ِم ِح ِم‬


4:‫ الطالق‬.
‫َو اّلِئ َي ْسَن َن ْاَمل ْيِض ْن ّنَس آ ُك ْم اْر َتْبُتْم َف َّد ُتُه َّن َثَالَثُة َاْش ُه ٍر َّو اّلِئ ْمَل ْض َن‬
Dan perempuan-perempuan yang tidak haidl lagi (menopause) diantara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga
bulan. Dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haidl. [QS. Ath-Thalaaq : 4]
d. Wanita yang hamil, iddahnya hingga melahirkan kandungannya.

4:‫ الطالق‬.‫ا‬ ‫َّل ِم ِر‬ ‫ِق‬ ‫ِل‬


‫ َو َمْن َّيَّت اَهلل ْجَيَعْل ه ْن َاْم ه ُيْسًر‬، ‫َو ُاوَالُت ْاَالَمْحا َاَج ُلُه َّن َاْن َّيَض ْع َن ْمَحَلُه َّن‬
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. [QS. Ath-Thalaaq : 4]

4. Wanita yang sudah dithalaq tiga kali.


229:‫ البقرة‬. ‫ِبِاْح َس اٍن‬ ‫ٍف‬ ‫ِن ِا‬
‫الَّطَالُق َم َّرَتا َف ْم َس اٌك َمِبْع ُر ْو َاْو َتْس ِر ْيٌح‬
Thalaq yang dapat (dirujuki) itu dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi secara ma’ruf atau
menceraikan secara baik. [QS. Al-Baqarah : 229]

‫ َفِاْن َطَّلَق َه ا َفَال ُج َناَح َعَلْيِه َم ا َاْن‬،‫َفِاْن َطَّلَق َه ا َفَال ِحَت ُّل َلُه ِم ْن َبْع ُد َح ىّت َتْنِكَح َز ْو ًج ا َغْيَر ه‬
230:‫ البقرة‬. ‫َّيَت اَجَعا ِاْن َظَّنا َاْن ُيِق ْي ا ُح ُد ْو َد اِهلل ِتْلَك ُح ُد ْو ُد اِهلل ُيَبّيُنَه ا ِلَق ٍم َّيْع َل َن‬
‫ْو ُمْو‬ ‫َو‬ ‫َم‬ ‫َر‬
Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak
halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk
kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. [QS. Al-Baqarah :
230]

5. Wanita musyrik sehingga beriman

‫ُك‬ ‫ْت‬ ‫َا‬ ‫َل‬ ‫َّو‬ ‫ُّم ْش ِر َك ٍة‬ ‫ٌة‬‫َن‬ ‫ْؤ ِم َّن َ َال ٌة ُّم ْؤ ِم‬ ‫َال ْنِك وا ْا ْش ِر َك اِت‬
221:‫ البقرة‬. ‫َب‬ ‫َج‬ ‫ْع‬ ‫ْي‬ ‫َخ‬ ‫ىّت‬
‫ْم‬ ‫ْو‬ ‫ٌر ّمْن‬ ‫َح ُي َو َم‬ ‫َو َت ُح ُمل‬
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. [QS.
Al-Baqarah : 221]
Demikianlah tentang wanita-wanita yang tidak boleh dinikahi. Disamping itu perlu diingat bahwa
wanita muslimah tidak boleh menikah dengan lelaki musyrik atau kafir. [Lihat QS. Al-
Mumtahanah : 10 dan QS. Al-Baqarah : 221]
NIKAH YANG DILARANG

12. Nikah Mut’ah.


Nikah mut’ah, adalah nikah untuk sementara waktu, misalnya : tiga hari, seminggu, sebulan,
dsb, dengan imbalan tertentu.

‫ َاَال ْخَنَتِص ى؟ َفَنَه اَنا‬:‫ َفُقْلَنا‬،‫َمَعَنا ِنَس اٌء‬ ‫ِل اِهلل‬ ‫ٍد‬
‫َس‬ ‫ْي‬‫َل‬ ‫ص‬ ‫ْغ‬
‫َن ُزْو َمَع َرُسْو‬ ‫َّنا‬ ‫ُك‬ : ‫َل‬ ‫ا‬‫َق‬ ‫َعِن اْبِن َم ْس ُعْو‬
‫َّلِذ‬ ‫ِهلل‬
‫ َّمُث َقَر َأ َعْبُد ا { يَاُّيَه ا ا ْيَن‬. ‫َاَج ٍل‬ ‫ َّمُث َر َّخ َص َلَنا َبْع ُد َاْن َنْنِكَح ْا ْر َأَة ِبالَّثْو ِب ِاىَل‬، ‫َعْن ذِلَك‬
‫َمل‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬.} 87:‫ املائدة‬. ‫اَم ُن ا َال َحُت ا َطّيَباِت َم ا َاَح َّل اُهلل َلُك‬
‫ْم‬ ‫ّرُمْو‬ ‫ْو‬
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Kami pernah berperang bersama Rasulullah SAW dan tidak ada
wanita yang berserta kami. Kemudian kami bertanya, “Tidakkah (sebaiknya) kami berkebiri saja
?”. Maka Rasulullah SAW melarang kami dari yang demikian itu, kemudian beliau memberi
keringanan kepada kami sesudah itu, yaitu dengan cara mengawini wanita sampai batas waktu
tertentu dengan (imbalan) pakaian, lalu Abdullah bin Mas’ud membaca (firman Allah), “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang dihalalkan
Allah atas kamu”. (QS. Al-Maidah : 87) [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

