NAUNGAN ISLAM
HASMI
(Himpunan Ahlussunnah Untuk Masyarakat Islami)
Komp. Masjid Al-Marhamah Lantai.2
Jl.Raya Pemda No.4 Karadenan Cibinong Kab.Bogor
Website : www.hasmi.org, E-mail : dpphasmi@ hasmi.org
DI BAWAH NAUNGAN ISLAM
Penyusun :
DPP HASMI
Penerbit :
HASMI
(Himpunan Ahlussunnah Untuk Masyarakat Islami)
Dicetak oleh :
MARWAH INDO MEDIA
Jl. Kapten Yusuf, Ds. Sukamantri, Kec. Tamansari No. 61 Bogor
(Belakang Bogor Nirwana Residence)
ii
KATA PENGANTAR
DPP HASMI
(DEWAN PIMPINAN PUSAT)
HIMPUNAN AHLUSSUNNAH UNTUK MASYARAKAT ISLAMI
iii
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menjanjikan kecemerlangan dunia,
ketika kebangkitan ruhani terwujudkan. Diantaranya firman Alloh .
”Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatan mereka”. (QS. al-A’rof [7]: 96)
Dengan risalah ini, kami saudara-saudara anda di Himpunan
Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami (HASMI), mengimbau anda
semua untuk ikut bergabung dengan kami, sebagai bentuk partisipasi dan
perjuangan anda dalam mewujudkan kebangkitan umat tercinta ini.
Mewujudkan kebangkitan total, Yaa... itulah tujuan kami. Kebangkitan
yang bermahkotakan berdirinya ”Masyarakat Islami”. Masyarakat yang
dinaungi dan dituntun oleh norma-norma Islam, satu-satunya agama Alloh
. Masyarakat yang secara kolektif atau orang perorangan, bertekad untuk
bersungguh-sungguh dalam meniti sirotulmustaqim. Masyarakat yang
didominasi oleh istiqomah, kejujuran, kebersihan ruhani dan saling kasih
mengasihi.
Mari bergabung bersama kami untuk mencapai tujuan ini dengan strategi
para nabi dan rasul yaitu strategi dakwah. Mendakwahi saudara-saudara
kita untuk bersama-sama beristiqomah. Bekerja dengan tenang melalui
usaha-usaha sederhana, tentram dan terorganisir.
Jangan anda berkecil hati untuk ikut berpartisipasi di dalam menuju tujuan
yang sangat besar dan agung ini. Karena strategi tujuan utama pencapaian
HASMI adalah terbentuknya jaringan orang-orang yang bertekad untuk meniti
sirotulmustaqim! Karena jaringan seperti ini sangat luas dan terpupuk secara
Islami terus menerus akan mampu mewarnai masyarakat dengan warna
penitian sirotul- mustaqim, untuk kemudian mengkristalkan detil penitian
itu secara bertahap dan selangkah demi selangkah, sampai terbentuk
masyarakat yang Islami sebelum musuh-musuh Islam terbangun dari
tidurnya.
Kami akan berusaha membantu anda sebatas kemampuan untuk lebih
memperjelas rambu-rambu Sirotulmustaqim di diri anda dan membantu dalam
menitinya dengan cara kebersamaan kita. Yang terbesar adalah ”semoga
anda tercatat di sisi Alloh sebagai pejuang Islam” walaupun hanya
iv
dengan partisipasi seadanya. Karena sisi terberat suatu amal di dalam Islam
adalah sisi keikhlasan niat dan tekad.
Yang kedua... semoga Alloh mengkaruniakan anda kebangkitan jiwa
yang besar dalam meniti sirotulmustaqim dan memudahkan penitian itu.
Yang ketiga... perjuangan ini akan anda rasakan dalam bentuk penambahan
keimanan anda dan juga akan dirasakan manfaatnya oleh anak keturunan
anda.
Wassalam
Bogor, Januari 2015
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
TITIK MULA SEBUAH PERJALANAN
Titik mula perjalanan ini adalah saat penciptaan manusia
pertama, bapak seluruh manusia yaitu Nabi Adam yang diciptakan
Alloh dari tanah dengan tangan-Nya sendiri. Kemudian ditiupkan
padanya ruh dan diperintahkan kepada para malaikat untuk bersujud
kepadanya. Para malaikat pun bersujud kepada Adam sebagai
bukti ketaatan mereka kepada Alloh dan penghormatan mereka
kepada Adam . Namun pada saat yang sama, terjadilah suatu
kedurhakaan yang besar sekali berupa pembangkangan Iblis terhadap
Alloh dengan menolak untuk bersujud kepada Adam seraya
takabur atas dasar klaim bahwa bahan asal penciptaan dirinya, yaitu
api yang dianggapnya lebih mulia dari bahan asal penciptaan Adam
, yaitu tanah. Murkalah Alloh dan terkutuklah Iblis.
Alloh berfirman:
2
BAB II
TERGODA DAN TURUN KE BUMI
“Dan Kami berfirman: „Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zholim‟.” (QS.
al-Baqoroh [2]: 35)
3
4
BAB III
PESAN DI GERBANG SURGA
“Kami berfirman: „Turunlah kalian semuanya dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.‟ Adapun orang-orang yang kafir dan
5
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqoroh [2]: 38-39)
Turunlah Adam dan istrinya untuk menjalankan tugas yang
memang telah ditentukan sebelumnya.
