Anda di halaman 1dari 12

Edisi 40 Tahun 16

“Tiga Landasan Utama”


1. Di antara akidah yang wajib dipelajari dan diimani adalah adanya
pertanyaan malaikat dan azab di alam kubur.
2. Pertanyaan di alam kubur meliputi: Siapakah Rabbmu? Apa
agamamu? Siapakah Nabimu? (tiga landasan utama/ushuul
tsalaatsah)
3. Makna Rabb (Tuhan) adalah ilah/sesembahan, yaitu segala
sesuatu yang menjadi tempat bergantungnya hati. Seseorang harus
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar.
4. Islam adalah satu-satunya agama yang diterima di sisi Allah. Islam
terpenuhi dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan
mentauhidkan-Nya, tunduk patuh kepada Allah dengan penuh
ketaatan, serta berlepas diri dari perbuatan syirik dan para
pelakunya.
5. Tujuan mengenal Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam
adalah untuk meneladaninya, mengambil petunjuknya dan ittiba’
(mengikutinya) baik lahir maupun batin.

H.R. Abu Dawud & Ahmad

“Sungguh benar hamba-Ku itu (yang telah menjawab tiga


pertanyaan kubur), berikan kepadanya alas dari surga dan
bukakan baginya pintu ke arah surga.”
S alah satu akidah ahlus sunnah wal jamaah adalah
mengimani adanya azab kubur bagi orang yang
berhak mendapatkannya. Selain itu, juga mengima-
ni adanya pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir
kepada setiap penghuni kubur. Alam kubur ada-
lah taman-taman surga atau kubangan-kubangan
api neraka, yang menentukan ke mana seseorang
menuju adalah berhasil atau tidaknya mereka dalam
menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir
kepada mereka.

Tiga Pertanyaan Kubur


Pada umumnya kita telah mengetahui tentang per-
tanyaan Malaikat Munkar dan Nakir yang kelak harus
kita jawab di alam kubur. Yaitu pertanyaan, siapa-
kah Rabbmu? Apakah agamamu? dan siapakah
Nabimu? Inilah makna al-ushuul ats-tsalaatsah (tiga
landasan utama) yang dimaksudkan oleh Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahima-
hullah berkata, “Bahwasanya ushuul tsalaatsah ini
bersumber dari pertanyaan-pertanyaan yang diaju-

2
kan kepada seseorang di dalam kuburnya.” (Syarh
Ushuul Tsalaatsah, hal. 34).
Apabila seseorang berhasil menjawab ketiga per-
tanyaan ini dengan benar, dengan dilandasi oleh
Kitabullah, mengimani dan membenarkannya, maka
datanglah panggilan dari langit,
“Sungguh benar hamba-Ku itu, berikan kepadanya
alas dari surga dan bukakan baginya pintu ke arah
surga.” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan
oleh Syaikh Albani).
Akan tetapi, hamba-Nya yang munafik atau ragu
menjawab, ”Saya tidak tahu. Saya mendengar orang-
orang mengatakan sesuatu lalu aku ikut menga-
takannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain dikatakan, ”Hah, hah, aku tidak
tahu. Maka datanglah panggilan dari atas langit,
’Sungguh dia berdusta. Bentangkan baginya alas
dari neraka dan bukakan baginya pintu ke neraka.”
(H.R. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Albani).
Sungguh mengerikan!
Syaikh Shalih Alus Syaikh hafizhahullah menjelas-
kan bahwa para ulama mengambil hikmah dari

3
perkataan orang-orang munafik, “Saya mendengar
orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku ikut menga-
takannya, bahwa seseorang tidak boleh ikut-ikutan
(taqlid) dalam menjawab ketiga pertanyaan di atas.
Ketiga pertanyaan ini bukanlah sekedar pertanyaan
hafalan belaka. Karena sesungguhnya seorang muk-
min itu terbebas dari taqlid dan dia harus melanda-
si ilmunya dengan dalil yang benar. Barangsiapa
yang konsisten di atas hal tersebut sampai matinya,
maka dia adalah seorang mukmin”. (Syarh Kitab
Tsalaatsatil Ushuul, hal. 19).
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk
mengetahui dan mengenal jawaban dari pertanyaan,
“Siapakah Rabbmu?, Apakah agamamu?, Dan
siapakah Nabimu?”.