‫ِل ِال ِم‬ ‫ِت‬ ‫ِا‬ ‫ِد‬


‫ َك اَن الَّر ُج ُل َيْق ُد ُم‬. ‫ َمَّنا َك اَن ْاُملْتَعُة ىِف َاَّو ْا ْس َال‬: ‫َعْن َحُمَّم ْبِن َك ْع ٍب َعِن اْبِن َعَّباٍس َقاَل‬
‫ِل‬ ‫ِق‬
‫ َو ُتْص ُح َلُه‬،‫ َفَيَتَز َّو ُج ْاَملْر َأَة ِبَقْد ِر َم ا َيَر ى َاَّنُه ُي ْيُم َفَتْح َف ُظ َلُه َم َتاَعُه‬.‫ْالَبْلَد َة َلْيَس َلُه َهِبا َم ْع ِر َفٌة‬
‫ِا‬
‫ َفُك ُّل‬. ‫ َقاَل اْبُن َعَّباٍس‬. ‫ َّال َعلى َاْز َو اِج ِه ْم َاْو َم ا َم َلَك ْت َاَمْياُنُه ْم‬:‫َش ْأَنُه َح ىَّت َنَز َلْت هِذِه ْاآلَيُة‬
‫ الرتمذى‬.‫َف ٍج ِس ى َمُها َح اٌم‬
‫َر‬ ‫ْر َو‬
Dan dari Muhammad bin Ka’ab dari Ibnu Abbas, ia berkata : Sebenarnya kawin mut’ah itu
hanya terjadi pada permulaan Islam, yaitu seseorang datang ke suatu negeri dimana ia tidak
memiliki pengetahuan tentang negeri itu, lalu ia mengawini seorang wanita selama ia muqim (di
tempat itu), lalu wanita itu memelihara barangnya dan melayani urusannya sehingga turunlah
ayat ini (Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki). (QS Al-
Mukminuun : 6). Ibnu Abbas berkata, “Maka setiap persetubuhan selain dengan dua cara itu
(nikah dan pemilikan budak) adalah haram”. [HR. Tirmidzi]

‫ِم ِر ِل ِة‬ ‫ِة‬ ‫ِن‬ ‫ِهلل‬ ‫ِل‬


.
‫َعْن َع ٍّي رض َاَّن َرُسْو َل ا ص َنَه ى َعْن َك اِح ْاُملْتَع َو َعْن ُحُلْو ْاُحلُم ْاَالْه َّي َز َم َن َخْيَبَر‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬. ‫َعْن ُحُل ِم ْاُحل ِر ْاِال ْنِس َّيِة‬ ‫ِة الِّن اِء‬
‫ْو ُم‬ ‫ َنَه ى َعْن ُمْتَع َس َيْو َم َبَر َو‬:‫و ىف رواية‬
‫َخْي‬
Dari Ali RA, bahwasanya Rasulullah SAW melarang nikah mut’ah dan daging himar jinak pada
waktu perang Khaibar. Dan dalam satu riwayat (dikatakan), “Rasulullah SAW melarang kawin
mut’ah pada masa perang Khaibar dan (melarang makan) daging himar piaraan”. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim]
. ‫ َر َّخ َص َلَنا َرُسْو ُل اِهلل ص ىِف ُمْتَعِة الِّنَس اِء َعاَم َاْو َطاٍس َثَالَثَة َاَّياٍم‬: ‫َعْن َس َلَم َة ْبِن ْاَالْك َو ِع َقاَل‬
‫ امحد و مسلم‬.‫َّمُث َنَه ى َعْنَه ا‬
Dari Salamah bin Akwa’, ia berkata, “Rasulullah SAW memberi keringanan (hukum) kepada
kami untuk kawin mut’ah pada tahun perang Authas selama tiga hari, kemudian ia
melarangnya”. [HR. Ahmad dan Muslim]

