Anda di halaman 1dari 167

Dinul Islam

Ulasan Utama Dasar-Dasar Islam

HASMI
Himpunan Ahlussunnah Untuk Masyarakat Islami

i
PENGANTAR
DEWAN PIMPINAN PUSAT
(DPP) HASMI

Setelah memanjatkan puja dan puji syukur kepada Alloh ,


yang telah memberikan petunjuk kepada kita untuk selalu berada
pada jalan yang lurus lagi diridhoi-Nya, juga sholawat dan salam
sejahtera semoga tercurah selalu kepada suri teladan kita, Nabi
Muhammad .
Melalui buku singkat ini, kami mencoba untuk memberikan
sumbangsih riil kepada umat dalam rangka menjelaskan ajaran
agama Islam yang kita anut.
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang hak, yang akan
menghantarkan para pengikutnya kepada kebahagiaan hidup, baik
di dunia maupun di akhirat. Alloh menurunkan agama ini
adalah untuk dipelajari, dianut dan diamalkan. Tanpa mempe-
lajari ilmunya, tiada seorang pun yang mampu mengamalkannya.
Oleh karena itu langkah pertama adalah mempelajarinya. Dengan
ilmu, seseorang dapat meninggikan derajatnya di sisi Alloh , di
dunia dan di akhirat. Di antara ayat-ayat yang menunjukkan ke-
muliaan ilmu dan penuntut ilmu adalah:

iii
        
  
“Katakanlah (wahai Muhammad), samakah orang-orang yang
berilmu dan yang tidak berilmu?” (QS. az-Zumar [39]: 9)


         
    

 
“Orang-orang yang menyeru kepada tuhan selain-Nya tidaklah
ia memiliki syafa’at kecuali orang-orang yang bersaksi dengan hak
dan mereka mengetahui (berilmu).” (QS. az-Zukhruf [43]: 86)

    

“Ia memberikan perincian akan ayat-ayat-(Nya) kepada orang-


orang yang mengetahui (berilmu).” (QS. Yunus [10]: 5)

         

“Alloh akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di


antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”
(QS. al-Mujadilah [58]: 11)
Banyak di antara kaum muslimin yang tidak sadar, bahwa bila
seseorang tidak mempelajari Islam, maka kebodohannya dapat
menghantarkannya kepada kekafiran. Para ulama telah berijma’
bahwa salah satu penggugur keislaman seseorang adalah ketidak-
pedulian terhadap Islam, tidak mempelajari dan tidak pula me-
ngamalkannya.

iv
     

“Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan yang di-


sampaikan kepada mereka.” (QS. al-Ahqof [46]: 3)

Kejahilan pun merupakan salah satu unsur terbesar dari unsur-


unsur yang akan menjauhkan seorang hamba dari Alloh .
Buku ini sebelumnya pernah diterbitkan berulang kali, karena
banyaknya permintaan cetak ulang dan respon positif dari para
pembaca, Marwah Indo Media kembali menerbitkannya dengan
beberapa revisi dan penambahan materi.
Pembaca yang budiman, mari bersama-sama kita berusaha
menyisihkan sedikit waktu dan tenaga untuk mempelajari agama
kita, agama Islam. Mari kita kaji buku ini dengan baik, mudah-
mudahan Alloh menganugerahkan hidayah-Nya kepada kita
semua…. Amin.

v
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vii

BAGIAN I
Hanya Islam..!! ...................................................................... 1

BAGIAN II
Ibadah .................................................................................... 16

BAGIAN III
Al-Iman .................................................................................. 19

BAGIAN IV
Tauhid .................................................................................... 26

BAGIAN V
Syirik....................................................................................... 52

BAGIAN VI
La Ilaha Illalloh ...................................................................... 65

BAGIAN VII
Rukun Iman............................................................................ 92

vii
viii
BAGIAN I

HANYA ISLAM..!!

1. Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan dan disya-


ri‟atkan Alloh serta satu-satunya agama yang diakui dan di-
terima-Nya. Alloh tidak akan menerima agama selainnya, dari
siapapun, di manapun dan sampai kapanpun juga.

      


“Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Alloh hanyalah
Islam.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 19)

          

    


“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama
Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang
ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpak-
sa dan hanya kepada Alloh-lah mereka dikembalikan.” (QS.
Ali ‘Imron [3]: 83)

           

 ‫ا‬
“Barangsiapa mencari (menganut) agama selain dari agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima dari padanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali
‘Imron [3]: 85)

2. Islam adalah satu-satunya agama yang dibawa oleh para rosul,


sejak rosul pertama hingga rosul terakhir, Nabi dan Rosul

1
Alloh yang diutus kepada kita, Muhammad .
Islam pun adalah agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan
Nabi „Isa . Nabi Musa bukanlah pembawa agama Yahudi dan
Nabi „Isa bukan pula pembawa agama Nashroni (Kristen).
Kedua agama tersebut, yaitu agama Yahudi dan
Nashroni, bukanlah agama Alloh tetapi merupakan agama
batil sebagai bentuk penyelewengan dari agama Islam, yang
dihubungkan kepada kedua nabi tersebut, dari orang-orang
yang mengaku sebagai pengikut-pengikut mereka.
            

   


“Mereka berkata: “Hendaklah kalian menjadi penganut
agama Yahudi atau Nashroni, niscaya kalian mendapat pe-
tunjuk.” Katakanlah: “Tidak! Melainkan (kami mengikuti)
agama Ibrohim yang lurus, dan bukanlah dia (Ibrohim) dari
golongan orang-orang musyrik.” (QS. al-Baqoroh [2]: 135)

        

            

         


“Ataukah kalian (hai orang-orang Yahudi dan Nashroni)
mengatakan bahwa Ibrohim, Isma‟il, Ishaq, Ya‟qub dan anak
cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nashroni?
Katakanlah: “Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah
Alloh? Dan siapakah yang lebih zholim dari pada orang yang
menyembunyikan syahadah dari Alloh yang ada padanya;
Dan Alloh sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian ker-
jakan.” (QS. al-Baqoroh [2]: 140)

2
          

“(Ikutilah) agama orang tua kalian Ibrohim. Dia telah mena-


mai kalian orang-orang Muslim dari dahulu.” (QS. al-Hajj
[22]: 78)
Rosululloh bersabda:
َ ُ َ ٌ ْ َْ ْ َّ ‫(( َأ َها َأ ْو َلى‬
‫اس ِب ِع ْي َس ى ْب ِن َم ْسٍَ َم َولْاه ِب َي ُآء ِإخ َىة ِل َعال ٍث َوأ َّم َه ُات ُه ْم ش َّتى‬
ِ ‫الى‬
)) ‫َو ِد ًْ ُن ُه ْم َو ِاح ٌد‬
“Aku adalah manusia yang paling dekat dengan „Isa bin
Maryam dan para nabi adalah saudara sebapak dari ibu yang
berbeda-beda dan agama mereka adalah satu (yaitu Islam).”
(HR. Bukhori No. 2365 dan Muslim No. 3443)

3. Agama Islam terdiri dari aqidah (keyakinan) dan syari'at (hu-


kum-hukum). Aqidah Islam tetap sama pada setiap zaman, se-
dangkan dalam syari'atnya, maka terkadang ada beberapa per-
bedaan dari satu nabi ke nabi lainnya.
Semua itu adalah kehendak Alloh yang sesuai dengan
hikmah-Nya. Setelah diutusnya Nabi Muhammad tidak ada
syari‟at yang diterima di sisi Alloh kecuali syari‟at yang
dibawa Muhammad , dan tidak ada yang berhak dinamakan
Muslim kecuali orang yang mengakui kerosulannya dan
mengikuti syari‟atnya.
      
“Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang.” (QS. al-Ma’idah [5]: 48)

            

       

“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman

3
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap semua
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka suatu keberatan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 65)

            

          

            

       


“Dan (ingatlah), ketika Alloh mengambil perjanjian dari para
nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian
berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian
seorang Rosul yang membenarkan apa yang ada pada
kalian, niscaya kalian akan bersungguh-sungguh untuk
beriman kepadanya dan menolongnya.” Alloh berfirman:
“Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjianKu ter-
hadap yang demikian itu.” Mereka menjawab: “Kami me-
ngakui”. Alloh berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (wahai
para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian.”
Barangsiapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itu-
lah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 81-82)
Rosululloh bersabda:
َ ُ ْ َ ْ ٌ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ ُ ُ ْ َ َّ َ
‫ىد ٌّي َوال‬ ‫ه‬ُ ‫ي‬َ ‫ت‬ َّ
ِ ِ ‫(( وال ِري هفض محم ٍد ِبي ِد ِه ال ٌصمع ِبي أحد ِمن ه ِر ِه‬
‫م‬ ‫لْا‬
‫اب‬ َ‫ص‬
‫ح‬ ْ ‫ان م ْن َأ‬ َ ‫ىث َو َل ْم ًُ ْؤم ْن ب َّالري ُأ ْ ش ْل ُت به إ َّال َك‬
ُ ‫ص َساو ٌّي ُث َّم ًَ ُم‬
ْ َ
ِ ِ ِ
ِ ِ ِ ‫ز‬ ِ ِ ِ ِ ‫ه‬
َّ
)) ‫الى ِاز‬
“Demi Robb Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
siapapun juga dari umat ini, baik Yahudi maupun Nashroni,
yang mendengar tentang aku, kemudian mati dengan tidak
mengimani apa-apa yang aku diutus dengannya, maka dia
pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim No. 218
dan Ahmad No. 7856)

4
4. Islam berarti penyerahan diri kepada Alloh dengan beriman
dan bertauhid kepada-Nya serta mengikuti syari‟at-Nya yang
dibawa oleh para rosul-Nya.

              
“Siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
ikhlash menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia pun
mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrohim yang
lurus.” (QS. an-Nisa’ [4]: 125)

            
“Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh,
sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguh-
nya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh (yaitu
Laa Ilaha Illalloh).” (QS. Luqman [31]: 22)

        ...


“...Ilah kalian ialah Ilah Yang Maha Esa, berserah dirilah
kalian kepada-Nya dan berilah kabar gembira kepada orang-
orang yang tunduk patuh (kepada Alloh).” (QS. al-Hajj
[22]: 34)
5. Islam mempunyai lima rukun, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Rosululloh (ketika beliau ditanya oleh malaikat Jibril )
tentang arti Islam, yaitu:
1) Syahadat La Ilaha Illalloh dan Muhammad Rosululloh,
2) Mendirikan sholat,
3) Menunaikan (membayar) zakat,
4) Shoum (puasa) di bulan Romadhon,
5) Pergi haji bila mampu.

5
Rosululloh bersabda:
ُ
‫هللا َوج ِق ْي َم‬ ُ ْ ُ ً َ ُ َّ َ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ
ِ ‫(( ِلَاشالم أن حش َهد أن ال ِإله ِإال هللا وأن مح َّمدا َزشىل‬
َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ َ َ َ َّ
‫اش َخط ْع َت ِإل ْي ِه‬ ‫ان َوج ُح َّج ال َب ْي َت ِإ ِن‬ ‫الصالة وجؤ ِحي الزكاة وجصىم زمض‬
ً
)) ‫َش ِب ْيال‬
“Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Illah yang
berhak diibadahi selain Alloh dan Muhammad adalah rosul-
Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum di bulan
Romadhon dan pergi haji jika engkau mampu (melakukan
perjalanan).” (HR. Muslim No. 8, Abu Dawud No.
4695, Tirmidzi No. 2610, Ibnu Majah No. 63 dan
Nasa’i No. 5005)

6. Seseorang masuk ke dalam agama Islam adalah dengan meng-


ikrarkan dua kalimat syahadat:
ُ ْ ُ ً َ ُ َّ َ ُ ْ َ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ
ِ ‫( أش َهد أن ال ِإله ِإال هللا و أش َهد أن مح َّمدا َزشىل‬
) ‫هللا‬
Rosululloh bersabda:
َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ُ
‫هللا َوأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ُه‬ ‫(( أ ِمسث أن أقا ِجل الىاس حتى ٌشهدوا أن ال ِإله ِإال‬
ُ
)) ...‫َو َز ُش ْىل ُه‬
“Aku diperintahkan untuk memerangi umat manusia sampai
mereka bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak di ibadahi
selain Alloh dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rosul-
Nya….” (HR. Bukhori No. 24 dan Muslim No. 33)
ُ ‫ َش َه َادة َأ ْن َال إ َل َه إ َّال‬:‫(( ُبن َي لَا ْش َال ُم َع َلى َخ ْمض‬
)) …‫هللا‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
“Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu: syahadat La Ilaha
Illalloh….” (HR. Bukhori No. 7, Muslim No.19, Tirmidzi
No. 2534, Nasa’i No. 4915 dan Ahmad No. 4567)

7. Arti dari syahadat La Ilaha Illalloh adalah tiada Ilah (tuhan)


yang berhak diibadahi kecuali Alloh . Karena tiada dzat yang

6
mempunyai kekuasaan, kesanggupan dan sifat-sifat ketuhanan
selain Alloh .
Syahadat ini dinamakan kalimat tauhid, yang menolak
adanya syarik (sekutu) bagi Alloh dalam ke-Tuhanan-Nya.

             

    


“(Kuasa Alloh) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
Allohlah (Tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang
mereka ibadahi selain Alloh adalah batil, dan sesungguhnya
Alloh, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. al-
Hajj [22]: 62)

            

            
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam;
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan
beriman kepada Alloh, maka sesunguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat (yaitu La Ilaha Illalloh) yang
tidak akan putus, dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]: 256)
Rosululloh bersabda:
ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ
‫هللا َح ُس َم َمال ُه َو َد ُم ُه‬ ُْ ْ ُ َْ ُ
ِ ‫ال ال ِإله ِإال هللا وكف َس ِب َما ٌعبد ِمن دو ِن‬ ‫(( من ق‬
ََ ُ ُ َ َ
)) ‫هللا‬
ِ ‫و ِحصابه على‬
“Barangsiapa yang mengatakan bahwa tiada Ilah yang berhak
diibadahi selain Alloh dan kafir terhadap apa yang diibadahi
selain Alloh, haramlah harta dan darahnya (keduanya tidak
boleh diganggu) dan Alloh-lah yang akan menghitung (amal
perbuatan)nya.” (HR. Muslim No. 34 dan Ahmad No.
15313)

7
8. Arti syahadat Muhammad Rosululloh , bahwa beliau adalah
utusan Alloh yang terakhir, yang diutus kepada seluruh
hamba-Nya, baik jin maupun manusia, kepada seluruh bangsa,
hingga datangnya hari kiamat, yang bertugas menyampaikan
agama-Nya.
Beliau harus dipercayai dan ditaati dengan sepenuhnya,
maka tidak ada lagi jalan menuju kepada Alloh selain
melalui syari‟at yang diajarkannya. Bermaksiat kepadanya
berarti bermaksiat kepada Alloh . Siapa yang mendusta-
kannya dalam perkara sekecil apa pun, berarti telah keluar dari
agama Alloh . Percaya dan yakin bahwa beliau telah
menyampaikan risalah Alloh dan tidak mensyari‟atkan apa
pun juga selain apa yang diwahyukan kepadanya.

         

    


“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rosul
dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan
kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin.” (QS. at-Taubah [9]: 128)

         ...


“…dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-
benar Rosul-Nya dan Alloh mengetahui sesungguhnya orang-
orang munafik itu adalah para pendusta.” (QS. al-Muna-
fiqun [63]: 1)

           

  

8
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah mengutusmu untuk
menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan serta untuk menjadi penyeru kepada agama Alloh
dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.”
(QS. al-Ahzab [33]: 45-46)

          

        

         

         

   

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rosul, Nabi yang ummi


yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurot dan
Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka me-
ngerjakan yang ma‟ruf dan melarang mereka dari menger-
jakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk
dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-be-
lenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang ber-
iman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan meng-
ikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-
Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.
al-A’raf [7]: 157)
Rosululloh bersabda:
َ َ ْ ََ َ َ َ َ ْ ََ َ َ َ ْ َ
َ ‫صاوي َف َق ْد َع َص ى‬
)) ‫هللا‬ ِ ‫(( من أطاع ِني فقد أطاع هللا ومن ع‬
“Barangsiapa yang taat kepadaku, maka sungguh dia telah taat
kepada Alloh, dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka
sungguh dia telah maksiat kepada Alloh.” (HR. Bukhori No.
2737, Muslim No. 3417, Nasa’i No. 4122, Ibnu Majah
No. 3 dan Ahmad No. 7032)

9
Rosululloh bersabda:
َ َّ ُ ً َّ َ ْ َ ْ َ ْ ُ
)) ‫الى ِب ُّي ْىن‬ ‫(( َوأ ْز ِشل ُت ِإلى الخل ِق كافت َوخ ِخ َم ِبي‬
“Aku diutus kepada seluruh umat manusia dan para nabi
diakhiri olehku.” (HR. Bukhori No. 2755, Muslim No.
812, Tirmidzi No. 1473, Nasa’i No. 3037, Ibnu Majah
No. 560 dan Ahmad No. 7269)
Rosululloh bersabda:
َ ‫(( َف َم ْن َز ِغ َب َع ْن ُش َّىتي َف َل ْي‬
)) ‫ض ِم ِ ّني‬ ِ
“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukanlah
golonganku.” (HR. Bukhori No. 4675, Muslim No. 2487,
Nasa’i No. 3165 dan Ahmad No. 13045)

9. Islam adalah agama yang sempurna dan disempurnakan oleh


Alloh . Kesempurnaan Islam bertolak dari kesempurnaan
Alloh . Barangsiapa yang meragukan kesempurnaan Islam,
berarti dia telah meragukan kesempurnaan Alloh , karena
Islam adalah agama-Nya.
           
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama
kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmatKu dan
telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagi kalian.” (QS. al-
Maidah [5]: 3)

           
“Telah sempurnalah kalimat Robbmu (al-Qur'an), sebagai
kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah
kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An’am [6]: 115)

10
10. Syari‟at Islam dibawa oleh Rosululloh junjungan kita, Nabi
Muhammad yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Baik
kehidupan khusus keagamaan ataupun kehidupan umum
keduniawian. Syari‟at ini berlaku sampai hari kiamat. Tidak ada
syari‟at atau undang-undang manapun yang dapat menandinginya.
Barangsiapa menganggap ada syari‟at atau undang-
undang lain yang dapat menandinginya, maka orang itu
adalah orang musyrik, walaupun mengaku dirinya Muslim
dan memiliki nama dengan nama Islami.
Hal ini dikarenakan anggapan seperti itu berarti bahwa
pembuat syari‟at atau undang-undang lain tersebut adalah
tandingan yang seimbang bagi Alloh dan ini adalah hakikat
kesyirikan yang sebenarnya.

              

            

          

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu sya-


ri‟at (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah sya-
ri‟at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali
tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (sik-
saan) Alloh. Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu
sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang
lain, dan Alloh adalah pelindung orang-orang yang ber-
takwa. Al-Qur‟an ini adalah pedoman bagi manusia, pe-
tunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS. al-
Jatsiyah [45]: 18-20)

             

           

11
             

            

           

          

           

          

     

“Dia telah mensyari‟atkan bagi kalian tentang agama apa


yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu serta apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrohim, Musa dan „Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama
yang kalian seru mereka kepadanya. Alloh memasukan ke-
pada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-
Nya). Mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan
sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena
kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu
ketetapan yang telah ada dari Robbmu dahulunya (untuk
menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang diten-
tukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Sesungguhnya
orang-orang yang diwariskan kepada mereka al-Kitab
(Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada
dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan
tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:
“Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Alloh

12
dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara ka-
lian. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal
kalian. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kalian,
Alloh mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah
(kita) kembali.” (QS. asy-Syuro’ [42]: 12-15)
Rosululloh bersabda:
َُ َ َّ َّ َ ُ َ َّ َ ْ َ َُ َ َ َ
)) ‫اع ُد ِم َن الىا ِز ِإال َوق ْد َب َّي َن لك ْم‬
ِ ‫(( ما ب ِق َي ش ْي ٌء ًق ّ ِس ُب ِمن الجى ِت وٍب‬
“Tidak ada sedikit pun dari hal-hal yang dapat mendekatkan
(diri) ke surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali
semuanya telah dijelaskan kepada kalian.” (HR. Thobroni)
Abu Dzar berkata:
َ َ َّ َّ ‫اح ْي ِه في‬
‫الص َم ِآء ِإال ذك َس‬
َ ْ ََ
َ ‫طائس ًُ َق ّل ُب َج َى‬ ُ ْ ُ ُُّ ْ ََ
ِ ِ ‫(( لقد جى ِف َي َزشىل‬
ِ ٍ ِ ‫هللا وما ِمن‬
ْ َ
)) ‫ل َىا ِم ْى ُه ِعل ًما‬
“Sesungguhnya Rosululloh telah wafat dan tidak ada satu
ekor burung pun yang mengepakkan sayapnya di udara ke-
cuali telah beliau sebutkan kepada kami tentang ilmunya.”
(HR. Ahmad 5/153 dan Thobroni)

11. Barangsiapa yang menganggap bahwa ada bagian dari syari‟at


Islam, baik sebagian kecil ataupun besar, yang sudah tidak
cocok lagi bagi suatu zaman tertentu, maka orang itu telah
menolak kesempurnaan Islam yang bertolak dari kesempur-
naan Alloh .
Hal ini berarti ia menganggap bahwa Alloh bukanlah Ilah
yang sempurna. Maha suci Alloh dari anggapan seperti itu.

         

   
“Hari ini telah Ku-sempurnakan buat kalian agama kalian
dan telah Ku-cukupkan nikmatKu buat kalian serta Ku-
ridhoi Islam sebagai agama kalian.” (QS. al-Maidah [5]: 3)

13
12. Seorang Muslim harus menerapkan Islam dengan sungguh-
sungguh dalam seluruh aspek kehidupannya, dan berusaha me-
masuki Islam secara kaffah (keseluruhan). Ia harus berpikir
Islami, berkeluarga Islami, bermasyarakat Islami dan seluruh
aspek kehidupannya pun harus Islami. Tidak mencampur ke-
hidupannya dengan hal-hal yang tidak Islami, dan tidak meng-
khianati keislamannya, baik di hadapan para makhluk atau di
hadapan al-Kholiq yang jauh dari penglihatan makhluk-
makhluk-Nya.

         

      


“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke da-
lam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian
turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya syetan itu
musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. al-Baqoroh [2]: 208)

13. Seorang Muslim adalah prajurit Alloh yang harus mem-


punyai jiwa keprajuritan Islami. Jiwa kesiagaan dan kega-
gahan yang jauh dari kesombongan dan kecongkakan. Ber-
sih, suci dan bertakwa, walaupun pasti tidak ada manusia
yang luput dari kesalahan, serta siap membela Alloh dan
agama-Nya di setiap waktu. Membela Islam adalah suatu ke-
hormatan yang dikaruniakan Alloh kepada hamba-hamba
yang dipilih-Nya, walaupun Alloh adalah Dzat Yang Maha
Gagah Perkasa dan Maha Berkuasa Yang tidak terkalahkan
dan tidak membutuhkan pembelaan dari siapa pun juga.

          

           

14
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh dan
orang-orang yang kafir berperang di jalan thoghut, sebab itu
perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya
tipu daya syetan itu adalah lemah.” (QS. an-Nisa’ [4]: 76)

     


“Sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti me-nang.”
(QS. ash-Shoffat [37]: 173)

14. Islam merupakan tali persaudaraan yang kokoh antara se-


sama muslim. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim
lainnya. Baik sebangsa dan setanah air, maupun tidak. Ke-
bangsaan yang sejati dan kokoh sampai di akhirat kelak
adalah Islam. Tanah air sejati bagi ruh muslim sejati adalah
Islam. Seorang muslim harus mempunyai solidaritas yang
tinggi terhadap muslim lainnya. Saling menolong, saling meng-
hormati dan saling menasehati.
   
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.”
(QS. al-Hujurat [49]: 10)

         
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam mengerjakan ke-
baikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam ber-
buat dosa dan pelanggaran.” (QS. al-Maidah [5]: 2)
Rosululloh bersabda:
َ ُ َ ْ َ
)) ‫(( ال ًُؤ ِم ُن أ َح ُدك ْم َح َّتى ًُ ِح َّب أل ِخ ْي ِه َما ًُ ِح ُّب ِل َى ْف ِص ِه‬
“Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kalian,
hingga dia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.” (HR. Bukhori No. 12, Muslim No. 64, Tirmidzi
No. 2439, Nasa’i No. 4930, Ibnu Majah No.65, dan
Ahmad No. 11564)

15
BAGIAN II

IBADAH

1. Alloh menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah


kepada-Nya saja. Dalam Islam, ibadah mencakup semua hal
yang diridhoi dan dicintai Alloh baik dalam amal perbuatan
maupun perkataan, lahir maupun batin. Itulah arti dari
ibadah. Maka, ibadah dalam Islam mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia.
      

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka beribadah hanya kepada-Ku.” (QS. adz-
Dzariyat [51]: 56)

2. Ibadah yang diterima di sisi Alloh harus terpenuhi dua


syarat, yaitu: niat yang ikhlash dan kesesuaian dengan
syari‟at. Sering diungkapkan dengan istilah al-ikhlash dan al-
mutaba’ah.
Ketika Fudhail bin „Iyad membaca ayat:
       
“(Dialah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik
amalnya...” (QS. al-Mulk [67]: 2)
Maka, beliau berkata:
ْ ‫ص ُه َو َأ‬
) ‫ص َى ُب ُه‬ ُ ‫( َأ ْخ َل‬
“(Yang lebih baik amalnya) yaitu yang paling ikhlash (murni)
dan showab (tepat).”

16
Kemudian para sahabat beliau bertanya:
ْ ‫ص ُه َو َأ‬
) ‫ص َى ُب ُه؟‬ ُ ‫ َما َأ ْخ َل‬،‫( َيا َأ َبا َعل ّي‬
ِ ِ
“Wahai Abu Ali, apakah yang dimaksud dengan yang paling
ikhlash dan showab itu?”
Beliau menjawab:
َ َ ‫ َوإ َذا َك‬،‫ص َى ًابا َل ْم ُي ْق َب ْل‬َ ‫صا َو َل ْم َي ُك ْن‬
ً ‫ان ْال َع َم ُل َخال‬
َ ‫( إ َذا َك‬
‫ص َى ًابا َول ْم‬
َ ‫ان‬
ِ ِ ِ
َ َ َ َ ُ َ ْ َ ً َ َ ً َ َ ْ ُ َ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ً َ ْ ُ َ
ِ ‫ والخ ِالص إذا كان‬،‫ حتى يكىن خ ِالصا صىابا‬،‫يكن خ ِالصا لم يقبل‬
‫هلل‬
ُّ ‫ان َع َلى‬
) ‫الس َّن ِة‬ َ ‫اب َإ َذا َك‬ َّ ‫ َو‬،‫َع َّز َو َج َّل‬
ُ ‫الص َى‬
“Apabila sebuah amal kholis (ikhlas), tetapi tidak showab
(benar), niscaya tidak akan diterima. Apabila sebuah amal
showab, tetapi tidak kholis, niscaya tidak diterima hingga
amal tersebut kholis dan showab. Kholis berarti amal ter-
sebut karena Alloh semata. Sedangkan showab berarti amal
tersebut berdasarkan sunnah.”
3. Arti niat ikhlash adalah niat yang hanya mengharapkan ridho
Alloh dan ganjaran-Nya, tanpa mengharapkan sesuatu
selain dari-Nya. Sedangkan yang dimaksud mutaba’ah adalah
beribadah sesuai dengan tuntunan Rosululloh tanpa
membuat penambahan dan perubahan-perubahan sedikitpun,
baik dari segi isi, waktu, kadar maupun dari cara
pelaksanaannya.

          

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah


kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama dengan lurus.“ (QS. al-
Bayyinah [98]: 5)

            

   

17
“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Alloh) untuk
membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun mem-
berikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridhaan Robbnya Yang Maha Tinggi.” (QS. al-Lail [92]:
18-20)
Rosululloh bersabda:
َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َّ
‫ َوِإ َّه َما ِلك ِ ّل ْام ِر ٍئ َما ه َىي ف َم ْن كاه ْت ِه ْج َرث ُه ِإلى‬،‫ات‬ ّ ‫ال ب‬
ِ ‫الن َّي‬
ِ ِ ُ َ
‫م‬ ْ ‫ألا‬
‫ع‬ ‫(( ِإهما‬
ْ ُ َ َ َ ُُ ْ َ
‫ َو َم ْن كاه ْت ِه ْج َرث ُه ِل ُده َيا ُي ِص ْي ُب َها‬،‫هللا َو َر ُس ْىِل ِه‬ ْ ُ ََ
ِ ‫ ف ِهج َرثه ِإلى‬،‫هللا ورسىِل ِه‬ ِ
َْ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ
)) ‫أ ِو امرأ ٍة ين ِكحها ف ِهجرثه ِإلى ما هاجر ِإلي ِه‬
“Sesungguhnya amal perbuatan seseorang tergantung pada
niatnya, dan setiap orang akan dibalas berdasarkan niatnya
tersebut. Barangsiapa yang berhijrah kepada Alloh dan
Rosul-Nya, maka hijrahnya benar-benar kepada Alloh dan
Rosul-Nya (akan diterima), dan barangsiapa yang berhijrah
karena dunia yang ingin didapatkan atau wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya hanya sampai sebatas yang dia
niatkan.” (HR. Bukhori No. 2 dan Muslim No. 1907)
َ َ َ َ َ َْ ً َ َ َ َ ْ َ
)) ‫س َعل ْي ِه أ ْم ُرها ف ُه َى َر ٌّد‬‫(( من ع ِمل عمال لي‬
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang
tidak sejalan dengan ajaran kami, maka amalnya tertolak.”
(HR. Muslim No. 1718)

●●●●●

18
BAGIAN III

AL-IMAN

1. Al-Iman secara bahasa berarti kepercayaan. Sedangkan se-


cara istilah, iman adalah suatu keadaan yang didasarkan pada
keyakinan dan mencakup segi-segi perkataan dan perbuatan.
Yaitu perkataan hati dan lisan, serta perbuatan hati dan
anggota badan. Perkataan hati adalah ilmu yang diyakini.
Perbuatan hati, seperti niat yang ikhlash, kecintaan kepada
Alloh takut kepada-Nya, tawakkal dan lainnya. Perkataan
lisan seperti dua kalimat syahadat, tasbih dan istighfar. Per-
buatan anggota badan seperti sholat, haji dan lainnya.‟
2. Apabila kata “iman” disebutkan secara mutlak, yaitu
sendirian, tanpa digabungkan dengan kata-kata lainnya, se-
perti kata-kata amal sesudahnya, maka yang dimaksud ada-
lah arti “iman” yang sempurna, yang mencakup perkataan
dan perbuatan (hati, anggota badan dan lisan) seperti yang
telah dijelaskan.
  .    
“Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan iman kalian.”
(QS. al-Baqoroh [2]: 143)
Tafsir ayat di atas, bahwa “Ketika kiblat kaum Muslimin
dirubah dari arah Baitul Maqdis ke arah Makkah (Ka‟bah),
mereka bertanya-tanya tentang status sholat mereka selama
ini. Maka pertanyaan tersebut dijawab oleh ayat di atas. Al-
Iman dalam ayat ini berarti sholat. Sholat adalah suatu amal
yang terdiri dari perbuatan dan perkataan hati, serta anggota
badan dan lisan.”