Siapakah Rabbmu?
Para ulama menafsirkan pertanyaan, “Siapakah
Rabbmu (Tuhanmu)?” dengan Siapakah ilah/sesem-
bahanmu? Ilah atau sesembahan adalah segala
sesuatu yang menjadi tempat bergantungnya
hati. Di mana hati merasa cinta, takut, berharap

4
dan bertawakkal kepadanya. Demikian juga ilah
adalah segala sesuatu yang ditujukan berbagai ben-
tuk pendekatan diri kepadanya, seperti doa, sujud,
kurban, nadzar dan lain-lain.
Karena apabila Rabb yang dimaksud dalam per-
tanyaan tersebut adalah Dzat Yang mencipta, mem-
beri rizki, menghidupkan dan mematikan, maka
niscaya kaum kafir Quraisy pun mampu untuk men-
jawabnya! Bukankah Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya),
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rizki kepada-
mu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup,
dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka
mereka akan menjawab, ‘Allah’.”’ (Q.S. Yunus : 31).
Kafir Quraisy meyakini bahwa Allah adalah
satu-satunya Rabb/Tuhan mereka. Akan tetapi
di samping mereka menjadikan Allah sebagai ilah
(sesembahan), mereka juga menjadikan ilah yang

5
lain di samping Allah Ta’ala. Oleh karena itu, ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
”Wahai manusia, katakanlah, ‘Laa ilaaha illallaah’
(tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah), niscaya kalian akan beruntung” (H.R. Ahmad.
Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).
Maka mereka pun mengatakan, “Mengapa ia men-
jadikan sesembahan-sesembahan itu sesembahan
yang satu saja? Sungguh ini benar-benar suatu hal
yang sangat mengherankan.” (Q.S. Shaad: 5).
Inilah sumber kemusyrikan orang-orang kafir, di
mana mereka tidak meyakini Allah sebagai satu-sa-
tunya ilah/ sesembahan.
Sehingga bagaimana mungkin seseorang dapat
menjawab pertanyaan ini dengan benar di
kuburnya, meskipun dia telah menghafalnya di
dunia, namun ketika di masa hidupnya dia hobi
berdoa meminta ke kubur para wali, memberikan
sesajen kepada Nyi Roro Kidul, atau menyembelih
ayam hitam sebagai persembahan kepada jin untuk
meraih kesaktian dan kekayaan?!

6
Apakah Agamamu?
Jika ditanyakan kepada kita, “Apakah agamamu?”,
maka seorang mukmin akan dengan tegas men-
jawab, “Islam”. Karena Islam inilah satu-satunya
agama yang diterima di sisi Allah. Allah Ta’ala ber-
firman (yang artinya),
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
darinya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang merugi.” (Q.S. Ali Imran: 85).
Dan Islam ini adalah agama yang mudah untuk
dilaksanakan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan.” (Q.S. Al-Hajj: 78).
Para ulama mendefinisikan Islam dengan ter-
penuhinya ketiga hal berikut ini,
Pertama, penyerahan diri sepenuhnya kepa-
da Allah dengan mentauhidkan-Nya. Yaitu, sese-
orang berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan
mentauhidkan-Nya dalam segala aktivitas ibadah.

7
Penyerahan diri seperti inilah yang menyebabkan
pelakunya dipuji dan mendapatkan pahala.
Kedua, tunduk patuh kepada Allah dengan
penuh ketaatan. Yaitu dengan melaksanakan perin-
tah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-
Nya. Maka bagaimanakah seseorang dapat men-
jawab pertanyaan kubur dengan benar, ketika di
dunia dia durhaka, tidak mau taat kepada perintah
Allah dan Rasul-Nya?
Ketiga, berlepas diri dari perbuatan syirik dan
para pelakunya. Karena seseorang yang mengikrar-
kan tauhid kepada Allah, mau tidak mau dia juga
harus berlepas diri dan membenci kesyirikan dan
para pelakunya. Kebenciannya itu pertama-tama
mendorongnya untuk memusuhi dan memerangi-
nya. Kemudian kafir (ingkar) kepada kesyirikan
itu. Apabila seseorang mencintai Islam dan ahliya
(pelaku dan pemeluknya), mencintai tauhid dan ah-
linya, akan tetapi tidak membenci syirik dan ahlinya,
maka dia bukanlah termasuk seorang muslim. Allah
Ta’ala menceritakan tentang kekasih-Nya, Ibrahim
‘alaihis salam,