‫ َفَاِذ َن َلَنا َرُسْو ُل‬، ‫ َفَاَقْم َنا َهِبا ْمَخَس َة َعَش َر‬: ‫ َقاَل‬،‫َعْن َس ُبَر َة ْاُجلَه ِّيِن َاَّنُه َغَز ا َمَع الَّنِّيِب ص َفْتَح َم َّك َة‬
‫ىَّت َّر ا ُل اِهلل‬ ‫ِد ِا‬ ‫ِهلل ىِف ِة ِء‬
‫ َفَلْم َاْخ ُر ْج َح َح َمَه َرُسْو‬: ‫ َو َذَك َر َح ْيَث ىَل َاْن َقاَل‬. ‫ا ص ُمْتَع الِّنَس ا‬
‫امحد و مسلم‬.‫ص‬
Dari Saburah Al-Juhaniy, bahwa sesungguhnya ia pernah berperang bersama Rasulullah SAW
dalam menaklukkan Makkah. Saburah berkata, “Kemudian kami bermuqim di sana selama lima
belas hari, lalu Rasulullah SAW mengizinkan kami kawin mut’ah”. Dan ia menyebutkan
(kelanjutan) hadits itu. Selanjutnya Saburah berkata, "Maka tidaklah kami keluar hingga
Rasulullah SAW mengharamkannya”. [HR. Ahmad dan Muslim]

‫ِم‬ ‫ىِف ِال ِت‬ ‫ِذ‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬


‫ ىِّن ُك ْنُت َا ْنُت َلُك ْم ْا ْس ْم َتاِع َن‬، ‫ يَاُّيَه ا الَّناُس‬: ‫ َّنُه َك اَن َمَع الَّنِّيِب ص َفَق اَل‬:‫و ىف رواية‬
‫ِب‬ ‫ِع ِم‬ ‫ِل ِا ِم ِق ِة‬ ‫ِء ِا‬
‫ َو‬،‫ َفَم ْن َك اَن ْنَد ُه ْنُه َّن َش ْي ٌء َفْلُيْخ ِل َس ْيَلُه‬، ‫الِّنَس ا َو َّن اَهلل َقْد َح َّر َم ذ َك ىَل َيْو ْال َياَم‬
‫ امحد و مسلم‬.‫َال َتْأُخ ْذ ْو ا َّمِما آَتْيُت ُه َّن َش ْيًئا‬
‫ُمْو‬
Dan dalam satu riwayat (dikatakan) : Bahwa sesungguhnya Saburah pernah bersama-sama
Nabi SAW, lalu beliau bersabda, “Hai manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan kamu
kawin mut’ah, dan bahwasanya Allah benar-benar telah mengharamkan hal itu sampai hari
qiyamat, maka barangsiapa yang masih ada suatu ikatan dengan wanita-wanita itu hendaklah
ia lepaskan dan janganlah kamu mengambil kembali apa-apa yang telah kamu berikan kepada
mereka itu sedikitpun”. [HR. Ahmad dan Muslim]

‫ امحد و ابو داود‬. ‫ْتَعِة‬ ‫ َاَّن َرُسْو َل اِهلل ص ىِف َح َّج ِة ْالَو َداِع َنَه ى َعْن ِنَك اِح ْا‬:‫و ىف رواية عنه‬
‫ُمل‬
Dan dalam riwayat lain dari Saburah (dikatakan), “Bahwasanya Rasulullah SAW pada waktu
haji Wada’ melarang kawin mut’ah”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud].

13. Nikah Tahlil


Nikah tahlil, ialah seorang laki-laki menikahi wanita dengan niat akan menceraikannya setelah
mencampurinya agar wanita itu bisa menikah kembali dengan bekas suaminya yang telah
menthalaqnya tiga kali. Maka laki-laki tersebut disebut Muhallil, adapun bekas suami/istri yang
menghendaki demikian disebut Muhallal lahu.
‫ امحد و النسائى و الرتمذى و صححه‬.‫َلُه‬ ‫ َلَعَن َرُسْو ُل اِهلل ص ْا َح ِّل َو ْا َح َّل‬: ‫َعِن اْبِن َم ْس ُعْو ٍد َقاَل‬
‫ُمل َل ُمل َل‬
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat muhallil (yang menghalalkan) dan
orang yang dihalalkannya”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi mengesahkannya].