19
Imam al-Hulaimi berkata;
َّ‫ َف َث َب َد َأن‬،‫ص َال َث ُك ْم إ َلى َب ْيد ْاإلاَ ْقدس‬
َ ‫( َأ ْج َم َع ْاإلاُ َف ّص ُس ْو َن َع َلى َأ َّه ُه َأ َز َاد‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ً َ ْ َْ َ ْ َ َ َ َ ُّ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ
‫ فكل طاع ٍة ِإيمان ِإذ لم أعلم فا ِزقا ِفي‬،‫ وِإذا ثبد ذ ِلك‬،‫الصالة ِإ ْي َمان‬
َ ْ
َ ْ َ َ َ َّ ‫الخ ْصم َية َب ْي َن‬ َّ
‫َه ِر ِه‬
) ‫ات‬ ِ ‫الصال ِة وشا ِئ ِس ال ِع َباد‬ ِ ِ
“Para ahli tafsir telah ijma’ bahwa yang dimaksud dengan
ungkapan īmānakum pada ayat tersebut adalah sholat
kalian yang berkiblat ke arah Baitul Maqdis. Di sini terbukti
bahwa sholat dinamakan dengan iman. Jika demikian halnya,
maka semua amal ketaatan adalah iman, karena tidak ada
bedanya antara sholat dengan amal ibadah lainnya dalam
penamaannya (sebagai bagian iman).”
Dalam shohih Bukhori No. 4057; Muslim No. 23; Sunan
Abu Dawud No. 3692; Tirmidzi No. 1525 dan Nasa‟i No. 4945,
ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu „Abbas dari
Rosululloh bahwa beliau bersabda kepada utusan Bani
„Abdul Qois:

،‫اهلل َو ْح َد ُه‬ ْ ‫ون َما ب‬ َ ‫ َأ َث ْد ُز‬:‫ال‬


َ ‫ َق‬،‫اهلل َو ْح َد ُه‬ ْ ‫(( ُآم ُس ُك ْم ب‬
ِ ‫اإلي َم ِان ِب‬
ِ ِ ِ ‫اإلي َم ِان ِب‬
ِ ِ
َّ ‫هللا َوإ َق ُام‬
ُ‫الص َال ِة َوإ ْي َحاء‬ ُ‫هللا َو َأ َّن ُم َح َّم ًدا َز ُشىل‬
ُ ‫َش َه َاد ُة َأ ْن َال ا َل َه إ َّال‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َّ
)) ‫الزك ِاة وصىم زمضان وأن جعطىا الخمض ِمن الغىا ِئ ِم‬
“Aku memerintahkan kalian untuk beriman kepada Alloh
Yang Maha Esa. Tahukah kalian apa arti beriman kepada
Alloh Yang Maha Esa? Yaitu syahadat La Ilaha Illalloh, tiada
Ilah yang berhak diibadahi selain Alloh dan bahwa
Muhammad adalah Rosululloh, mendirikan sholat,
membayar zakat, puasa Romadhon dan membayar seperlima
ghanimah (harta rampasan perang).”
Dalam hadits di atas dengan tegas dijelaskan bahwa perka-
taan lisan dan perbuatan anggota badan adalah iman atau bagian
dari iman. Sudah tentu perkataan dan perbuatan badan tersebut
harus disertai iman yang ada dalam hati, karena apabila tidak,

20
maka keadaan seperti ini tidaklah dapat disebut sebagai iman.
Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi No.
2539; Nasa‟i No. 4918; Ibnu Majah No. 560; serta diri-
wayatkan pula oleh Bukhori No. 8 dan Muslim No. 50;
dengan lafadz yang berbunyi:
ُ ‫ضع َو َش ْب ُع ْى َن –ش ُّح ْى َن– ُش ْع َب ًة َو َأ ْع َال َها َق ْى ُل َال إ َل َه إ َّال‬
‫هللا‬ ُ ‫(( َؤلا ْي َم‬
ْ ‫ان ب‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َّ َ ََ ُ َ َ َ َْ ََ
)) ‫وأدهاها ِإماطة ألاذي ع ِن الط ِسي ِق والحياء ِمن ِؤلايم ِان‬
“Iman mempunyai lebih dari 73 atau 63-an cabang. Yang
tertinggi adalah ucapan La Ilaha Illalloh dan yang terendah
adalah menyingkirkan gangguan (kotoran) dari jalanan,
sedangkan (rasa) malu termasuk bagian dari iman.”
Ucapan “La Ilaha Illaloh” adalah perkataan lisan,
menyingkirkan gangguan adalah perbuatan anggota badan
dan rasa malu adalah perbuatan hati.

3. Apabila kata-kata “iman” tidak berdiri sendiri (yaitu


digabungkan atau didahului oleh kata-kata “Islam” atau
“amal sholeh”), maka yang dimaksud iman berarti perkataan
dan perbuatan hati saja, dan tidak mencakup perbuatan dan
perkataan anggota badan.
Ketika Rosululloh ditanya oleh malaikat Jibril
tentang arti Islam dan Iman, maka beliau menjawab bahwa arti
Islam adalah rukun Islam yang lima (yaitu amal serta perkataan
anggota tubuh dan lisan) dan arti iman adalah rukun iman yang
enam (yaitu amal dan perkataan hati), yaitu:
1) Iman kepada Alloh
2) Iman kepada para malaikat,
3) Iman kepada kitab-kitab,
4) Iman kepada para rosul,
5) Iman kepada hari akhir,
6) Iman kepada qodar, baik dan buruknya dari Alloh .

21
Rosululloh bersabda:
ُْ
‫آلاخ ِس َوثؤ ِم َن‬ ْ َ ْ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ‫ان َأ ْن ُث ْؤم َن ب‬ ُ ‫(( َؤلا ْي َم‬
ِ ‫اهلل ومال ِئك ِح ِه وكح ِب ِه وزش ِل ِه واليى ِم‬
ِ ِ ِ ِ
ّ َ َ َْ َ َْ
)) ‫ِبالقد ِز خي ِر ِه وش ِس ِه‬
"Iman itu adalah engkau beriman kepada Alloh, malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para rosul-Nya dan hari akhir, serta
beriman kepada qodar (takdir) yang baik dan yang buruk.”
(HR. Muslim; Tirmidzi dan Abu Dawud)

           

     


“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajah kalian ke arah
timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Alloh, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi….” (QS. al-Baqoroh [2]: 177)

    


“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
qodar.” (QS. al-Qomar [54]: 49)

4. Karena iman mencakup perbuatan hati dan anggota badan


serta perkataan hati dan lisan, maka iman pun bisa bertam-
bah dengan ilmu (karena pada hakikatnya ilmulah materi
yang dijadikan kepercayaan dalam hati) dan amal-amal sholeh,
juga bisa berkurang dikarenakan perbuatan maksiat.

           

      


“Apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata: Siapakah di
antara kalian yang bertambah imannya dengan (turun-

22
nya) surat ini?’’ Adapun orang-orang yang beriman, maka
surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gem-
bira.” (QS. at-Taubah [9]: 124)

     


“Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka
kecuali iman dan ketundukan.” (QS. al-Ahzab [33]: 22)

       


“...supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin
dan supaya orang yang beriman bertambah imannya....”
(QS. al-Muddatstsir [74]: 31)
Rosululloh bersabda:
ْ َّ ‫(( َال َي ْزوي‬
)) ‫الز ِاوي ِح ْي َن َي ْزِوي َو ُه َى ُمؤ ِمن‬ ِ
“Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia berzina.”
(HR. Bukhori No. 2475 dan Muslim No. 57)
ُ َْ
)) ‫(( ال َح َي ُاء ش ْع َبة ِم َن ِ ِؤلا ْي َم ِان‬
“Malu adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim No. 35)
ُُ َ ُْْ َْ
)) ‫(( أك َم ُل اإلاؤ ِم ِى ْي َن ِإ ْي َم ًاها أ ْح َص ُن ُه ْم خل ًقا‬
“Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah
orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Ahmad dan Darimi)

5. Apabila iman bertambah dan berkurang, maka demikian pula


keadaan orang-orang yang beriman, derajat keimanan mere-
ka pun berbeda-beda.
Tidaklah sama derajat iman para rosul dengan selain
mereka. Demikian pula derajat iman para sahabat dibanding
iman orang-orang sesudah mereka, dan seterusnya. Perbedaan
kekuatan dan derajat iman di antara orang-orang yang beriman
menyebabkan berbedanya derajat mereka di akhirat kelak.
Dalam surat Faathir dijelaskan bahwa umat

23
Muhammad dalam keimanan dan keberagamaan mereka
terbagi atas tiga golongan, sebagaimana Alloh berfirman:
          

          
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Alloh. Yang demikian itu adalah karunia yang
amat besar.” (Qs. Fathir [35]: 32)
Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas,
bahwa umat Muhammad terbagi atas tiga derajat atau
tingkatan, yaitu:
 Zholimun linafsihi (orang-orang yang menganiaya diri-
nya sendiri), yaitu orang-orang yang mempunyai batas
minimal keimanan (masih dalam lingkaran iman), tetapi
hanya mengerjakan sebagian dari kewajiban-kewajiban
mereka dan meninggalkan sebagian lainnya serta
mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.
 Muqtashidun (pertengahan), yaitu orang-orang yang pada
umumnya mengerjakan semua kewajiban-kewajiban mereka
dan meninggalkan semua hal yang dilarang, tetapi ter-
kadang meninggalkan hal-hal yang mustahab dan
mengerjakan apa-apa yang makruh.
 Sabiqun bil khoirat (orang-orang yang berlomba dalam
kebaikan), yaitu orang-orang yang mengerjakan hal-hal yang
wajib dan hal-hal yang mustahab serta meninggalkan hal-
hal yang haram dan makruh.
Dalam setiap tingkatan –dari tiga tingkatan tersebut–,
mereka pun memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda pula.

24
6. Arti iman kepada Alloh (dari segi kepercayaan hati) adalah:
kepercayaan yang kokoh bahwa Alloh adalah robb seluruh
alam semesta dan apa-apa yang ada di dalamnya.
Dia adalah satu-satunya Pencipta, yang menghidupkan
dan mematikan, Pemberi rezki, Pengatur dan Raja dari
segala-galanya, tidak ada sekutu dalam kerajaan-Nya dan
tidak ada tandingan bagi-Nya, serta tidak terkalahkan oleh
siapa pun. Maha Suci dari segala kekurangan. Dzat yang
Maha Sempurna, hingga tidak ada yang menyerupai-Nya. Maha
Memiliki sifat-sifat yang suci dan mulia serta tertinggi dan
tersempurna. Dia-lah satu-satunya Robb yang haq, yang
berhak dan wajib diibadahi, maka tidak ada ibadah
sedikitpun dan dalam bentuk apa pun yang boleh diberikan
kepada selain-Nya.

●●●●●

25
BAGIAN IV

TAUHID
1. At-Tauhid secara bahasa berarti pengesaan. Sedangkan secara
istilah tauhid berarti mengesakan Alloh dalam rububiyyah,
nama-nama dan sifat-sifat serta dalam peribadatan kepada-Nya.
Dengan kata lain, tauhid adalah iman kepada Alloh
tanpa diiringi oleh kesyirikan. Keagungan tauhid dapat
diselami dengan mengetahui keburukan lawannya, yaitu
syirik, sebagaimana yang digambarkan dalam banyak ayat al-
Qur‟an, di antaranya:
            


“Tatkala Luqman berkata pada anaknya sambil
memberikan nasihat padanya, (ia berkata:) „‟Wahai
anakku janganlah engkau mempersekutukan Alloh,
sesungguhnya syirik itu adalah kezholiman yang besar.”
(QS. Luqman [31]: 13)

               

    


“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 48)

          

26
   
“Sesungguhnya telah diwahyukan padamu dan pada orang-
orang sebelummu (yaitu) bila engkau berbuat syirik maka
hancurlah amalan-amalan engkau dan engkau termasuk
orang-orang yang merugi.” (Qs. az-Zumar [39]: 65)

Dalam hadits Qudsi, Alloh berfirman:


َ َ ْ َ ًَ َ
‫ض خ ِط ْيئت ل ُيش ِر ُك ِبي ش ْي ًئا ل ِق ْي ُت ُه ِب ُق َر ِاب َها‬ َْ َُ َ َ ْ َ
ِ ‫اب ألار‬
ِ ‫(( من ل ِقي ِني ِبقر‬
ً ْ
)) ‫َمغ ِف َرة‬
“Barangsiapa yang menemui-Ku dengan membawa dosa
sepenuh bumi, selama tidak berbuat syirik sedikitpun ke-
pada-Ku, niscaya Aku akan menemuinya dengan ampunan
sepenuh bumi pula.” (HR. Muslim No. 2687)

Rosululloh bersabda:
َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
‫يو ل ُه َوأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ُه‬ ‫(( من ش ِهد أن ل ِإله ِإل اَّلل وحده ل ش ِر‬
ُ،‫اَّلل َو َر ُس ُىل ُه َو َمم َم ُت ُه َأ ْل َق َااا إ َىم َم ْرَي َ َو ُرو م م ْهه‬
َّ ُ ْ َ َ َّ َ َ ُ ُ ُ ‫َ َر‬
ِ ِ ِ ِ ‫ وأن ِعيس ى عبد‬،‫و سىله‬
ْ
)) ‫ان ِم ْن ال َع َم ِل‬
َ َ
َ ‫اَّلل ال َج َّهت َعلم َما َم‬ ْ ُ َّ ‫ َأ ْد َخ َم ُه‬،‫اله ُار َح ٌّق‬
َّ ‫َو ْال َج َّه ُت َح ٌّق َو‬
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak
diibadahi selain Alloh Yang Esa, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah hamba dan rosul-Nya, kemudian bersaksi pula bahwa
Isa adalah hamba Alloh dan rosul-Nya serta kalimat-Nya
yang dihembuskan pada Maryam dan (Isa) adalah ruh di
antara ruh-ruh yang Alloh ciptakan, juga bersaksi bahwa
surga adalah haq dan neraka adalah haq, maka Alloh akan
memasukkannya ke dalam surga dengan betapapun amal yang
telah diperbuatnya.” (HR. Bukhori No. 3180, Muslim
No. 41, Tirmidzi No. 4945 dan Ahmad No. 21620)

27
2. Tauhid terbagi atas tiga bagian, yaitu:
1) Tauhid rububiyyah,
2) Tauhid asma‟ wa shifat, dan
3) Tauhid uluhiyyah.

3. Tauhid rububiyyah adalah mengesakan Alloh dalam rubu-


biyyah-Nya. Yaitu pengesaan dan pensucian Alloh dalam
kekuasaan dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tiada syarik (sekutu)
bagi-Nya.
       
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanya hak Alloh.
Maha suci Alloh, Robb semesta alam.” (QS. al-A’raaf [7]): 54)

           

 
“Yang (berbuat) demikian itulah Alloh Robb kalian, ke-
punyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian
seru (ibadahi) selain Alloh tidak mempunyai apa-apa wa-
laupun setipis kulit ari.“ (QS. Faathir [35]: 13)

4. Termasuk dalam kandungan tauhid rububiyyah, bahwa hanya


Alloh lah Pencipta alam semesta dan semua yang ada di
dalam-nya, Pemberi dan Pencegah, yang menghidupkan dan
yang mematikan, yang mengadakan dan yang meniadakan.
Tiada sekutu bagi-Nya.
         

     


“Segala puji bagi Alloh yang telah menciptakan langit dan
bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-

28
orang yang kafir mempersekutukan Robb mereka.” (QS. al-
An’am [6]: 1)

           

             

          

           

“Katakanlah: “Wahai Alloh Yang hanya Dialah pemilik


seluruh kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan)
kepada orang yang Engkau kehendaki, Engkau cabut
kerajaan (kekuasaan) dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke
dalam siang dan Engkau masukkan siang kepada malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau beri
rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”
(QS. Ali ‘Imron [3]: 26-270

            

          

            

           

 
“Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua
yang ada padanya, jika kalian mengetahui?‟‟ Mereka akan

29
menjawab: „‟Kepunyaan Alloh.‟‟ Katakan-lah: „‟Maka apa-
kah kalian tidak ingat?‟‟ Katakanlah: “Siapakah Empunya
langit yang tujuh dan Empunya „Arsy yang besar?‟‟ Mereka
akan menjawab: “Alloh.‟‟ Katakanlah: Maka mengapa ka-
lian tidak bertakwa (karena-Nya)? Katakanlah: “Siapakah
yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu,
sedang Dia mampu melindungi (dari segala apa saja),
tetapi tidak ada sesuatu pun yang sanggup melindungi
seseorang dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?‟‟
Mereka akan menjawab: “Alloh!” Katakanlah: “(Kalau
demikian), maka bagaimana sampai kalian bisa tertipu?”
(QS. al-Mu’minun [23]: 84-89)

5. Termasuk kandungan tauhid rububiyyah, bahwa Alloh


adalah Penguasa tertinggi, kekuasaan-Nya tidak ada batas-
nya, dan tidak ada kekuasaan yang menandingi-Nya. Semua
makhluk berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Semua
yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan semua yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Tidak ada ke-
inginan lain yang bisa terlaksana bila bertentangan dengan
keinginan-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah-Nya dari ber-
buat apa pun juga.

           

           

         

         


“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya Alloh itu adalah al-Masih putra Maryam”.
Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat meng-
halang-halangi kehendak Alloh, jika Dia hendak mem-
binasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan

30
seluruh orang-orang berada di bumi semuanya”. Kepu-
nyaan Alloh kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya. Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-
Ma’idah [5]: 17)

6. Termasuk dalam kandungan rububiyyah-Nya, hanya Alloh-


lah Yang Maha Memuliakan dan Menghinakan, Mengangkat
dan Merendahkan, Mengayakan dan Memiskinkan, Memberi
manfaat dan Mencelakakan. Tidak ada yang mampu menan-
dingi-Nya dalam kerububiyyahan-Nya tersebut.
           

             

“Katakanlah: „‟Wahai Robb Yang mempunyai seluruh ke-


rajaan (kekuasaan), Engkau berikan kerajaan (kekuasaan)
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan (kekuasaan) dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu‟‟. (QS. Ali ‘Imron [3]: 26)

7. Alloh adalah Pengatur dan Penentu segala-galanya, Raja


dan Pemilik semuanya. Maha Suci Alloh dari segala sifat
kekurangan dan kelemahan. Maha Suci Alloh dari
kesamaan dengan apa pun juga.
      

“…kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy untuk mengatur


segala urusan.” (QS. Yunus (10): 3)

            

31
    
“Dia mengatur semua urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang
kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitungan kalian.” (QS. as-Sajdah [32]: 5)

    


“Maha Suci Alloh dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang
mereka berikan.” (QS. al-An’am [6]: 100)

   


“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. asy-
Syuro’ [42]: 11)

8. Tidak ada satu dzat pun yang menyamai Alloh (dalam


rububiyyah-Nya), menandingi-Nya atau mendekati derajat-
Nya. Barangsiapa yang beranggapan atau percaya bahwa ada
dzat lain yang mempunyai hak rububiyyah, baik seluruhnya
atau sebagiannya, maka orang itu telah berbuat syirik kepada
Alloh dan telah menjadi orang musyrik yang kekal di
Jahannam, walaupun berasal dari keluarga Muslim, me-
nunaikan sholat atau berpuasa bahkan berjihad fi sabiilillah.

        


“Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha
Tinggi Alloh dari pada apa yang mereka persekutukan.”
(QS. an-Nahl [16]: 3)

9. Tauhid Asma‟ wa Shifat adalah mengesakan Alloh (dalam


hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya), yaitu keyakinan yang
pasti bahwa Alloh mempunyai nama-nama yang mulia dan
sifat-sifat yang agung serta sempurna, yang tidak diiringi oleh
suatu kekurangan, kelemahan atau keburukan, sebagaimana

32
yang telah dikabarkan oleh Alloh sendiri di dalam kitab-Nya
dan oleh Rosululloh di dalam hadits-haditsnya.

        


“Dialah Alloh, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) me-
lainkan Dia. Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama
yang baik).” (QS. Thoha [20]: 8)

         

     


“Hanya milik Alloh asmaul husna (nama-nama yang baik),
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyim-
pang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.
Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’rof [7]: 180)

10. Nama-nama Alloh tidak kita ketahui bilangan atau banyak-


nya. Sebab selain nama-nama yang Alloh ajarkan kepada
hamba-hamba-Nya, Alloh pun memiliki nama-nama yang
disembunyikan-Nya pada ilmu ghoib di sisi-Nya.
Rosululloh bersabda:
َ‫اس ُا َى َل َو َس َّم ْي َت به َن ْف َس َو َأ ْو َع َّم ْم َت ُه َأ َح ًدا م ْن َخ ْمقو‬ْ ّ ُ َ َُ ْ َ
ِ ِ ِِ ٍَ ‫َ(( َأسألو ِبه ِل‬
َْ ْ َْ ْ ْ َ َ ْ ْ
)) ‫اس َتأث ْر َث ِب ِه ِفي ِعم ِ الغ ْي ِب ِع ْه َد َك‬ ‫أ ْو أن َزل َت ُه ِفي ِلت ِابو أو‬
“Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang
Engkau miliki, yang nama itu Engkau namakan sendiri, atau
Engkau ajarkan kepada salah seorang makhluk-Mu, atau
Engkau sebutkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau rahasiakan
dalam ilmu ghaib di sisi-Mu.” (HR. Ahmad No. 3528)

33
11. Nama-nama Alloh adalah tauqifiyah, artinya bahwa nama-
nama Alloh sudah ditentukan oleh-Nya melalui al-Qur'an
dan hadits-hadits Rosul-Nya . Tidak ada seorang pun yang
berhak membuat nama baru untuk Alloh dengan ijtihad-
nya sendiri.

            

              

     


“Kalian tidak menyembah yang selain Alloh kecuali hanya
(menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek
moyang kalian membuat-buatnya. Alloh tidak menu-
runkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu.
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Alloh. Dia telah
memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia.
Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (QS. Yusuf [12]: 40)

             

           
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian dan
bapak-bapak kalian mengada-adakannya; Alloh tidak me-
nurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan se-
sungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari
Robb mereka.” (QS. an-Najm [53]: 23)]

              

   

34
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pen-
dengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan di-
minta pertanggungjawabannya.” (QS. al-Isro’ [17]: 36)

12. Salah satu kaidah umum dan dasar dalam aqidah Islamiyyah
menyatakan bahwa satu-satunya sumber aqidah Islamiyyah
adalah wahyu dari Alloh yang disampaikan oleh Rosul-Nya ,
baik dalam al-Qur'an maupun dalam hadits-hadits Rosul-Nya .
Tidak ada sumber lain yang dapat dan boleh diterima.
Kita wajib menerima dan mempercayai apa-apa yang
ditetapkan oleh wahyu, dan apa-apa yang ditolak oleh wahyu,
maka kita pun harus menolaknya. Sedangkan apa-apa yang
tidak ditetapkan ataupun ditolak oleh wahyu, maka kita tidak
masuk atau ikut campur ke dalamnya, baik dalam bentuk
penerimaan atau pun penolakan, bahkan memberitakannya
pun tidak. Dalam masalah aqidah, wahyu berbentuk kabar
berita, sedangkan dalam masalah ibadah wahyu berbentuk
tuntutan (perintah atau larangan).

              

         


“Katakanlah; „Aku tidak mengatakan kepada kalian,
bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku, dan tidak
(pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat.
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku‟.” (QS. al-An’am [6]: 50)

             



35
“Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat al-Qur‟an
kepada mereka, mereka berkata: „‟Mengapa tidak kamu
buat sendiri ayat itu? „‟Katakanlah: „‟Sesungguhnya Robbku
kepadaku.” (QS. al-A’rof [7]: 203)

          

              

    


“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami
yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan per-
temuan dengan Kami berkata: Datangkanlah al-Qur‟an
yang lain dari ini atau gantilah dia. Katakanlah: Tidaklah
patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku
tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.”
(QS. Yunus [10]: 15)

13. Kaidah di atas berlaku bagi semua permasalahan aqidah, ter-


masuk masalah asma‟ wa shifat. Maka kaidah dalam asma‟
wa shifat adalah:
1) Apa-apa yang Alloh dan Rosul-Nya tetapkan bagi-Nya ,
baik nama, sifat ataupun perbuatan, maka kita mem-
percayai dan menetapkan hal tersebut bagi-Nya, tanpa
takyif, ta‟thil, tamtsil, dan tahrif.
2) Apa-apa yang Alloh dan Rosul-Nya sangkal bagi-Nya,
baik nama, sifat ataupun perbuatan, maka kita pun me-
nyangkalnya.
3) Apa-apa yang tidak tercantum dalam wahyu-Nya, baik pe-
netapan atau penyangkalan, baik dalam nama, sifat atau
pun perbuatan-Nya, maka kita tidak melibatkannya dalam
aqidah kita, baik dalam bentuk penetapan (penerimaan)
atau pun dalam bentuk penyangkalan (penolakan).

36
14. Ini adalah metode beragama yang benar, manhajnya
Rosululloh dan para sahabatnya, manhaj al-Qur‟an dan as-
Sunnah.

15. Setiap kata mempunyai tiga rukun, yaitu: lafadz, arti dan
hakikat. Lafadz kata yang sama, bisa mempunyai arti yang
sama dalam bahasa, tetapi mempunyai hakikat yang berbeda,
tergantung pada Dzat si empunya kata tersebut.
Contoh kata “kepala”, ketika kata “kepala” ini
dihubungkan dengan dua pemilik yang berbeda, maka
hakikatnya akan berbeda pula. Misalnya: kepala sekolah dan
kepala macan. Lafadz kedua-duanya adalah k-e-p-a-l-a,
dalam bahasa pun memiliki arti yang sama, yaitu dzat yang
diikuti oleh bagian yang lainnya. Tetapi hakikat keduanya
berbeda jauh sekali. Contoh lainnya; kaki meja dan kaki sapi,
muka bumi dan muka manusia, dan lainnya.
Dari sini kita mengetahui bahwa kesamaan lafadz dari
suatu sifat, tidak harus menyamakan hakikat sifat tersebut,
selama dzat si empunya sifat berbeda. Apabila perbedaan
hakikat tersebut nampak sekali terjadi di antara sesama
makhluk, maka perbedaan antara hakikat sifat Alloh dan
makhluk-Nya akan lebih sangat nampak sekali, bahkan lebih
jelas dan lebih besar perbedaannya, walau pun lafadz sifat
keduanya sama.
     
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-
lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-
Syuro’ [42]: 11)

16. Alloh memberitahukan kita tentang nama-nama dan sifat-


sifat-Nya, dan terkadang memberikan kepada makhluk-Nya
beberapa nama dan sifat yang sama dengan nama dan sifat-
sifat-Nya.

37
Dalam hal ini, yang sama hanyalah lafadz dan artinya
saja, tetapi hakikatnya tidaklah sama. Seperti nama Alloh
as-Sami‟ (mendengar) dan al-Bashir (melihat), dalam surat
al-Insaan: 76, Alloh pun memberi nama kepada manusia de-
ngan nama yang sama, yaitu as-Sami‟ dan al-Bashir.
Tetapi hakikat keduanya tidaklah sama, baik dalam
kekekalan, keluasan, kekuatan dan ketajamannya, atau pun
dari segi ke-bagaimanaan-nya dalam melihatnya dan dari
segi-segi lainnya. Maka, kesamaan lafadz dalam nama dan
sifat dengan dukungan dalil tidaklah berarti adanya
kesamaan hakikat, dan tidak pula berarti arti kesyirikan.
Ahlus Sunnah menerima nama-nama dan sifat-sifat
Alloh sebagaimana yang dikabarkan oleh wahyu tanpa me-
rubah-rubahnya, baik lafadz maupun artinya, sedangkan hakikat
nama-nama dan sifat-sifat-Nya tersebut ada pada ilmu-Nya.

17. Semua nama-nama Alloh adalah al-asma‟ al-husna‟ (nama


yang baik). Tidak ada dalam nama-nama-Nya kandungan ke-
burukan sedikit pun.
Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk beribadah
dan berdoa dengan al-asma‟ al-husna‟ tersebut. Maka sebagai
orang-orang yang beriman, kita berkewajiban untuk
mempelajari nama-nama dan sifat-sifat-Nya tersebut.

18. Takyif; berasal dari kata kaif, yang dalam bahasa Arab berarti
“bagaimana”. Arti takyif dalam pembahasan ini adalah “penen-
tuan kebagaimanaan” hakikat sifat-sifat Alloh seperti menen-
tukan bagaimana hakikat yang sebenarnya dari wajah Alloh ,
bagaimanakah Alloh bersemayam di atas „Arsy-Nya, bagaimana-
kah Alloh mendengar dan melihat, dan lain sebagainya.
Kaidah penting dalam manhaj Ahlus Sunnah wal
jama‟ah yang dicetuskan oleh Imam Malik adalah:
ُ ْ َ ْ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ْى‬
ُ ‫ َولَا ْي َم‬،‫ف َغ ْي ُر َم ْع ُق ْىى‬
،‫ان ِب ِه َو ِاج مب‬ ِ ٍ ‫ والني‬، ٍ ‫( ِلَاس ِتىاء غير مجهى‬

38
‫م‬ ُ ‫الس َؤ‬
) ‫اى َع ْه ُه ِب ْد َعت‬ ُّ ‫َو‬
“al-Istiwa (bersemayamnya Alloh) dapat dipahami artinya,
hakikat (ke-bagaimana-annya) tidak diketahui, mengima-
ninya wajib dan bertanya tentang hakikatnya adalah bid‟ah.”
Jadi arti dari sifat-sifat sangatlah jelas, adapun hakikatnya,
maka tidak kita ketahui (karena Alloh tidak menjelaskannya
kepada kita). Menentukan hakikat sifat-Nya berdasarkan
khayalan manusia, atau hasil pemikiran akal manusia, adalah
takyif. Jangankan menentukan hakikatnya, menanyakan ba-
gaimana hakikatnya saja sudah termasuk bid‟ah.

19. Tamtsil, artinya menyamakan Alloh dengan makhluk-Nya.


Seperti mengatakan bahwa hakikat mata Alloh seperti mata
manusia, kemarahan Alloh seperti kemarahan manusia,
rahmat Alloh seperti rahmat manusia, dan sebagainya.
Tamtsil merupakan bentuk kesyirikan yang nyata.

20. Tahrif, artinya pengubahan arti dari sifat-sifat Alloh baik


dengan merubah huruf-hurufnya atau menolak arti yang benar.
Seperti mengubah kata al-istiwa‟ yang berarti bersemayam
dengan kata al-istaula‟ yang berarti menguasai. Biasanya
penggantian seperti ini dilakukan oleh ahlul bid‟ah, dengan alasan
bahwa penggantian atau pengubahan itu adalah suatu keharusan,
karena kalau tidak dirubah, maka akan terjadi tamtsil.
Pemahaman seperti ini ditolak oleh Ahlus Sunnah wal
Jama‟ah dengan hujjah-hujjah sebagai berikut:
1) Alloh lebih tahu dan lebih pandai menjelaskan tentang
diri-Nya, dan tidak butuh kepada makhluk-Nya untuk me-
rubah kata-katanya supaya menjadi lebih tepat.
2) Seperti sudah dijelaskan, bahwa kesamaan lafadz sifat
tidak berarti tamtsil, sebab hakikat dari sifat-sifat itu ber-
beda antara satu dengan yang lainnya, menurut perbe-
daan dzat si empunya sifat.

39
3) Kalau benar bahwa tidak adanya pengubahan akan meng-
hasilkan tamtsil, bagaimana dengan kata-kata atau sifat-
sifat yang baru yang dijadikan pengganti, tidakkah
padanya juga akan terjadi tamtsil?

21. Ta‟thil, dalam bahasa Arab berarti meniadakan sesuatu atau


meniadakan fungsinya. Sedangkan secara istilah, ta‟thil ber-
arti menolak (meniadakan) sebagian atau semua sifat-sifat
Alloh atau mengosongkannya dari artinya.
Hal ini dilakukan oleh ahlul bid‟ah juga dikarenakan
kekhawatiran mereka akan terjadinya tamtsil. Sehingga
mereka dengan berani keluar dari ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh al-Kitab dan as-Sunnah, dan keluar dari
akal yang sehat.
Contohnya, mereka menetapkan nama Alloh tetapi
mengosongkan atau meniadakan-Nya dari sifat, seperti
mengatakan bahwa Alloh adalah ar-Rahim, tetapi tidak
memiliki sifat rahmat, Alloh adalah as-Sami‟ tanpa sam‟
(pendengaran) dan lainnya. Meniadakan sifat sebenarnya
berarti meniadakan dzat. Sebab tidak ada dzat yang tidak
memiliki sifat. Hanya sesuatu yang tidak ada sajalah yang
tidak memiliki sifat.

22. Tauhid uluhiyyah adalah mempersembahkan seluruh per-


ibadatan hanya kepada Alloh . Dengan kata lain, adalah
pengesaan Alloh dalam peribadatan. Tauhid uluhiyyah
disebut juga tauhid ilahiyah atau tauhid „ubudiyyah.
              
“Dan Kami tidak mengutus seorang rosul sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya; “Bahwasanya tidak
ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka beribadahlah
kalian hanya kepada-Ku.” (QS. al-Anbiya [21]: 25)

40
             

   


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah hanya kepada-Ku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki mereka memberi Aku makan.” (QS. adz-
Dzariyat [51]: 56-57)

      


“Beribadahlah kepada Alloh dan janganlah kalian mem-
persekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS. an-Nisa’
[4]):36)

         
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah
kepada Alloh dengan mengikhlaskan agama (peribadatan)
hanya untuk-Nya dan menjadi orang-orang yang lurus
(bertauhid)!!”. (QS. al-Bayyinah [98]: 5)

23. Tauhid uluhiyyah mengandung tiga masalah pokok, yaitu:


1) Nusuk,
2) Hakimiyyah, dan
3) al-Wala‟ wa al-baro‟.