6
BAB IV
AMANAT BESAR
7
beberapa ulama salaf yang kemudian beliau menyimpulkan bahwa
amanat itu adalah “tugas, perintah-perintah dan larangan-larangan”.
Pesan di gerbang surga pun mengandung janji bahwa Alloh akan
menurunkan hidayah-Nya (petunjuk-Nya) dan menjanjikan ganjaran yang
baik untuk mereka yang mengikuti petunjuk itu serta ancaman hukuman
untuk mereka yang menolaknya. Petunjuk yang Alloh turunkan adalah
Islam itu sendiri.
Jadi amanat itu adalah ajaran-ajaran Islam. Yaitu, Islam yang
murni bukan Islam yang dirasuki oleh kepalsuan-kepalsuan.
al-Qur‟an telah menjelaskan dua hal yang menjadi cakupan
amanat ini secara tersirat, yaitu tujuan hidup dan tugas (jabatan)
manusia (kekhilafahan).
Jadi amanat itu adalah penerapan Islam dalam pelaksanaan tujuan
hidup dan penunaian tugasnya.
8
BAB V
TUGAS DAN TUJUAN
9
“Ingatlah ketika Robbmu berfirman kepada para malaikat:
„Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi‟." … (QS. al-Baqoroh [2]: 30)
10
BAB VI
KHALIFAH DAN KHILAFAH
A. Khalifah
Arti kata khalifah dapat diperjelas dengan uraian berikut:
1. Khalifah secara umum berarti penguasa yang dipertuan di
muka bumi.
Predikat ini untuk seluruh manusia atas makhluk-makhluk bumi
lainnya. Manusia diberi Alloh akal dan semua kemampuan untuk
itu. Kenyataan manusia di bumi yang dari hari ke hari bisa
mengungguli makhluk-makhluk bumi lainnya dan mengatasi banyak
kendala dan rintangan-rintangan hidupnya, membuktikan arti ini.
Penafsiran penguasa, pengurus dan yang dipertuankan secara umum
ini didukung pula oleh arti kedua dan ketiga dari kata khalifah ini.
Dari ayat-ayat berikut kita juga bisa menangkap arti itu
tersirat jelas di dalamnya.
Alloh berfirman:
...
11
Ayat ini lebih jelas lagi dari ayat sebelumnya bahwa yang
dimaksud dengan “khalifah-khalifah” adalah jenis manusia, baik
mu’min maupun kafir.
Alloh berfirman:
12
beribadah kepada Alloh saja, maka kata khalifah dalam arti
pertama harus berjalan di atas syariat tauhid (syariat Islam). Ini
berarti bahwa manusia-manusia yang tidak bertauhid, walaupun
menyandang nama dan sifat kekhilafahan bukanlah khalifah-khalifah
yang sebenarnya (seperti yang dituntut oleh al-Qur‟an). Demikian
juga orang-orang Islam yang tidak ikut dalam usaha menegakkan
syariat tauhid di muka bumi. Walaupun kedua golongan ini sangat
berbeda dalam keterpurukan masing-masing.
Alloh berfirman:
13
Ayat di atas dan tafsirnya sangat jelas dan selaras dengan
arti kedua ini, dengan adanya kalimat-kalimat:
Orang-orang yang beriman dan beramal soleh
Berkuasa (khalifah)
Keamanan
Beribadah hanya kepada Alloh saja (tauhid).
3. Khalifah dalam arti “pelaksana hukum-hukum Alloh ” dalam
memutuskan seluruh perkara yang terjadi di antara makhluk di
bumi ini. Sebagaimana yang dikandung oleh arti ayat berikut.
Alloh berfirman:
14
ini bagi seluruh orang yang beriman. Mereka wajib melaksanakan
peranan ini sebagai suatu kewajiban yang tercakup dalam amanat
kubro dan dituntut oleh al-Qur‟an. Sedangkan arti ketiga adalah peran,
hak dan kewajiban pemerintahan, pemimpin dan negara Islam.
B. Khilafah
Khilafah adalah sifat dari khalifah (pelaku khilafah). Jadi khilafah
adalah kepenguasaan dan kepengurusan dan karena itu khilafah
terbagi atas tiga macam.
1. Arti khilafah secara umum sejalan dengan arti khalifah secara
umum, yaitu kesuperioritasan (hegemoni) manusia atas
makhluk-makhluk bumi lainnya.
2. Arti khilafah secara khusus pun selaras dengan arti khalifah
secara khusus, yaitu penyelenggaraan tauhid di bumi ini.
3. Khilafah dalam arti yang ketiga bisa juga dinamakan Khilafah
Struktural dan artinya selaras dengan arti ketiga dari khalifah,
yaitu pemerintahan atau negara Islam. Negara Islam dan
pemerintahannya adalah penata, pemimpin, dan pengendali
pelaksanaan tugas-tugas kekhilafahan. Walaupun tugas
kekhilafahan tetap menjadi amanat untuk seluruh orang yang
beriman, akan tetapi karena posisi pemerintah yang khusus,
maka istilah ini disematkan kepada pemerintah dari sebuah
negara Islam.