‫ َبَلى َيا‬:‫ َاَال ُاْخ ُرِبُك ْم ِبالَّتْيِس ْا ْس َتَعاِر ؟ َقاُلْو ا‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل ص‬: ‫َعْن ُعْق َبَة ْبِن َعاِم ٍر َقاَل‬
‫ُمل‬ ‫َل اِهلل‬
‫ ابن ماجه‬.‫ْا َح َّل َلُه‬ ‫ِّل‬ ‫َح‬ ‫ْا‬ ‫ُهلل‬ ‫ا‬ ‫َع‬‫َل‬ ، ‫ِّل‬ ‫َح‬ ‫ْا‬ ‫ُه‬ : ‫َل‬ ‫ا‬‫َق‬ .
‫َو ُمل ُل َن ُمل َل َو ُمل َل‬ ‫َرُسْو‬
Dari ‘Uqbah bin Amir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kamu kuberi tahu
tentang pejantan pinjaman ?” Mereka menjawab, “Mau, ya Rasulullah”. Rasulullah SAW
bersabda, “Yaitu muhallil. Semoga Allah melaknat muhallil dan muhallal lahu”. [HR. Ibnu Majah]

14. Nikah Syighar

‫ِهلل‬ ‫ِف‬
‫ َو الِّش َغاُر َاْن ُيَز ِّو َج الَّر ُج ُل اْبَنَتُه‬. ‫َعْن َنا ٍع َعِن اْبِن ُعَمَر َاَّن َرُسْو َل ا ص َنَه ى َعِن الِّش َغاِر‬
‫ و ابو داود جعله من‬.‫ لكن الرتمذى مل يذكر تفسري الشغار‬،‫ اخلمسة‬. ‫َعَلى َاْن ُيَز ِّو َج ُه اْبَنَتُه َلْي َبْيَنُه ا َص َد اٌق‬
‫َو َس َم‬
‫ و هو كذلك ىف رواية امحد و البخارى و مسلم‬.‫كالم نافع‬
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW melarang nikah syighar. Sedang
nikah syighar itu ialah seorang laki-laki menikahkan anak perempuannya kepada seseorang
dengan syarat imbalan, ia harus dikawinkan dengan anak perempuan orang tersebut, dan
keduanya tanpa mahar. [HR. Jama’ah, tetapi Tirmidzi tanpa menyebutkan penjelasan arti
syighar dan Abu Dawud menjadikan penjelasan arti syighar itu sebagai perkataan Nafi’. Dan
hadits seperti itu diriwayatkan juga oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim].

‫ َز ِّو ْج ىِن‬:‫ َو الِّش َغاُر َاْن َيُقْو َل الَّر ُج ُل‬. ‫ َنَه ى َرُسْو ُل اِهلل ص َعِن الِّش َغاِر‬: ‫َعْن َاىِب ُه َر ْيَر َة َقاَل‬
‫ امحد و مسلم‬. ‫ َاْو َز ِّو ْج ىِن ُاْخ َتَك ُاَز ِّو ُج َك ُاْخ ىِت‬، ‫اْبَنَتَك ُاَز ِّو ُج َك اْبَنىِت‬
‫َو‬ ‫َو‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW melarang nikah syighar. Sedang nikah
syighar yaitu, seorang laki-laki berkata, “Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu, dan aku
akan menikahkan kamu dengan anak perempuanku, atau nikahkanlah aku dengan saudara
perempuanmu dan aku akan menikahkan kamu dengan saudara perempuanku”. [HR. Muslim]

‫ مسلم‬. ‫ْاِال ْس َالِم‬ ‫ َال ِش َغا ىِف‬: ‫َعِن اْبِن ُع َاَّن الَّنَّيِب ص َقاَل‬
‫َر‬ ‫َمَر‬
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada nikah syighar dalam Islam”.
[HR. Muslim]

15. Pernikahan di masa jahiliyah.


‫ َفِنَك اٌح ِم ْنَه ا‬. ‫ َاَّن الِّنَك اَح ىِف ْاَجلاِهِلَّيِة َك اَن َعَلى َاْر َبَعِة َاَحْناٍء‬:‫َعْن ُعْر َو َة َاَّن َعاِئَش َة َاْخ َبَر ْتُه‬
.‫ َّمُث َيْنِكُحَه ا‬،‫ ْخَيُطُب الَّر ُج ُل ِاىَل الَّر ُج ِل َو ِلَّيَتُه َاِو اْبَنَتُه َفُيْص ِد ُقَه ا‬.‫ِنَك اُح الَّناِس ْالَيْو َم‬
Dari ‘Urwah : Sesungguhnya ‘Aisyah RA pernah memberitahukan kepadanya, bahwa
pernikahan di jaman jahiliyah itu ada 4 macam. 1. Pernikahan seperti yang berlaku sekarang ini,
yaitu seorang laki-laki meminang wanita atau anak perempuan kepada walinya, lalu membayar
mahar, kemudian menikahinya.