24. Tauhid uluhiyyah dalam Nusuk; yang dimaksud dengan


nusuk adalah praktik-praktik peribadatan seperti sholat, doa,
qurban, haji, nadzar dan sebagainya. Semua praktik-praktik
peribadatan tersebut harus sepenuhnya dipersembahkan hanya
kepada Alloh .
Barangsiapa memberikan salah satu peribadatan tersebut,
atau seluruhnya kepada selain Alloh , maka orang tersebut
telah mengerjakan perbuatan syirik yang besar sekali.

41
          
“Katakanlah; "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Alloh, Robb semesta alam.”
(QS. al-An’am [6]: 162)

 
             

    


“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari‟at tertentu
yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka
membantah kamu dalam urusan (syari‟at) ini dan serulah
kepada (agama) Robbmu. Sesungguhnya kamu benar-be-
nar berada pada jalan yang lurus.” (QS. al-Hajj [22]: 67)

25. Tauhid uluhiyyah dalam Hakimiyyah adalah mengakui


bahwa hanya Alloh-lah yang berhak membuat berbagai
hukum, baik hukum-hukum peribadatan maupun hukum-
hukum keduniawian. Hanya hukum-hukum Alloh-lah yang
harus diterapkan dan ditegakkan di seluruh dunia.
Barangsiapa yang menolak hukum Alloh atau
menggantikan hukum-hukum-Nya dengan undang-undang
buatan makhluk, menerapkan hukum-hukum buatan
makhluk dan meninggalkan hukum-hukum-Nya, maka orang
tersebut telah jatuh dalam kesyirikan yang besar.

         


“Barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang
diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir.” (QS. al-Ma’idah [5]: 44)

        

            

42
 
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib
mereka sebagai Robb-Robb selain Alloh, dan demikian juga
dengan al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya
disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah
(yang berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Alloh dari
apa yang mereka persekutukan.” (QS. at-Taubah [9]: 31)

            
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain
Alloh yang mensyari‟atkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Alloh?” (QS. asy-Syuro [42]: 21)

26. Alloh adalah Pencipta dan Pemilik segala sesuatu. Segala


yang ada di alam wujud (dunia) adalah milik Alloh Hanya
Dia-lah yang berhak berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya
atas seluruh makhluk-Nya. Hanya Dia-lah yang berhak
membuat peraturan-peraturan untuk mengatur makhluk-
Nya. Barangsiapa yang membuat tandingan bagi Alloh
dalam hukum-hukum-Nya, apalagi dengan menyingkirkan
hukum-hukum-Nya dan menggantinya dengan hukum-hukum
makhluk, maka celakalah orang tersebut karena dia telah
jatuh ke dalam suatu kesyirikan yang besar sekali.

27. Menerapkan atau menerima sebagian hukum-hukum Alloh


serta menolak dan menyingkirkan sebagian lainnya, sama
halnya dengan menolak seluruh hukum-hukum-Nya.

         

           

      

43
“Apakah kalian (orang-orang Yahudi) beriman pada
sebagian dari al-kitab (Taurat) dan ingkar terhadap se-
bagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang
berbuat demikian dari pada kalian melainkan kenistaan
dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Alloh tidak
lengah dari apa yang kalian perbuat.” (QS. al-Baqoroh
[2]: 85)

28. Selain hukum Alloh adalah hukum jahiliyyah dan hukum


thogut.
          
“Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan
(hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Alloh
bagi orang-orang yang yakin?” (QS. al-Ma’idah [5]: 50)

             

           

      


“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang ditu-
runkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan se-
belum kamu, mereka ingin berhakim kepada thogut,
padahal mereka telah diperintah berkufur kepada thogut.
Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan pe-
nyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 60)

29. Termasuk dalam kandungan utama hakimiyyah adalah ber-


usaha menegakkan hukum-hukum Alloh di muka bumi, bagi
siapa saja yang sanggup mengupayakannya. Barangsiapa yang
tidak sanggup menegakkannya, maka harus mendukung semua
usaha dan semua orang yang mengusahakan penegakannya.
Barangsiapa yang tidak sanggup mendukung secara materi

44
dan tenaga, maka harus tidak meninggalkan dukungan dengan
hati dan doa. Barangsiapa yang berbalik memusuhi penega-
kan hukum-hukum Alloh di muka bumi, maka orang ter-
sebut telah menolak penyerahan hak-hak hakimiyyah kepada
Alloh dan memberi peluang kepada selain-Nya untuk men-
jadi hakim pengganti-Nya. Hal ini berarti peperangan ter-
hadap Alloh .

30. Tauhid uluhiyyah dalam al-wala‟ wa al-baro‟; al-wala‟ wa al-


baro‟ adalah bagian dari tauhid uluhiyyah. Tauhid uluhiyyah
adalah mentauhidkan Alloh melalui perbuatan-perbuatan
kita. Di waktu yang sama, al-wala‟ wa al-baro‟ adalah bagian
dari perbuatan manusia yang besar, yang harus disalurkan
hanya berdasarkan manhaj Alloh .

         

            

    


“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang
kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-
orang muk‟min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya le-
paslah ia dari pertolongan Alloh, kecuali kalau yang demi-
kian itu karena kalian takut kepada mereka. Dan Alloh mem-
peringatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya
kepada Alloh kalian kembali.” (QS. Ali Imron [3]: 28)

        

           

 

45
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian jadikan
orang-orang Yahudi dan Nashara sebagai wali-wali untuk
kalian. Sebagian mereka adalah wali untuk sebagian lainnya.
Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zholim.” (QS. al-Ma’idah [5]: 51)

            

           

            
“Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara
kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh akan
mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka
dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-
lembut terhadap orang-orang muk‟min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Alloh Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah [5]: 54)

31. al-Wala‟ berarti kedekatan, kecintaan dan pembelaan. Sedang-


kan al-baro‟ adalah kejauhan, kebencian dan permusuhan. Ketika
semua hal tersebut disalurkan menurut manhaj Alloh maka hal
tersebut merupakan peribadatan yang besar sekali.

           

           

           

46
           

           

         

           

        

           

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah


serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Alloh
dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu
satu sama lain lindung melindungi. Dan (terhadap) orang-
orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak
ada kewajiban atas kalian melindungi mereka, sebelum
mereka berhijrah. (Akan tetapi jika mereka meminta
pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan)
agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali
terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kalian
dengan mereka. Dan Alloh Maha Melihat apa yang kalian
kerjakan. Adapun orang-orang yang kafir, sebagian me-
reka pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (hai
para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah di-
perintahkan Alloh itu, niscaya akan terjadi kekacauan di
muka bumi dan kerusakan yang besar. Dan orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Alloh,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan
memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang
mulia. Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, ke-
mudian berhijrah dan berjihad bersama kalian maka

47
orang-orang itu termasuk golongan kalian (juga). Orang-
orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya
lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan
kerabat) di dalam kitab Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Anfal [8]: 72-75)

         

          

        


“Sesungguhnya Kami telah mengutus rosul-rosul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Alloh mengetahui
siapa yang menolong (agama)-Nya dan rosul-rosul-Nya
padahal Alloh tidak dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. al-Hadid [57]: 25)

32. Tauhid uluhiyyah dalam al-wala‟ dan al-baro‟; berarti hanya


dekat, mencintai dan membela Alloh agama-Nya, Rosul-
Nya dan kaum mukminin serta menjauhkan diri, mem-
benci dan memusuhi kaum kafirin dan kekufuran.

           

             

     


“Di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan
tandingan-tandingan bagi Alloh, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Alloh. Ada pun orang-

48
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh.
Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zholim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Alloh semuanya, dan bahwa
Alloh amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).”
(QS. al-Baqoroh [2]: 165)
Rosululloh bersabda:
َ‫هلل َف َق ْد إ ْس َت ْن َمل‬ ‫ع‬َ ‫ض في هللا َو َأ ْع َطى هلل َو َم َه‬
َ ‫(( َم ْن َأ َح َّب في هللا َو َأ ْب َغ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
)) ‫ان‬ َ ‫لَاي َم‬
ْ
“Barangsiapa yang mencintai karena Alloh, membenci karena
Alloh, memberi karena Alloh dan tidak memberi karena
Alloh, maka dia telah menyempurnakan imannya.” (HR.
Tirmidzi No. 2445 dan Ahmad No. 15064)

33. al-Wala‟ kepada Alloh , Rosul-Nya dan agama-Nya adalah


al-wala‟ yang mutlak. Sedangkan al-Baro‟ terhadap
kekufuran dan kaum kafirin adalah al-baro‟ yang mutlak.
Sedangkan antara kaum Muslimin, maka pada dasar dan
umumnya yang berlaku adalah al-wala‟ yang terkadang harus
diiringi oleh al-baro‟ yang nisbi, yaitu terhadap ahlul maksiat
dan ahlul bid‟ah. Masing-masing disesuaikan dengan besar
dan kecilnya kadar penyelewengannya. Tetapi walau
bagaimana pun juga keadaan mereka, selama mereka berada
dalam lingkaran Islam, maka al-wala‟ tetap menjadi dasar,
apalagi ketika sedang berhadapan dengan orang-orang kafir.

34. al-Wala‟ wa al-baro‟ adalah bagian tauhid yang penting


sekali, karena al-wala‟ wa al-baro‟ dapat mengeluarkan se-
seorang dari Islam. Merubah status orang tersebut dari sta-
tus mukmin menjadi kafir.

        

49
           

  
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian
jadikan orang-orang Yahudi dan Nashara sebagai wali-wali
untuk kalian. Sebagian mereka adalah wali untuk sebagian
lainnya. Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu terma-
suk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. al-Ma’idah
[5]: 51)

35. al-Wala‟ dan al-baro‟ termasuk prinsip utama yang selalu


dipegang teguh oleh para nabi dan orang-orang sholeh se-
belum kita.
            

           

          

            

    


“Sesungguhnya telah ada untuk kalian tauladan yang
baik pada Ibrohim dan pada orang-orang yang
besertanya, tatkala mereka berkata kepada kaumnya;
Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari
apa-apa yang kalian sembah selain Alloh serta
mengingkari apa-apa yang ada pada kalian dan telah
tumbuh antara kami dan kalian permusuhan dan
kebencian selamanya hingga kalian beriman pada Alloh
Tuhan Yang Esa, kecuali perkataan Ibrohim pada
ayahnya sesungguhnya aku akan memintakan ampunan

50
(pada Alloh) untukmu, tidaklah aku memiliki untuk
dirimu sesuatu pun dari Alloh, Wahai Tuhan kami, hanya
pada Engkaulah kami bertawakkal dan bertobat serta
hanya kepada-Mu-lah tempat kembali.” (QS. al-
Mumtahanah [60]: 4)

●●●●●

51
BAGIAN V

SYIRIK
1. Lawan dari tauhid adalah syirik atau kesyirikan. Arti syirik
adalah memberikan sifat-sifat atau hak-hak Alloh atau
memberikan peribadatan yang seharusnya hanya dipersem-
bahkan kepada Alloh ternyata diberikan kepada dzat se-
lain-Nya, baik sebagian atau seluruhnya. Demikian juga yang
termasuk syirik adalah menyamakan Alloh dengan makh-
luk-Nya, atau menjadikan suatu dzat sebagai tandingan-Nya
dalam hal apapun juga.

2. Dari segi besar dan kecilnya, syirik terbagi dua bagian, yaitu
syirik akbar dan syirik ashghor.

3. Syirik akbar adalah syirik yang menyebabkan pelakunya ke-


luar dari agama Islam. Sedangkan syirik ashghor adalah per-
buatan-perbuatan, baik perbuatan hati, lisan atau pun anggota
badan, yang masuk dalam kategori syirik tetapi tidak sampai
mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Pada umumnya, semua perbuatan syirik adalah syirik
akbar, tetapi ada beberapa perbuatan tertentu yang
dikeluarkan dari keakbarannya dengan nash-nash tertentu
dan akhirnya menjadi syirik ashghor. Walaupun syirik ashghor
tidak mengkafirkan seseorang, tetapi syirik asgor adalah dosa
yang sangat besar.

      


“Beribadahlah kepada Alloh dan janganlah kalian mem-
persekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS. an-Nisa’ [4]:
36)

52
           
“Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kalian oleh Robb kalian, yaitu: janganlah kalian
mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS. al An’am
[6]: 151)

4. Syirik akbar adalah perbuatan yang sangat keji, yang tidak


akan diampuni oleh Alloh di akhirat nanti, apabila pelaku-
nya tidak bertaubat ketika di dunia sebelum meninggal. Me-
runtuhkan seluruh amal perbuatan pelakunya, bagaimana
pun besar amal perbuatan tersebut, dan menjadikan pela-
kunya orang musyrik yang kekal di Jahannam walau pun dia
mengucapkan dua syahadah dan beramal sholeh yang ba-
nyak sekali.
               

     


“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 48)

           

            

         
“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata, Alloh itu
adalah al-Masih Ibnu Maryam, sedangkan al-Masih ber-
kata; „wahai bani Isra‟il beribadahlah kalian pada Alloh
Robbku dan Robb kalian, barangsiapa yang memper-
sekutukan Alloh, sesungguhnya Alloh telah mengharamkan

53
atas mereka syurga dan tempat kembali mereka adalah
neraka serta tidak ada bagi orang-orang zholim itu
penolong‟.” (QS. al-Ma’idah [5]: 72)

            


“Tatkala Luqman berkata pada anaknya sambil mem-
berikan nasihat padanya, (ia berkata), „Wahai anakku
janganlah engkau mempersekutukan Alloh sesungguhnya
syirik itu adalah kedzholiman yang besar‟.” (QS. Luqman
[31]: 13)

         

     


“Sesungguhnya telah diwahyukan padamu dan pada orang-
orang sebelummu (yaitu) bila engkau berbuat syirik maka
hancurlah amalan-amalan engkau dan engkau termasuk
orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

5. Syirik ashghor adalah perbuatan-perbuatan yang ditunjuk-


kan oleh nash-nash tertentu, baik langsung maupun tidak
langsung, sebagai kesyirikan, tanpa menjadikan pelakunya
sebagai seorang musyrik yang keluar dari Islam. Syirik
ashghor tidak meruntuhkan semua amal pelakunya, tetapi
hanya meruntuhkan amal tertentu yang dimasuki syirik
ashghor tersebut. Syirik ashghor dikategorikan sebagai dosa-
dosa besar yang pelakunya masih mungkin diampuni pada
hari kiamat kelak. Walaupun syirik ashghor tidak sekeji syirik
akbar, tetapi syirik ashghor dapat menyeret pelakunya kepada
syirik akbar.

54
6. Syirik ashghor terbagi dalam dua bagian, yaitu:
A. Syirik ashghor zhohir (nyata): syirik ini berbentuk
perbuatan dan perkataan, seperti:
1) Bersumpah dengan selain nama Alloh seperti me-
ngatakan “demi nabi, demi hidupmu” dan sebagainya.
Perbuatan ini termasuk syirik ashghor, selama pelakunya
tidak bermaksud menyamakan Alloh dengan makhluk-
Nya. Apabila dalam hatinya dia meyakini bahwa Alloh
sama dengan makhluk-Nya, maka bersumpah dengan
nama makhluk adalah syirik akbar.
Rosululloh bersabda:
ْ َ َ َ َ َ َ ‫َ ْ َ َ َ َْ ه‬
)) ‫اَّلل فق ْد لف َر أ ْو أش َر َك‬
ِ ‫(( من حلف ِبغي ِر‬
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Alloh,
maka dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad No.
2/69 dan Abu Dawud No. 3251)
2) Perkataan “kalau bukan karena Alloh dan karena si
fulan”.
Rosululloh bersabda:
ُ ُ‫َ َ ُ ُ َ َ َ هُ َ َ َ َُ ٌ ََ ْ ُ ُ َ َ َ ه‬
‫اَّلل ث هم‬ ‫(( ال تقىلىا ما شاء اَّلل وشاء فَلن ول ِنن قىلىا ما شاء‬
َ ُ َ
)) ‫ش َاء فَل ٌن‬
“Janganlah kalian mengatakan: „‟Atas kehendak Alloh dan
kehendak si fulan, akan tetapi katakanlah: atas kehendak
Alloh, kemudian atas kehendak si fulan.” (HR. Abu
Dawud No. 4328 dan Ahmad No. 22179)
3) Memakai gelang dan yang sejenisnya, baik dari logam,
benang atau selainnya, untuk menolak kecelakaan atau
mendapatkan kebaikan. Perbuatan ini dikategorikan
dalam hadits sebagai suatu kesyirikan. Amal seperti ini
masuk kategori syirik ashghor, akan tetapi ketika
dikerjakan sebagai suatu sebab untuk mendapatkan
kebaikan dari kesanggupan benda itu sendiri, selain

55
dari Alloh maka perbuatan itu adalah syirik akbar.
Rosululloh bersabda:
ُ ‫(( َم ْن َت َع هل َق َتم َيم ًة َف ََل َأ َت هم ه‬
ُ ‫اَّلل َل ُه َو َم ْن َت َع هل َق َو َد َع ًة َف ََل َو َد َع ه‬
‫اَّلل‬ ِ
َ
)) ‫ل ُه‬
“Barangsiapa menggantungkan tamimah semoga Alloh
tidak mengabulkan keinginannya. Dan barangsiapa
menggantungkan wada‟ah, semoga Alloh tidak
mengabulkan keinginannya. Dan barangsiapa menggan-
tungkan wada‟ah, semoga Alloh tidak memberi
ketenangan padanya.” (HR. Ahmad No. 16764)
B. Syirik ashghor khofi (tersembunyi): di antaranya riya‟
Yaitu memperbagus suatu amal shaleh yang pada asalnya
dikerjakan untuk Alloh namun kemudian ditujukan untuk
mendapatkan pujian dari orang lain. Maka gugurlah amal
tersebut.
Rosululloh bersabda:
ُْ َ َ َْ ُ َ ُ ْ َ ُ ْ َُ َ
‫ قل َنا‬:‫ال‬‫ ق‬،‫(( أال أخ ِب ُرل ْم ِب َما ُه َى أخ َىف َعل ْين ْم ِم ْن اْل ِس ِيح ِع ْن ِدي‬
ََ
)) ‫الر ُج ُل ٌَ ْع َم ُل ِْله ِان َر ُج ٍل‬
‫ىم ه‬ َ ‫الش ْر ُك ْال َخف ُّي َأ ْن ًَ ُق‬
ّ َ َ ََ
ِ ِ :‫ قال‬،‫بلى‬
“Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang me-
nurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian dari pada
al-Masih ad-Dajjal? Para shahabat menjawab: „‟Tentu ya
Rosululloh. „‟Beliau pun bersabda: „‟Syirik tersembunyi, yaitu
ketika seseorang berdiri melakukan sholat, dia perindah
sholatnya karena mengetahui ada orang lain yang
memperhatikannya‟‟. (HR. Ibnu Majah No. 4198 dan
Ahmad No. 10822)

7. Karena syirik adalah lawan dari tauhid, maka syirik pun da-
pat dibagi seperti pembagian tauhid (pembagian macam-
macam tauhid dan syirik adalah masalah pemahaman saja),
yaitu syirik pada rububiyyah, syirik pada asma‟ wa sifat dan
syirik pada uluhiyah.

56
8. Syirik pada rububiyyah adalah lawan dari tauhid rububiyyah.
Yaitu memberikan sebagian atau seluruh rububiyyah Alloh
kepada dzat lain. Seperti mempercayai adanya pencipta, pe-
nguasa mutlak, pemberi rezeki, penghidup, pemati dan se-
bagainya selain dari Alloh .

            

             
“Katakanlah, “Serulah mereka yang kalian anggap sebagai
ilah yang berhak disembah selain Alloh, mereka tidak memiliki
kekuasaan seberat zarroh pun di langit dan di bumi, dan
mereka tidak mempunyai sedikit pun andil dalam penciptaan
langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka
yang menjadi pembantu bagi-Nya.” (QS. Saba’ [34]: 22)

           

             

       


“Katakanlah: Wahai Muhammad kepada orang-orang musy-
rikin itu, “Terangkanlah kepadaku tentang sekutu-sekutu
kalian yang kalian seru selain Alloh. Perlihatkanlah ke-
padaku (bagian) manakah dari bumi yang telah mereka
ciptakan ataukah mereka mempunyai andil dalam (pen-
ciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka
sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-
keterangan yang jelas dari padanya. Sebenarnya orang-
orang yang zholim itu sebahagian dari mereka tidak men-
janjikan kepada sebagian yang lain, melainkan tipuan
belaka.” (QS. Fathir [35]: 40)

57
             

            

   


“Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang
kalian sembah selain Alloh; perlihatkanlah kepadaku apa-
kah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah
mereka berserikat dengan Alloh dalam penciptaan langit?
Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (al-Qur'an) ini atau
peninggalan dari pengetahuan orang-orang dahulu, jika
kalian adalah orang-orang yang benar.” (QS. al-Ahqof
[46]: 4)

9. Syirik dalam asma‟ wa sifat, seperti menyamakan Alloh


dengan makhluk-Nya, baik dalam dzat, sifat-sifat, ataupun
nama-nama-Nya yang khusus hanya bagi-Nya.
Syirik dalam rububiyyah dan asma‟ wa sifat memiliki
hubungan yang hampir tidak dapat dipisahkan dan dibedakan.

             

         


“Katakanlah, „Segala puji bagi Alloh yang tidak mempunyai
anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan
tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari
kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebenar-benarnya‟.” (QS. al-Isro [17]: 111)

            

           

58
         

           
“Katakanlah, „Siapakah Robb langit dan bumi, jawabnya,
“Alloh”. Katakanlah, „Maka patutkah kalian mengambil
pelindung-pelindung kalian dari selain Alloh, padahal mereka
tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemu-
dhorotan bagi diri mereka sendiri‟. Katakanlah, „Adakah sama
orang buta dan orang yang dapat melihat, atau samakah
gelap gulita dan terang benderang; „Apakah mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Alloh yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu
serupa menurut pandangan mereka‟. Katakanlah, „Alloh
adalah Pencipta Segala Sesuatu dan Dia-lah Robb Yang Maha
Esa lagi Maha Perkasa‟.” (QS. ar-Ro’du [13]: 16)

10. Syirik dalam uluhiyyah, seperti halnya tauhid uluhiyyah, ter-


bagi menjadi tiga bagian:
a) Syirik dalam nusuk: yaitu melakukan praktek peribadatan
untuk selain Alloh , seperti sholat, puasa, kurban, doa,
nadzar, dan lainnya tidak untuk Alloh .

            

    


“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa
kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya;
maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai ke
darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Alloh).” (QS. al-‘Ankabut [29]: 65)
b) Syirik dalam hakimiyyah: yaitu memberikan kepada dzat
selain Alloh hak-hak untuk menentukan hukum. Juga
dengan menyingkirkan hukum-hukum Alloh dari ke-
hidupan umat dan menggantinya dengan hukum-hukum

59
makhluk-Nya. Atau menerapkan sebagian hukum-hukum
Alloh dan menolak sebagiannya. Menganggap hukum-
hukum Alloh sudah tidak cocok lagi pada zaman ter-
tentu, atau hukum selain hukum Alloh lebih baik atau
sama dengan hukum-Nya. Menganggap bahwa penerapan
hukum Alloh tidaklah wajib seperti wajibnya mene-
rapkan hukum-hukum lainnya.

        

            

 
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib
mereka sebagai Robb-Robb selain Alloh dan demikian juga
al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Alloh dari apa
yang mereka persekutukan.” (QS. at-Taubah [9]: 31)

             

        


“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain
Alloh yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Alloh? Sekiranya tak ada ketetapan yang
menentukan (dari Alloh) tentulah mereka telah dibi-
nasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim
itu akan memperoleh azab yang amat pedih.” (QS. asy-
Syuro’ [42] : 21)

           

        

60
“Janganlah kalian memakan binatang-binatang yang
tidak disebut nama Alloh ketika menyembelihnya.
Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu membisikkan
kepada para pengikutnya agar mereka mendebat kalian
dan jika kalian menuruti mereka, maka kalian adalah
orang-orang yang musyrik.” (QS. al-An’aam [6]: 121)
c) Syirik dalam al-wala‟ dan al-baro‟: yaitu memberikan al-
wala‟ kepada kaum kafirin dan kekufuran, menolong kaum
kafirin dalam memerangi kaum Muslimin atau membalikkan
al-wala‟ wa al-baro‟ yaitu memberikan wala‟ kepada syetan
dan pengikutnya, dan dengan memberikan baro‟ kepada
Alloh agama-Nya dan kepada kaum Mukminin.

Semua macam syirik tersebut mengekalkan pelakunya dalam


api Jahannam pada hari kiamat nanti, walaupun sang pelaku
memiliki kebaikan yang bergunung-gunung banyaknya.

         

           

          

 
“Engkau lihat kebanyakan mereka berwala‟ kepada
orang-orang kafir, amat buruklah apa-apa yang mereka
kerjakan yang mana hal tersebut membuat murka Alloh
pada mereka dan mereka kekal dalam siksaan. Kalau
seandainya mereka beriman pada Alloh dan nabi dan
pada apa-apa yang diturunkan kepadanya, tentulah
mereka tak akan menjadikan orang-orang kafir itu
sebagai kekasih-kekasih mereka akan tetapi kebanyakan
dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. al-
Ma’idah [5]: 80-81)

61
11. Di antara bentuk syirik yang banyak terjadi pada umat ini dan
umat-umat sebelumnya adalah sihir. Sihir adalah perbuatan
yang dihasilkan oleh adanya kesepakatan antara seorang
manusia dengan syetan.
Dengan mempersembahkan peribadatan tertentu kepada
setan, maka seseorang akan mendapatkan bantuan untuk
mendapatkan hal-hal tertentu yang diinginkannya. Seperti
menceraikan antara sepasang suami istri, menjadikan seorang
benci kepada selainnya atau sebaliknya, menjadikan sese-
orang mencintai orang lain, menyebabkan timbulnya suatu
penyakit pada seseorang, mengelabui pemandangan dan lain-
nya. Banyak lagi macam-macam sihir yang ada pada zaman
dahulu dan sekarang, khususnya yang muncul pada akhir-akhir
ini dengan nama-nama baru, seperti paranormal, orang pintar
dan lainnya.
Rosululloh
َ bersabda:
ْ ََ ََ َ ََ ُ ً َ
،‫ َو َم ْن َس َح َر فق ْد أش َر َك‬،‫(( َم ْن َعق َد ُع ْق َدة ث هم هفث ِف ْي َها فق ْد َس َح َر‬
َ ّ َ ‫َ ه‬
)) ‫َو َم ْن ت َعل َق ش ْي ًئا ُو ِم َل ِإل ْي ِه‬
“Barangsiapa membuat suatu ikatan, kemudian meniupnya,
maka dia telah melakukan sihir. Dan barangsiapa yang
melakukan sihir, maka telah berbuat syirik. Barangsiapa yang
menggantungkan sesuatu (jimat) pada dirinya, maka dirinya
akan dijadikan bersandar kepadanya.” (HR. Nasa’i No.
4011)

12. Sihir mempunyai hakikat yang nyata benar-benar ada, bukan


hanya hayalan dan tipu muslihat kosong. Kalau tidak de-
mikian, niscaya kita tidak diperintahkan untuk berlindung
kepada Alloh dari kejahatan-kejahatan tukang sihir.

62
13. Hukuman bagi sahir atau tukang sihir adalah dipenggal ke-
palanya.
Rosululloh bersabda:
‫ض ْرَب ٌة ب ه‬
)) ‫الس ْي ِف‬ َ ‫الساحر‬
‫(( َح ُّد ه‬
ِ ِ ِ
“Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal kepalanya.”
(HR. Tirmidzi No. 1400, Daruquthni 3/ 114, Hakim
4/360, Baihaqi dan Dzahabi, di-dha’ifkan oleh Ibnu
Hajar dan Albani dalam Dho’if al-Jami’ No. 2698)
Walaupun derajat hadits ini dinilai dho‟if, tetapi hukum
yang terdapat dalam hadits tersebut (hukum penggal kepala)
telah dipraktekkan oleh „Umar bin al-Khoththob, „Abdulloh
bin „Umar, Ummul Mu‟minin Hafshoh bint „Umar, „Utsman
bin „Affan, Jundub bin „Abdulloh, Zundak bin Ka‟ab dan Qais
bin Sa'ad, yang semuanya adalah shohabat . Hukuman ini
juga dilaksanakan oleh „Umar bin Abdul „Aziz serta difatwakan
oleh Imam Malik bin Anas , Imam Ahmad bin Hanbal ,
Abu Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan Imam Syafi‟i menyatakan bahwa seorang
tukang sihir harus dibunuh, apabila sihirnya mencapai derajat
kekufuran. Kalau tidak, maka tidak dibunuh.
Sebenarnya, tidak ada sihir tanpa harus berbuat syirik
dengan syetan. Maka, kemungkinan besar yang dimaksud
Imam Syafi‟i adalah beragam tipu muslihat yang memakai
nama sihir.

14. Doa merupakan bentuk peribadatan yang sangat besar, maka


barangsiapa berdoa kepada selain Alloh , berarti dia telah
berbuat syirik kepada-Nya, dengan syirik akbar.
         

   

63
“Ketika Robb kalian berfirman, „‟Berdoalah kalian kepada-Ku
niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian. Sesungguhnya,
orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti
akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina‟.” (QS. al-
Mu'min [40]: 60)
Rosululloh bersabda:
ُ ْ ُّ ((
)) ‫الد َع ُاء ُه َى ال ِع َب َادة‬
“Doa adalah ibadah” (HR. Tirmidzi No. 2895 dan Ibnu
Majah No. 2818)

●●●●●

64
BAGIAN VI

LA ILAHA ILLALLOH
1. Beberapa hal penting untuk memperluas pembahasan La
Ilaha Illalloh adalah:
La Ilaha Illalloh berarti tidak ada Ilah yang hak
selain Alloh , tidak ada Robb yang berhak diibadahi selain
Alloh, tidak ada pencipta selain Alloh, tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan selain Alloh, tidak ada
penentu dan pengatur segala sesuatu selain Alloh, tidak ada
pemberi dan pencegah selain Alloh, tidak ada penguasa yang
bisa menandingi Alloh, tidak ada dzat yang tidak bisa
ditundukkan dengan mudah oleh Alloh, tidak ada
kesempurnaan yang mutlak selain pada Alloh, tidak ada
peribadatan yang boleh diberikan selain kepada Alloh, tidak
ada satu dzat pun yang berada di luar genggaman kekuasan
Alloh, tidak ada dzat yang berhak diagungkan dan dimuliakan
selain Alloh, tidak ada hakim yang maha benar selain Alloh,
tidak ada hukum dan undang-undang yang boleh diterapkan
selain hukum-hukum Alloh, tidak ada agama yang boleh
dianut selain agama Alloh

2. Syarat-syarat La Ilaha Illalloh adalah:


1) al-‘Ilmu (ilmu atau pengetahuan tentang arti La Ilaha
Illalloh):
Pengetahuan tentang arti La Ilaha Illalloh adalah
hal utama bagi seseorang yang bersaksi atas syahadat
tersebut. Tanpa mengetahui artinya, tidak ada gunanya
lafadz syahadat tersebut bagi yang bersaksi. Arti yang
wajib diketahui bagi seseorang yang bersyahadat adalah
arti global yang telah dijelaskan di atas (poin 1). Sedangkan

65
arti detail, perlu dipelajari terus untuk menambah
keimanan seseorang dan mencegahnya dari terjatuh
kepada lawan syahadat tersebut, yaitu kesyirikan.

     


“Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq)
selain Alloh.” (QS. Muhammad [47]: 19)

     


“…akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa‟at
ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan
mereka mengetahui(nya).” (QS. az-Zukhruf [43]: 86)
Rosululloh bersabda:
َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ
)) ‫هللا َدخ َل ال َج َّنت‬ ‫(( من ماث وهى يعلم أن ال ِاله ِإال‬
“Barangsiapa yang meninggal dunia dan mengetahui
bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) kecuali
Alloh, niscaya dia akan masuk jannah.” (HR. Muslim No.
38 dan Ahmad No. 434)
2) al-Yaqin (keyakinan tentang kebenaran syahadahnya):
Seseorang yang bersaksi La Ilaha Illalloh dan di
hatinya meragukan kebenaran syahadat ini, maka
syahadatnya tidak akan diterima. Mempelajari isi syahadat
pada khususnya dan agama Islam pada umumnya dengan
disertai doa kepada Alloh insya Alloh akan memperkuat
keyakinan seseorang dari waktu ke waktu.