15
BAB VII
KEMULIAAN
16
diciptakan dari api, tidak terpilih untuk tugas ini. Walaupun mereka
sudah ada sebelum Adam . Suatu kemuliaan yang besar sekali!
Bumi pun telah dipersiapkan untuk menerima kedatangan sang
khalifah. Semua yang ada di bumi telah ditundukkan dan diselaraskan
dengan struktur tubuh dan jiwa sang khalifah. Seluruh komponen alam
semesta yang ada di antara bumi dan langit diorbitkan untuk melayani
makhluk baru ini dan menjadi pendukung bumi agar tetap kondusif
untuk manusia. Pepohonan di atas bumi seakan-akan para pekerja
pembuat makanan, minuman dan oksigen untuk manusia. Binatang-
binatang ternak seakan-akan sebagai pengawet daging-daging yang
menempel di tubuhnya sampai tiba waktunya bagi manusia untuk
memakannya. Semua telah tersedia! Lagi-lagi kemuliaan yang tak
tertandingi oleh makhluk-makhluk lainnya... Tak ada lagi alasan bagi
manusia untuk tidak dapat menjalani tugas!!
Tugas dan tujuan penciptaannya itulah dasar dari kemuliaannya.
Kemuliaan demi kemuliaan itu hanya bisa diraih dan dipertahankan
dengan cara konsisten menjalankan amanat, yaitu tauhid dan
khilafah... Jika dia mengabaikannya, maka kemuliaan akan tergantikan
dengan kehinaan! Na‟udzubillahi min dzalik!
17
BAB VIII
KETERPURUKAN
A. KETERPURUKAN PERTAMA
Telah kita ketahui bahwasanya Iblis yang semula dimuliakan,
hidup di alam ketinggian bersama para malaikat yang suci, dekat dengan
Robbnya dan diberikan kesempatan mendengar suara Alloh serta
berdialog dengan-Nya, terusir dari kedudukan itu dan tercampakkan dari
kemuliaannya menjadi terkutuk selama-lamanya “hanya” karena satu
kesalahan saja, enggan dan sombong melaksanakan suatu perintah yang
dianggap merendahkan martabatnya.
Adam pun telah dikeluarkan dari surga hanya karena
pelanggaran satu larangan saja dan karenanya harus melakoni
kehidupan dunia yang penuh tantangan dan kesulitan.
Keduanya sama-sama terpuruk. Yang satu karena menolak satu
perintah dan yang lainnya karena melanggar satu larangan. Dengan rahmat
Alloh , Adam segera bangkit dengan taubat nasuha dan kembali
meraih kemuliaannya walaupun harus meninggalkan surga. Sedangkan
Iblis enggan untuk bertaubat dan terpuruklah dia ke dalam keterpurukan
yang seburuk-buruknya.
Ketika Adam ditegur oleh Alloh :
“Bukankah Aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu?
Dan Aku katakan kepada kalian bahwa sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagi kalian? .”
Maka Adam pun berkata:
“Wahai Robb kami, kami telah menzholimi diri kami sendiri. Jika
Engkau tak sudi mengampuni dan merahmati kami, pasti kami akan
menjadi golongan orang-orang yang rugi! .”
Pengakuan, perendahan diri... permohonan...itulah taubatan nasuha!
Sedangkan Iblis, ketika Alloh berfirman “Apa yang mencegahmu
untuk sujud, ketika Aku sudah memerintahkanmu?”
Jawabannya adalah kesombongan dan penolakan!
18
Alloh berfirman:
“Apa yang mencegahmu untuk sujud, ketika Aku sudah
memerintahkanmu?” Maka Iblis menjawab, „Saya lebih baik
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah‟.” (QS. al-A‟roof [7]: 12)
Jadi, keterpurukan yang sebenarnya adalah jatuhnya posisi atau
derajat seseorang di sisi Alloh dan sebab keterpurukan adalah
penyelisihan Sirotulmustaqim, baik dalam bentuk pengabaian perintah,
pelanggaran larangan karena kelemahan atau yang lebih hebat yaitu
pelanggaran dasar-dasar utama dari agama ini.
Inilah sebenar-benarnya keterpurukan! Sedangkan kesu-litan-
kesulitan dan kerendahan-kerendahan lainnya walaupun kita namakan
sebagai sebuah keterpurukan, maka ia hanyalah buah dari keterpurukan
sejati ini, yaitu keterpurukan ruhani.
Adam telah melanggar larangan karena kelemahan.
Alloh berfirman:
19
B. Macam-macam Keterpurukan:
Mayoritas aktifis Islam di seluruh dunia bersepakat bahwa pada
dewasa ini secara umum umat berada dalam keterpurukan. Akan tetapi
terdapat perbedaan sudut pandang tentang arti atau yang dimaksud
dengan keterpurukan itu sendiri. Kalau kita sepakati bahwa arti umum
dan global dari keterpurukan adalah lawan dari arti kemuliaan dan
kebahagiaan, maka akan lebih jelas rinciannya ketika kita membagi-
bagi keterpurukan menurut jenis dan macam-macamnya.