‫ ِاَذا َظَه َر ْت ِم ْن َطْم ِثَه ا َاْر َس َل ِاَىل ُفَالٍن َفاْس َتْبِضِعى‬:‫َو ِنَك اٌح آَخ ُر َك اَن الَّر ُج ُل َيُقْو ُل ِ الْم َر َأِتِه‬
‫ َفِاَذا‬،‫ِم ْنُه َو َيْع َتِز َهُلا َز ْو ُجَه ا َو َال َمَيُّس َه ا َح ىَّت َيَتَبَنَّي ْمَحُلَه ا ِم ْن ذِلَك الَّر ُج ِل اَّلِذ ى َتْس َتْبِض ُع ِم ْنُه‬
‫ َفَك اَن هَذ ا‬. ‫ َو ِاَمَّنا َيْف َعُل ذِلَك َر ْغ َبًة ىِف َجَناَبِة ْالَو َلِد‬. ‫َتَبَنَّي ْمَحُلَه ا َاَص اَبَه ا َز ْو ُجَه ا ِاَذا َاَح َّب‬
. ‫الِّنَك اُح ُيَس َّم ى ِنَك اَح ْاِال ْس ِتْبَض اِع‬
Bentuk pernikahan yang lain yaitu, 2. seorang laki-laki berkata kepada istrinya, ketika istrinya itu
telah suci dari haidl, “Pergilah kepada si Fulan, kemudian mintalah untuk dikumpulinya”, dan
suaminya sendiri menjauhinya, tidak menyentuhnya sehingga jelas istrinya itu telah
mengandung dari hasil hubungannya dengan laki-laki itu. Kemudian apabila telah jelas
kehamilannya, lalu suaminya itu melanjutkan mengumpulinya apabila dia suka. Dan hal itu
diperbuat karena keinginan untuk mendapatkan anak yang cerdas (bibit unggul). Nikah
semacam ini disebut nikah istibdla’.

‫ِا‬ ‫ِة‬ ‫ِن‬


‫ َف َذا َمَحَلْت‬.‫ َفُيِص ْيُبْو َنَه ا‬. ‫َو َك اٌح آَخ ُر ْجَيَتِم ُع الَّر ْه ُط ُدْو َن ْالَعْش َر ِة َفَيْد ُخ ُلْو َن َعَلى ْا ْر َأ ُك ُّلُه ْم‬
‫ِم َاْن ْمَيَتِن‬ ‫ َملَل َتِط‬، ‫َّر َل اٍل َد َاْن َت ْمَحَل ا َا َل ِاَل ِه‬
‫َع‬ ‫َض َع َه ْر َس ْت ْي ْم َف ْم َيْس ْع َر ُج ٌل ْنُه ْم‬ ‫َو َو َض َعْت َو َم َي َبْع‬
‫ِذ‬
‫ َو َقْد َو َلْد ُت َفُه َو اْبُنَك‬، ‫ َقْد َعَر ْفُتُم اَّل ى َك اَن ِم ْن َاْم ِر ُك ْم‬. ‫ َفَتُقْو ُل ُهَلْم‬،‫َح ىَّت ْجَيَتِم ُعْو ا ِعْندَه ا‬
.‫ َفُيْلَح ُق ِبِه َو َلُد َه ا َال َيْس َتِط ْيُع َاْن ْمَيَتِنَع ِم ْنُه الَّر ُج ُل‬.‫ َفُتَس ِّم ى َمْن َاَح َّبْت ِباِمْسِه‬، ‫َيا ُفَالُن‬
Kemudian bentuk yang lain, 3. Yaitu sejumlah laki-laki, kurang dari 10 orang berkumpul, lalu
mereka semua mencampuri seorang wanita. Apabila wanita tersebut telah hamil dan
melahirkan anaknya, selang beberapa hari maka perempuan itu memanggil mereka dan tidak
ada seorang pun diantara mereka yang dapat menolak panggilan tersebut sehingga merekapun
berkumpul di rumah perempuan itu. Kemudian wanita itu berkata kepada mereka, “Sungguh
anda semua telah mengetahui urusan kalian, sedang aku sekarang telah melahirkan, dan anak
ini adalah anakmu hai fulan”. Dan wanita itu menyebut nama laki-laki yang disukainya, sehingga
dihubungkanlah anak itu sebagai anaknya, dan laki-laki itupun tidak boleh menolaknya.