         

       


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya
kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan

66
harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh, mereka itulah
orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat [49]: 15)
Rosululloh bersabda:
ُ ‫(( َم ْن َلل ْي َت م ْن َو َزاء َه َرا ْال َحائط َي ْش َه ُد َأ ْن َال ا َل َه إ َّال‬
ً‫هللا ُم ْص َت ْيلنا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ َ ْ ُْ ّ ََ ُ َُْ َ
)) ‫ِبها كلبه فب ِشسه ِبالجن ِت‬
“Barangsiapa yang berjumpa denganmu dari balik dinding
ini dan dia bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
diibadahi) selain Alloh, dan meyakini dengan hatinya,
maka berilah kabar gembira bahwa dia akan masuk
jannah.” (HR. Muslim No. 46)
3) al-Inqiyad (tunduk melaksanakan kandungannya):
Syahadat mempunyai berbagai tuntutan dan kandungan
yang harus dilaksanakan sebagai konsekuensi dari
keimanan kita kepadanya. Terhadap berbagai tuntutan dan
kandungan tersebut, kita harus tunduk kepadanya, lahir
dan batin.

           


“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah
kalian pada Alloh serta jauhkanlah diri kalian dari
perbuatan riba jika kalian benar-benar orang-orang
mukmin.” (QS. al-Baqoroh [2]: 278)

         

 
“Sesungguhnya itulah setan-setan yang menakut-nakuti
kalian dari pengikut-pengikutnya, maka janganlah ka-
lian takut pada mereka takutlah kalian pada-Ku jika
kalian benar-benar orang-orang mukmin.” (QS. Ali
‘Imron [3]: 175)

67
         

           

      


“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan
Rosul-Nya dan ulil amri di antara kalian. Jika kalian
bersengketa tentang suatu hal maka kembalikanlah hu-
kumnya kepada Alloh (al-Qur‟an) dan Rosul (Sunnah-
nya) jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan
hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama
(bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisa’
[4]: 59)

          

          

 
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian
menjadikan orang-orang yang menjadikan agamanya
sebagai olok-olokan dan permainan, yaitu orang-orang
yang diturunkan pada mereka al-Kitab sebelum kalian
serta menjadikan orang-orang kafir sebagai kekasih.
Dan bertakwalah kalian pada Alloh jika kalian benar-
benar orang-orang mukmin.” (QS. al-Ma’idah [5]: 57)

4) al-Qabul (menerima, tidak menolak kandungan-kandu-


ngannya):
Syahadat tidak diterima dari seseorang yang
menerima sebagian kandungan dan menolak sebagian lagi.
Seperti halnya orang-orang murtad di Jazirah Arab ketika
Rosululloh wafat dunia, mereka menerima seluruh ajaran
Islam kecuali zakat. Maka mereka pun diperangi Abu Bakar

68
sebagai orang-orang yang keluar dari agama.
         

           

    


“Apakah kalian beriman kepada sebagian dari al-Kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tia-
dalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari
pada kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan du-
nia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada
siksa yang sangat berat. Alloh tidak lengah dari apa
yang kalian perbuat.” (QS. al-Baqoroh [2]: 85)

5) al-Ikhlash (bersyahadat dan melaksanakan isinya hanya


demi Alloh .
Artinya bahwa seseorang bersyahadat harus hanya
karena Alloh dan tidak mengharapkan apapun dari
siapa pun juga, selain Alloh .

         
“Mereka tidak diperintahkan kecuali beribadah kepada
Alloh dengan mengikhlaskan agama bagi-Nya.” (QS.
al-Bayyinah [98]: 5)
Rosululloh bersabda:
ْ َ ْ ً َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ
)) ‫اس ِبشفاع ِتي من كال ال ِاله ِإال هللا خ ِالصا ِمن كل ِبه‬ َّ ‫(( َأ ْش َع ُد‬
‫الن‬
ِ
“Manusia yang paling berbahagia dengan syafa‟atku adalah
orang yang mengucapkan La Ilaha Illalloh dengan tulus
ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhori No. 97 dan Ahmad
No. 8503)

6) ash-Shidq (jujur):
Yang dimaksud dengan jujur adalah bahwa syahadat yang
diucapkan benar-benar meresap di dalam hati, bukan

69
hanya di mulut saja.
            

         


“Adakah manusia mengira bahwa mereka akan
dibiarkan saja berkata: kami telah beriman, tanpa
mereka diuji. Sesungguhnya Kami telah uji orang-orang
yang sebelum mereka, supaya Alloh mengetahui mereka
yang jujur dan mereka yang dusta.” (QS. al-‘Ankabut
[29]: 1-3)
Rosululloh bersabda:
َ ْ َ َْ ً َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ
)) ‫ص ِادكا ِم ْن كل ِب ِه َدخ َل ال َج َّنت‬ ‫(( من كال ال ِاله ِإال هللا‬
“Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illalloh dengan jujur
dari hatinya, niscaya dia masuk surga.” (HR. Bukhori
No. 125, Muslim No. 47 dan Ahmad No. 11882)

7) al-Mahabbah (kecintaan):
Seseorang yang bersyahadat harus mencintai
syahadat tersebut dan mencintai orang-orang yang
bersyahadat lainnya. Harus memberikan al-wala‟ dan al-
baro‟ atas dasar syahadatnya tersebut. Yaitu berwala‟
kepada ahli La Ilaha Illalloh dan berbaro‟ kepada
musuh-musuh La Ilaha Illalloh.

     


“Adapun orang-orang yang beriman amat cinta kepada
Alloh.” (QS. al-Baqoroh [2]: 165)
Rosululloh bersabda:
)) ‫هللا‬ ‫ي‬‫ف‬ ُ
‫ض‬
ْ ُ َْ
‫غ‬ ‫لب‬ ‫ا‬‫و‬ ‫هللا‬ ‫ي‬‫ف‬ ُّ
‫ب‬ ُ ‫(( َأ ْو َج ُم ُع َسي ْلْا ْي َمان َا ْل‬
‫ح‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ

70
“Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena
Alloh dan membenci karena-Nya pula.” (HR. Ahmad No.
17793)

3. Berbagai definisi yang dikemukakan oleh ulama Ahlus Sunnah


tentang kufur (kekafiran) mempunyai arti yang hampir sama.
Namun yang kita ambil adalah definisi kufur yang dinyatakan
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah , yaitu:
“Al-Kufru dalam syari'at adalah lawan dari al-iman.
Yaitu tidak adanya iman kepada Alloh dan Rosul-Nya dalam
diri seseorang. Baik ketiadaan iman itu disertai oleh
pendustaan terhadap para rosul dan apa-apa yang dibawanya,
ataupun tidak. Yaitu karena disebabkan oleh hal-hal lain,
seperti keraguan, atau berpaling, atau hasad, atau
kesombongan, atau karena mengikuti hawa nafsu. Apabila
kekufuran tersebut disertai pendustaan, maka kekufurannya
menjadi lebih buruk lagi. Demikian halnya dengan orang yang
mendustakan dikarenakan hasad, namun di hatinya dia
meyakini kebenaran para rosul.”

4. Kufur terbagi menjadi dua macam, yaitu:


a) Kufur Akbar, dan
b) Kufur Ashghhor.

5. Perbedaan antara kedua kufur tersebut adalah:


a) Kufur akbar mengeluarkan pelakunya dari Islam dan me-
runtuhkan semua amal sholeh. Sedangkan kufur ashghor
tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam dan tidak pula
meruntuhkan seluruh amal, tetapi akan mengurangi amal
seseorang dan menjadikan pelakunya terancam.

 
           

         

71
“Orang-orang yang kafir kepada Robbnya, amalan-
amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin
dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari
apa yang telah mereka usahakan. Yang demikian itu
adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Ibrohim [14]: 18)
b) Kufur akbar mengekalkan pelakunya di Jahannam, se-
dangkan kufur ashghor tidak mengekalkan pelakunya di
Jahannam, bahkan masih terbuka kemungkinan baginya
untuk diampuni oleh Alloh sehingga tidak harus di-
adzab terlebih dahulu.
c) Kufur akbar menjadikan darah dan harta pelakunya halal,
sedangkan kufur ashghor tidak menghalalkan darah dan
harta pelakunya.
d) Kufur akbar diberikan al-baro‟ mutlak kepada pelakunya,
sedangkan pelaku kufur ashghor tetap diberikan wala‟
sesuai kadar ketaatannya, dan juga diberikan baro‟ se-
kedar perbuatan maksiatnya.

6. Kufur akbar ada enam macam, yaitu:


a) Kufur takdzib (pendustaan); baik pelakunya mendustakan
seluruh kabar yang dibawa oleh Rosululloh seperti yang
dikerjakan oleh orang-orang kafir asli, ataupun pelakunya
menerima Islam dan memasuki agama Islam kemudian
menolak dan tidak mengakui hukum-hukum yang jelas
yang selazimnya diketahui oleh seorang Muslim. Seperti
tidak mengakui wajibnya sholat, puasa, haji dan lain-lain
atau tidak mengakui haramnya khomr, daging babi dan
lain-lainnya.

           

    

72
“Siapakah yang lebih aniaya dari pada orang yang
mengada-adakan dusta terhadap Alloh atau mendus-
takan kebenaran setelah datang kepadanya. Bukankah
neraka tempat tinggal orang-orang kafir?” (QS. al-
‘Ankabut [29]: 68)
b) Kufur juhud (ingkar); sebenarnya macam kufur ini sama
dengan yang sebelumnya (kufur takdzib), yang perbedaan
bahwa sang pelaku di dalam hatinya meyakini kebenaran
kabar dari Rosululloh kemudian diingkari dan dito-
laknya.
         

 
“Dan mereka mengingkarinya karena kezholiman dan
kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebe-
naran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-
orang yang berbuat kerusakan.” (QS. an-Naml [27]: 14)
c) Kufur iba‟ wa istikbar (penolakan dan kesombongan) pe-
laku kufur ini walaupun mengetahui dan mengakui ke-
benaran Islam dan risalah Rosululloh tetapi dia enggan
untuk tunduk, menerima dan melaksanakan kandungan
risalah tersebut, baik karena kesombongan atau sebab-
sebab lainnya.
         

   


“Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat,
“Sujudlah kalian kepada Adam, maka sujudlah mereka
kecuali iblis. Ia enggan dan takabur dan jadilah dia dari
golongan orang-orang yang kafir‟‟. (QS. al-Baqoroh
[2]: 34)

73
d) Kufur syak (keraguan); orang yang mengidap kufur ini
merasa ragu terhadap kebenaran risalah para rosul. Dia
tidak mendustakan dan juga tidak meyakininya. Sebe-
narnya keadaan ini bisa cepat hilang dan akan tergantikan
oleh keyakinan –Insya Alloh–, apabila orang tersebut mau
mempelajari agama Islam dengan cermat dan rajin. Ka-
rena agama Islam mempunyai hujjah-hujjah yang jelas dan
kuat serta sesuai dengan fithrah. Tetapi keadaan ini akan
tetap berlangsung, apabila orang tersebut tidak peduli
untuk mempelajari agama Islam dengan baik.

            

           

    


“(Pemilik dua kebun anggur itu berkata), “Aku rasa hari
kiamat tidak akan datang dan kalau seandainya aku di-
kembalikan kepada Robbku, pasti akan kudapati tempat
kembali yang lebih baik dari kebunku ini. Berkatalah
sahabatnya kepadanya sambil mengulang-ulang per-
kataan itu. Apakah kamu kafir (ragu) kepada Robb yang
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air
mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna?” (QS. al-Kahfi [18]): 36-37)
e) Kufur i‟radh (berpaling); orang yang mengidap kufur ini
tidak peduli tentang keberadaan Islam. Dia tidak mau
mendengarkan atau mempelajarinya, apalagi mencari ke-
benarannya. Maka orang seperti ini hidup seakan-akan
agama Islam tidak ada, dan seakan-akan Rosululloh
tidak pernah diutus.
     

74
“Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan yang
disampaikan kepada mereka”. (QS. al-Ahqof [46]: 3)
f) Kufur nifaq; yaitu menunjukkan keimanan pada lahirnya,
namun menyimpan kekafiran dalam bathinnya. Hatinya
kosong dari mahabbah (kecintaan), keikhlasan,
keterikatan dan ketundukan kepada agama Islam, terlepas
apakah hatinya mempercayai atau tidak.

           

“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya


mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir lagi, lalu
hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat
mengerti.” (QS. al-Munafiqun [63]: 3)

7. Sedangkan kufur ashghor, sama halnya dengan syirik ashghor,


yaitu amal perbuatan atau perkataan-perkataan yang mem-
punyai dalil yang mengkufurkannya, di samping adanya
qorinah (dalil lain) yang menunjukkan ketidak kufurannya,
atau ada dalil yang terang menamakan suatu perbuatan atau
perkataan sebagai kufur ashghor, contohnya adalah kufur
nikmat, memerangi sesama Muslim dan bersumpah dengan
selain nama Alloh

8. Nifaq ada dua macam, yaitu:


a) Nifaq I‟tiqadi;
Pada umumnya, nifaq i‟tiqadi adalah nifaq akbar, yaitu
bersemayamnya kekufuran di hati seseorang, baik karena
adanya pendustaan, ataupun karena tidak adanya ketun-
dukan (perbuatan) hati, tetapi secara zhahir (lisan dan
perbuatan), sang munafiq menampakkan keimanan. Orang
seperti ini tetap diperlakukan sebagai seorang Muslim,
sampai kekufuran yang ada di hatinya diwujudkan dalam

75
bentuk kekufuran lisan atau perbuatan. Apabila hal ini
terjadi, maka orang tersebut diperlakukan sebagai se-
orang murtad.
           
“Di antara manusia ada orang-orang yang berkata,
“Kami beriman pada Alloh dan hari akhir” sedangkan
mereka bukanlah orang-orang mukmin.” (QS. al-
Baqoroh [2]: 8)
b) Nifaq „Amali;
Pada umumnya nifaq „amali adalah nifaq ashghor, yaitu
ketika seseorang hanya mengerjakan beberapa sifat dan
amal perbuatan orang munafiq. Tetapi apabila semua amal
perbuatan dan sifat-sifat orang munafiq dikerjakan, maka
orang itu pun terjatuh kepada nifaq akbar, yaitu akan
menjadi munafiq murni.

          

          

            

  


“Di antara mereka ada yang berjanji pada Alloh, apabila
datang pada kami karunia-Nya, tentu kami akan
bersedekah serta kami akan menjadi orang-orang shaleh.
Maka tatkala datang pada mereka karunia-Nya, lalu
mereka berbuat bakhil dan berpaling, maka Alloh
menjadikan kenifakan di hati-hati mereka sampai hari
mereka menemui Alloh dikarenakan pengingkaran janji
mereka terhadap Alloh dan dengan sebab kedustaan-
kedustaan mereka.” (QS. at-Taubah [9]): 75-77)

76
َْ َ
‫صلت ِم ْن ُه َّن‬
َ َ َ ‫(( َأ ْ َبع َم ْن ُك َّن فيه َك‬
ً ‫ان ُم َناف ًلا َخال‬
‫ َو َم ْن كاه ْت ِف ِيه خ‬،‫صا‬ ِ ِ ِ ِ ‫ز‬
َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َّ ْ َْ َ ْ َ َ
‫ وِإذا‬،‫ ِإذا اؤج ِمن خان‬،‫النف ِاق حتى يدعها‬ ِ ‫كاهت ِف ِيه خصلت ِمن‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ
)) ‫اص َم ف َج َس‬ ‫ وِإذا خ‬،‫ وِإذا عاهد غدز‬،‫حدث كرب‬
“Ada empat perkara yang bilamana hal tersebut terkumpul
pada diri seseorang, maka ia adalah seorang munafiq
murni. Dan barangsiapa yang ada pada dirinya satu bagian
darinya, maka pada dirinya ada satu sifat nifaq hingga ia
meninggalkannya, yaitu: apabila diamanati ia berbuat
khianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia
melanggar dan bila berselisih ia berbuat aniaya.” (HR.
Bukhori No. 33, Muslim No. 88, Tirmidzi No.
2556, Nasa’i No. 4934, Abu Dawud No. 4068 dan
Ahmad No. 6479)

9. Di antara sifat-sifat utama kaum munafiqin adalah:


a) Mendustakan Rosululloh ,
b) Mendustakan sebagian risalah Rosululloh ,
c) Membenci Rosululloh ,
d) Membenci sebagian dari risalah Rosululloh ,
e) Bergembira terhadap kemunduran Islam dan umat Islam,
serta
f) Bersedih atas kemajuan Islam dan umat Islam.
            

   


“Di antara mereka ada orang yang mencelamu wahai
Muhammad tentang (pembagian) zakat; jika mereka di-
beri sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan
jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan
serta merta mereka menjadi marah.” (QS. at-Taubah
[9]: 58)

77
         

         

           
“Jika kalian tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:
“Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan ber-
main-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Alloh,
ayat-ayat-Nya, dan Rosul-Nya kalian selalu mengolok-
olok?”. Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian
kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan
segolongan dari kalian (lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu
berbuat dosa.” (QS. at-Taubah [9]: 65-66)

           

   

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kalian


(tunduk) kepada hukum yang Alloh telah turunkan dan
kepada hukum Rosul”, niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuat-
nya dari (mendekati) kamu.” (QS. an-Nisa’ [4]: 61)

        

           

         

            

78
        
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meng-
ambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi kawan-
kawan (kalian); sebagian mereka adalah kawan dekat bagi
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kalian meng-
ambil mereka menjadi kawan dekat, maka sesungguhnya
orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.
Maka kalian akan melihat orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrhani), seraya ber-
kata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-
mudahan Alloh akan mendatangkan kemenangan (kepada
Rosul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka
karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang
mereka rahasiakan dalam diri mereka” (QS. al-Ma’idah
[5]: 51-52)

10. Beberapa sifat munafiq yang terkadang menghinggapi orang-


orang beriman dan termasuk nifak ashghor (kecil) yang harus
di-waspadai seperti mengkhianati amanah, berbohong, malas
sholat (khususnya sholat jama‟ah) dan sebagainya.
          

        


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan
Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka
berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut nama Alloh kecuali sedikit
sekali.” (QS. an-Nisa’ [4]: 142)

Rosululloh bersabda:
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ
َ‫ َوإ َذا ْاؤ ُجمن‬،‫ف‬ َ َ ُْ ُ
ِ ِ ‫ وِإذا وعد أخل‬،‫ ِإذا حدث كرب‬،‫(( َآيت اْل َنا ِف ِم جالث‬

79
َ َ َ َ َ َ َ َ ‫َخ‬
)) ‫ َو ِإذا َع َاه َد غ َد َز‬،‫اص َم ف َج َس‬‫ و ِإذا خ‬:‫ وفى زوايت‬.‫ان‬
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: yaitu bila berkata
berbohong, bila berjanji tidak menepati dan bila dipercaya
berkhianat. Dalam riwayat lain: “Apabila bertengkar me-
lampaui batas, dan bila membuat perjanjian ia melang-
garnya.” (HR. Bukhori No. 33 dan Muslim dalam
Syarah Nawawi 2/46)
َ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ
)) ‫صالة الف ْج ِس‬ ‫(( ِإن أجلل صال ٍة على اْلنا ِف ِلين صالة ال ِعش ِاء و‬
“Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi orang-orang
munafiq adalah sholat Isya‟ dan Fajar (Shubuh).” (HR. Bukhori
No. 657 dan Muslim No. 651)

11. Sifat-sifat nifaq ashghor dapat menyusup atau hinggap pada


diri orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang tidak ber-
hati-hati, lama-kelamaan karena terlalu banyaknya sifat nifaq
ashghor, maka orang tersebut dapat disusupi nifaq akbar
(besar). Demikian berbahayanya nifaq, maka para shohabat
pun sangat takut kalau mereka dihinggapinya.
Ibnu Abi Mulaikah berkata:
َّ ُ َّ َ ُ َّ َ
‫هللا َعل ْي ِه َو َشل َم– كل ُه ْم‬ ْ ُ َ‫ص‬ ْ ‫جالج ْي َن م ْن َأ‬
َ ُ ََْْ
ِ ‫اب َزشى ِل‬
‫هللا –صلى‬ ِ ‫ح‬ ِ ِ ‫(( أدزكت‬
ْ َ ََ َ َ ّ ُ َ َ
)) ‫النفاق على هف ِص ِه‬ ِ ‫يخاف‬
“Saya berjumpa dengan 30 shahabat Rosululloh , semuanya
mengkhawatirkan berjangkitnya nifak dalam diri mereka.”

12. Ketika seseorang dilahirkan dalam keluarga Muslim, maka


dengan sendirinya ia pun menjadi Muslim, atau masuk Islam
dengan bersaksi terhadap dua kalimat syahadat. Tetapi pintu-
pintu murtad (keluar dari Islam) banyak sekali. Di antaranya
ada sepuluh pembatal atau penggugur Islam yang diijma‟kan
oleh para ulama Islam. Sehingga apabila seseorang telah
mengerjakan salah satunya, maka ia akan keluar dari Islam.

80
a) Pembatal atau penggugur Islam pertama adalah syirik.
Pembahasan detail tentang syirik telah dijelaskan
pada poin-poin yang telah lalu. Tetapi di sini kita akan
menyebutkan beberapa macam syirik yang banyak
dikerjakan oleh orang-orang yang mengaku beriman.
Di antaranya berdoa dan meminta permohonan ke-
pada suatu dzat lain selain Alloh dalam hal-hal yang men-
jadi kekhususan-Nya. Yaitu hal-hal yang hanya Alloh saja
yang dapat memberikannya, seperti meminta anak, jodoh,
rezeki, kenaikan pangkat, dan lain sebagainya.
Perbuatan syirik lainnya adalah memuja dan
mengagungkan benda-benda tertentu, seperti peninggalan-
peninggalan leluhur atau benda-benda yang dianggap keramat
dan mendatangi para kahin (dukun, tukang sihir, paranormal)
untuk meminta atau menanyakan sesuatu lantas
mempercayainya, Semua itu termasuk perbuatan syirik akbar.
Termasuk pula memberikan kurban kepada selain
Alloh , baik dengan memotong binatang hidup, ataupun
hanya dengan memecahkan telur di kaki seseorang, atau di
tempat lainnya dengan tujuan mendapat berkah atau
kesembuhan dari makhluk-makhluk ghaib.
Di antara bentuk perbuatan syirik modern adalah
memberikan hak kepada makhluk-makhluk Alloh untuk
membuat syari‟at atau undang-undang yang menandingi
hukum-hukum Alloh atau kadang-kadang undang-
undang tersebut menjadi pengganti hukum-Nya. Letak
kesyirikannya adalah dijadikannya makhluk-makhluk itu
sejajar dengan Alloh dalam hal hukum, atau malah lebih
tinggi dari-Nya, karena hukum-hukum mereka lebih
diutamakan daripada hukum-hukum Alloh atau hukum-
hukum mereka dijadikan pengganti bagi hukum-hukum-
Nya, sedang hukum-hukum-Nya malahan dibuang jauh-

81
jauh dari kehidupan umat.

              

    


“Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni jika Dia di-
persekutukan dengan sesuatu dan akan mengampuni
dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Ba-
rangsiapa yang menyekutukan Alloh, maka sungguh ia
telah berbuat dosa besar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 48)

           

   


“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Alloh, maka
pasti Alloh mengharamkan kepadanya syurga dan
tempat tinggalnya ialah neraka, dan tidaklah bagi
orang-orang zholim itu seorang penolong pun.” (QS. al-
Ma’idah [5]: 72)

Rosululloh bersabda:
َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ ً َّ َ ْ َ ً َ َ َ ْ َ
‫(( من أحى ك ِاهنا أو عسافا فصدكه ِبما يلىل فلد كفس ِبما أه ِزل على‬
)) ‫ُم َح َّم ٍد‬
“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau
peramal, lalu mempercayai ucapannya, maka ia telah kafir
kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.“
(HR. Tirmidzi No. 125, Abu Dawud No. 3405, Ibnu
Majah No. 631, Ahmad No. 9171 dan Darimi No.
1116)

b) Pembatal Islam kedua adalah mengambil seseorang atau


sesuatu sebagai perantara dalam berdoa atau beribadah
kepada Alloh .

82
Mereka yang melakukan hal ini mengatakan bahwa
doa dan permintaan mereka pada lahirnya ditujukan
kepada selain Alloh baik melalui perantara kuburan
atau lainnya, tetapi pada hakikatnya tertuju kepada-Nya,
sedangkan yang selain Alloh hanyalah sebagai perantara
saja, seperti halnya seseorang yang meminta sesuatu
kepada seorang raja melalui menterinya.
Dalam Islam, alasan atau logika seperti ini tidak
dibenarkan dan termasuk dalam perbuatan syirik akbar,
seperti yang dikerjakan oleh kaum musyrikin Quraisy di
zaman Rosululloh .
        
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat-
dekatnya.” (QS. az-Zumar [39]: 3)

          

        

        

   


“Katakanlah: Serulah mereka yang kalian anggap se-
sembahan selain Alloh, maka mereka tidak akan mem-
punyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari
pada kalian dan tidak pula memindahkannya. Orang-
orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari
jalan kepada Robb mereka siapa di antara mereka yang
lebih dekat (kepada Alloh) dan mengharapkan rahmat-
Nya dan takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab
Robbmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.”
(QS. al-Isro’ [17]): 56-57)

83
c) Pembatal Islam ketiga adalah tidak mengkafirkan orang-
orang musyrik, atau meragukan kekafiran mereka, atau
membenarkan agama mereka.
Seperti halnya orang-orang yang menganggap bahwa
orang-orang Nashroni, Yahudi, Budha, dan pemeluk agama
lainnya adalah orang-orang yang beriman dan berada di
atas jalan yang benar.
Demikian pula halnya dengan menganggap orang-
orang murtad yang telah pasti kemurtadannya sebagai
orang-orang mukmin.
          

          

          
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
diberi bahagian dari al-Kitab Mereka percaya kepada
jibt dan thoghut, dan mengatakan kepada orang-orang
kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar
jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah
orang yang dikutuk Alloh. Barangsiapa yang dikutuk
Alloh, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh
penolong baginya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 51-52)

d) Pembatal Islam keempat adalah kepercayaan bahwa ada


ajaran lain yang lebih benar dan sempurna dari ajaran
Nabi Muhammad atau ada hukum-hukum yang lebih
baik dari hukum-hukum beliau .
Seperti orang-orang yang lebih menyukai hukum-
hukum thoghut dari pada hukum-hukum Nabi , atau
menganggap hukum Islam sudah tidak cocok lagi, atau
menganggap hukum Islam adalah sebab dari kemunduran

84
kaum Muslimin pada masa kini, atau menganggap agama
Islam hanya cocok untuk mengatur hubungan antara
pribadi-pribadi dengan Alloh .

             

          

      

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang


mengaku dirinya telah beriman pada apa yang ditu-
runkan kepadamu dan pada apa yang diturunkan se-
belum kamu. Mereka hendak berhakim kepada thoghut,
padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut
itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (de-
ngan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisa’
[4]: 60)

e) Pembatal Islam kelima adalah membenci sesuatu dari apa-


apa yang diajarkan Rosululloh walaupun mengerjakannya.
        
“Hal itu dikarenakan mereka (orang-orang kafir) benci
terhadap apa-apa yang diturunkan Alloh, maka Alloh
menggugurkan amal-amal mereka itu.” (QS. Muhammad
[47]: 9)

f) Pembatal Islam keenam adalah menghina suatu ajaran


dari agama Islam.

        

       

   

85
“Kalau engkau tanyakan mengapa mereka berbuat yang
demikian, mereka akan berkata: Sebenarnya kami ha-
nya berolok-olok dan bermain-main saja. Katakanlah:
„patutkah kalian memperolok-olok Alloh dan ayat-ayat-
Nya serta Rosul-Nya? Tidak usah kalian minta maaf,
karena kalian telah kafir sesudah beriman‟. (QS. at-
Taubah [9]: 65-66)

g) Pembatal Islam ketujuh adalah sihir, bagi yang melaku-


kannya atau ridho terhadapnya.
           

        


“Keduanya (Harut dan Marut) tiada mengajarkan sihir
kepada seseorang, melainkan lebih dahulu berkata:
“Kami ini hanya mendatangkan cobaan, sebab itu
janganlah engkau kafir”. Lalu mereka mempelajari dari
keduanya apa-apa yang akan menceraikan antara suami
dan istri.” (QS. al-Baqoroh [2]: 102)

h) Pembatal Islam kedelapan adalah mendukung dan mem-


bantu orang-orang kafir dalam melawan, menindas, dan
memusuhi kaum muslimin, amal seperti ini termasuk per-
buatan kufur akbar.
           
“Barangsiapa di antara kalian mendukung mereka (Ya-
hudi dan Nashrani), maka ia masuk golongan mereka.
Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zholim.” (QS. al-Ma’idah [5]: 51)

i) Pembatal Islam kesembilan adalah siapa yang berangga-


pan bahwa sebagian orang ada yang boleh keluar dari sya-
ri‟at Islam, maka keislaman orang tersebut batal dan ia
menjadi kafir.

86
           

        


“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 65)

j) Pembatal Islam kesepuluh adalah barangsiapa yang ber-


paling dari agama Islam, tidak mempelajarinya dan tidak
mengamalkannya, maka orang tersebut adalah kafir.

           


“Siapakah yang lebih aniaya dari pada orang-orang
yang diberi peringatan dengan ayat-ayat Robb-Nya ke-
mudian dia berpaling dari pada-Nya? Sesungguhnya
Kami menyiksa orang-orang yang jahat itu.” (QS. as-
Sajdah [32]: 22)

13. Thoghut berasal dari kata thogho yang dalam bahasa Arab
berarti melampaui batas.
Jadi dari segi bahasa, thoghut berarti dzat yang melewati
batas-batasnya. „Umar bin al-Khoththob berkata:
“Thoghut adalah setan.”
Mujahid berkata:
“Thoghut adalah setan (dalam bentuk) manusia, yang para
pengikutnya mengikuti hukum-hukumnya (yang bertentangan
dengan hukum Alloh dan dia adalah pemimpin mereka.”
Imam Malik berkata:
“Thoghut adalah setiap dzat yang diibadahi selain Alloh.”

87
Pendapat ini dibenarkan oleh Syaikh Sulaiman bin „Abdulloh
dengan tambahan:
“Kecuali mereka yang diibadahi tanpa keridhoan mereka
(seperti Nabi Isa).”
Ibnu al-Qoyyim berkata:
“Thoghut adalah setiap makhluk yang melewati batas ke-
hambaannya sehingga akhirnya diibadahi, diikuti dan ditaati.
Maka thoghut setiap kaum adalah mereka yang hukum-
hukumnya dijadikan pengganti hukum-hukum Alloh, atau
diibadahi bersama-sama dengan Alloh, atau diikuti di atas
manhaj selain manhaj Alloh, atau ditaati dalam hal-hal yang
tidak merupakan ketaatan kepada Alloh.”
Banyak lagi ungkapan dari as-salaf ash-sholeh tentang
makna thoghut yang bermuara kepada satu arti yaitu:
“Thoghut adalah makhluk yang melewati batas keham-
baannya dengan mencoba mengangkat dirinya, atau diangkat
oleh pihak lain dan dia meridhoi pengangkatan tersebut,
untuk menjadi tandingan Alloh dalam ketuhanan-Nya.”
Oleh karena itu, dalam melaksanakan tauhid selalu
disyaratkan untuk kufur kepada thoghut. Dari sini diketahui
bahwa semua dzat yang dijadikan sebagai tandingan bagi
Alloh adalah thoghut. Seperti syetan atau hakim yang tidak
menerapkan hukum-hukum Alloh , atau orang-orang yang
mengaku mempunyai ilmu ghoib, atau orang-orang yang
mengaku mempunyai salah satu sifat atau kekuasaan atau
kesanggupan keTuhanan.
Terkadang thoghut bagi suatu kaum berupa satu orang
saja, terkadang lebih dari satu, atau berbentuk suatu sistem
yang didukung oleh banyak orang, atau berupa pohon-pohon
yang dipuja dan diagungkan, atau kuburan-kuburan yang
dimintai doa dan hal lainnya yang menyebabkan syirik.
Semua hal tersebut adalah thoghut.