1. Keterpurukan Ruhani:
Yaitu keterpurukan yang berbentuk penyelisihan Sirotul-
mustaqim. Penyelisihan ini adalah pengabaian atau kelemahan dalam
menunaikan sisi pertama amanat yang dipikul oleh manusia, yaitu sisi
pelaksanaan tujuan hidup, peribadatan hanya kepada Alloh saja,
tauhid, sunnah dan syariat-Nya. Pada pasal sebelumnya telah kita
dapati bahwa penunaian amanat ini adalah dasar utama untuk
kemuliaan manusia. Ketika hal ini ditinggalkan atau diselewengkan
atau diabaikan, terhinalah manusia dan inilah keterpurukan utama.
Bukan hanya sampai di situ saja, akan tetapi jenis keterpurukan ini
(keterpurukan ruhani) adalah induk semang yang akan melahirkan
keterpurukan-keterpurukan yang lain.
Demikian buruknya keterpurukan ruhani ini sehingga potret
yang sebenarnya akan terproyeksikan di Jahannam nanti dalam
bentuk siksaan-siksaan yang tak terperikan.
2. Keterpurukan Peran:
Keterpurukan ini berbentuk pengabaian atau peninggalan atau
melemahnya pelaksanaan sisi kedua dari al-amanat, yaitu peranan
sebagai penyelenggara syariat tauhid atas semua makhluk yang ada di
bumi dengan menegakkan syariat itu dan memperlakukan semua
makhluk dengan kandungannya menurut jenis masing-masing makhluk.
Keterpurukan ini dilahirkan oleh induk keterpurukan,
yaitu keterpurukan ruhani. Tulang punggung sisi amanat yang satu
ini adalah kekuasaan dan dasarnya adalah kebangkitan ruhani.
20
Alloh berfirman:
22
BAB IX
HANYA ISLAM
1. Inti agama Islam adalah “berserah diri secara total kepada Alloh
, mengesakan-Nya, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya
dengan mengikuti wahyu dan syariat-Nya”. Hakikat sesuatu yang
diajarkan oleh Islam tidak akan pernah berubah, sejak Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad dan hingga hari kiamat.
Adapun syariat yang diturunkan Alloh , yaitu cara beribadah,
tempat dan kadar peribadatan serta peraturan kemasyarakatan,
bahkan hukum halal dan haram, masih bisa berbeda antara satu
rosul dengan yang lainnya. Oleh karena itu, walaupun berbeda
dalam syariat di beberapa bagian detail atau rinciannya
(mayoritas syari‟at global sama saja), namun aqidah para nabi
dan ajaran mereka adalah sama, yaitu Islam.
2. Nabi Musa adalah nabi Islam, beragama Islam dan
mendakwahkan Islam serta para pengikutnya adalah orang-orang
Islam, bukan orang-orang Yahudi.
Sedangkan agama Yahudi adalah agama batil yang dianut oleh
orang-orang yang menyelisihi ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa .
23
“Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia:
„Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada rosul-Ku‟. Mereka
menjawab: „Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rosul) bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam (muslimun).” [QS. al-
Ma‟idah (5): 111]
3. Pada waktu yang sama, Alloh menolak semua agama selain
Islam, walaupun bertujuan atau ditujukan untuk mendapatkan
keridoan-Nya.
24
“…Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan
telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku ridoi Islam
itu jadi agama kalian….” (QS. al-Ma‟idah [5]: 3)
25
BAB X
KETERPURUKAN MENJELANG DEWASA
Terpecah..Yang Benar Hanya Satu
26
“Sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 golongan.
Satu golongan di dalam surga dan 72 golongan di dalam neraka.
Ditanyakan kepada beliau: „Siapakah mereka (yang satu golongan) itu
wahai Rosululloh?‟, maka beliau menjawab: „al-Jama‟ah.” (HR. Ibnu
Majah, Ibnu Abi „Ashim dan al Lalika‟i)
27
B. Sebab-Sebab Penyimpangan.
Sebab utama dari perpecahan tersebut adalah karena hawa
nafsu dan kejahilan (kebodohan) Pengikutan kepada hawa nafsu
(terutama hawa nafsu berpendapat) dan kejahilan, telah menimbulkan
sebab-sebab perpecahan lainnya yang banyak sekali.
31
BAB XI
FIRQOTUNNAJIYAH
AHLUS SUNNAH WAL JAMA‟AH
A. Firqotunnajiyah.
Arti dari firqotunnajiyah adalah golongan yang selamat.
Maksudnya adalah golongan yang tidak memasuki neraka sebelum
memasuki surga. Hal ini telah dikabarkan oleh Rosululloh dalam
hadits-haditsnya. Dalam hadits-hadits tersebut telah dijelaskan sifat-sifat
global dari golongan tersebut, di antaranya:
“Mereka yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.”
Yang dimaksud dengan kalimat ini adalah “mereka yang
mengikuti ajaran-ajaranku dan para sahabatku dalam memahami
dan melaksana-kan Islam (dengan kata lain mengikuti Sunnah)”.
33
Alloh telah langsung menamakan umat ini dengan dengan
nama tersebut.