.‫َو ِنَك اٌح َر اِبٌع ْجَيَتِم ُع الَّناُس ْالَك ِثْيُر َو َيْد ُخ ُلْو َن َعَلى ْا ْر َأِة َال ْمَتَتِنُع َّمِمْن َج اَءَه ا َو ُه َّن ْالَبَغاَيا‬
‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫َمل‬
‫ َفَم ْن َاَر اَدُه َّن َدَخ َعَلْي َّن َف َذ َمَحَلْت ْح َد ُه َّن‬.‫َيْنُصَنْب َعَلى َاْبَو اِهِبَّن الَّر اَياِت َو َتُك ْو ُن َعَلًم ا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ، ‫ِه‬ ‫ل‬
‫ِه ِع‬ ‫ِذ‬
‫ َفاْلَتاَط ِب َو ُد َي اْبَنُه‬. ‫ َّمُث ْاَحلُقْو ا َو َلَد َه ا ِباَّل ى َيَر ْو َن‬،‫َو َو َض َعْت َمَجُعْو ا َهَلا َو َدَعْو َهَلا َاْلَق اَفَة‬
‫ َفَلَّم ا َبَعَث اُهلل َحُمَّم ًد ا ص ِبْاَحلِّق َه َد َم ِنَك اَح ْاَجلاِهِلَّيِة ُك َّلُه ِاَّال ِنَك اَح الَّناِس‬. ‫َال ْمَيَتِنُع ِم ْن ذِلَك‬
179-6:178 ‫ ىف نيل االوطار‬.‫ البخارى و ابو داود‬. ‫ْالَي َم‬
‫ْو‬
Bentuk ke-4 yaitu, berhimpun laki-laki yang banyak, lalu mereka mencampuri seorang wanita
yang memang tidak akan menolak setiap laki-laki yang mendatanginya, sebab mereka itu
adalah pelacur-pelacur yang memasang bendera-bendera di muka pintu mereka sebagai tanda,
siapasaja yang menginginkannya boleh masuk. Kemudian jika salah seorang diantara wanita itu
ada yang hamil dan melahirkan anaknya, maka para laki-laki tadi berkumpul di situ, dan mereka
pun memanggil orang-orang ahli firasat, lalu dihubungkanlah anak itu kepada ayahnya oleh
orang-orang ahli firasat itu menurut anggapan mereka. Maka anak itu pun diakuinya, dan
dipanggil sebagai anaknya, dimana orang (yang dianggap sebagai ayahnya) itu tidak boleh
menolaknya. Kemudian setelah Allah mengutus nabi Muhammad SAW sebagai Rasul dengan
jalan haq, beliau menghapus pernikahan model jahiliyah tersebut keseluruhannya, kecuali
pernikahan sebagaimana yang berjalan sekarang ini. [HR. Bukhari dan Abu Dawud, dalam
Nailul Authar juz 6, hal. 178-179]

18. Anjuran mengadakan walimah

‫ َم ا هَذ ا؟‬: ‫َعْن َاَنِس ْبِن َم اِلٍك َاَّن الَّنَّيِب ص َر َأى َعَلى َعْبِد الَّرمْح ِن ْبِن َعْو ٍف َاَثَر ُصْف َر ٍة َفَق اَل‬
‫ِن ٍة ِم ٍب‬ ‫ِهلل ِا‬
‫ َاْو ْمِل َو‬. ‫ َفَباَر َك اُهلل َلَك‬: ‫ َقاَل‬. ‫ َيا َرُسْو َل ا ىّن َتَز َّو ْجُت اْم َر َأًة َعَلى َو ْز َنَو ا ْن َذَه‬: ‫َقاَل‬
‫ مسلم‬.‫َل ِبَش اٍة‬
‫ْو‬
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW melihat ada bekas kuning-kuning pada 'Abdur
Rahman bin 'Auf. Maka beliau bertanya, "Apa ini ?". Ia menjawab, "Ya Rasulullah, saya baru
saja menikahi wanita dengan mahar seberat biji dari emas". Maka beliau bersabda, "Semoga
Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah meskipun (hanya) dengan (menyembelih)
seekor kambing". [HR. Muslim]

‫ امحد و‬.‫ِبَش اٍة‬ ‫ٍء ِم ِن ِئِه‬


‫ َاْو َمَل‬، ‫ َم ا َاْو َمَل الَّنُّيِب ص َعَلى َش ْي ْن َس ا َم ا َاْو َمَل َعَلى َز ْيَنَب‬: ‫َعْن َاَنٍس َقاَل‬
‫البخارى و مسلم‬
Dari Anas, ia berkata, "Nabi SAW tidak pernah menyelenggarakan walimah atas
(pernikahannya) dengan istri-istrinya sebagaimana walimah atas (pernikahannya) dengan
Zainab, beliau menyelenggara-kan walimah dengan (menyembelih) seekor kambing". [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim].

‫ اخلمسة اال النسائى‬. ‫َس ِو ْيٍق‬ ‫ِف ِب‬


‫َعْن َاَنٍس َاَّن الَّنَّيِب ص َاْو َمَل َعَلى َص َّيَة َتْم ٍر َو‬
Dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW pernah mengadakan walimah atas (perkawinannya)
dengan Shafiyah dengan hidangan kurma dan sawiq (bubur tepung). [HR. Khamsah kecuali
Nasai].
‫ البخارى‬. ‫َش ِعٍرْي‬ ‫ِم‬ ‫ِن ِئِه‬ ‫ِف ِب ِت‬
‫ َاْو َمَل الَّنُّيِب ص َعَلى َبْع ِض َس ا ُمِبَّد ْيِن ْن‬: ‫َعْن َص َّيَة ْن َش ْيَبَة َاَّنَه ا َقاَلْت‬
Dari Shafiyah binti Syaibah, bahwa ia berkata, "Nabi SAW mengadakan walimah atas
(pernikahannya) dengan sebagian istrinya dengan dua mud gandum". [HR. Bukhari].