88
14. Macam thoghut banyak sekali, tokoh utamanya ada lima,
yaitu:
a) Setan yang mengajak untuk menyembah kepada selain
Alloh
           


“Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian hai
Bani Adam supaya kalian tidak menyembah syetan?
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
kalian.” (QS. Yasin [36]: 60)
b) Pemimpin zholim yang mengubah hukum Alloh
             

          

      


“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada tho-
ghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari
thoghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. an-
Nisa’ [4]: 60)
c) Orang yang memutuskan perkara dengan selain hukum
Alloh .
         

89
“Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.” (QS. al-Ma’idah [5]: 44)

d) Orang yang mengaku mengetahui hal-hal ghoib.


            

        


“(Alloh) mengetahui yang ghoib, maka Dia tidak mem-
perlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghoib itu,
kecuali kepada rosul yang diridhoi-Nya, maka sesung-
guhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di
muka dan di belakangnya.” (QS. al-Jin [72]: 26-27)

            

            

     


“Hanya pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib,
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).” (QS. al-An’am [6]: 59)
e) Orang yang rela diibadahi.
           


“Barangsiapa di antara mereka mengatakan: Se-
sungguhnya aku adalah Tuhan selain Alloh, maka orang

90
itu Kami beri balasan dengan neraka Jahannam, demi-
kian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang
yang zholim.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 29)

15. Tidak diterima iman seseorang tanpa ingkar kepada thoghut.


Bentuk kekufuran tersebut antara lain adalah dengan meno-
lak ke-thoghut-annya, membenci, dan memusuhinya.

         

     


“Barangsiapa yang berkufur kepada thoghut dan beriman
kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
buhul tali yang amat kuat (yaitu La Ilaha Illalloh) yang
tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]: 256)

●●●●●

91
BAGIAN VII

RUKUN IMAN

1. Beriman kepada malaikat-malaikat Alloh , yaitu makhluk-


makhluk-Nya yang diciptakan dari cahaya.
Mereka adalah makhluk-makhluk halus yang tidak
dapat dilihat dengan panca indra. Para malaikat adalah makhluk
yang juga beriman kepada Alloh , serta selalu tunduk, taat
dan patuh kepada segala perintah-Nya, dan tidak pernah
berbuat maksiat kepada-Nya.
Ada pun banyak atau jumlah malaikat, maka hanya
Alloh semata yang mengetahuinya, yang masing-masingnya
mempunyai tugas yang berbeda-beda satu sama lainnya.
Sebagian nama-nama dan tugas-tugas mereka telah
dikabarkan Alloh kepada kita, baik dari al-Qur‟an maupun
dari hadits-hadits Rosululloh .
           

    


“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajah kalian ke
arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Alloh, hari kemudian, malaikat-
malaikat….” (QS. al-Baqoroh [2]: 177)

          

          

       

92
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman ke-
pada Alloh dan Rosul-Nya dan kepada kitab yang Alloh tu-
runkan kepada Rosul-Nya, serta kitab yang Alloh turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Alloh, mala-
ikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya dan
hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 136)

             
“Rosul dan orang-orang mukmin beriman kepada apa-apa
yang diturunkan kepadanya dari Robb-Nya. Mereka semua
beriman kepada Alloh dan malaikat-malaikat-Nya….” (QS.
al-Baqoroh [2]): 285)

         

             
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian
dan keluarga kalian dari api neraka, yang mana kayu ba-
karnya adalah manusia dan batu serta di dalamnya ada
malaikat yang keras dan bengis, mereka tak pernah ber-
buat maksiat terhadap apa-apa yang Alloh perintahkan
atas mereka dan mereka pun selalu mengerjakan apa-apa
yang diperintahkan Alloh kepada mereka.” (QS. at-
Tahrim [66]: 6)

2. Alloh telah mengutus seorang rosul pada setiap umat de-


ngan misi memerintahkan manusia agar hanya beribadah ke-
pada-Nya semata dan agar menjauhi thoghut.
           
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-
tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah hanya ke-
pada Alloh saja dan jauhilah thoghut.‟. (QS. an-Nahl [16]:
36)

93
3. Beriman kepada para rosul merupakan salah satu pokok
keimanan. Tidak mengimani mereka, berarti kesesatan dan
kerugian. Barangsiapa yang mengaku bahwa dia beriman
kepada Alloh tetapi mengingkari para rosul, maka mereka
di sisi Alloh adalah orang-orang kafir yang keimanannya
tidak bermanfaat baginya. Demikian pula halnya dengan
mengingkari salah seorang rosul, maka berarti mengingkari
seluruh rosul.
           

          

      


“Katakanlah: „‟Kami beriman kepada Alloh dan kepada apa
yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan ke-
pada Ibrahim, Isma‟il, Ishaq, Ya‟qub dan anak-anaknya dan
apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari
Robb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami me-
nyerahkan diri.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 84)

          

          

       


“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman ke-
pada Alloh dan Rosul-Nya dan kepada kitab yang Alloh
turunkan kepada Rosul-Nya, serta kitab yang Alloh turun-
kan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Alloh,
malaikat-malaikat-Nya, rosul-rosul-Nya dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
(QS. an-Nisa’ [4]: 136)

94
           

            

      


”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Alloh dan
rosul-rosul-Nya, dan bermaksud memecah belah antara
Alloh dan rosul-rosul-Nya, dengan mengatakan: Kami ber-
iman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap se-
bagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu)
mengambil jalan tengah antara iman atau kufur, mere-
kalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya. Kami te-
lah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan
yang menghinakan.” (QS. an-Nisa’ [4]: 150-151)

4. Para rosul adalah manusia pilihan Alloh yang diberikan


wahyu syari‟at-Nya agar disampaikan kepada umatnya.
Jumlah para rosul dan nabi banyak sekali, sebagaimana
ada yang Allah ceritakan kisah dan nama- nama mereka dan
ada pula yang tidak. Para rosul yang namanya dikabarkan Alloh
dalam kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya, maka kita tidak
boleh mendustakan mereka.
Di samping itu, kita pun harus mengimani para rosul
dan nabi yang tidak diceritakan. Para nabi dan rosul yang
wajib diimani adalah 25 nabi dan rosul yang disebutkan Alloh
namanya, yaitu:
Adam, Nuh, Idris, Hud, Sholih, Ibrohim, Luth, Isma‟il,
Ishaq, Ya‟qub, Yusuf, Syu‟aib, Musa, Harun, Dawud,
Sulaiman, Ayyub, Yunus, Ilyasa‟, Dzul Kifli, Ilyas, Zakariya,
Yahya, `Isa dan Muhammad

          

        

95
         

        


“Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya‟qub
kepadanya (Ibrohim). Masing-masing telah Kami beri pe-
tunjuk, dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri
petunjuk dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh)
yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun.
Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Dan Zakariyya, Yahya, „Isa dan Ilyas.
Semuanya termasuk orang-orang yang sholeh. Dan Ismail,
Alyasa‟, Yunus dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan
derajatnya di atas umat (di masanya).” (QS. al-An’am
[6]: 84-86)

     


“Sesungguhnya Alloh telah memilih Adam.…” (QS. Ali
‘Imron [3]: 33)

     


“Dan kepada kaum „Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud.”
(QS. Hud [11]: 50)

     


“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Sholih.”
(QS. Hud [11]: 61)

     


“Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara
mereka, Syu‟aib.” (QS. Hud [11]: 84)

       

96
“Dan (ingatlah kisah) Isma‟il, Idris dan Dzulkifli. Semua
mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. al-An-
biya’ [21]: 85)

    


“Muhammad adalah utusan Alloh.” (QS. al-Fath [48]: 29)
5. Kita mengimani bahwa semua rosul adalah manusia biasa
yang diciptakan Alloh , namun mereka menerima wahyu
dari-Nya. Mereka tidak memiliki keistimewaan apapun yang
merupakan hak-hak khusus bagi Alloh atau hak-hak ketu-
hanan.
Dan kita pun mengimani bahwa para rosul adalah
hamba-hamba Alloh yang diutus sebagai rosul, dan disifati
Alloh sebagai hamba yang paling tinggi kedudukannya.

            

            
“Katakanlah: Wahai Muhammad „‟Sesungguhnya aku ini
hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan
kepadaku: Bahwa sesungguhnya Ilah kalian itu adalah Ilah
Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Robbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadah kepada Robb-nya.” (QS. al-Kahfi [18]: 110)

6. Beriman kepada kitab-kitab yang telah Alloh turunkan


kepada para nabi dan rosul-Nya termasuk salah satu dasar
keimanan. Yaitu mengimani kitab-kitab yang Alloh sebut-
kan nama-namanya, seperti Taurat, Injil, Zabur, Shuhuf dan
al-Qur‟an sebagai kitab yang paling utama. Sedangkan kitab-
kitab yang tidak disebutkan namanya, maka kita mengimani-
nya secara global.

97
         

 
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rosul-rosul Kami de-
ngan membawa bukti-bukti yang nyata. Dan telah Kami
turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan itu.…” (QS.
al-Hadid [57]: 25)

          

        


“Dahulu manusia adalah umat yang satu, (setelah timbul
perselisihan) maka Alloh mengutus para nabi sebagai pem-
beri kabar gembira dan peringatan, dan Alloh menurunkan
bersama mereka kitab yang benar untuk memberi kepu-
tusan diantara manusia tentang perkara yang mereka per-
selisihkan.…” (QS. al-Baqoroh [2]: 213)

          

          

       


“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman ke-
pada Alloh dan Rosul-Nya dan kepada kitab yang Alloh
turunkan kepada Rosul-Nya, serta kitab yang Alloh turun-
kan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Alloh,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah se-
sat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 136)

7. Kita beriman bahwa kepatuhan kepada kitab-kitab tersebut


dan menjadikannya sebagai sumber hukum adalah kewajiban

98
setiap umat yang disampaikan kepada mereka kitab-kitab ter-
sebut. Kitab-kitab tersebut satu dengan yang lainya saling
membenarkan, dan tidak saling mendustakan. Kita pun me-
yakini bahwa kitab terakhir yang diturunkan kepada Rosu-
lulloh adalah kitab yang menasakh (membatalkan) seluruh
kitab-kitab Alloh sebelumnya. Sehingga tidak ada satu ja-
lan pun untuk mengetahui dan tunduk kepada kitab-kitab
Alloh yang benar, kecuali dengan merujuk kepada al-Qur‟an.

         

  
“Telah kami turunkan kepadamu (ya Muhammad) kitab ini
dengan kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang turun
sebelumnya dan menjadi muhaimin atas kitab-kitab ter-
sebut.” (QS. al-Ma’idah [5]: 48)
Yang dimaksud dengan muhaimin adalah hakim, atau yang
dipercaya, atau ukuran standar kebenaran untuk mendeteksi
adanya pengubahan terhadap kitab-kitab sebelumnya.
8. Kita pun mengimani dengan seyakin-yakinnya bahwa kehi-
dupan akhirat akan berlangsung setelah kehidupan dunia.
9. Iman kepada hari akhirat mencakup:
1) Mengimani akan adanya azab dan nikmat kubur.
Adzab (siksa) dan nikmat kubur adalah haq, di mana
setiap manusia setelah merasakan kematian akan
dihadapkan kepadanya salah satu dari kedua hal tersebut,
dan hal itu tergantung pada amal perbuatan yang
dikerjakan sewaktu hidupnya. Bila amal perbuatannya
baik, maka baginya nikmat kubur. Sebaliknya, bila amal
perbuatannya buruk, maka baginya adzab kubur.
Dalil-dalil yang menunjukkan akan adanya nikmat
dan azab kubur banyak sekali jumlahnya, baik dari al-

99
Qur‟an maupun dari as- Sunnah, di antaranya:

             
“Sekali-kali tidak! Itu adalah perkataan dia yang me-
ngatakannya, sedangkan di hadapan mereka ada alam
barzah hingga hari pembalasan.” (QS. al-Mu’minun [23]:
100)

           

        

   


“Alloh memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka,
maka Fir‟aun dan keluarga (kaum) nya diberikan azab
yang pedih. Mereka disiksa dengan api setiap pagi dan
petang. Ketika datang hari kiamat: masukkanlah kaum
Fir‟aun ke dalam siksa yang paling pedih.” (QS. Al-
Mu’m [40]: 45-46)
Rosululloh bersabda:
َ َ
‫ص َح ُاب ُه َوِب َّه ُه ل َِ ْع َم ُع ك ْش َع‬ ْ ‫(( ب َّن ْال َع ْب َذ ب َرا ُوض َع في َك ْبره َو َج َى َّلى َع ْى ُه َؤ‬
ِِ ِ ِ ِ َ ِ
ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ
َّ ‫ِو َع ِاله ْم ؤ َج ُاه َملي ِان ف ُُل ِعذ ِاه ِه فُلىال ِن ما هىت جلىٌ ِفي هزا‬
ُ َ َ ْ َ َ َ
‫الشح ِل‬ ِ
َّ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ ٌُ ُ َ َ ُ ْ ُ ْ َّ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ
‫اَّلل‬
ِ ‫ِِلحم ٍذ صلى اَّلل علُ ِه وظلم فإما اْلا ِمً فُلى ؤؼهذ ؤهه عبذ‬
‫اَّلل ِب ِه‬ ُ َّ ًَ ‫الىاس َك ْذ َؤ ْب َذ َل‬ َّ ًْ ‫اٌ َل ُه ْاه ُظ ْش ب َلى َم ْل َعذ َن م‬ ُ ‫َو َس ُظ ُىل ُه َف ُُ َل‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ َ ُ ُ َ َ َ ً َ َ ُ َ َ َ َّ َ ْ ْ ً َ ْ َ
‫اٌ ك َخ َادة َور ِه َش ل َىا ؤ َّه ُه ًُ ْف َس ُح ل ُه‬ ‫ملعذا ِمً الجى ِت فيراهما ح ِمُعا ك‬
ُ‫اٌ َله‬ َ َ َ ْ َ ُ
ُ ‫اٌ َوؤ َّما اْلىا ِف ُم َوالي ِاف ُش ف ُُل‬ ْ َ َ ‫ًث َؤ َوغ َك‬ َ َ َ َ ُ َْ
ٍ ِ ‫ِفي كب ِر ِه ج َّم َسحع ِبلى ح ِذ‬
َ ُ َ َ َ َّ ‫َما ُه ْى َت َج ُلى ٌُ ِفي َه َزا‬
ٌُ ‫الش ُح ِل ف َُ ُلى ٌُ ال ؤ ْد ِسي ه ْى ُت ؤ ُكى ٌُ َما ًَ ُلى‬
ً َ َ َ ْ ٍُ ‫اٌ َال َد َسٍْ َت َو َال َج َل ُْ َت َو‬ ُ ‫اط َف ُُ َل‬ َّ
‫ض ْشَبت‬ ‫ض َش ُب ِب َمط ِاسق ِم ًْ َح ِذ ًٍذ‬ ُ ‫الى‬

100
َ َ َّ َ ً َ ُ ََ
)) ‫ص ُْ َحت ٌَ ْع َم ُع َها َم ًْ ًَ ِل ُِه غ ْي َر الثلل ْي ِن‬ ‫فُ ِصُح‬
“Bilamana seorang hamba diletakkan dalam kuburnya,
kemudian sahabat-sahabatnya berpaling darinya, sesung-
guhnya ia mendengar suara sandal mereka, maka setelah
itu datanglah kepadanya dua malaikat, kemudian mereka
berdua mendudukkannya, maka mereka berdua berkata:
„‟Apa yang engkau katakan tentang laki-laki yang bernama
Muhammad?’’ Adapun orang-orang mukmin, ia akan
berkata: „‟Aku bersaksi sesungguhnya ia adalah hamba
Alloh dan Rosul-Nya‟‟. Maka dikatakan kepadanya:
„‟lihatlah tempatmu di neraka yang mana Alloh telah
menggantikannya dengan surga‟‟, kemudian dia pun melihat
kedua tempat itu. Ada pun orang-orang munafik dan
orang-orang kafir maka dikatakan kepadanya: „‟Apa yang
engkau katakan tentang laki-laki ini?‟‟ Maka ia berkata:
„‟Tidak tahu, aku mengatakannya seperti perkataan orang-
orang, maka dikatakan: „‟Engkau tidak tahu dan engkau
berpaling‟‟ kemudian ia dipukul dengan palu yang terbuat
dari besi maka ia menjerit dengan jeritan yang didengar
semua makhluk di sekitarnya kecuali jin dan manusia.”
(HR. Bukhori No. 1285, Muslim No. 5115, Nasa’i
No. 2022, Abu Dawud No. 2812 dan Ahmad No.
11823)
َّ َ ُ َّ َّ َ ُّ َّ َّ َ َ َ
‫اَّلل َعل ُْ ِه َو َظل َم ِب َحا ِئ ٍط‬ ‫ مش الى ِبي صلى‬:ٌ‫كا‬ ‫اط‬ٍ ‫( َع ًِ ْاب ًِ َع َّب‬
َّ َ ْ
‫ص ْى َث ِبو َعاه ْي ِن ٌُ َعز َب ِان ِفي‬َ ‫ُطان ْاْلَذ ًَىت َؤ ْو َم َّى َت َف َعم َع‬ َ ْ
ِ ِ ِ ِ ‫ِمً ِح‬
َ ْ ََ ُُ
) ‫ىس ِه َما َوره َش ال َح ِذ ًْث‬ ِ ‫كب‬
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Nabi keluar dari
tengah kota Madinah atau Mekkah, kemudian beliau
mendengar suara dua orang laki-laki yang sedang disiksa
di kuburnya masing-masing, kemudian Ibnu Abbas
meriwayatkan hadits.” (HR. Bukhori, Muslim,
Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan
Ahmad)
Doa Rosululloh setelah tasyahud akhir:

101
َْ ُ َ َْ َ َ ْ َ ُ ُ َ ّ َّ ُ َّ
‫اب الل ْب ِر َوؤ ُعىر ِب ًَ ِم ًْ ِف ْخ َى ِت اْل ِع ُِح‬
ِ ‫(( اللهم ِب ِوي ؤعىر ِبً ِمً ع‬
‫ز‬
ََ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ُ َ َ َّ َّ
)) ‫اث‬ ِ ‫الذح ِاٌ وؤعىر ِبً ِمً ِفخى ِت اِلحُا و ِفخى ِت اْلم‬
“Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur,
fitnah al-Masih ad-Dajjal serta fitnah kehidupan dan ke-
matian.” (HR. Bukhori No. 789, Muslim No. 925,
Abu Dawud No. 746, Nasa’i No. 5377, Ibnu Majah
No. 3828 dan Ahmad)
2) Mengimani tanda-tanda datangnya hari kiamat yang di-
kabarkan oleh nash-nash syar‟i, baik tanda-tanda kiamat
kecil maupun kiamat besar.
‫العا ِئ ِل‬َّ ًْ ‫اٌ َما ْاْلَ ْع ُئى ٌُ َع ْن َها ب َإ ْع َل َم م‬ َ ‫اع ُت َك‬ َّ ‫اٌ َم َتى‬
َ ‫الع‬ َ ‫(( َك‬
ِ ِ
ْ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ
‫اطها ِبرا ولذث ألامت سبها وِبرا جطاوٌ سعاة ِلْا ِب ِل‬ ِ ‫وظإخ ِبرن عً ؤؼش‬
ُ َّ ‫ْال ُب ْه ُم في ْال ُب ْي َُان في َخ ْمغ َال ٌَ ْع َل ُم ُه ًَّ ب َّال‬
)) ‫اَّلل‬ ِ ٍ ِ ِ ِ
“Jibril bertanya; „‟Kapan hari kiamat terjadi?‟‟ Beliau men-
jawab; „‟Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang
bertanya‟‟. Aku akan kabarkan kepadamu tentang tanda-
tandanya; „‟Apabila seorang budak wanita melahirkan
tuannya dan jika penggembala kambing berlomba-lomba
dalam meninggikan gedung. Itulah di antara lima hal yang
tidak diketahui kecuali oleh Alloh‟‟. (HR. Bukhori No. 48,
Muslim No. 10, Nasa’i No. 4905, Ibnu Majah No. 63
dan Ahmad No. 8765)
Di antara tanda-tanda kiamat besar yang harus diimani
adalah munculnya asap, Dajjal, terbitnya matahari dari
Barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya‟juj dan Ma‟juj serta
tanda-tanda lain yang dijelaskan oleh nash-nash syar‟i.
3) Mengimani kepastian akan datangnya hari kiamat, yaitu
hancurnya dunia dan bermulanya kehidupan akhirat bagi
umat manusia. Kehidupan kekal yang hanya mempunyai
dua tempat pilihan, surga tempat kebahagiaan yang sem-
purna dan neraka tempat siksaan yang tidak terhingga.

102
4) Mengimani adanya hari berbangkit, yaitu dihidupkannya
semua makhluk yang sudah mati oleh Alloh di saat mala-
ikat Israfil meniup sangkakala untuk kedua kalinya.
             

        


“Dan tatkala sangkakala ditiup, maka matilah seluruh
makhluk yang ada di langit dan di bumi kecuali yang
dikehendaki Alloh, kemudian ditiupkan yang keduanya,
maka mereka pun bangkit semuanya sambil terkesima.”
(QS. az-Zumar [39]: 68)
5) Mengimani adanya hasyr yaitu berdirinya manusia dari
kubur-kubur mereka, seperti yang digambarkan oleh
Rosululloh :
َّ َ ُ َ ُ ْ ُ ً ُ ً ُ ً َ ُ َ َ ْ َ ْ َ ُ َّ ُ َ ْ ُ
ِ ٌ‫اط ًىم ال ِلُام ِت حفاة ع َشاة غ ْشال كلت ًا َسظى‬
‫اَّلل‬ ‫(( ًحؽش الى‬
َ ُ َّ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ُ ُ ْ َ ً َ ُ َ ّ َ ُ َ ّ
‫اَّلل َعل ُْ ِه‬ ‫ض كاٌ صلى‬ ٍ ‫الشحاٌ َح ِم َُعا ًىظش َ بعضهم ِبلى بع‬ِ ‫اليعاء و‬ ِ
ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ْ ُّ َ ُ ْ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ َ
ٍ ‫وظلم ًا عا ِئؽت ألامش ؤؼذ ِمً ؤن ًىظش بعضهم ِبلى بع‬
)) ‫ض‬
“Manusia akan digiring pada hari kiamat dalam keadaan
telanjang kaki, telanjang bulat dan belum dikhitan. Aku
(`Aisyah) bertanya: ya Rosululloh! Kaum wanita dan laki-
laki berarti akan saling memandang satu dengan lainnya?
Beliau menjawab: urusan saat itu jauh lebih dahsyat
dibandingkan urusan pandang-memandang di antara
mereka.” (HR. Bukhori No. 6046, Muslim No. 5102,
Nasa’i No. 2056, Ibnu Majah No. 4266 dan Ahmad
No. 23131)
6) Mengimani adanya hisab dan catatan-catatan amal yang
akan diberikan kepada setiap manusia. Ada yang meng-
ambilnya dengan tangan kanan (merekalah orang-orang
yang dirahmati), dan ada pula yang mengambilnya dari

103
belakang punggungnya dengan tangan kiri (merekalah
orang-orang yang akan disiksa).
          
“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya (catatan
amal) dari sebelah tangan kanannya, maka ia akan di-
hisab dengan hisab yang mudah.” (QS. al-Insyiqoq
[84]: 7-8)

          
“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya (catatan
amal) dari balik punggungnya, maka mereka akan ber-
kata: celakalah (kami).” (QS. al-Insyiqoq [84]: 10-11)

           

       


“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya (catatan
amal) dari sebelah kirinya, maka ia akan berkata: Alang-
kah baiknya kalau kitab itu tidak diberikan kepadaku
dan aku tak tahu dengan apa aku dihisab, oh…. Alang-
kah baiknya kalau kehidupan dunia berakhir begitu
saja.” (QS. al-Haqqoh [69]: 25-27)
Rosululloh bersabda:
ُ‫ض َع َع َل ُْه َه َى َفه‬َ ًَ ‫(( ًُ ْذ َوى ْاْلُ ْام ًُ ًَ ْى َم ْالل َُ َامت م ًْ َ ّبه َع َّض َو َح َّل َح َّتى‬
ِ ِ ِ‫ِ ِ ِ س‬ ِ
ْ‫اٌ َفة ّوي َكذ‬ َ ُ ْ َ َ ُ َ ُ َ ُ ْ َ َ ُ َ ُ َ ُُ ُ ُ ََُ
ِ ِ َ ‫فُل ّ ِشسه ِبزه ِىب ِه فُلىٌ ه ْل حع ِشف فُلىٌ ؤ ْي َس ِ ّب ؤع ِشف ك‬
َ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ّ َ َ ْ ُّ َ َ
‫ص ِحُفت‬ ‫َظت ْرُت َها َعل ُْ ًَ ِفي الذهُا وِب ِوي ؤغ ِفشها لً الُىم فُعطى‬
َ َ ْ ُ ُ ََ ْ َ َ ُ َ َ ُ َ ُ ْ َ ُ َّ ُ ْ َّ َ َ َ َ َ
‫وط الخال ِئ ِم‬ ِ ‫حعىا ِج ِه وؤما الىفاس واْلىا ِفلىن فُىادي ِب ِهم على سء‬
َّ َ َ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ
)) ‫اَّلل‬
ِ ‫هاال ِء ال ِزًً هزبىا على‬
“Pada hari kiamat seorang mukmin didekatkan kepada
Robbnya, hingga dia meletakkan atasnya naungan, lalu dia
mengakui dosa-dosanya. Alloh berfirman: apakah engkau

104
mengakuinya? Mukmin itu berkata: Ya Robb, aku
mengakui. Alloh berfirman: Aku sudah menutupinya
untukmu di dunia dan pada hari ini Aku telah meng-
ampuninya. Maka diberikanlah lembaran kebaikannya.
Sedangkan orang-orang kafir dan munafiq akan diseru di
hadapan para makhluk: mereka itulah yang mendustakan
Alloh.” (HR. Bukhori No. 4317, Muslim No. 4972,
Ibnu Majah No. 179 dan Ahmad No. 5562)

7) Mengimani perhitungan amal dan balasan amal tersebut.


Tak ada sedikit pun perbuatan yang tidak tercatat di buku
amal, melainkan semuanya pasti tertulis. Baik berupa amal-
amal yang jelek maupun amal-amal yang baik, dan kita akan
merasakan balasan dari amal-amal tersebut.
Dalil yang menunjukkan hal-hal tersebut banyak
sekali, di antaranya:
         

           

     


“Kemudian diletakkanlah catatan amal, maka orang-
orang yang aniaya melihatnya dengan ketakutan dari
apa-apa yang ada padanya, kemudian ia berkata:
“Celakalah kami! mengapa catatan ini tidak melalaikan
sesuatu pun baik yang kecil maupun yang besar me-
lainkan tercatat di dalamnya‟‟, kemudian mereka men-
dapatkan amal-amal yang mereka lakukan tercatat de-
ngan nyata dan sesungguhnya Robbmu tak mendholimi
seorang pun.” (QS. al-Kahfi [18]: 49)

          

          

105
“Hari itu manusia dibangkitkan dengan berkelompok-
kelompok untuk diperlihatkan kepada amal-amal me-
reka, maka barangsiapa yang beramal baik walau se-
besar biji sawi pun ia akan melihatnya, dan barang-
siapa yang beramal jelek walau sebesar biji sawi pun ia
akan melihatnya.” (QS. al-Zalzalah [99]: 6-8)
8) Mengimani ditimbangnya amal perbuatan manusia.
          