35
bahwa firqoh-firqoh bid‟ah tersebut berjalan di atas manhaj Ahlus
Sunnah wal Jama‟ah!
Nama Ahlus Sunnah benar-benar sudah dikenal sejak zaman
salafussoleh dan juga telah digunakan secara resmi oleh mereka. Kita
akan lebih meyakini hal tersebut Insya Alloh, setelah menyimak hal-hal
berikut:
1. Ketika menafsirkan QS. Ali „Imron ayat 106:
“Pada hari yang di waktu itu ada wajah-wajah yang putih
berseri, dan ada pula wajah-wajah yang hitam muram. Adapun
orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan): “Kenapa kalian kafir sesudah kalian beriman?
Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiran kalian itu!”,
maka Ibnu „Abbas berkata:
38
BAB XII
KEBANGKITAN
39
elemen-elemen keterpurukan tadi serta akan menggantikannya dengan
penitian Sirotulmustaqim secara kaffah di seluruh lapangan kehidupan.
Mereka yang bangkit adalah mereka yang berakidah benar dan
beramal benar! Mereka yang demikianlah yang benar-benar takut
kepada Alloh dan siksa-Nya, sehingga akan teguh menjaga amanah
dan tidak mengkhianatinya apa pun bentuk amanah itu. Mereka akan
takut menzholimi sesama dan jika terjadi kezholiman, mereka akan
segera bertaubat. Mereka yang bangkit akan rindu kepada Alloh dan
surga-Nya. Dengan demikian mereka akan berlomba-lomba untuk
mengerjakan kebaikan. Semua ini sudah cukup untuk menjadi jaminan
kemajuan duniawi selain harapan keselamatan di akhirat.
Kebangkitan duniawi untuk umat Islam tidak bisa dicapai tanpa
kebangkitan ruhani, karena kebangkitan duniawi pada umat ini
berbeda bentuk dan substansinya dengan yang ada pada umat lain.
Kebangkitan duniawi pada umat ini haruslah bersih dari kemaksiatan.
Adapun “kebangkitan duniawi” yang kita lihat pada masyarakat-
masyarakat Nashoro di Barat, bukanlah ukuran untuk umat ini.
Kebangkitan tersebut bagi umat Islam adalah suatu keterpurukan.
Tentunya ada sisi-sisi positif dalam “kebangkitan mereka”, tetapi
negatifnya terlalu lebih besar bahkan bisa menghancurkan. Memakan
makanan dan meminum minuman-minuman yang lezat-lezat tetapi
haram adalah suatu keterpurukan. Mempergunakan ilmu pengetahuan
dunia untuk memperbudak umat-umat lain dan menyebar kerusakan
adalah suatu keterpurukan. Menjadi tawanan tuntutan materi juga
suatu keterpurukan!! Walaupun di Barat sana semua itu terhitung
bagian dari kebangkitan duniawi.
Seperti halnya keterpurukan ruhani adalah penyebab utama semua
keterpurukan, maka kebangkitan ruhani pun adalah ibu dari semua
kebangkitan dan kejayaan serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
1. Hubungan antara kebangkitan ruhani dengan kebangkitan
duniawi
Alloh berfirman:
40
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS. al-A‟roof: 96)
Keimanan dan ketakwaan (kebangkitan ruhani) menjadi pe-
nyebab pasti untuk mendapat keberkahan dari langit dan bumi.
Keberkahan dari langit ditafsirkan hujan dan keberkahan dari bumi
adalah tumbuh-tumbuhan. Jadi yang dimaksud adalah hujan dan
hasil bumi yang penuh berkah, yaitu yang penuh dengan kebaikan
dari segala seginya, baik untuk kesehatan, kekuatan ataupun segi-segi
lainnya dari kebaikan adapun hujan atau tumbuh-tumbuhan tanpa
keberkahan bisa menimbulkan malapetaka yang bermacam-macam.
Alloh berfirman:
41
“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada
Tuhan kalian, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan
lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan
mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula
di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Nuh menyeru kaumnya untuk meminta ampun. Meminta
ampun berarti tekad yang bulat untuk meninggalkan dosa-dosa
masa lalu dan memulai hidup bersih (semua ini adalah
kebangkitan ruhani) menjadi sebab dari anugerah Ilahi yang
berupa hujan-hujan yang penuh berkah, harta yang mencukupi dan
putra-putri yang soleh serta mandapat sungai-sungai dan kebun-
kebun pertanian yang indah serta bermanfaat. Bukan sungai-
sungai yang keruh penyebab banjir dan hutan-hutan yang selalu
kebakaran terjadi padanya dari waktu ke waktu dan pencurian
oleh para koruptor tak pernah berhenti.
2. Hubungan antara kebangkitan ruhani dengan kebangkitan peran.
Alloh berfirman:
43
mengalir padanya sungai-sungai. Dengan demikian mereka
terselamatkan dari keterpurukan ukhrawi. Kebangkitan ruhani
adalah ibu dari keselamatan ukhrawi. Kebangkitan ruhani adalah
ibu dari seluruh kebangkitan.