‫ِق‬ ‫ِل‬ ‫ىِف ِق ِة ِف‬


‫ امحد و مسلم‬.
‫َعْن َاَنٍس َّص َص َّيَة َاَّن الَّنَّيِب ص َجَعَل َو ْيَم َتَه ا الَّتْم َر َو ْاَال َط َو الَّس ْم َن‬
Dari Anas tentang kisah Shafiyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW mengadakan walimah
(pernikahannya) dengan kurma, keju dan samin. [HR. Ahmad dan Muslim].

‫و ىف رواية َاَّن الَّنَّيِب ص َاَقاَم َبَنْي َخْيَبَر َو ْا ِد ْيَنَة َثَالَث َلَياٍل َيْبىِن ِبَص ِف َّيَة َفَد َعْو ُت ْا ْس ِلِم َنْي ِاىَل‬
‫ِسُمل‬ ‫ِا‬ ‫َمل‬
‫َو ِلْيَم ِتِه َم ا َك اَن ِفْيَه ا ِم ْن ُخْبٍز َو َال ْحَلٍم َو َم ا َك اَن ْيَه ا َاْن َاَم َر ْاَالْنَطاِع َفُب َطْت َفَاْلَق ى‬
‫ِب‬ ‫َّال‬ ‫ِف‬
‫ ِاْح َد ى ُاَّمَه اِت ْا ْؤ ِمِنَنْي َاْو َم ا َم َلَك ْت ِمَيْيُنُه؟‬: ‫ َفَق اَل ْا ْس ِلُمْو َن‬. ‫َعَلْيَه ا الَّتْم َر َو ْاَالِقَط َو الَّس ْم َن‬
‫ُمل‬ ‫ِت ُمل‬
‫ َو ْن ْمَل ْحَيُج ْبَه ا َف َي َّمِما َم َلَك ْت ْيُنُه َفَلَّم ا‬. ‫ ِاْن َحَج َبَه ا َفِه َي ِاْح َد ى ُاَّمَه ا ْا ْؤ َنْي‬:‫َفَق اُلْو ا‬
‫ِمَي‬ ‫ِه‬ ‫ِا‬ ‫ِمِن‬
‫ُمل‬
‫ امحد و البخارى و مسلم‬. ‫اْر َحَت َّطَأ َخ ْلَف ُه َم َّد ْاِحلَج اَب‬
‫َو‬ ‫َل َو‬
Dan dalam riwayat lain (dikatakan) : Bahwasanya Nabi SAW pernah singgah diantara Khaibar
dan Madinah selama tiga malam dimana beliau mengadakan pesta pernikahan dengan
Shafiyah, kemudian aku mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimahnya, yang
dalam walimah itu hanya ada roti tanpa daging dan di situ beliau hanya menyuruh
dihamparkannya tikar-tikar, lalu diletakkan di atasnya kurma, keju dan samin. Lalu kaum
muslimin pada bertanya, "(Ini upacaranya) salah seorang ummul mukminin ataukah hamba
perempuan yang dimilikinya ?". Lalu mereka menjawab, "Jika Nabi SAW mentabirinya maka ia
adalah seorang umul mukminin dan jika tidak mentabirinya maka ia adalah hamba yang beliau
miliki". Kemudian tatkala Nabi SAW mendengar, beliau melangkah ke belakang dan menarik
tabir. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].