 

         


“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang sedikit pun
juga walau (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun
pasti Kami menghitungnya. Dan cukuplah Kami sebagai
pembuat hitungan.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 47)
Rosululloh bersabda:
ْ‫ض َل َىظ َعت‬ َ ْ َ ُ َ َ َّ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ ْ ُ َ ْ ُ
ِ ُ ‫(( ًىضع ِاْليزان ًىم ال ِلُام ِت فلى و ِصن ِفُ ِه العماواث وألا ْس‬
ْ َ َ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ّ َ َ ُ َ َ َْ ُ ْ ُ َ َ
ًْ ‫ْل ًْ ِؼئ ُت ِم‬:‫ى‬
ِ ‫ ًاس ِب ِْلً ً ِضن هزا؟ فُلىٌ هللا حعال‬:‫فخلىٌ اْلال ِئىت‬
َ َ ‫ظ ْب َح َاه ًَ َما َع َب ْذ َه‬:ُ ‫َخ ْلل ْي َف َخ ُل ْى ٌُ ْاْلَ َالئ َى ُت‬
)) ًَ ‫ان َح َّم ِع َبا َد ِج‬ ِ ِ
“Timbangan dipasang pada hari kiamat, kalau sekiranya
langit dan bumi ditimbang di dalamnya, tentu (timbangan
itu) akan muat. Berkata malaikat: wahai Robb, untuk
menimbang siapakah timbangan ini? Alloh berfirman:
untuk menimbang ciptaan-Ku yang-Ku kehendaki.
Berkata malaikat: Maha suci Engkau. Kami tidak
beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya ibadah.”
(HR. Hakim dalam Silsilah Hadits Shohih 2/656
No. 931)
9) Mengimani adanya syafa‟at nabi (bagi para ahli surga
untuk memasukinya).
Abu Hurairoh berkata:

106
‫الز َ ُ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ ُ َ‬ ‫َ َّ َ ُ َ َّ َ َّ َّ ُ َ‬
‫اع‬ ‫اَّلل َعل ُْ ِه َو َظل َم ؤ ِح َي ِبل ْح ٍم ف ُش ِف َع ِبل ُْ ِه ِ س‬ ‫اَّلل صلى‬ ‫(( ؤن سظىٌ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ً ُ َّ َ َ َ َ ّ ُ َّ‬
‫اط ًَ ْى َم ال ِل َُ َام ِت‬ ‫وواهت حع ِجبه فنهؾ ِمنها نهؽت جم كاٌ ؤها َ ظ ُِذ الى ِ‬
‫ًٍ في َ‬ ‫اط ْألا َّول َين َو ْلْاخش َ‬ ‫َ َ َ ْ ُ َّ ُ َّ‬ ‫ََ َْ َ‬
‫ُذ‬ ‫ص ِع ٍ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫وه ْل جذ ُسون ِم َّم ر ِلً ًج َمع اَّلل الى َ ِ‬
‫َّ ْ ُ َ ُ‬ ‫ََُْ ُ ُ ْ َْ َ َ ُ‬
‫غ ف َُ ْبل ُغ‬ ‫ص ُش َوج ْذهى الؽم‬ ‫الذ ِاعي وٍىفزهم الب‬ ‫َواحذ ٌُ ْعم ُع ُه ْم َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬
‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اط ِمً الغ ّم والى ْشب َما ال ًُ ِطُلىن وال ًحخملىن ف َُلىٌ الى ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫الى َ‬ ‫َّ‬
‫اط‬ ‫ِ‬ ‫َِ‬ ‫ِ‬
‫َُ َ ُ َ‬
‫ون َم ًْ ٌَ ْؽ َف ُع لى ْم ِبلى َسِّبى ْم ف َُ ُلى ٌُ‬ ‫َؤ َال َج َش ْو َن َما َك ْذ َب َل َغ ُى ْم ؤ َال َج ْى ُظ ُش َ‬
‫َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ُ‬
‫العالم ف َُ ُلىلى َن‬ ‫ض علُىم ِبأدم فُإجىن آدم علُ ِه‬ ‫ٍ‬ ‫اط ِل َب ْع‬ ‫ِ‬
‫ض َّ‬
‫الى‬ ‫َب ْع ُ‬
‫َ‬ ‫َ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َ َ ْ‬
‫وح ِه َوؤ َم َش‬ ‫له ؤهت ؤبى البؽ ِش خللً اَّلل ِبُ ِذ ِه وهفخ ِفًُ ِمً ُس ِ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ‬ ‫َْ َ َ َ َ‬
‫اْلال ِئىت ف َس َج ُذوا ل ًَ اؼف ْع ل َىا ِبلى َسِّب ًَ ؤال ج َشي ِبلى َما ه ْح ًُ ِف ُِه ؤال‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُ َّ َ ّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬
‫ض ًبا ل ْم‬ ‫جشي ِبلى ما كذ بلغىا فُلىٌ آدم ِبن سِبي كذ غ ِضب الُىم غ‬
‫َّ‬
‫ض َب َب ْع َذ ُه ِمثل ُه َوِب َّه ُه ك ْذ َن َها ِوي َع ًْ الص َج َش ِة‬
‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ض ْب َك ْب َل ُه م ْث َل ُه َو َل ًْ ٌَ ْغ َ‬ ‫ٌَ ْغ َ‬
‫ِ‬
‫ْ َ ُ َ َْ ْ َ ُ َ ُ َ ْ‬ ‫َف َع َ‬
‫ىح ف َُإ ُجى َن‬ ‫ٍَْ‬ ‫ه‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ب‬‫ِ‬ ‫ىا‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ار‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ِ‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ب‬‫ِ‬ ‫ىا‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ار‬ ‫ي‬ ‫س‬
‫ِ‬ ‫ف‬ ‫ص ِْ ُخ ُه َه ْفس ي َه ْفس ي َه ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ألا ْ ض َو َكذْ‬
‫س‬ ‫ل‬ ‫الش ُظل ب َلى َؤ ْ‬
‫ه‬ ‫ُّ‬ ‫ٌ‬‫ىح ب َّه ًَ َؤ ْه َت َؤ َّو ُ‬ ‫ىحا َف َُ ُل ُىلى َن ًَا ُه ُ‬ ‫ُه ً‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ َّ َ َّ ُ َ ْ ً َ ُ ً ْ َ َ َ‬
‫ىسا اؼف ْع ل َىا ِبلى َسِّب ًَ ؤال ج َشي ِبلى َما ه ْح ًُ ِف ُِه‬ ‫ظمان اَّلل عبذا ؼي‬
‫َ َ ُ ُ َّ َ ّ َ َّ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َُ‬
‫فُلىٌ ِبن سِبي عض وحل كذ غ ِضب الُىم غضبا لم ٌغضب كبله‬
‫َ‬ ‫ٌ‬
‫ض َب َب ْع َذ ُه ِمثل ُه َوِب َّه ُه ك ْذ واه ْت ِلي َد ْع َىة َد َع ْى ُت َها َعلى‬
‫َ َ َ‬ ‫َْ‬ ‫م ْث َل ُه َو َل ًْ ٌَ ْغ َ‬
‫ِ‬
‫َ‬
‫ك ْىمي هفس ي هفس ي هفس ي اره ُبىا بلى غيري اره ُبىا بلى ب ْب َشاه َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ُم‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ِ َ ْ َ َ ِ ُّ َّ َ َ ُ ُ ْ َ‬
‫اَّلل وخ ِلُله ِمً ؤه ِل‬ ‫فُإجىن ِببش ِاهُم فُلىلىن ًا ِببش ِاهُم ؤهت ه ِبي ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ َ َ‬ ‫ْ َ َ َ‬ ‫َْ‬
‫ض اؼف ْع ل َىا ِبلى َسِّب ًَ ؤال ج َشي ِبلى َما ه ْح ًُ ِف ُِه ف َُ ُلى ٌُ ل ُه ْم ِب َّن َسِّبي‬ ‫ِ‬ ‫س‬‫ألا ْ‬
‫ض َب َب ْع َذهُ‬ ‫ض ْب َك ْب َل ُه م ْث َل ُه َو َل ًْ ٌَ ْغ َ‬ ‫ض ًبا َل ْم ٌَ ْغ َ‬ ‫َك ْذ َغض َب ْال َُ ْى َم َغ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َْ ُ َ‬
‫اث فزه َش ُه ًَّ ؤ ُبى َح َُّان ِفي‬ ‫ِمثله وِب ِوي كذ هىت هز ْبت جالث ه ِز َب ٍ‬

‫‪107‬‬
‫ىس ى‬ ‫ْال َحذًث َه ْفس ي َه ْفس ي َه ْفس ي ْار َه ُبىا ب َلى َغ ْيري ْار َه ُبىا ب َلى ُم َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ َ ْ ُ َن ُ َ َ َ ُ ُ َن َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ٌُ َّ َ َّ َ َ َُّ‬
‫اَّلل فضلً اَّلل‬ ‫ِ‬ ‫فُإجى مىس ى فُلىلى ًا مىس ى ؤهت سظى‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ َ‬ ‫بش َظ َالخه َوب َى َالمه َع َلى َّ‬
‫اط اؼف ْع ل َىا ِبلى َسِّب ًَ ؤال ج َشي ِبلى َما ه ْح ًُ‬ ‫ِ‬ ‫الى‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ ِِ‬
‫َ َ ُ ِ ُ َّ َ ّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َُ‬
‫ِف ُِه فُلىٌ ِبن سِبي كذ غ ِضب الُىم غضبا لم ٌغضب كبله ِمثله‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َْ ّ َ َ ْ َ‬ ‫َو َل ًْ ٌَ ْغ َ‬
‫ض َب َب ْع َذ ُه ِمثل ُه َوِب ِوي ك ْذ ك َخل ُت ه ْف ًعا ل ْم ؤ َوم ْش ِبل ْخ ِل َها ه ْف ِس ي‬
‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َه ْف ِس ي َه ْف ِس ي ْار َه ُبىا ِبلى َغ ْي ِري ْار َه ُبىا ِبلى ِع َِس ى ْاب ًِ َم ْشٍَ َم ف َُإ ُجى َن‬
‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ ُ ُ َّ َ‬ ‫َ ََُ ُ َ َ‬
‫اَّلل َوو ِل َم ُخ ُه ؤلل َاها ِبلى َم ْشٍَ َم‬ ‫ِعِس ى فُلىلىن ًا ِعِس ى ؤهت سظىٌ ِ‬
‫َ ََ َ‬ ‫ْ َ َ َ‬ ‫اط في ْاْلَ ْهذ َ‬ ‫وح م ْى ُه َو َو َّل ْم َت َّ‬
‫ص ِب ًُّا اؼف ْع ل َىا ِبلى َسِّب ًَ ؤال ج َشي ِبلى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الى َ‬ ‫َُ ٌ‬
‫وس ِ‬
‫َّ َ ّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ض ًبا ل ْم‬ ‫َما ه ْح ًُ ِف ُِه ف َُ ُلى ٌُ ِع َِس ى ِبن سِبي كذ غ ِضب الُىم غ‬
‫َْ َ ْ ُ َْ َ‬ ‫ط َو َل ًْ ٌَ ْغ َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ُّ‬
‫ض َب َب ْع َذ ُه ِمثل ُه َول ْم ًَزه ْش ره ًبا ه ْف ِس ي‬ ‫ٌغضب كبله ِمثله ك‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ه ْف ِس ي ه ْف ِس ي ار َه ُبىا ِبلى غ ْي ِري ار َه ُبىا ِبلى ُم َح َّم ٍذ ف َُإجىن ُم َح َّم ًذا‬
‫َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ ُ ُ َّ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ‬
‫اَّلل ل ًَ‬ ‫َّلل وخا ِجم ألاه ِبُ ِاء وكذ غفش‬ ‫فُلىلىن ًا محمذ ؤهت سظىٌ ا ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ََ‬ ‫َْ‬ ‫ََ‬
‫َما جل َّذ َم ِم ًْ ره ِب ًَ َو َما جإ َّخ َش اؼف ْع ل َىا ِبلى َسِّب ًَ ؤال ج َشي ِبلى َما ه ْح ًُ‬
‫ُ‬ ‫ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫ََْ َ َ َ‬
‫ِف ُِه فإهط ِل ُم فأ ِحي ج ْح َت ال َع ْش ِػ فإك ُع َظ ِاح ًذا ِل َشِّبي َع َّض َو َح َّل ج َّم ًَ ْف َخ ُح‬
‫َ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ ُ َ‬
‫اَّلل َعل َّي ِم ًْ َم َح ِام ِذ ِه َو ُح ْع ًِ الث َى ِاء َعل ُْ ِه ؼ ِْ ًئا ل ْم ًَ ْف َخ ْح ُه َعلى ؤ َح ٍذ‬
‫ُ َ ْ َ ُ َ ََ َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َك ْب ِلي ُج َّم ًُ َل ُ‬
‫اٌ ًَا ُم َح َّم ُذ ا ْسف ْع َسؤ َظ ًَ َظ ْل ح ْعط ْه َواؼف ْع حؽ َّف ْع فإ ْسف ُع‬
‫اٌ ًَا ُم َح َّم ُذ‬ ‫َ ْسؤ ِس ي َف َإ ُكى ٌُ ُؤ َّمتي ًَا َس ّب ُؤ َّمتي ًَا َس ّب ُؤ َّمتي ًَا َس ّب َف ُُ َل ُ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ ْ ْ ُ َّ َ ِ َ ْ َ ِ َ ِ َ َ َ ْ ِ ْ ِ ْ ْ َ ِ ْ َ‬
‫اب‬‫اب ألاًم ًِ ِمً ؤبى ِ‬ ‫ؤد ِخل ِمً ؤم ِخً مً ال ِحعاب علي ِهم ِمً الب ِ‬
‫َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ َّ‬ ‫ْ َ َّ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َّ‬
‫اب جم كاٌ وال ِزي‬ ‫اط ِفُما ِظىي ر ِلً ِمً ألابى ِ‬ ‫الجى ِت وهم ؼشواء الى ِ‬
‫َّ َ‬
‫صا ِس َِع ال َج َّى ِت ه َما َب ْي َن َمىت‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫اع ْين م ًْ َم َ‬ ‫َّ َ َ ْ َ ْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫هف ِس ي ِبُ ِذ ِه ِبن ما بين ِاْلص َش ِ ِ‬
‫ص َشي ))‬ ‫َوح ْم َي َر َؤ ْو َه َما َب ْي َن َم َّى َت َو ُب ْ‬
‫ِ‬

‫‪108‬‬
“Rosululloh disajikan paha kambing. Beliau sangat suka
paha kambing, kemudian beliau menggigitnya. Beliau
bersabda: Aku pemimpin manusia pada hari kiamat.
Apakah kalian tahu tentang hal ini? Alloh (pada hari itu)
mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang
terakhir di atas satu dataran. Maka seorang yang me-
manggil dapat didengar oleh mereka dan seorang yang
memandang dapat melihat mereka. Matahari mendekat
dan seluruh manusia terkena kegelisahan dan kesusahan
yang tak tertahankan. Maka mereka berkata: Apakah
kalian tidak tahu keadaan kita sekarang dan penderitaan
yang telah menimpa kita? Apakah kalian tidak melihat
siapa yang akan memintakan pertolongan untuk kalian
kepada Alloh? Sebagian orang di antara mereka
menjawab: Bapak kita Adam! Kemudian mereka men-
datangi Nabi Adam dan berkata; Hai Nabi Adam, tuan
adalah bapak manusia. Alloh telah menciptakan tuan
dengan tangan-Nya dan telah meniupkan ruh-Nya kepada
tuan, memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada
tuan dan menempatkan tuan di surga. apakah tuan tidak
melihat keadaan kami sekarang dan penderitaan yang
menimpa kami?” Mintalah syafa‟at untuk kami kepada
robbmu? Nabi Adam menjawab: Sesungguhnya Robbku
pada hari ini telah murka dengan murka yang tidak pernah
terjadi sebelum dan sesudahnya. Alloh telah melarang aku
untuk memakan buah sebuah pohon, kemudian aku
melanggarnya. Aku hanya sanggup memperhatikan diriku
sendiri. Pergilah kepada orang-orang selainku. Pergilah ke
Nabi Nuh. Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh dan
berkata: Hai nabi Nuh, tuan adalah rosul pertama untuk
umat manusia, dan Alloh telah menyebut tuan sebagai
hamba yang banyak bersyukur. Apakah tuan tidak melihat
keadaan kami sekarang? Sudikah tuan memintakan
syafa‟at untuk kami kepada Alloh? Nabi Nuh menjawab:
Sesungguhnya Robb-ku pada hari ini telah murka dengan
murka yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya,
Aku pernah mendoakan kecelakaan bagi kaumku. Aku
hanya sanggup memperhatikan diriku sendiri. Pergilah

109
kepada orang selainku. Pergilah ke Nabi Ibrohim.
Akhirnya mereka ke Nabi Ibrohim. Mereka berkata; Tuan
adalah nabi Alloh dan termasuk orang yang menjadi
kekasih Alloh. Mintalah pertolongan kepada Alloh untuk
kami. Apakah tuan tidak melihat keadaan kami sekarang?
Nabi Ibrohim menjawab: Sesungguhnya Robbku pada hari
ini telah murka dengan murka yang tidak pernah terjadi
sebelum dan sesudahnya. Aku pernah berdusta tiga kali,
Kemudian beliau menyebutkan tiga dustanya itu, Aku
hanya sanggup memperhatikan diriku sendiri. Pergilah
kepada orang selainku. Pergilah ke Nabi Musa. Kepada Nabi
Musa mereka berkata: Hai Nabi Musa, tuan adalah rosul
Alloh. Alloh telah memberikan keutamaan kepada tuan
dengan risalah dan Kalam-Nya yang tidak diberikan kepada
rosul lain. Mintalah pertolongan kepada Alloh untuk kami.
Apakah tuan tidak melihat keadaan kami sekarang? Nabi
Musa menjawab: Sesungguhnya Robbku pada hari ini
telah murka dengan murka yang tidak pernah terjadi
sebelum dan sesudahnya, Aku telah membunuh seorang
yang tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Aku
hanya sanggup memperhatikan diriku sendiri. Pergilah
kepada orang-orang selainku. Pergilah ke Nabi Isa.
Kemudian mereka menemui Nabi Isa dan berkata: Hai
Nabi Isa, tuan adalah Rosululloh, Kalimah Alloh yang
disampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Tuan
dapat berbicara ketika dalam ayunan. Mintalah perto-
longan kepada Alloh untuk kami. Apakah tuan tidak me-
lihat keadaan kami sekarang? Nabi Isa menjawab: Se-
sungguhnya Robbku pada hari ini telah murka dengan
murka yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudah-
nya. Nabi Isa tidak menjelaskan dosanya. Aku hanya
memperhatikan diriku sendiri. Pergilah kepada orang
selainku. Pergilah ke Nabi Muhammad. Kemudian mereka
mendatangiku dan berkata: Hai Nabi Muhammad, Alloh
telah mengampuni dosa-dosa tuan yang terdahulu dan
dosa yang kemudian. Mintalah pertolongan kepada Alloh
untuk kami. Apakah tuan tidak melihat keadaan kami
sekarang? Maka aku pergi menuju ke bawah „Arsy. Ke-

110
mudian aku bersimpuh dan bersujud kepada Robbku.
Alloh pun mengajarkan aku puji-pujian untuk-Nya yang
tidak pernah diajarkan kepada siapa pun juga sebelum
aku. Setelah itu aku dipanggil: Hai Muhammad angkatlah
kepalamu, mintalah, engkau pasti akan diberi dan
mintalah syafa‟at, pasti akan dikabulkan. Kemudian aku
mengangkat kepalaku dan aku pun berkata meminta:
”Umatku ya Robb, umatku ya Robb, umatku Ya Robb.
Maka dikatakan kepadaku: Ya Muhammad masukkan
umatmu yang tidak dihisab dari pintu kanan Jannah dan
mereka boleh masuk pintu mana saja bersama-sama orang
selain mereka. Dan demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh jarak antara dua daun pintu surga
seperti halnya jarak antara Mekkah dengan Himyar
(Yaman) atau antara Mekkah dan Busro (Syam)” (HR.
Bukhori No. 4343, Muslim No. 287 dan Tirmidzi
No. 2358)
10) Mengimani adanya haudh atau telaga yang dimiliki oleh
Nabi Muhammad .
Setelah manusia dibangkitkan dari kubur dan
mereka digiring untuk menuju satu peradilan yang haq,
maka tatkala manusia tersebut merasakan kepayahan dan
kecapaian yang tak terhingga, maka bagi orang-orang yang
beriman telah disediakan oleh Alloh sebuah telaga yang
dimiliki Nabi Muhammad , yang mana bila seseorang
minum satu kali tegukan dari telaga tersebut, maka ia
tidak akan merasakan haus selama-lamanya.
Nama dari haudh tersebut adalah haud al-Kautsar,
selain itu, telaga tersebut pun mempunyai sifat-sifat yang
dijelaskan dalam al-Qur‟an dan beberapa hadits berikut:

    


“Sesungguhnya kami beri engkau telaga al-Kautsar.”
(QS. al-Kautsar [108]: 1)

111
Rosululloh
َ bersabda:
ًْ‫ٍح ُه ؤ ْط َُ ُب م‬ َّ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ َ
ُ ‫الل َبن َوس‬
ِ ِ ِ ً‫(( َح ْى ِض ي م ِعيرة ؼه ٍش مائه ؤبُض ِم‬
َُ ْ َ َ َ َّ ‫ْ ِاْل ْع ًِ َو ِه َيز ُاه ُه َه ُى ُجىم‬
)) ‫الع َم ِاء َم ًْ ؼ ِش َب ِم ْن َها فال ًَظ َمإ ؤ َب ًذا‬ ِ
“Luas haudhku adalah perjalanan satu bulan, airnya lebih
putih dari susu, wanginya lebih harum dari misk dan
gelasnya sejumlah bintang yang ada di langit. Barangsiapa
yang minum dari haud itu, maka ia tidak akan haus
selama-lamanya.” (HR. Bukhori No. 6093 dan
Muslim No. 4244)
ُّ ُ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ
ُ ‫الل ْا ُلا ُم َج َّى ًفا َف ُل ْل ُت َما َه َزا ًَا ح ْبر‬
‫ًل‬ ِ ِ ِ ‫(( ؤجِت على نه ٍش حافخاه ِكباب‬
َ َْ َ َ َ
)) ‫اٌ َهزا الي ْىج ُش‬‫ك‬
“Aku tiba pada sebuah sungai yang di pinggir-pinggirnya
terdapat kubah-kubah yang terbuat dari mutiara yang
berongga, maka aku pun berkata: „‟Sungai apakah ini
wahai Jibril?‟‟ Jibril berkata: Ini adalah sungai al-
Kautsar‟‟. (HR. Bukhori No. 4582, Abu Dawud No.
666, Tirmidzi No. 3282 dan Ahmad No. 11556)

11) Mengimani adanya shiroth (jembatan) yang terbentang di


atas Jahannam yang harus dilalui oleh setiap orang.
         
“Tatkala suatu hari engkau melihat laki-laki yang muk-
min dan perempuan yang mukminah berusaha (melinta-
sinya) dengan cahaya yang ada pada tangan dan kaki
mereka….” (QS. al-Hadid [57]: 12)
Rosululloh bersabda:
َّ َ ُ َ َ ْ ُ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ
‫اَّلل َو َما‬
ِ ٌ‫(( ج َّم ًاحى ِبالجع ِش فُجع ُل بين ظ ْه َشي ح َهىم كلىا ًا َسظى‬
ٌ َ
‫ُب َو َح َعىت‬ ُ ‫ُف َو َه َال ِل‬
ُ
‫اط‬
َ َ ْ َ َ ٌ َّ َ ٌ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ
ِ ‫اٌ مذحضت م ِضلت علُ ِه خط‬ ‫الجعش ك‬
ُ َ َ ُ ‫ُم َف ْل َط َح ٌت َل َها ؼ ْىهت عل ُْف ُاء جيىن بى ْج ٍذ ًُل‬
َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ٌ َ َ
))…‫الع ْعذان‬ َّ ‫اٌ ل َها‬
ِ

112
“Didatangkan (jembatan) di atas neraka Jahannam, kami
bertanya: „‟Ya Rosululloh, apakah jisr itu?‟‟ Beliau
bersabda: „‟Ia adalah sesuatu yang licin yang dapat
menggelincirkan (orang bila melewatinya) dan ada kail-
kail serta duri pohon yang sangat menusuk, di mana ia
mempunyai duri biasanya ada di Nejed yang dikenal
dengan nama Sa‟dan.…” (HR. Bukhori No. 6886)

12) Mengimani sudah adanya surga dan neraka dengan


berbagai sifat-sifat dan keadaan di dalamnya.
     
“Sesungguhnya telah Kami siapkan neraka jahannam
bagi orang-orang kafir untuk memasukinya.” (QS. al-
Kahfi [18]: 102)

     


“Dan jagalah diri kalian dari api neraka yang sudah
disiapkan bagi orang-orang kafir.” (QS. Ali ‘Imron [3]:
131)

        

  
“Dan bersegeralah kalian untuk mendapat pengampu-
nan dari Robb kalian dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, telah disiapkan bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Ali ‘Imron [3]:133)

Dan berikut beberapa gambaran dari surga dan neraka:


A. Gambaran Surga
(1) Ulama Ahlussunnah bersepakat bahwa surga sudah
ada saat ini, bahkan sejak diciptakan Adam .
Keyakinan ini berdasarkan nash-nash al-Qur‟an dan

113
as-Sunnah serta berita dari semua rosul sebelum
Muhammad .

Alloh berfirman:
        
    
 

 
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril
itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidrotil Muntaha, di dekatnya ada surga
tempat tinggal.” (QS. an Najm [53]:13-15)
Anas meriwayatkan bahwa Rosululloh bersabda:
ً َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ ُ ُ ْ َ َّ َ
‫(( وال ِزي هفغ محم ٍذ ِبُ ِذ ِه لى سؤًخم ما سؤًت لض ِحىخم ك ِلُال‬
َ ْ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ً َ ْ ُ ْ َ َ َ َ
‫اٌ (( َسؤ ًْ ُت ال َج َّىت‬ ِ ٌ‫ كالىا وما سؤًت ًا سظى‬.)) ‫ولبىُخم ه ِثيرا‬
‫اَّلل ك‬
َّ ‫َو‬
))‫الى َاس‬
“Demi Robb yang jiwaku di tangan-Nya, sekiranya
kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya kalian akan
sedikit tertawa dan banyak menangis!” para sahabat
bertanya, “Apa yang kau lihat wahai Rosululloh?”
Rosululloh menjawab, “Aku melihat surga dan
neraka.” (HR. Muslim)
(2) Di surga terdapat delapan pintu, di antaranya pintu
sholat, pintu jihad, pintu sodaqoh, dan pintu Royyan
yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang rajin
menjalankan shoum”. Rosululloh bersabda:
َّ ُ ُ َ َّ َّ َّ َ ُ ٌ َ َ
‫الشٍ َان ال ًَ ْذخل ُه ِبال‬ ‫ ِفيها باب ٌعمى‬، ‫اب‬‫ى‬َ ‫(( فى ْال َج َّىت َج َماه َُ ُت َؤ ْب‬
ٍ ِ ِ ِ
َ‫َّ ُ ن‬
)) ‫الصا ِئمى‬
“Di surga terdapat delapan pintu. Salah satunya ber-
nama pintu Royyan tidaklah seorang pun

114
memasukinya kecuali orang-orang yang rajin puasa.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari
jalur Abu Huroiroh bahwa Rosululloh bersabda:
ْ َ ْ َ ْ َ ُ َّ َ ‫(( َم ًْ َؤ ْه َف َم َص ْو َح ْين فى‬
‫اب ال َج َّى ِت ًَا َع ْب َذ‬ ِ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ؤ‬ ً ‫م‬ ‫ي‬‫ىد‬ ‫ه‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫اَّلل‬ ‫ُل‬ ‫ب‬ ‫ظ‬
َ َّ
‫اب الصال ِة‬ َ
‫ب‬ ً ْ ‫م‬ ‫ى‬َ ‫ع‬ ُ
‫د‬ ‫ة‬
َ َّ
‫ال‬ ‫الص‬ ‫ل‬ ْ ‫ان م ًْ َؤ‬
‫ه‬ َ ‫ َف َم ًْ َو‬. ‫ َه َزا َخ ْي ٌر‬،‫اَّلل‬ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ًْ ‫ان ِم‬ َ ‫ َو َم ًْ َو‬،‫ان م ًْ َؤ ْهل ْالج َهاد ُدع َى م ًْ َباب ْالج َهاد‬ َ َ ْ ََ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ ومً و‬،
َ َّ َ َ ‫ َو َم ًْ َو‬، ‫الشٍَّان‬ ّ ‫َؤ ْهل‬
‫الص َذك ِت‬ ‫ان ِم ًْ ؤ ْه ِل‬ ِ َّ ‫اب‬
ِ
َ ًْ ‫الص َُام ُدع َى م‬
‫ب‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫ ب َإبى َؤ ْه َت َو ُؤ ّمى ًا‬- ‫ هنع هللا ىضر‬- ‫اٌ َؤ ُبى َب ْىش‬ َ ََ َ َ َّ
‫ فل‬. » ‫اب الصذك ِت‬ َ ْ َ ُ
ِ ِ ِ ٍَ ِ ‫د ِعى ِمً ب‬
َ
‫ ف َه ْل‬، ‫ض ُشو َس ٍة‬ َ ًْ ‫ َما َع َلى َم ًْ ُدع َى م ًْ ج ْل ًَ ألا ْب َىاب م‬، ‫اَّلل‬ َّ َ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٌ‫َسظى‬
ُ َ َ َ َ َ َ ّ ُ َ َْ َ ْ ْ ٌ َ َ َ ْ ُ
‫ َوؤ ْس ُحى ؤ ْن َجيى َن‬. ‫اٌ « و َع ْم‬ ‫اب و ِلها ك‬ ِ ‫ًذعى ؤحذ ِمً ِجلً ألابى‬
)) ‫ِم ْن ُه ْم‬
“Barangsiapa menginfaqkan sepasang (seperti
sepasang baju perang, sepasang kuda. -red) yang
berharga fi sabilillah (di jalan Alloh) maka ia akan
dipanggil dari pintu surga. (Wahai hamba Alloh, ini
adalah satu kebaikan) Barangsiapa tekun
mengerjakan sholat, ia akan diseru dari pintu
sholat, dan barangsiapa termasuk ahlul jihad (suka
berjihad) maka ia akan diseru dari pintu jihad.
Barangsiapa suka bersedekah ia akan diseru dari
pintu sedekah dan barangsiapa rajin melaksanakan
shoum (puasa), ia akan diseru dari pintu Royyan”.
Abu Bakar bertanya, “Ya Rosululloh, adakah
seseorang yang dipanggil dari semua pintu itu?”
Rosululloh menjawab, “Ya, ada. Dan aku berharap
engkau salah seorang di antaranya” (HR. Bukhori
dan Muslim)

115
(3) Surga terletak di atas langit ketujuh, di samping
Sidrotul Muntaha
Alloh berfirman:
             
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril
itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidrotul Muntaha [Sidrotul Muntaha
adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7,
yang telah dikunjungi Nabi ketika mi'roj]. Di
dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. an-Najm
[53]: 13-15)

Abu Nu‟aim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas


berkata:
َ ُ ُ ‫بعت َو ٍَ ْج َع ُل َها‬
‫هللا َح ُْث ٌَؽ ُاء ًَ ْى َم‬ َ َ َ َ ْ َ ُ َّ َ ْ
ِ ‫((الجىت فىق الع َم ِاء الع ِا‬
َ
)) ‫الع ِاب َع ِت‬
َ ‫ألا ْسض‬
ِ ‫ َو َح َه َّى َم ِفي‬،‫الل َُ َام ِت‬
ِ
“Surga itu terletak di atas langit ketujuh dan Alloh
menjadikannya sesuai dengan kehendak-Nya pada
hari kiamat. Sedangkan neraka jahannam berada di
bumi yang ketujuh.” (HR. Abu Nu’aim hlm: 465)

(4) Kunci surga adalah “Syahadatu an La Ilaha Illalloh”


(Persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang diibadahi
dengan benar kecuali Alloh).
Rosululloh bersabda:
ُ َّ ‫اح ْال َج َّىت َؼ َه َاد ُة َؤ َّن َال ب َله ب َّال‬
)) ‫اَّلل‬ ُ ‫(( م ْف َخ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Kunci surga itu adalah bersaksi bahwa tiada Ilah
(Yang berhak diibadahi) selain Alloh.” (HR. Ahmad)

(5) Jalan menuju Surga hanya satu dan tidak berbilang, inilah
syariat Islam atau yang populer disebut Sirotulmustaqim.
Ibnu Mas‟ud berkata bahwa Rosululloh pernah

116
membuat sebuah garis di hadapan para sahabat lalu
berkata, “Inilah jalan Alloh” Lalu beliau membuat banyak
garis di kanan kirinya, seraya berkata, “ini adalah jalan-
jalan yang diserukan oleh setan”. Setelah itu, beliau
membaca ayat:
           

       


“Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan ini)
adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari
jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh
agar kalian bertakwa.” (QS. al-An’am [6]: 153)
(6) Surga memiliki tingkatan-tingkatan, semakin tinggi
tingkatan surga maka semakin besar anugerah Alloh
yang diberikan kepada seseorang. Oleh karena itu, yang
akan menempati “al-Wasilah” satu tempat tertinggi di
dalam Surga adalah Rosululloh .
Alloh berfirman:
          

            

           

           

  


“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang
tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur
dengan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh

117
dengan harta mereka dan jiwanya. Alloh melebihkan
orang-orang yang berjihad dengan harta dan
jiwanya atas orang-orang yang duduk [karena ada
udzur] satu derajat. Kepada masing-masing mereka
Alloh menjanjikan pahala yang baik (surga) dan
Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad atas
orang yang duduk dengan pahala yang besar,
(yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan
serta rahmat. Alloh Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. an-Nisa [4]: 95-96)
Abu Sa‟id pun berkata dalam musnadnya bahwa
Rosululloh bersabda:
ُ َ ْ ‫صاحب ْال ُل ْشآن ب َرا َد َخ َل ْال َج َّى َت ْاك َ ْشؤ َو‬ َ ُ ‫(( ًُ َل‬
‫ ف َُ ْل َشؤ‬.‫اص َع ْذ‬ ِ ِ ِ ِ ‫اٌ ِل‬
َ َ ً ُ
)) ‫ص َع ُذ ِبي ِ ّل َآً ٍت َد َس َحت َح َّتى ًَ ْل َشؤ ِآخ َش ش ْى ٍء َم َع ُه‬
ْ ٍَ ‫َو‬
“Dikatakan kepada ahli al-Qur‟an ketika dia masuk
surga: “Bacalah (al-Qur‟an) dan meninggilah, maka
dia pun membaca dan meninggi, setiap ayat
menambah satu derajat, sehingga dia membaca akhir
ayat yang dia hafal.” (HR. Ibnu Majah dan
dishohihkan Albani)
Hadits ini menunjukan bahwa jumlah derajat di Surga
sebanyak jumlah ayat al-Qur‟an.

(7) Firdaus adalah surga yang paling tinggi derajatnya, dia


adalah pusat surga, atapnya adalah „Arsyurrohman („Arsy
Alloh Yang Maha Pengasih) dan dari sana terpancar
sungai-sungai di surga.
Rosululloh bersabda:
َّ َ َ َ ْ ُ َّ َ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َّ
ِ ‫(( ِبن ِفى الجى ِت ِمائت د َسح ٍت ؤعذها اَّلل ِلل ُمج ِاه ِذًً ِفى ظ ِب ُِل‬
‫اَّلل‬
َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ
َ َّ ‫ َفة َرا َظ َإ ْل ُخ ُم‬،‫ألا ْسض‬
‫اَّلل‬ ِ َ ِ ‫ ما َ بين الذسحخي ِن هما بين َ العم ِاء و‬،
ُ ْ َ ْ ُ َ َ َْْ ْ ُ ُ ْ َ
‫ ؤ َس ُاه‬، ‫ ف ِة َّه ُه ؤ ْو َظط ال َج َّى ِت َوؤ ْعلى ال َج َّى ِت‬، ‫ط‬‫فاظإلىه ال ِفشدو‬

118
ْ َ ََ ُ ‫َف ْى َك ُه َع ْش‬
)) ‫ َو ِم ْى ُه جف َّج ُش ؤ ْن َه ُاس ال َج َّى ِت‬، ًِ ‫الش ْح َم‬
َّ ‫ػ‬
“Sesungguhnya di Surga ada 100 derajat yang Alloh
sediakan untuk para Mujahidin fisabilillah, jarak
antara setiap derajat seperti jarak langit dan bumi,
jika kalian meminta kepada Alloh maka mintalah
Firdaus, karena Firdaus itu pertengahan surga, serta
yang paling tinggi, dan atapnya adalah
„Arsyurrahman, dari sana terpancar sungai-sungai
surga.” (HR. Bukhori)
Ada ulama yang mengatakan bahwa 100
derajat yang terdapat dalam hadits ini termasuk ke
dalam bagian derajat surga yang berjumlah sebanyak
bilangan al-Qur‟an, hanya saja 100 derajat ini khusus
disediakan oleh Alloh untuk para mujahidin.