(sumber : STH 3 Tugas dan Tujuan; Bab XI)
44
BAB XIII
GELOMBANG KEBANGKITAN DAN
KETERPURUKAN DALAM SEJARAH
Kehidupan umat manusia timbul dan tenggelam dalam samudera
sejarah. Keterpurukan dan kebangkitan datang silih berganti.
Nabi Adam yang telah bangkit kembali dari sebuah
“keterjatuhan kecil”, turun sebagai “Insan bangkit” dengan status
sebagai seorang nabi. Sepuluh generasi setelah turunnya Adam ke
bumi, manusia berada di dalam kehidupan tauhid, berkat penjagaan
dari Alloh dan perjuangan para ulama dan da‟i yang mengobarkan
cahaya petunjuk serta mengawalnya. Sampai datang suatu ketika
sebuah generasi tergelincir dan terpuruklah generasi yang sesudahnya.
Kemudian Alloh mengutus Nuh untuk membangkitkan
kaumnya dari keterpurukan ruhani total. Mereka telah menghinakan diri
mereka sendiri dengan menyembah berhala-berhala mati dan mengikuti
selain syariat Alloh . Nuh pun mendakwahi kaumnya selama 950
tahun, tetapi yang beriman hanyalah sedikit, belasan orang menurut suatu
riwayat dan delapan puluhan menurut riwayat lainnya. Mereka yang
tidak beriman pun terbinasakan. Suatu keterpurukan duniawi yang
diakibatkan oleh keengganan untuk bangkit dari keterpurukan ruhani.
Sedangkan keterpurukan ukhrawi yang menanti mereka jauh lebih
dahsyat. Kemudian kehidupan manusia pun berlanjut dalam
kebangkitan untuk terpuruk sekali lagi di rentang generasi-generasi
yang selanjutnya. Para Rosul dan nabi pun diutus untuk mempelopori
gerakan kebangkitan di negeri masing-masing. Manusia pun timbul dan
tenggelam antara keterpurukan dan kebangkitan silih berganti. Sampai
datang suatu zaman, ketika mereka kembali terpuruk dan menjadi
hamba-hamba untuk berhala-berhala terhina serta mengikuti syariat
pemujaan setan dan beban-beban dari selain hukum Alloh .
Maka diutuslah Ibrahim untuk merintis sebuah gerakan
kebangkitan, mendakwahkan kaumnya untuk bangkit meninggalkan
keterpurukan total, yaitu kesyirikan. Berimanlah yang beriman dan kafirlah
yang kafir. Kemudian gelombang gerakan-gerakan kebangkitan yang
dipimpin para Rosul dan nabi pun berlangsung terus. Sampai saatnya
45
Musa diutus untuk menyadarkan Fir‟aun dan kaumnya serta
menyelamatkan Bani Isroil dari keterpurukan ruhani dan duniawi. Fir‟aun
yang membangkang dengan segenap bala tentaranya ditenggelamkan di
laut. Setelah Musa wafat terpecahlah kaumnya. Satu golongan
konsisten mengikuti jejak Musa ,, yaitu jejak kemurnian. Sedangkan 70
golongan lagi terpuruk di keterpurukan nisbi (tidak sampai keluar dari
Islam) dan sisanya terpuruk di keterpurukan total (keluar dari Islam).
Kemudian diutuslah Isa bin Maryam . Bangkitlah mereka yang
beriman kepada Isa dari keterpurukan dan tetaplah yang tidak
beriman berada dalam keterpurukan total. Setelah Isa diangkat oleh
Alloh ke langit, selama beberapa generasi kaum yang beriman
kepadanya pun terpecah dalam 72 golongan, satu golongan konsisten
mengikuti jejaknya; jejak kemurnian, sedangkan yang 71 golongan dan
selebihnya terpuruk di antara keterpurukan nisbi dan total.
Setelah itu secara bertahap umat manusia pun mulai tenggelam
ke dalam keterpurukan total dan kemurnian pun pudar…
Sengsaralah umat manusia, sampai tiba waktunya fajar baru
menyingsing… Fajar yang takkan hilang cahayanya secara total walaupun
di beberapa tempat memudar untuk beberapa lama… untuk kemudian
bersinar lagi… Itulah fajar Muhammadi , fajar Islam terakhir…
Rosululloh pun memulai lagi suatu gerakan kebangkitan,
meneruskan gerakan-gerakan kebangkitan para nabi sebelumnya yang
di waktu itu nyaris padam atau bahkan telah padam. Manusia di
seantero bumi waktu itu sudah dalam keterpurukan total kecuali
segelintir manusia-manusia tak berdaya yang berserakan di sana sini.
Cahaya dakwah beliau pun tambah lama tambah menguat sampai
menerangi seluruh Jazirah Arab. Kebangkitan yang dahsyat pun terjadi!
Semua berhala di Makkah runtuh! Manusia datang berbondong-
bondong dari seluruh penjuru Jazirah Arab menuju Makkah dan
Madinah untuk mengumumkan keislaman mereka. Kebangkitan terbesar
dalam sejarah manusia! Kemudian keberkahan kebangkitan ini pun
melimpah ke seluruh benua sepanjang tahun-tahun dan abad-abad
berikutnya. Berjuta manusia terselamatkan dari cengkraman iblis,
cengkraman keterpurukan. Terselamatkan dari neraka Jahannam.