8
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik
bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang ber-
sama dengan dia, ketika mereka berkata kepada
kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri
dari kalian dan dari apa yang kalian sembah se-
lain Allah. Kami mengingkari (kekafiran)kalian dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beri-
man kepada Allah saja’.” (Q.S. Al-Mumtahanah: 4).

Siapakah Nabimu?
Jika ditanyakan kepada kita, “Siapakah nabimu?”
Maka hendaklah kita menjawab, “Muhammad bin
Abdillah bin Abdil Muthallib bin Hasyim (Nabi Muham-
mad Shalallahu ‘alaihi wa sallam)”. Beliau termasuk
keturunan Suku Quraisy yang merupakan bagian
dari bangsa Arab dan keturunan Nabi Ismail bin
Ibrahim ‘alaihima salam. Beliau dilahirkan di kota
Makkah, kemudian hijrah ke kota Madinah. Beliau
hidup selama 63 tahun, 40 tahun sebelum nubuw-
wah (kenabian) dan 23 tahun menjadi Nabi dan Ra-
sul. Beliau melaksanakan dakwah selama 13 tahun

9
di kota Makkah untuk membersihkan aqidah ma-
syarakat dari kotoran-kotoran kesyirikan. Kemu-
dian akhirnya berdakwah di kota Madinah selama
10 tahun untuk membina umatnya di atas tauhid
yang murni tadi.
Tujuan mengenal Nabi Muhammad shallallahu ‘alai-
hi wa sallam adalah untuk meneladaninya, men-
gambil petunjuknya dan ittiba’’ (mengikutinya)
baik lahir maupun batin.
Demikianlah tiga landasan utama yang wajib
diketahui oleh seorang hamba. Semoga bekal yang
sedikit ini dapat membantu meneguhkan kita dalam
menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di
alam kubur kelak. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
(yang artinya),
“Allah meneguhkan kepada orang-orang yang beri-
man dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan
di dunia dan di akhirat. Dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zhalim dan berbuat apa yang Dia
kehendaki”. (Q.S. Ibrahim: 27).

10
Penulis:
dr.M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
Disarikan dari artikel:
• https://muslimah.or.id/9409-tiga-landasan-utama-
bag-1.html
• https://muslimah.or.id/9451-tiga-landasan-utama-
bag-2.html
Dimurajaah:
Ustaz Abu Salman, B.I.S.


DONASI BULETIN AT-TAUHID


BNI Syariah 024 1913 801
Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari.

Wajib Konfirmasi
Nama # Alamat # email # BesarDonasi #
TanggalTransfer # Buletin
(SMS/WA) ke: 0822-2597-9555


YUK NGAJI DI
radiomuslim.com
(1467 AM)
Dengarkan
BEDAH BULETIN AT-TAUHID
Jum’at 20.00 WIB bersama
Ust. Abu Salman
SUSUNAN REDAKSI
Penanggung jawab Ari Wahyudi, S.Si. | Penasihat Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.| Editor Ahli Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A.,
Ustadz Abu Salman, B.I.S., Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. | Pemimpin redaksi Wildan S., S.Farm., Apt. | Redaktur pelaksana &
Editor Arif Muhammad N, S.Pd | Layouter Ramane musa .

ALAMAT REDAKSI
Kantor Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, Jalan Selokan Mataram No. 412 Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta, Indonesia

WEBSITE | buletin.muslim.or.id @buletintauhid INFORMASI | 0852 9080 8972

Anda mungkin juga menyukai