(8) “Wasilah” adalah tempat tertinggi di pusat firdaus.


Tempat ini adalah satu tempat khusus yang akan
diberikan kepada Nabi Muhammad .
Di dalam sohihnya, Muslim meriwayatkan dari
Amr bin „Ash bahwa Rosululloh bersabda:
َ َ ُّ َ َّ ُ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ّ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ
‫صلىا َعل َّى ف ِة َّه ُه‬ ‫(( ِبرا ظ ِمعخم اْلا ِرن فلىلىا ِمثل ما ًلىٌ جم‬
َ ‫اَّلل َع َل ُْه ب َها َع ْؽ ًشا ج َّم َظلىا‬
‫اَّلل ِل َى‬
َّ ُ ُ ُ َّ ‫ص َّلى‬ َ ‫ص َّلى َع َل َّى‬
َ ‫ص َال ًة‬ َ ًْ ‫َم‬
ِ ِ
َّ َ ْ ْ َ َّ َ ْ َ َ َّ َ ْ ٌ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ
ِ ‫الى ِظُلت ف ِةن َها من ِزلت ِفى الجى ِت ال جيب ِغى ِبال ِلعب ٍذ ِمً ِعب ِاد‬
‫اَّلل‬
ُ َ َ َّ ُ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ
)) ‫اعت‬ ‫وؤسحى ؤن ؤوىن ؤها هى فمً ظإٌ ِلى الى ِظُلت حلت له الؽف‬
“Jika kalian mendengar adzan maka tirukanlah apa yang
diucapkan muadzin, lalu bacalah sholawat kepadaku.
Barangsiapa yang membaca sholawat kepadaku satu
kali, Alloh akan membalasnya sepuluh kali lipat.
Kemudian mintalah wasilah kepada Alloh untukku
karena sesungguhnya wasilah adalah satu tingkat di
surga yang tidak patut kecuali untuk hamba Alloh.
Aku berharap akulah orangnya. Barangsiapa

119
memintakan wasilah untukku, ia berhak mendapat
syafaatku”. (HR. Muslim)

(9) Bangunan surga terbuat dari emas, ruangannya


dipenuhi mutiara dan tanahnya adalah kasturi.
Rosululloh bersabda:
َ َ ْ َ َ
‫ص ٍش ِم ًْ ر َه ٍب ف ُلل ُت ِْل ًْ َهزا‬ ْ ‫(( َد َخ ْل ُت ْال َج َّى َت َفة َرا َؤ َها ب َل‬
ِ ِ
ْ َ َ َ
َ ّ ْ َ َ َْ ُ ْ ّ َ ُ َ ُ ْ َ ْ
ًْ ‫ؾ فظ َىي ُت ؤ ِوى ؤها ُه َى ف ُلل ُت َو َم‬ٍ َ‫اب ِمً كش‬ ٍ ‫اللصش كالىا ِلؽ‬
َّ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ ُ
)) ‫اب‬ِ ‫هى فلالىا عمش بً الخط‬
“Aku memasuki surga, dan aku melihat di sana ada
satu istana dari emas, lalu aku bertanya; „Untuk
siapakah istana ini?‟ Mereka mengatakan; „Untuk
seorang pemuda Quraisy‟, aku kira, akulah yang
dimaksud, lalu aku bertanya lagi, „siapa?‟ Mereka
menjawab; „Umar bin Khoththob‟‟‟.” (HR. Tirmidzi,
hasan shohih)
ْ ُ َ ُ ْ ُّ ُ َ َ َ ْ ْ ُ
)) ًُ ‫(( ؤ ْد ِخل ُت { ال َج َّىت } ف ِةرا ِف َيها َح َى ِابز اللال ِا َوِبرا ج َش ُاب َها ِاْل ْع‬
“Aku disuruh masuk ke surga. Ternyata di dalamnya
terdapat butir-butir mutiara dan tanahnya berupa
kesturi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

(10) Walaupun tanpa matahari, surga adalah tempat yang


terang-benderang, keindahannya tidak akan berkurang
sebagai anugrah besar dari Alloh .
Melalui jalur Bukhori diriwayatkan bahwa Ibnu
Abbas ditanya, “Apakah tanah surga itu?” Ia menjawab:
ٌ َ َ َّ ْ ُ َ ْ َ ٌ َ َ ْ َ
))،‫ض ٍت وإ َّن َها ِم ْشآة‬‫(( مشمشة بُضاء ِمً ِف‬
“Yaitu marmer putih dari mutiara laksana kaca.”
Ibnu Abbas ditanya lagi “Bagaimanakah
cahayanya?” Ia berkata:

120
ََ َّ ُ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ ُن‬
ًَ ‫غ؟ فز ِال‬
ِ
ْ ‫الؽ‬
‫م‬ ‫(( ماسؤًت العاعت ال ِتي جيى ِفيها كبل طلىع‬
َ ٌ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َّ َ ُ ْ ُ
)) ‫ َوال َص ْم َه ِشٍْ ٌش‬،‫غ‬‫هىسها ِبال ؤهه لِغ ِفيها ؼم‬
“Apa yang kamu lihat pada saat kau berada sebelum
matahari terbit, itulah dia nurnya (cahayanya). Hanya
saja, di sana tidak ada sengatan matahari dan tidak ada
rasa dingin mencekam.”
Di dalam sunan Ibnu Majah diriwayatkan oleh
Usamah bin Zaid bahwa Rosululloh bersabda:
َ َ َ َ َ َ َّ َ َّ َ ْ ٌ ّ َ ُ ْ َ َ َ
‫ ِه َي َو َس ِ ّب‬،‫الج َّىت ال خط َش ل َها‬ ‫(( ؤال هل مؽ ِمش ِللجى ِت؟ ف ِةن‬
ْ
،‫ َو َن ْه ٌش ُمط َش ٌد‬،‫ص ٌش َم ِؽ ُْ ٌذ‬ ْ ‫ َوك‬،‫ َوس ٍْ ُح َها َت ْه َت ُّز‬،‫الى ْعبت ُه ْى ٌس ًَ َخ َ َْل َ َُل‬
َ َ
ِ ِ ِ
ْ‫ َو َم َل ٌام في‬،‫وح َل ٌل َه ِث ْي َر ٌة‬
ُ ،‫ َو َص ْو َح ٌت َح ْع َى ُاء َحم ُْ َل ٌت‬،‫َو َج ْم َش ٌة َهض ُْ َج ٌت‬
ِ ِ
ِ َ
َّ َ َ ٌ ْ َ ٌ َ ْ َ ٌ َ َ َ ٌ َ َ َ
‫ و ِحبرة و ِوعمت ِفي محل ٍت‬،‫ وف ِاههت وخ ِضشة‬،‫ؤ َب ٍذ ِف ْي َد ِاس ظ ِلُ ِم ٍت‬ ْ َ
:ٌ‫ا‬ َ ‫ َك‬،‫ َو َه ْح ًُ ُم َؽ ّم ُش ْو َن َل َها‬،‫هللا‬ َ ُ َ ََ ُْ َ
ِ ٌ‫ وع ْم ًا َسظى‬:‫ كالىا‬.‫ع ِالُ ٍت ب ِه َُّ ٍت‬
َ َ َ
ِ
ُ ‫ ب ْن َؼ َاء‬:‫اٌ َك ْى ٌم‬
)) ‫هللا‬ ُ ‫ُك ْى ُل ْىا ب ْن َؼ َاء‬
َ ‫ َك‬،‫هللا‬
ِ ِ
“Tidakkah kalian bersiap-siap ke surga?
Sesungguhnya surga tidak dapat dilukiskan. Demi
Alloh Robbul Ka‟bah, ia adalah cahaya yang
berkilauan, wewangian yang menggairahkan, istana
yang kokoh, juga sungai-sungai yang mengalir, di sana
tersedia buah-buahan yang masak, istri yang cantik
rupawan, perhiasan yang beraneka, tempat tinggal
abadi yang menentramkan, tempat tumbuhnya buah-
buahan dan sayur-sayuran yang hijau segar. Ia
merupakan kesukacitaan dan kenikmatan, tempat
luhur yang menyenangkan.” Para sahabat berkata, “Ya
Rosululloh, kami siap masuk surga.” Rosululloh
berkata, “Katakanlah Insya Alloh!” Mereka pun
serentak berkata “Insya Alloh!”. (HR. Ibnu Majah,
dan Ibnu Hibban dalam shohihnya, akan tetapi
didhoifkan oleh Albani)

121
(11) Di Surga terdapat kamar-kamar yang tinggi, ruangan-
ruangan yang sisi luarnya bisa terlihat dari dalam dan
sisi dalamnya bisa dilihat dari luar. Di sana pun ada
kemah luas yang indah terbuat dari satu intan berongga.
Alloh berfirman:
 
                 

         


“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada
Robbnya mereka mendapat kamar-kamar yang
tinggi, di atasnya dibangun pula kamar-kamar yang
tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Alloh telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Alloh
tidak akan memungkiri janji-Nya” (QS. az-Zumar
[39]: 20)

Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bahwa Rosululloh


bersabda:
ُ ُ ُ ‫(( ب َّن فى ْال َج َّىت َل ُغ َش ًفا ًُ َشي ُظ ُه‬
ًْ ‫ىس َها ِم ًْ ُبط ِىن َها َو ُبط ُىن َها ِم‬ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ٌّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ‫ُظ ُه‬
(( ٌ‫اَّلل كا‬ ِ ٌ‫ فلام ِبلُ ِه ؤعش ِابى فلاٌ ِْلً ِهى ًا سظى‬.)) ‫ىسها‬ ِ
َّ َّ َ َ َ َ ّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫َّلل‬
ِ ِ ‫الصُام وصلى‬ ِ ‫ِهى ِْلً ؤطاب الىالم وؤطعم الطعام وؤدام‬
َّ
َّ ‫الل ُْل َو‬
)) ‫اط ِه َُ ٌام‬ُ ‫الى‬
ِ ‫ِب‬
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang
luarnya terlihat dari dalam dan dalamnya terlihat dari
luar”. Seorang lelaki Arab Badui berdiri dan bertanya,
“Ya Rosululloh, untuk siapakah itu?” Rosululloh
menjawab, “Untuk orang yang suka memberikan makan
kepada orang lain, selalu bertutur manis, serta
membiasakan shoum dan sholat malam ketika orang
lain tertidur.” (HR. Tirmidzi, dia mengatakan
hadits hasan dan dishohihkan Albani )

122
Dalam hadits lain Rosululloh bersabda:
ُ ُ َ َُُْ ً َ َ ْ ْ ْ
‫(( ِب َّن ِلل ُما ِم ًِ ِفى ال َج َّى ِت لخ ُْ َمت ِم ًْ لالا ٍة َو ِاح َذ ٍة ُم َج َّىف ٍت طىل َها‬
َ َ ْ َ ُ ُ ُ َ ْ ً
‫ُال ِلل ُم ْا ِم ًِ ِف َيها ؤ ْهلى َن ًَطىف َعل ْي ِه ُم اْلُ ْا ِم ًُ فال ًَ َشي‬ َ
‫ِظ ُّخىن ِم‬
)) ‫ضا‬ ً ‫ض ُه ْم َب ْع‬ُ ‫َب ْع‬
“Sesungguhnya di dalam surga ada kemah dari satu
intan yang berongga yang panjangnya enam puluh
mil, yang disediakan untuk orang-orang beriman, di
dalam kemah itu ada keluarga (istri-istri mereka di
dunia dan bidadari yang mereka gilir) yang mereka
kunjungi, dan diantara mereka tidak saling melihat
(karena sangat luas).” (HR. Bukhori dan Muslim)

(12) Di surga para penghuninya lebih mengenal rumah


mereka masing-masing dari pada mereka mengenal
rumahnya di dunia. Sehingga surga yang begitu luas
tidak menyulitkan mereka untuk menemukan di
manakah istananya. Semua ini dikenalkan dan
dimudahkan oleh Alloh .
Alloh berfirman:
    
        

      


“Orang-orang yang terbunuh pada jalan Alloh, Alloh
tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Alloh akan
memberi hidayah kepada mereka dan memperbaiki
keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam
Jannah yang telah diperkenalkannya kepada
mereka.” (QS. Muhammad [47]: 4-6)
Ibnu Abbas berkata, “mereka lebih mengenal
tempat tinggal mereka daripada orang-orang yang
pulang ke rumah mereka seusai sholat jum‟at.”

123
Imam Bukhori meriwayatkan satu hadits dalam
shohihnya, bahwa Rosululloh bersabda:
َ ْ ْ َ ُ ‫(( َو َّال ِزي َه ْف‬
ٌُّ ‫غ ُم َح َّم ٍذ ِب َُ ِذ ِه ِب َّن ؤ َح َذ ُه ْم ِب َمن ِ ِزل ِه ِفي ال َج َّى ِت ؤ َد‬
ْ ُّ
))‫الذه َُا‬ ‫ان ِفي‬ َ ‫م ْى ُى ْم ب َم ْنزله ٌَ ْع ُى ُى ُه َو‬
ِ ِِ ِ ِ
“Demi Alloh yang jiwaku ada ditangan-Nya,
sesungguhnya mereka mengenal tempat tinggalnya di
surga lebih baik daripada mengenal tempat tinggalnya
di dunia.” (HR. Bukhori)

(13) Aroma surga bisa tercium dari jarak 70 tahun


perjalanan, aroma ini menjadikan penghuninya merasa
betah serta merasakan kesegaran di dalamnya.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu
Huroiroh bahwa Nabi bersabda:
َ َ ُ َّ ُ ُ َ ً َ ُ َ َ ْ َ
‫اَّلل َو ِر َّمت َس ُظ ِىل ِه ل ْم ًَ َش ْح َسا ِئ َحت‬
ِ ‫(( مً كخ َل مع ِاهذا له ِر َّمت‬
َ ُُ ‫ٍح َها َل‬
)) ‫ىح ُذ ِم ًْ َم ِع َير ِة َظ ْب ِع َين َع ًاما‬ َ ‫ْال َج َّىت َوب َّن س‬
ِ ِ ِ
“Barangsiapa yang membunuh satu jiwa yang terikat
oleh dzimmah (jaminan) Alloh dan Rosul-Nya, Ia
tidak akan mencium aroma surga yang tercium dari
jarak perjalanan selama 70 tahun.” (HR. Tirmidzi,
sanadnya sesuai dengan syarat shohih
Bukhori)

(14) Seluruh penghuni surga memiliki paras yang


menawan, para lelaki akan gagah dan ganteng seperti
Adam , wajah mereka indah berkilau seperti
rembulan di malam purnama. Tinggi mereka pun
seperti tinggi Adam 60 hasta, mata mereka seperti
bercelak, tanpa janggut dengan rambut tipis rapi, dan
usia mereka adalah usia muda yang penuh dengan
fitalitas dan kekuatan yang sempurna yaitu 33 tahun.
Kesempurnaan fisik dan psikis akan mereka dapatkan

124
di dalamnya. Begitupula para Mukminah mereka pun
akan lebih cantik dari bidadari surga.
Rosululloh bersabda:
َ‫ادا ُم َى َّح ِل َين َؤ ْب َىاء‬
ً َ ً ً َ ْ ْ َ ُ
‫(( ًَ ْذخ ُل ؤ ْه ُل ال َج َّى ِت ال َج َّىت ُم ْشدا ِبُضا ِحع‬
َْ ً َْ َ َ َ َ َ
)) ‫جال ٍث َوجال ِج َين َعلى خل ِم َآد َم َظ ْب ِع َين ِر َساعا ِفى َظ ْب َع ِت ؤر ُس ٍع‬
“Ahlul Jannah akan memasuki surga dalam keadaan
tidak berjenggot, berkulit putih, dan berambut ikal,
matanya bercelak, usia mereka 33 tahun, dan rupa
mereka seperti Adam , tingginya 60 hasta dengan
lebar tubuh 7 hasta.” (HR. Ahmad, Thobroni dan
dishohihkan oleh Albani dalam Shohih Targhib
wa Tarhib)
Ini adalah kegagahan lelaki adapun tentang kaum
Muslimah, yang taat di dunia ini, maka mereka akan
diberikan kecantikan yang luar biasa oleh Alloh .
Dalam hal ini Rosululloh bersabda:
َ ‫ألا ْ ض ََل‬َ َ ْ َ َ َّ َّ َ ْ ْ َ َ ْ ً َ َ ْ َّ َ ْ َ َ
‫ض َاء ْث‬ ِ ‫س‬ ‫(( ولى ؤن امشؤة ِمً ِوع ِاء ؤه ِل الجى ِت اطلعت ِبلى‬
ً ‫َما َب ُْ َن ُه َما َو َْلَ ََل ْث َما َب ُْ َن ُه َما س‬
ًَ‫ٍحا َو َل َىص ُُف َها َع َلى َ ْسؤظ َها َخ ْي ٌر م‬
ِ ِ ِ ِ
ْ ُّ
)) ‫الذه َُا َو َما ِف َيها‬
“Jika seorang wanita dari kalangan Ahlul Jannah
menoleh ke bumi, niscaya aroma harum akan
memenuhi timur dan barat, dan keduanyapun akan
bersinar terang, dan sesungguhnya kerudung yang
menutupi kepalanya lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (HR. Muslim)

(15) Pepohonan di surga sangat rindang, daunnya


senantiasa indah menghijau dan tidak akan pernah
kering, dan batang pohonya terbuat dari emas yang
indah dipandang.

125
           

          

    

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya


golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara
yang tak berduri, pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya), naungan yang terbentang luas, air yang
tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak
berhenti (berbuah) serta tidak terlarang
mengambilnya.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 27-33)
Nabi bersabda dalam sebuah hadits:
َ ُ َّ ٌ َ ْ
)) ‫(( َما ِفى ال َج َّى ِت ش َج َشة ِبال َو َظاك َها ِم ًْ ر َه ٍب‬
“Tidaklah satu pohon di surga melainkan batangnya dari
emas.” (HR. Tirmidzi)
Tentang rindangnya pohon di surga, Rosululloh
bersabda:
َ ََ ّ َّ ‫(( ب َّن ِفى ْال َج َّى ِت َل َص َج َش ًة ٌَ ِع ُير‬
‫الش ِاه ُب ِفى ِظ ِل َها ِمائت َع ٍام ال‬ ِ
َ ُ َ َْ
)) ‫ًلطعها‬
“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pohon yang
naungannya tidak berakhir dilintasi oleh pengendara
selama seratus tahun perjalanan.” (HR. Bukhori dan
Muslim)

(16) Buah-buahan di surga telah Alloh sediakan untuk


menambah kelezatan Ahlul Jannah, mereka akan
menikmati buah-buahan yang segar dan mudah dipetik
dari dahannya, bukan karena rasa lapar mereka
memakan buah melainkan karena mereka ingin
menikmati rasanya yang istimewa dan kesegarannya
yang menggoda.

126
Alloh berfirman:
                

  ...  


“Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi
buah-buahan yang serupa....” (QS. al-Baqoroh [2]:
25)

Ibnu Mas‟ud dan Ibnu Abbas serta sejumlah sahabat


berpendapat, maksud kata serupa di dalam ayat
tersebut adalah dalam hal warna, sedangkan cita
rasanya tidak sama.
(17) Tanaman surga adalah tanaman yang indah, buahnya
banyak dan bisa tumbuh dalam sekejap bagi siapa saja
yang menginginkannya.
Di dalam shohih Bukhori diriwayatkan bahwa
pada suatu hari Nabi bercerita, sementara di
sampingnya ada seorang Arab Badui:
َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ ْ ْ َّ َ ْ ْ َ ْ ً ُ َ َّ َ
‫اٌ ل ُه ؤل ْع َت‬ ‫اظ َخإر َن َ َّسب ُه ِفى الضس ِع فل‬ ‫(( ؤن سحال ِمً ؤه ِل الجى ِت‬
َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُّ ُ ّ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ
‫ كاٌ فبزس فبادس الطشف‬. ‫ِفُما ِؼئت كاٌ بلى ول ِى ِنى ؤ ِحب ؤن ؤصسع‬
‫اَّلل‬ َ ‫ َف َي َان َؤ ْم َث‬، ‫ص ُاد ُه‬
ُ َّ ٌُ ‫اٌ ْالج َباٌ َف َُ ُلى‬ َ ‫اظخ ْح‬ ْ َ ُُ َ ْ َ ُ ُ ََ
ِ ‫هباجه واظ ِخىائه و‬
ِ ِ
َ ْ َ َ َ
)) ‫ ف ِة َّه ُه ال ٌُؽ ِب ُع ًَ ش ْى ٌء‬، ‫ُدوه ًَ ًَا ْاب ًَ َآد َم‬
„‟Beliau menceritakan bahwa seorang lelaki penghuni
surga meminta izin kepada Alloh untuk bercocok
tanam. Alloh bertanya, “Bukankah kamu sudah
mendapatkan semua yang kamu inginkan?” lelaki itu
menjawab, “Betul, tapi aku ingin bercocok tanam”. Lalu
lelaki itu memilih benih dan menanamnya. Dalam
sekejap mata, benih itu tumbuh dan menghasilkan

127
buah yang sangat banyak, bagaikan gundukan
gunung. Alloh berfirman, “Ambillah, hai Bani
Adam! Engkau memang tidak pernah merasa
kenyang!”
Kemudian orang Arab Badui itu berkata: “Wahai
Rosululloh, sesungguhnya aku tidak mendapati orang
seperti itu kecuali dari kalangan Quraisy atau orang
Madinah karena mereka senang bercocok tanam,
adapun kami bukanlah golongan yang senang
bercocok tanam,” maka Rosululloh pun tertawa
mendengarnya.” (HR. Bukhori)

(18) Sungai-sungai Surga terus mengalir dengan indah di


celah-celah istana dan kebun-kebun penghuninya.
Sungai-sungai dari air jernih yang tiada berubah rasa dan
baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah,
sungai-sungai dari khamar yang lezat bagi peminumnya
dan sungai-sungai dari madu yang disaring.
Alloh berfirman:
       
    
 

     


“Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya.” (QS. al-Baqoroh [2]: 25)
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman tentang
orang-orang yang beriman dan beramal sholeh:

  ....      


   
“Mereka Itulah (orang-orang yang) bagi mereka
surga „Adn, mengalir sungai-sungai di bawah
mereka...” (QS. al-Kahfi [18]: 31)

128
Kedua ayat di atas mengandung beberapa faidah
berharga, di antaranya:
a. Adanya sungai di surga merupakan hakekat.
b. Sungai-sungai itu mengalir, tidak diam.
c. Sungai-sungai itu berada di bawah bilik-bilik,
istana, dan kebun penghuni surga.
Alloh berfirman:
               

            

    


           

   


 
    
“Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa, di dalamnya ada
sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan
baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak
berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang
lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai
dari madu yang disaring; Mereka memperoleh di
dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Robb mereka, sama dengan orang
yang kekal dalam Neraka dan diberi minuman
dengan air yang mendidih sehingga memotong-
motong ususnya?” (QS. Muhammad [47]: 15)
Di dalam ayat tersebut, Alloh menyebutkan
empat jenis sungai yang dihindarkan dari segala hal
yang bisa mencemarinya, sungai-sungai ini mengalir
seperti sungai-sungai di dunia.

(19) Makanan dan minuman di surga adalah makanan dan


minuman yang sangat sempurna dalam kelezatan

129
rasa, aroma, bentuk dan warnanya. Keduanya tidak
pernah habis, dan penghuninyapun tidak akan pernah
bosan menikmatinya.
Alloh berfirman:
             

             

  


   
        
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya
kitabnya dari sebelah kanannya, maka Dia berkata:
“Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. Sesungguhnya aku
yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui
hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam
kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi,
buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan):
“Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan
amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari
yang telah lalu.” (QS. al-Haqqoh [69]: 19-24)

               
 

   


         
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang takwa ialah (seperti taman);
mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak
henti-henti sedang naungannya (demikian pula).
Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang
bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-
orang kafir ialah neraka.” (QS. ar-Ro’d [13]: 35)

        


   

130
     
“Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan
dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan.
Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala
(gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata
yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan
dosa.” (QS. ath-Thur [52]: 22-23)
Di dalam Shohih Muslim riwayat Jabir
diceritakan bahwa Rosululloh bersabda, “Penghuni
surga makan dan minum tanpa beringus, buang air
besar, atau buang air kecil. Makanan yang mereka
santap akan berubah menjadi peluh seperti tetes-tetes
kesturi. Mereka mengalunkan tasbih dan takbir
seiring dengan irama napas”.
Di dalam Musnad Imam Ahmad, diriwayatkan
oleh Zaid bin Arqom bahwa seorang lelaki dari
Ahlul Kitab mendatangi Rosululloh . Ia berkata,
“Wahai, Abul-Qosim, engkau berkata bahwa penghuni
surga itu makan dan minum?” Rosululloh menjawab,
“Ya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
sesungguhnya setiap orang dari mereka akan diberikan
kekuatan 100 lelaki dalam hal makan minum, dan
menggauli istri.”
Beliau melanjutkan, “Karena makan dan
minum, mereka punya hajat. Hajat mereka adalah
keluarnya keringat dari badan seperti tetes-tetes
minyak kesturi.”

(20) Sutra halus yang tebal dan tipis akan menjadi pakaian
yang sangat dibanggakan oleh penghuni surga,
pakaian yang akan menambah keserasian ketampanan
dan kecantikan wajah-wajah mereka.

131
      
“Mereka memakai sutera yang halus dan sutera
yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan.” (QS. ad-
Dukhon [44]: 53)

          ...


  

 ... 


     
 
“...Dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang
emas dan mereka memakai pakaian hijau dari
sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk
sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah….”
(QS. al-Kahfi [18]: 31)

   


    
 
“Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau
dan permadani-permadani yang indah.” (QS. ar-
Rohman [55]: 76)

         

  


“Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan, dan
gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-
bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-
permadani yang terhampar.” (QS. al-Ghosyiyah
[88]: 13-16)

(21) Alloh menjadikan anak-anak muda sebagai pelayan


para penghuni surga.
           
 
“Mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang
tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu

132
akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.”
(QS. al-Insan [76]: 19)

         


“Berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk
(melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara
yang tersimpan.” (QS. ath-Thur [52]: 24)

(22) Wanita surga terdiri dari dua jenis, ada para bidadari
surga yang langsung Alloh ciptakan di sana tanpa
melalui proses hidup di dunia, dan ada wanita
Mukminah yang Alloh masukkan ke dalam surga.
Jenis pertama sering disebut “Hurun „Iin” atau
bidadari surga, sedangkan jenis kedua sering disebut
“Nisa Ahlil Jannah” atau wanita penghuni surga.
Alloh berfirman:
      
     
“Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang
suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-
Baqoroh [2]: 25)
Maksud istri-istri yang disucikan di dalam ayat ini
adalah istri yang suci dari haid, buang air kecil, buang air
besar, nifas, dan semua kotoran yang dialami wanita
dunia. Batinnya suci dari akhlak buruk, lidahnya suci
dari kata-kata kotor, dan pandangannya tidak ditujukan
kepada lelaki selain suaminya. Pakaiannya pun suci dari
segala kotoran.
Alloh berfirman dalam ayat yang lainnya:
    
“Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka
bidadari.” (QS. ad-Dukhon [44]: 54)

133
Huurun „Iin (bidadari) ialah wanita muda yang
sangat cantik berkulit putih yang sangat lembut, pada
putih matanya sangat putih dan pada hitam matanya
sangat hitam.
Wanita surga akan senantiasa muda dan gadis,
setiap kali sang suami selesai menggaulinya maka
ketika itu pula Alloh mengembalikan kegadisan
sang wanita surga sebagai tambahan kelezatan bagi
para hamba-Nya yang ta‟at.
Alloh berfirman:
      
“Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. al-
Waqi’ah [56]: 36-37)
Setiap penghuni surga minimal akan mendapat-
kan dua istri yang sangat cantik, Rosululloh bersabda:
َّ ُ
‫ ًُ َشي ُم ُّخ ُظى ِك ِه َما ِم ًْ َو َس ِاء الل ْح ِم‬، ‫(( َوِلي ِ ّل َو ِاح ٍذ ِم ْن ُه ْم َص ْو َح َخ ِان‬
ْ
)) ً‫ ِم ًَ ال ُح ْع‬،
“Dan untuk setiap penghuni surga memiliki dua
orang istri, sum-sum kakinya terlihat dari balik
daging karena begitu cantiknya bidadari itu.”

(23) Para bidadari akan bernyanyi dengan suara yang paling


indah untuk suami mereka, sehingga sempurnalah
kebahagiaan para penghuninya dengan suara merdu
dari para bidadari.
Alloh berfirman:
         

       


 

134
“Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka
(manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.”
(QS. ar-Rum [30]: 14-15)
Yahya ibn Abi Katsir mengatakan, “Al-Hibr
(masdar dari yuhbarun) adalah suara yang merdu
yang nikmat didengar di surga nanti.”

(24) Kenikmatan teragung yang akan didapat oleh


penghuni surga adalah melihat Wajah Alloh yang
Maha Indah. Inilah puncak kenikmatan surga.
Berikut beberapa dalil yang menerangkan bahwa
penghuni surga bisa melihat Alloh di surga:
        
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu
berseri-seri, lagi melihat Robbnya.” (QS. al-
Qiyamah [75]: 22-23)
Ibnu Abbas berkata, “Yaitu melihat wajah Alloh .”
Adapun haits-hadits Rosululloh mengenai hal
ini sangat banyak dan bersifat mutawatir.
Di dalam shohih Bukhori-Muslim dari Abu
Huroiroh diriwayatkan bahwa sekelompok manusia
bertanya kepada Rosululloh , “Ya Rosululloh!
Apakah pada hari kiamat nanti kita bisa melihat
Alloh?” Rosululloh menjawab, “Apakah kalian
kesulitan ketika melihat bulan purnama?” Mereka
menjawab, “Tidak”. Rosululloh bertanya, “Apakah
kalian kesulitan ketika melihat matahari?” Mereka
menjawab, “Tidak” lalu beliau berkata, “Kalian juga
akan melihat Alloh dalam keadaan seperti itu”.

135
Kedua dalil di atas menunjukan tentang satu hal
yang sama, yaitu melihat Alloh di surga.
Begitulah kenikmatan yang diperuntukkan bagi
para penghuni surga, mereka akan kekal di dalamnya.