Tetapi semua itu tidaklah terjadi tanpa pengorbanan besar-besaran.
Harta dan darah, keringat dan kucuran air mata serta pengorbanan
46
lainnya yang telah diberikan oleh para pahlawan Islam. Semua itu dimulai
oleh seorang pribadi dengan merintis jalan dakwah pada mulanya…
Berjuang fii sabilillah… membangun kebangkitan total.
Setelah beliau wafat, perjuangan beliau diteruskan oleh para
sahabat dan pahlawan-pahlawan Islam pada generasi-generasi
selanjutnya. Perjuangan itu sukses dengan hasil yang gemilang! Kerajaan
Islam pun kian meluas dan menguat, kerajaan iman kian berkuasa dan
perkasa. Sedangkan kerajaan setan yang diwakili oleh dua kerajaan
utamanya yaitu Persia Majusi dan Romawi Salibis, kian terdesak, terpuruk
dan tak berdaya. Kerajaan Persia Majusi punah! Api-api setan yang
disembah dan dipuja pun padam! Umat manusia pun memasuki agama
Alloh dengan berbondong-bondong. Terselamatkan dari penggiringan
massal menuju pintu-pintu Jahannam dan terselamatkan dari eksploitasi
sesama manusia, bahagia di bawah naungan hukum Ilahi.
Kerajaan kaum Salibis terus-menerus terdesak dan dipaksa
hengkang dari daerah-daerah kekuasaannya, hingga terpaksa pulang
ke kandang semula, Eropa. Ratusan juta manusia dibebaskan oleh
ekspansi Islam dari cengkraman kesyirikan, Iblis pun menjerit dan
terpental dari banyak kekuasaannya. Pertempuran terus berlangsung!
Kemenangan demi kemenangan diraih oleh kaum muslimin...
Tetapi pada babak terakhir, terjadi pergeseran tragis dan sangat
tragis! Kemurnian Islam mulai suram… Kesyirikan mulai merajalela di
tubuh umat ini… Sunnah pun pasal demi pasal digantikan dengan
bid'ah. Kaum Kufar mendapat angin segar untuk merusak umat dari
dalam tubuh umat sendiri. Sehingga pada akhirnya lembaga politik dan
militer umat di Istambul jatuh dan terkapar, berantakan menjadi puing-
puing yang berserakan. Negeri-negeri Islam pun terbagi-bagi dan
terpecah-pecah berupa potongan-potongan geografis yang sangat
terbatas. Jauh sebelum sosok khilafah gugur sebagai puing-puing yang
berserakan, ketika kaum Salibis tidak mampu berhadapan “Face to face”
dengan armada Islam, mereka pun berputar menyerbu daerah-daerah di
belakang punggung khilafah, yaitu kawasan Asia. Gugurlah kerajaan-
kerajaan Islam di daerah itu, termasuk kerajaan-kerajaan Islam di
kepulauan Nusantara tercinta.
50
BAB XV
GELIAT KEBANGKITAN DI PEKATNYA MALAM
52
BAB XVI
GERAKAN KEBANGKITAN DI INDONESIA
54
BAB XVII
STRATEGI KEBANGKITAN
55
Para peyakin pandangan ini tidak atau kurang mendasarkan
strategi mereka pada keyakinan bahwa keterpurukan ruhani adalah
sebab segala-galanya dan kebangkitan ruhani akan menjadi ibu dari
semua kebangkitan.
Tsaqofah mereka terkonsentrasi pada "wajibnya mendirikan negara
Islam" yang setelah berdiri akan melahirkan "kejayaan umat". Jadi solusi
keterpurukan adalah berdirinya negara Islam. Karena itu penganut
pandangan ini berusaha keras untuk menggenggam tampuk kekuasaan
dan mencurahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk mencapainya.
Strategi ini kita namakan strategi tampuk kekuasaan. Dalam menentukan
strategi mencapai tujuan, secara global para penganut pandangan ini
terbagi dalam dua kelompok yang sama besarnya:
1. Kelompok pertama :
Kelompok ini memilih jalan politik Parlementer untuk mencapai
tampuk kekuasaan.
2. Kelompok kedua :
Kelompok ini memilih jalan kekerasan untuk meraih tampuk
kekuasaan.
Catatan :
Adapun Hizbut Tahrir yang telah menyatakan
organisasinya sebagai sebuah organisasi (partai?) politik dan bukan
organisasi dakwah, serta memilih strategi tampuk kekuasaan,
telah menolak jalan politik parlementer. Akan tetapi posisinya
dari jalur kekerasan tidaklah jelas. Walaupun dalam teori (menurut
yang kita dapati di buku-buku Hizb), kekerasan adalah jalan
penuntasan yang mereka pilih, akan tetapi yang jelas mereka
tidak mempunyai kegiatan kekerasan yang riil. Jadi strategi Hizbut
Tahrir tidak cukup jelas untuk bisa dikategorikan di salah satu dari
dua strategi dari pembahasan ini.
C. Pandangan dan strategi ketiga :
Pandangan ini adalah rangkuman dari butir-butir berikut :
1. Umat Islam secara global dewasa ini berada di dalam
keterpurukan ruhani, peran dan duniawi.