‫ِلِه‬ ‫ِهلل‬
‫ َفَص َنَعْت ُاّم ى ُاُّم ُس َلْيٍم َح ْيًس ا َفَجَعَلْتُه‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َتَز َّو َج َرُسْو ُل ا ص َفَد َخ َل ِبَاْه‬: ‫َعْن َاَنٍس َقاَل‬
‫هِب َذ ا ِاَل ُا ى ِه‬ :‫فقل‬ .‫ص‬ ‫ِل اِهلل‬ ‫ىَل‬‫ ِاْذ هِب َذ ا ِا‬، ‫ ا َا‬: ‫ىِف ٍر اَل‬
‫َي‬ ‫َو‬ ‫ّم‬ ‫َك‬ ‫ْي‬ ‫َثْت‬ ‫َع‬‫َب‬ ‫َرُسْو‬ ‫َتْو َفَق ْت َي َنُس َه ْب‬
‫ِل اِهلل‬ ‫ىَل‬‫ا ِا‬ ‫َذ‬‫َف‬ : ‫َل‬ ‫ا‬‫َق‬ . ‫ ا َل اِهلل‬، ‫ ُق ُل ِاَّن هَذ ا َلَك ِم َّنا َقِل‬. ‫ْق ِر ُئَك الَّسَال‬
‫َهِب َرُسْو‬ ‫َهْبُت‬ ‫ْيٌل َي َرُسْو‬ ‫َم َفَت ْو‬ ‫ُت‬
: ‫ َفَق اَل‬.‫ َيا َرُسْو َل اِهلل‬،‫ ِاَّن ُاّم ى ُتْق ِر ُئَك الَّسَالَم َو َتُقْو ُل ِاَّن هَذ ا َلَك ِم َّنا َقِلْيٌل‬: ‫ص َفُقْلُت‬
: ‫ َقاَل‬.‫ ِاْذَه ْب َفاْد ُع ىِل ُفَالًنا َو ُفَالًنا َو ُفَالًنا َو َمْن َلِق ْيَت َو َّمَسى ِر َج اًال‬: ‫ َّمُث َقاَل‬.‫َض ْعُه‬
. ‫ ُز َه ا َثَالِث ِم اَئٍة‬: ‫ َعَد َد َك َك اُن ا؟ َقاَل‬: ‫ ُقْلُت ِ َالَنٍس‬: ‫ َقاَل‬. ‫َفَد َع ُت َمْن َّمَسى َمْن َلِق ْيُت‬
‫َء‬ ‫ْم ْو‬ ‫َو‬ ‫ْو‬
‫مسلم‬
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Nabi SAW menikah, lalu beliau mengadakan walimah". Anas
berkata, "Lalu ibuku Ummu Sulaim membuat makanan hais, lalu ia tuangkan dalam bejana",
kemudian ia berkata, "Hai Anas, bawalah ini kepada Rasulullah SAW. Dan katakanlah, "Ibuku
mengirimkan ini untuk engkau, dan dia berkirim salam kepada engkau". Dan katakanlah, "Ini
sedikit dari kami untuk engkau ya Rasulullah". Anas berkata, "Lalu aku pergi kepada Rasulullah
SAW dengan membawa makanan itu". Lalu aku berkata kepada Rasulullah, "Sesungguhnya
ibuku berkirim salam untukmu dan dia mengatakan, "Sesungguhnya ini sedikit dari kami
untukmu, ya Rasulullah". Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Letakkanlah makanan itu".
Lalu ia bersabda (lagi), "Undanglah kemari, si Fulan, si Fulan, si Fulan dan siapasaja yang kau
jumpai". Beliau menyebutkan beberapa orang laki-laki. Anas berkata, "Kemudian aku
mengundang orang-orang yang beliau sebut namanya dan orang-orang yang aku jumpai".
Perawi bertanya kepada Anas, "Berapa jumlah mereka itu ?". Jawab Anas, "Kira-kira 300
orang". [HR. Muslim].

‫َعْن َقَتاَدَة َعِن ْاَحلَس ِن َعْن َعْبِد اِهلل ْبِن ُعْثَم اَن الَّثَق ِف ّي َعْن َرُج ٍل ِم ْن َثِق ْيٍف ُيَق اُل َاَّن َلُه َم ْع ُر ْو ًفا‬
‫ َقاَل َرُسْو ُل‬: ‫ َقاَل‬.‫ َقاَل َقَتاَدُة ِاْن ْمَل َيُك ْن ِاُمْسُه ُز َه ْيَر ْبَن ُعْثَم اَن َفَال َاْد ِر ى َم ا ْاُمسُه‬.‫َو َاْثىَن َعَلْيِه‬
‫ امحد و ابو‬.‫ ْالَي َم الَّثاىِن َم ْع ْو ٌف ْالَي َم الَّثاِلَث ْمُسَعٌة ِر َياٌء‬. ‫ ْال ِلْي ُة َاَّو َل َي ٍم َح ٌّق‬:‫اِهلل ص‬
‫َو‬ ‫ُر َو ْو‬ ‫َو ْو‬ ‫ْو‬ ‫َو َم‬
‫داود‬
Dari Qatadah dari Al-Hasan dari 'Abdullah bin Usman Ats-Tsaqafiy dari seorang laki-laki dari
Tsaqif, dia mempunyai nama terkenal dan 'Abdullah memujinya. Qatadah berkata, "Jika nama
laki-laki itu bukan Zuhair bin 'Utsman, maka aku tidak tahu siapa namanya". Laki-laki itu berkata
: Rasulullah SAW bersabda, "Walimah pada hari pertama benar, pada hari kedua dikenal dan
pada hari ketiga sum'ah (menginginkan kemasyhuran) dan riya' ". [HR. Ahmad dan Abu
Dawud].

Anda mungkin juga menyukai