B. Gambaran Neraka
Neraka adalah tempat yang sangat panas sebagai
balasan dari Alloh „bagi orang-orang yang kufur kepada-
Nya. Kita harus mengenal neraka dan mengetahui sifat-
sifatnya untuk dijadikan sebagai keyakinan dalam hati.
Untuk itu mari kita perhatikan hal-hal berikut:
(1) Neraka adalah sejelek-jeleknya tempat tinggal dan
seburuk-buruknya tempat kembali.
Dari sahabat Anas bin Malik , Rosululloh
bersabda; “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya,
seandainya kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya
kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Para
sahabat bertanya; “Apa yang engkau lihat ya Rosululloh”
Beliau menjawab; “Saya melihat surga dan Neraka.”
(HR. Muslim No. 426)
(2) Neraka Memiliki keluasan yang amat luas yang daya
tampungnya tidak akan penuh meskipun dimasuki oleh
orang-orang durhaka sejak zaman Nabi Adam
sampai hari kiamat.
Alloh berfirman:
          
“Pada hari itu Kami bertanya kepada Jahannam:
“Apakah kamu sudah penuh?” Jahannam menjawab:
“Masihkah ada tambahan?” (QS. Qof [50]: 30)
ُ َ َْ َ َ َْ
‫(( ًُاحى ِب َج َه َّى َم ًَ ْى َم ِئ ٍز ل َها َظ ْب ُعىن ؤلف ِص َم ٍام َم َع و ِ ّل ِص َم ٍام‬

136
َ َ َْ َ
)) ‫َظ ْب ُعىن ؤلف َمل ًٍ ًَ ُج ُّش َون َها‬
Dari Ibnu Mas‟ud ia berkata bahwa Rosululloh
bersabda; “Pada hari kiamat Neraka Jahannam itu
akan didatangkan dengan tujuh puluh ribu kendali,
tiap-tiap kendali ditarik oleh tujuh puluh ribu
malaikat.” (HR. Muslim)
(3) Dalamnya jurang neraka adalah seperti sebuah batu
yang dilempar di tebing jahannam dan batu itu akan
terus meluncur ke dasar neraka selama 70 tahun.
Abu Huroiroh berkata; “Kami pernah bersama
Rosululloh, tiba-tiba kami mendengar sesuatu yang
jatuh, lalu beliau bersabda; “Tahukah kalian apakah
itu?” Kami (para sahabat) menjawab; “Alloh dan
Rosul-Nya lebih tahu”. Kemudian beliau bersabda;
“Ini adalah sebuah batu yang dilemparkan dari atas
Neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu, sekarang
batu itu baru sampai di dasarnya.” (HR. Muslim No.
2844)
(4) Neraka memiliki 7 (tujuh) pintu yang akan dilewati
oleh para penghuni neraka sesuai dengan kadar dosa
dan maksiat yang mereka lakukan di dunia.
Alloh berfirman:

          
   

 
“Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat
yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-
pengikut setan) semuanya. Jahannam itu
mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah
ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari
mereka.” (QS. al-Hijr [15]: 43-44)

137
(5) Alloh juga menyediakan belenggu-belenggu yang
sangat berat dan menyiksa, sehingga para penghuni
Neraka tidak dapat lari dan mengelak, mereka pasti
akan merasakan hukuman dan siksaan.
Alloh berfirman:
  
     
“Kalian akan melihat orang-orang yang berdosa pada
hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.”
(QS. Ibrohim [14]: 49)
(6) Alloh juga telah menyiapkan penjaga yang siap me-
ngawasi dan menyiksa para penghuni Neraka. Alloh
memilih penjaga itu dari kalangan malaikat.
Alloh berfirman:
        
“Kami tidak menjadikan penjaga neraka melainkan
dari malaikat.” (QS. al-Mudatstsir [74]: 31)
(7) Perlu diketahui bahwa Neraka itu adalah suatu tempat
tinggal yang memiliki daya panas yang dahsyat. Kadar
terpanas yang ada di dunia ini belum seberapa
dibandingkan dengan panasnya api neraka.
Alloh berfirman:
   
 
“Maka, Kami akan memperingatkan kalian dengan
Neraka yang menyala-nyala.” (QS. al-Lail [92]: 14)
Hal itu telah digambarkan oleh Rosululloh
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan sahabat Abu
Huroiroh : “(Panasnya) api yang kalian (Bani Adam)
nyalakan di dunia ini merupakan satu bagian dari
tujuh puluh bagian panasnya api neraka Jahannam.”
Para sahabat bertanya; “Demi Alloh, apakah itu sudah

138
cukup wahai Rosululloh” Beliau bersabda; “(Belum),
sesungguhnya panasnya sebahagian yang satu
melebihi sebahagian yang lainnya sebanyak enam
puluh kali ganda.” (HR. Muslim No. 2843)
(8) Sifat-sifat api neraka:
a. Api neraka melontarkan bunga-bunga api. Sebe-
rapa besar dan bagaimana warna bunga api tersebut?
Alloh telah gambarkan hal tersebut dalam al-
Qur'an:
 
        
“Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api
sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah seperti
iringan unta yang kuning.” (QS. al-Mursalat
[77]: 32-33)
Berkata as-Sa‟di dalam tafsir ayat ini:
“Sesungguhnya api neraka itu hitam mengerikan dan
sangat panas.” (Lihat Taisirul Karimir
Rohman)
b. Api Neraka mengeluarkan suara yang mengerikan.
Alloh berfirman:
         
“Apabila neraka melihat mereka dari tempat yang
jauh, mereka mendengar kegeramannya dan
suara yang menyala-nyala.” (QS. al-Furqon
[25]: 12)
c. Ketahuilah, untuk menunjukkan semakin ngerinya
dan pedihnya siksaan di neraka, maka Alloh
menjadikan bahan bakar api neraka itu dari
manusia dan batu.

139
Alloh berfirman:
           
“Jagalah diri kalian dari (lahapan api) neraka
yang bahan bakarnya dari manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS.
al-Baqoroh [2]: 24)
(9) Penghuni jahannam mendapatkan hidangan makanan
dan minuman yang menyakitkan berupa adzab dan siksa.
a. Makanan yang Berduri,
Alloh berfirman:
              
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari
pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan
dan tidak pula menghilangkan rasa lapar.”
(QS. al-Ghosiyah [88]: 6-7)
Alloh berfirman:
   
   
“Makanan yang menyumbat di kerongkongan serta
azab yang pedih.” (QS. al-Muzzammil [73]: 13)

b. Pohon Zaqqum,
Alloh berfirman:
     
         

    


“Sesungguhnya kalian wahai orang-orang yang
sesat lagi mendustakan, kalian benar-benar akan
memakan pohon zaqqum. Dan kalian akan
memenuhi perut kalian dengannya.” (QS. al-
Waqi’ah [56]: 51-53)

140
Apakah pohon zaqquum itu? Apakah pohon itu
enak lagi lezat? Tentu tidak, bahkan pohon itu hanya
akan menambah kepedihan dan kesengsaraan pula.
Alloh mensifati lebih lanjut tentang pohon
Zaqqum dalam ayatnya yang lain:

         

         


“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang
keluar dari dasar neraka jahim. Mayangnya seperti
kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka
benar-benar memakan sebagian dari buah pohon
itu. Maka mereka memenuhi perutnya dengan
buah zaqqum tersebut.” (QS. ash-Shoffat [37]:
64-66)
c. Minuman penghuni neraka.
Minuman mereka berupa nanah dan air
panas yang dapat memotong usus-usus mereka.
Alloh berfirman:
  
 
    
“… Mereka diberi minuman air yang
mendidih sehingga memotong usus-usus
mereka.” (QS. Muhammad [47]: 15)
Alloh berfirman:
     
     
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya
dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air
yang mendidih dan nanah.” (QS. an-Naba’
[78]:24-25)

(10) Mereka juga akan dikenakan pakaian. Tentu pakaian


itu tidak dibuat untuk kenyamanan. Justru pakaian itu

141
sengaja disiapkan untuk menambah kesengsaraan
bagi para penghuni neraka.
Alloh berfirman:
    
   
“Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan
muka mereka ditutup oleh api neraka.” (QS.
Ibrohim [14]: 50)
Alloh berfirman:
 ...         
“Maka orang-orang kafir akan dibuatkan untuk
mereka pakaian-pakaian dari api neraka…,” (QS.
al-Hajj [22]: 19)
(11) Demikian juga mereka telah disiapkan tempat tidur
dan selimut yang sengaja dibuat untuk menambah
kepedihan adzab bagi mereka.
Alloh berfirman:
            
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan
di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
zholim.” (QS. al-A’rof [7]: 41)
(12) Perlu diketahui bahwa penghuni Neraka adalah dari
kalangan jin dan manusia.
Alloh berfirman:
           
 

            

   


    
  
   

142
“Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka
Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak diper-
gunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh).
Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai.” (QS. al-A’rof [7]: 179)

             

    


“Kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan
berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi
telah tetaplah perkataan dari padaKu: “Sesungguh-
nya akan Aku penuhi Neraka Jahannam itu dengan
jin dan manusia bersama-sama.” (QS. as-Sajdah
[32]: 13)

(13) Neraka bertingkat-tingkat


Neraka bertingkat-tingkat dan berderajat-derajat,
sebagaimana surga bertingkat-tingkat dan memiliki
bebapa derajat.
Alloh berfirman:
           
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempat-
kan) pada tingkatan yang paling bawah dari
Neraka. Dan kalian sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. an-Nisa’
[4]: 145)

143
Alloh berfirman:
        
“Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap
pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang
tertentu dari mereka.” Q(S. al-Hijr [15]: 44)
Ayat ini menjelaskan bahwa neraka bertingkat-
tingkat.
(14) Harapan hampa penduduk neraka.
Alloh berfirman:
 
          

     


         

 
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati se-
dang mereka tetap dalam kekafirannya, maka
tidaklah akan diterima dari seseorang di antara
mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus
diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka
itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak
memperoleh penolong.” (QS. Ali-‘Imron[3]: 91)
Alloh berfirman:
             

                
“Dan sekiranya orang-orang yang zholim mempunyai
apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula)
sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan
menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk
pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari
Alloh yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS.
az-Zumar [39]: 47)

144
10. Ahlussunnah beriman kepada qodarullah, bahwasanya
seluruh yang baik maupun yang buruk sudah ditentukan oleh
Alloh .
Beriman kepada qodar sama halnya dengan beriman
kepada hal-hal ghaib lainnya, yaitu harus sebatas yang
diterangkan oleh wahyu Ilahi (al-Kitab dan as-Sunnah).

11. Al-Kitab dan as-Sunnah mewajibkan kita beriman kepada


empat rukun qodar berikut:
a) Rukun pertama: Bahwasannya Alloh Maha menge-
tahui segala sesuatu. Ilmu-Nya adalah azali, tidak pernah
didahului oleh kejahilan. Mengetahui apa-apa yang akan,
sedang dan sudah terjadi. Mengetahui apa-apa yang tidak
akan terjadi, bagaimanakah terjadinya seandainya hal
tersebut terjadi.
Ayat-ayat berikut secara umum memastikan
pengetahuan Alloh yang meliputi semua hal tentang
segala sesuatu dari semua seginya.
          

           
“Ingatlah selalu nikmat-nikmat Alloh atas kalian dan ki-
tab serta al-hikmah yang diturunkan-Nya, yang dengan-
nya Alloh memberi petunjuk untuk kalian. Bertakwalah
kalian kepada Alloh dan ketahuilah bahwa sesungguh-
nya Alloh itu Maha mengetahui tentang segala sesuatu.”
(QS. al-Baqoroh [2]: 231)

          
“Alloh telah menjelaskan pada kalian supaya kalian tidak
sesat dan sesungguhnya Alloh Maha mengetahui tentang
segala sesuatu.” (QS. an-Nisa’ [4]): 176)

145
          

        


“Alloh-lah yang menciptakan bumi dan langit tanpa con-
toh sebelumnya, tidaklah Ia mempunyai anak juga teman,
dan Ia pencipta segala sesuatu serta Ia mengetahui se-
gala sesuatu.” (QS. al-An’am [6]: 101)
Ayat-ayat yang senada dengan ayat tersebut di atas ada
ratusan ayat. Alloh mengetahui apa-apa yang tidak akan
terjadi, bagaimana hakikatnya apabila hal tersebut terjadi.

             

   
“Akan tetapi nampaklah pada mereka apa-apa yang me-
reka sembunyikan sebelumnya. Sekiranya mereka di-
kembalikan (ke dunia) maka mereka akan mengulangi
lagi pelanggaran apa-apa yang mereka dilarang menger-
jakannya. Sesungguhnya mereka adalah para pendusta.”
(QS. al-An’am [6]: 28)
َ ‫اَّلل َع َل ُْ ِه َو َظ َّل َم َع ًْ َؤ ْو َال ِد ْاْلُ ْؽش ِه َين َف َل‬
ٌ‫ا‬ ُ َّ ‫ص َّلى‬ َّ ُ ُ
َ ‫اَّلل‬
ِ ٌ‫(( ظ ِئ َل َسظى‬
ُ
ِ
ُ َ َ َ َ َ َ ْ ُ َّ
)) ‫اَّلل ِبر خلل ُه ْم ؤ ْعل ُم ِب َما واهىا َع ِام ِل َين‬
“Rosululloh ditanya tentang anak-anak kaum musyrikin
(yang mati sejak kecil), maka beliau bersabda: “Alloh
Maha Tahu apa yang akan mereka perbuat (kalau mereka
tidak mati kecil).” (HR. Bukhori No. 1294, Muslim
No. 4810, Nasa’i No. 1925, Abu Dawud No. 4088 dan
Ahmad No. 1748)
Pengetahuan Alloh tentang apa-apa yang akan
terjadi, menunjukan dengan pasti bahwa hal-hal yang akan
terjadi sudah ditentukan.

146
b) Rukun kedua: Meyakini bahwa Alloh telah menulis-
kan semua hal-hal yang akan terjadi di Lauhul Mahfudz.
             

    


“Tidakkah engkau mengetahui sesungguhnya Alloh me-
ngetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi? Sesung-
guhnya hal itu telah tertera dalam kitab (lauhul mahfudz),
Semua yang demikian itu mudah sekali bagi Alloh.” (QS.
al-Hajj [22]: 70)

            

               

       


“Alloh-lah yang menciptakan kalian dari tanah kemu-
dian dari nutfah (setetes air mani) kemudian menjadi-
kan kalian berpasang-pasangan, tidaklah hamil seorang
wanita dan tidak juga melahirkan kecuali dengan sepe-
ngetahuan-Nya dan tidak juga berkurang atau bertam-
bah umur seseorang kecuali sudah tertera disebuah kitab.
Semua yang demikian itu mudah sekali bagi Alloh.” (QS.
Fathir [35]: 11)
َ ْ َ َ َ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
َ ‫ألا ْس‬
‫ض‬ ‫اث و‬
ِ ‫(( هخب اَّلل مل ِادًش الخال ِئ ِم كبل ؤن ًخلم العماو‬
َْ َ ُ َ َْ َ ْ َ
َ ‫ف َظ َى ٍت َك‬
)) ‫اٌ َو َع ْشؼ ُه َعلى اْل ِاء‬ ‫ِبخم ِعين ؤل‬
“Alloh menuliskan qodar setiap makhluk lima puluh ribu
tahun sebelum penciptaan langit dan bumi dan Ia pun
bersabda; „ Ars‟-Nya berada di atas air.” (HR. Muslim
No. 4797, Tirmidzi No. 2082 dan Ahmad No. 6291)
c) Rukun ketiga: Bahwasannya kehendak Alloh pasti
terwujud. Tidak ada satu kehendak lain yang mungkin

147
terwujud, apabila berlainan dengan kehendak-Nya.
Apa-apa yang dikehendaki Alloh pasti terwujud
dan apa-apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan
pernah terwujud.
        
“Tidaklah kalian berkehendak melainkan Alloh Robb se-
kalian alam juga berkehendak.” (QS. at-Takwir [81]: 29)

          

           
“Sekiranya kami menurunkan Malaikat pada mereka ke-
mudian mereka berbicara dengan yang telah meninggal
kemudian kami bangkitkan segala sesuatu tidaklah me-
reka beriman melainkan dengan kehendak Alloh, akan
tetapi bebanyakan mereka adalah orang-orang bodoh.”
(QS. al-An’aam [6]: 111)

           
“Sesungguhnya bila Ia menghendaki sesuatu, maka Ia
akan mengatakan padanya ”jadilah” maka hal itu pun
jadi.” (QS. Yasin [36]: 82)

       


“Apabila Alloh menghendaki sesuatu, maka Ia akan me-
ngatakan padanya “jadilah” maka hal itu pun jadi.” (QS.
Ali ‘Imron [3]: 47)

          


“Sekiranya Robbmu menghendaki tentunya akan ber-
iman orang-orang yang ada di bumi semuanya.” (QS.
Yunus [10]: 99)

148
d) Rukun keempat: Meyakini bahwa Alloh adalah pen-
cipta segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang bukan
ciptaan Alloh termasuk manusia, kehendak dan amal
perbuatannya.
          
“Alloh yang menciptakan segala sesuatu dan Dia yang
menanggung segala sesuatu.” (QS. az-Zumar [39]: 62)

     


“Alloh yang menciptakan kalian dan apa-apa yang
kalian kerjakan.” (QS. ash-Shoffat [37]: 96)
Ketika seseorang beriman kepada empat rukun di
atas, maka orang tersebut telah beriman kepada al-qodar.
Penjelasan lebih detail tentang iman kepada al-
qodar berdasarkan kandungan dari keempat rukun
tersebut adalah:
1) Segala sesuatu sudah ditentukan dengan kehendak Alloh .
Ahlul Jannah sudah ditentukan orang-orangnya sebelum
Alloh menciptakan mereka, demikian pula Ahlun Nar.
َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ َ
‫اَّلل َعل ُْ ِه‬ ‫اَّلل صلى‬ ِ ٌ‫اب ظ ِمعت سظى‬ ِ ‫((فلاٌ ع َمش بً الخط‬
َ َّ ‫اَّلل َع َل ُْه َو َظ َّل َم ب َّن‬
ُ َّ ‫ص َّلى‬ َ ‫اَّلل‬ َّ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َّ َ َ
‫اَّلل‬ ِ ِ ِ ٌ‫اٌ َسظى‬ ‫وظلم ٌعإٌ عنها فل‬
َ َ َ ً ُ َ َ َ
َ ‫َخ َل َم َآد َم ُج َّم َم َس َح ظ ْه َش ُه ب َُمُ ِى ِه فإ ْخ َش َج ِم ْى ُه ر ّسٍَّت ف َل‬
‫اٌ خل ْل ُت‬ ِ ِ ِ
ُ‫َه ُاَالء ل ْل َج َّىت َوب َع َمل َؤ ْهل ْال َج َّىت ٌَ ْع َم ُلى َن ُج َّم َم َس َح َظ ْه َشه‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ً َّ ّ ِ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ
‫فاظخخشج ِمىه ر ِسٍت فلاٌ خللت هاال ِء ِللى ِاس و ِبعم ِل ؤه ِل الى ِاس‬
ٌُ ‫اٌ َس ُظى‬ َ ‫اٌ َف َل‬ َ ‫ُم ْال َع َم ُل َك‬َ ‫اَّلل َفف‬ َّ َ ُ َ ُ َ َ َ ‫َ ْ َ ُ َن‬
ِ ِ ٌ‫اٌ َسح ٌل ًا َسظى‬ ‫ٌعملى فل‬
َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ
‫اظ َخ ْع َمل ُه‬ ‫اَّلل صلى اَّلل علُ ِه وظلم ِبن اَّلل ِبرا خلم العبذ ِللجى ِت‬ ِ

149
ْ َ َ َ َ ُ َ َّ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ
‫ىث َعلى َع َم ٍل ِم ًْ ؤ ْع َم ِاٌ ؤ ْه ِل ال َج َّى ِت‬ ‫بعمل ؤهل الجى ِت حتى ًم‬
ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ َّ ِ ُ َ ِ ْ ُ َ ِ
‫فُذ ِخله اَّلل الجىت وِبرا خلم العبذ ِللى ِاس اظخعمله ِبعم ِل ؤه ِل‬
ُ َّ ‫الىاس َف ُُ ْذخ َل ُه‬
‫اَّلل‬ َّ ‫ىث َع َلى َع َمل م ًْ َؤ ْع َماٌ َؤ ْهل‬
َ ‫الىاس َح َّتى ًَ ُم‬َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
)) ‫الى َاس‬َّ
“Berkata „Umar bin al-Khoththob, aku mendengar Ro-
sululloh ditanya tentang ayat ini (QS. Al-A‟rof: 172)
maka beliau bersabda: Setelah Alloh menciptakan Adam,
maka Dia mengusap punggungnya dengan tangannya,
maka dikeluarkan darinya keturunannya. Kemudian
Alloh pun berfirman: aku ciptakan mereka untuk
Jannah dan dengan amal Ahlul Jannah mereka
beramal. Kemudian Alloh mengusap lagi punggung
Adam, maka dikeluarkannya darinya keturunannya,
kemudian Alloh pun berfirman: Aku ciptakan mereka
untuk Neraka dan dengan amal penghuni Neraka
mereka beramal. Maka seorang laki-laki bertanya: Jadi
apa dasarnya amal-amal kita ini? Maka Rosululloh pun
menjawab: Orang-orang yang diciptakan sebagai Ahlul
Jannah, akan dipekerjakan dengan amal Ahlul Jannah,
sampai dia mati di atas amal-amal Ahlul Jannah dan
masuklah dia ke jannah. Orang-orang yang Alloh
ciptakan sebagai penghuni Neraka, Alloh pun
mempekerjakannya dengan amal-amal penghuni
Neraka sampai dia mati di atas amal-amal penghuni
Neraka, maka masuklah dia karenanya (amal-amal itu)
ke Neraka.” (HR. Malik No. 1395, Tirmidzi No.
3001, Abu Dawud No. 4081 dan Ahmad No. 294)
Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan bahwa Nabi
bersabda; “Ketika menciptakan Adam, Alloh memukul
pundak kanannya, maka keluarlah keturunannya dengan
warna putih seakan-akan Addar. Kemudian dipukul
pundak kirinya, maka keluarlah keturunannya dengan
warna hitam seakan-akan arang. Maka Alloh pun

150
berfirman kepada yang di sebelah kanan: Masuklah ke
Jannah dan aku tidak peduli. Kemudian berkata lagi
kepada yang di sebelah kiri: Masuklah ke Jahannam dan
aku tidak perduli.”
2) Alloh yang menciptakan manusia. Dia pula yang men-
ciptakan amal-amal dan kehendak-kehendak mereka, se-
muanya tercipta sesuai kehendak dan ilmu (pengetahuan)
Alloh , tidak ada sesuatu pun yang terjadi atau terwujud
tanpa sekehendak dan sepengetahuan-Nya.
Manusia diberikan kehendak, dengan kehendak itulah
mereka beramal. Tetapi kehendak manusia adalah ciptaan
Alloh dan tercipta menurut kehendak-Nya. Amal
manusia yang dikerjakan dengan kehendaknya sendiri dan
hasil dari amal itu pun adalah ciptaan Alloh dan
menurut kehendak-Nya.
Alloh pencipta segala sesuatu, tentunya termasuk
manusia, amal perbuatan dan kehendaknya (karena
kehendak adalah bagian dari diri manusia itu sendiri).
         
“Alloh yang menciptakan segala sesuatu dan Ia yang
menanggung segala sesuatunya itu.” (QS. az-Zumar [39]:
62)

    


“Alloh yang menciptakan kalian dan apa-apa yang
kalian kerjakan.” (QS. ash-Shoffat [37]: 96)
Manusia mempunyai kehendaksendiri dan dengan
kehendak tersebut mereka beramal.
         

151
“Sesungguhnya ini adalah peringatan, maka barang-
siapa berkehendak ia akan mengambil jalan Robb-Nya
(petunjuknya).” (QS. al-Insan [76]: 29)

      


“Maka barangsiapa yang berkehendak maka ia akan
mengambil tempat kembali pada Robb-Nya.” (QS. an-
Naba’ [78]: 39)

           

         

      


“Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya yang
haq itu dari Robb kalian, maka barangsiapa berkehen-
dak berimanlah dan barangsiapa berkehendak maka
kufurlah.” (QS. al-Kahfi [18]: 29)
Kehendak manusia yang sama dengan kehendak
Alloh akan terlaksana, sedangkan yang berbeda tidak
akan terlaksana.
            

     


“Tidaklah bermanfaat nasehatku bagi kalian bila aku
hendak menasehati kalian, jika Alloh hendak menye-
satkan kalian. Dia-lah Robb kalian dan hanya kepada-
Nyalah kalian dikembalikan.” (QS. Hud [11]: 34)
Alloh yang memberi petunjuk dan Alloh pula
yang menyesatkan. Tidak ada yang bisa menyesatkan
seseorang yang Alloh berikan petunjuk kepadanya dan
tidak ada yang bisa memberi petunjuk bagi orang yang
Alloh sesatkan.

152
            

      


“Sesungguhnya Kami mengutus (para rosul) dengan ba-
hasa kaumnya supaya jelas bagi kalian, maka Alloh me-
nyesatkan dengannya siapa-siapa yang dikehendaki dan
memberi petunjuk siapa-siapa yang dikehendaki.
Sesungguhnya Alloh Maha perkasa lagi Maha adil.” (QS.
Ibrohim [14]: 4)

           

     


“Sekiranya Alloh menghendaki tentunya Ia akan men-
jadikan kalian umat yang satu, akan tetapi Ia menye-
satkan siapa saja yang dikehendaki dan memberikan
petunjuk siapa saja yang dikehendaki dan Ia akan me-
nanyakan kalian tentang apa-apa yang kalian perbuat.”
(QS. an-Nahl [16]: 93)

            
“Barangsiapa diberi petunjuk Alloh maka ia berada da-lam
petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan (Alloh) maka
tidak ada baginya penunjuk.” (QS. al-Kahfi [18]: 17)
Alloh tidak memaksa manusia untuk berbuat
sesuatu. Manusia pun merasa dengan pasti bahwa dia
mengerjakan sesuatu dengan kehendaknya sendiri, tanpa
paksaan. Tetapi Alloh-lah yang menjadikan manusia
berkehendak, Alloh-lah yang mengizinkan atau tidak
mengizinkan suatu amal perbuatan terwujud, Alloh
pulalah yang memberi petunjuk dan Alloh pulalah yang
menyesatkan.
Semua itu harus kita imani, karena semuanya ada

153
dalam al-Qur‟an dan Hadits.
Kemudian akal pun ingin memberontak, ingin
mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
banyak sekali, walaupun dalilnya sudah jelas bahwa kita
harus beriman hanya berdasarkan sebatas wahyu dan
kabar ghaib hanya sebagian saja yang dikabarkan kepada
kita. Sedangkan sebagian lainnya tetap merupakan
“sirrulloh” (rahasia Alloh). Ingin mencari kepuasan! Ingin
mengangkat dirinya tanpa batas!
Pertanyaan terbesar adalah: Bukankah itu suatu
kezholiman? Setelah Alloh menentukan segala
sesuatunya, lantas seseorang disiksa karena amalnya?
Jawab:
Seperti kita beriman dengan hal-hal di atas karena
didukung oleh dalil-dalil yang kuat maka kita pun sebagai
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah, Firqoh Najiyyah yang me-
ngikuti wahyu Alloh dengan pemahaman shahabat,
harus beriman pula bahwa Alloh tidaklah zholim.
          
“Sesungguhnya hal tersebut adalah dari apa-apa yang
telah engkau kerjakan, dan sesungguhnya Alloh tidak
menzholimi hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Anfal [8]: 51)

          
“Sesungguhnya hal tersebut adalah dari apa-apa yang
telah engkau kerjakan, dan sesungguhnya Alloh tidak
mendzholimi hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Hajj [22]: 10)

           
“Barangsiapa yang berbuat amal shaleh, sesungguhnya hal
tersebut untuk dirinya dan barangsiapa berbuat amal buruk

154
maka itu pun bagi dirinya. Tidaklah Robbmu menzholimi
hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshilat [41]: 46)

        


“Tidak ada perubahan pada kata-kata-Ku, sesungguhnya
aku tak mendzholimi hamba-hamba-Ku.” (QS. Qof [50]:
29)

            

  
“Sesungguhnya Alloh tidak mendholimi seberat biji sawi
pun, setiap kebaikan Ia menggenapkannya kemudian Ia
mendatangkan pahala yang besar dari sisi-Nya.” (QS. an-
Nisa’ [4]: 40)

         

           

     


“Kemudian diletakkanlah catatan amal, maka orang-
orang yang aniaya melihatnya dengan ketakutan dari
apa-apa yang ada padanya, kemudian ia berkata: Cela-
kalah kami! mengapa catatan ini tidak melalaikan
sesuatu pun baik yang kecil maupun yang besar melain-
kan tercatat di dalamnya, kemudian mereka mendapat-
kan amal-amal yang mereka lakukan tercatat dengan
nyata dan sesungguhnya Robbmu tak menzholimi seorang
pun.” (QS. al-Kahfi [18]: 49)

a) Di sana ada suatu rahasia besar. Rahasia yang hanya


Alloh-lah yang mengetahui. Rahasia yang tidak bisa kita
ketahui. Oleh karena itu pula al-qodar disebut ”sirrullah”
yaitu “rahasia Alloh”. Alloh-lah yang mengetahui mengapa

155
orang tersebut diciptakan untuk masuk Jannah
sedangkan yang satunya lagi masuk neraka. Semua itu
terjadi dengan hikmah yang tinggi dan mulia sekali.

         


“Katakan (hai Muhammad) sesungguhnya Alloh
mempunyai hujjah yang kuat, kalau seandainya Ia
menghendaki tentunya Ia memberi petunjuk kepada
kalian semuanya.” (QS. al-An’am [6]: 149)
b) Kita dilarang Alloh untuk mempertanyakan hal-hal
ghaib yang tidak Alloh kabarkan. Karena hal tersebut
akan membawa kita ke dalam kesesatan. Akal pikiran
kita mempunyai kemampuan yang terbatas dan sebatas
itu pulalah kita diberikan kabar-kabar ghoib oleh Alloh
Pokok dasar atau pangkalnya qodar ada pada ilmu
ghoib di sisi Alloh Kita imani qodar hanya sebatas
kabar wahyu seperti yang sudah dijelaskan dalam
lembaran-lembaran sebelumnya.
            

          
“Alloh berfirman: „Wahai Nuh sesungguhnya ia,
bukanlah dari keluargamu, sesungguhnya ia amal
buruk, maka janganlah engkau menanyakan kepada-
Ku tentang apa-apa yang engkau tak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Aku mengingatkan engkau
agar engkau tidak termasuk orang-orang yang jahil.”
(QS. Hud [11]: 46)
Ilmu dalam ayat di atas adalah ilmu yang
terlarang untuk dicari pengetahuannya, yaitu ilmu
ghaib yang tidak dikabarkan. Sebab ilmu ada dua
macam: Ilmu yang terlarang penuntutannya dan ilmu
yang diperintah penuntutannya.

156
           

   


“Tidaklah kami mengutus sebelum kamu melainkan
orang-orang laki-laki yang kami wahyukan pada
mereka, maka bertanyalah kalian pada Ahlu dzikir bila
kalian tidak mengetahui.” (QS. an-Nahl [16]: 43)
Yang pertama, pengetahuan terhadapnya
mengantarkan kepada kesesatan dan yang kedua
mengantarkan kepada hidayah, bi idznillah.
Setelah penjelasan tersebut di atas, jelaslah bagi kita
bahwa kita harus beriman sebatas kabar-kabar wahyu
dan tidak mencari kabar-kabar ghaib dari selain wahyu
Ilahi, seperti misalnya melalui analisa-analisa akal
pikiran mendatangi para normal, dukun, dan lain
sebagainya. Kewajiban kita adalah harus mempercayai
dan menerimanya.
Sudah banyak orang yang tersesatkan karena
mereka tidak mengikuti manhaj Ahlus Sunnah dalam
qodar. Banyak di antara mereka yang sampai pada
pendustaan terhadap al-Qodar (Na‟udzu billah), maka
keluarlah mereka dari Islam dan masuklah mereka ke
lorong-lorong gelap yang tiada berujung. Semua itu
karena mereka tidak puas dengan manhaj yang haq ini
dan mencoba memecahkan “sirrulloh” tersebut.
Ada di antara mereka yang mengatakan bahwa
Alloh tidak mengetahui sesuatu sebelum hal tersebut
terjadi dan hal-hal di masa depan pun belum
ditentukan. Dengan akidah seperti ini, tuhan mereka
bukanlah Alloh yang kita ibadati. Tuhan mereka
adalah tuhan lain yang jahil, yang sering terkaget-kaget
oleh ulah makhluknya. Kalau tuhan mereka tidak

157
mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadi, dengan
sendirinya yang menciptakan hal itu bukanlah dia.
Mereka akan berkata: Ya! Si pelakulah yang meng ”ada”
kan hal tersebut, baik si pelaku itu manusia atau
lainnya. Jadi di sini kita dapati adanya banyak pencipta.
Syirik!! Tak ada nama lain untuk akidah seperti ini!
Sebagai penutup masalah qodar, perlu diketahui
bahwa Alloh mempunyai dua hukum:
1) Hukum qodari (kauni): hukum ini pasti terlaksana
dan terwujud atas makhluk-makhluk-Nya. Kita tidak
mengetahui tentang hukum ini, kecuali setelah
terlaksana. Kewajiban kita terhadap hukum ini adalah
beriman kepadanya dan menerimanya. Kita tidak
boleh berdalih dengan hukum ini sebelum hukum ini
terjadi, karena sebelumnya kita tidak mengetahui.
Apabila yang terjadi adalah kebaikan, maka
kita mensyukurinya. Apabila yang datang adalah
keburukan, maka kita terima dan kita sabari serta
tidak menyalahkan Sang Pencipta. Semuanya berasal
dari Alloh . Hukum ini adalah kehendak Alloh
atas kita. Kita tidak dituntut untuk memikirkan dan
melaksanakan kehendak ini. Kita hanya harus pasrah
ketika hal itu telah terjadi.
2) Hukum syari‟ah: yaitu hukum-hukum agama yang
harus kita laksanakan. Hukum ini adalah kehendak
(tuntutan) Alloh kepada kita.
Kewajiban kita terhadap hukum ini adalah meng-
imani dan melaksanakannya dengan semaksimal
mungkin, tanpa berdalih dengan qodar untuk
meninggalkannya.

●●●●●

158

Anda mungkin juga menyukai