56
2. Keterpurukan ruhani adalah ibu dari semua keterpurukan.
3. Keterpurukan ruhani pun mengancam berjuta umat di akhirat
nanti dengan keterpurukan ukhrawi yang sangat dahsyat.
4. Kebangkitan ruhani adalah kembalinya umat secara jama‟i
meniti Sirotulmustaqim. Ini berarti dominasi manhaj
Ahlussunnah wal Jama‟ah secara utuh atas kehidupan umat
bermasyarakat.
5. Tak ada jalan untuk keselamatan ukhrawi dan terwujudnya
kebangkitan peran dan duniawi tanpa kebangkitan ruhani.
6. Jalan kebangkitan total harus dirintis dengan dakwah yang
bertarget kebangkitan ruhani secara kaffah.
Mereka yang meyakini pandangan ini memilih jalan dakwah
sebagai "strategi menuju perubahan". Straregi ini kita namakan
"Strategi Dakwah"
Di samping usaha-usaha Islami dari gerakan-gerakan Islamiyyah
yang bersifat luas dan bermuatan kebangkitan yang tinggi, ada pula
usaha-usaha lainnya yang sejalan, namun tidak sama dalam sifat
(keluasan) dan muatannya. Walaupun tidak bisa diandalkan untuk
melahirkan suatu kebangkitan, akan tetapi pengaruh positifnya dalam
mencegah melajunya kemerosotan pun tidak bisa disangkal. Contoh dari
usaha-usaha seperti ini misalnya pengajian-pengajian Islami, ceramah-
ceramah, penulisan buku-buku Islami dan lain-lainnya. Tidak
masuknya usaha-usaha ini dalam kategori bermuatan kebangkitan
dikarenakan beberapa sebab, di antaranya (ketika) dilakukan secara
parsial, tidak terorganisir, tidak mempunyai tujuan-tujuan strategis yang
tertata serta meluas dalam menghadapi realita keterpurukan. Ditambah
lagi dengan "kekurangpekaan" dalam membaca realita.
Demikian juga orientasi hanya kepada lembaga-lembaga
pendidikan, karena mayoritas dari lembaga-lembaga ini tidak
menitikberatkan pada manhaj Ahlussunnah wal Jama‟ah dan tidak
mengarah pada penghimpunan umat menuju kebangkitan.
57
BAB XVIII
MASYARAKAT ISLAMI
60
BAB XIX
MASYARAKAT NON ISLAMI
61
semua tingkatan masyarakat, baik secara perorangan maupun kolektif,
berbentuk tindak pidana ringan dari oknum-oknum pribadi maupun
kejahatan sistematis dari banyak kelompok terorganisir. Bukan hanya aksi-
aksi kriminalitas yang dilakukan dengan sangat halus dan tersembunyi
yang akan terjadi, juga tindakan-tindakan yang sangat brutal, ganas dan
sadis akan sangat mudah terjadi antar anggota masyarakat, atau bahkan
antar anggota satu keluarga sekalipun. Sedangkan penjara tidak pernah
bias menjadi obat apalagi solusi. Bahkan hanya menjadi tempat
persemaian penjahat-penjahat kelas “kakap” masa depan dan rumah
derita untuk sang terpidana dan keluarga mereka. Pembunuhan dengan
kekerasan yang dilakukan sangat biadab. Perjudian dari yang dilakukan
dengan peralatan sederhana sampai paling modern semakin marak.
Perampasan harta dan kehormatan orang lain merajalela. Miras dan
narkoba semakin bebas dikonsumsi oleh kalangan yang tidak lagi terbatas.
Semua itu akan dilakukan dengan sangat terbuka dan terang-terangan,
bahkan pelakunya tidak lagi merasa berdosa.
Anak-anak muda akan terus mempertunjukkan gaya hidup hedonis.
Mereka tidak takut lagi melakukan pergaulan bebas, dan perbuatan
amoral lainnya yang lebih buruk. Para orang tua akan melalui masa tua
dengan penuh keresahan, sangat sulit membimbing putra-putri tercinta,
disebabkan sang orang tua telah salah arah, karena mereka sendiri
membangun hidup keluarga dengan sistem non Islami yang sangat jauh
dari nilai keteladanan. Unsur-unsur perusak yang meracuni buah hati
mereka dibiarkan begitu saja terjadi, bahkan ditanam dengan sengaja,
yang hasilnya mereka dapatkan dengan sangat pahit, mengenaskan dan
menyengsarakan. Keluarga bahagia hanya akan tinggal cerita kenanngan
yang tidak mungkin terwujud, karena anggotanya tidak lagi memegang
norma-norma Islami pembawa kebahagiaan sejati. Ketenteraman dan
kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat tidak mungkin didapatkan, di
saat norma-norma Islam yang memayunginya telah dicampakkan.
Negara akan terus sibuk mengatasi berbagai problem yang
terus menggunung. Seluruh aspek kehidupan; ekonomi, politik, dan
sosial kemasyarakatan diliputi problem rumit dan tidak kunjung
mereda. Berbagai konsep dari para pakar pun tak mampu mengatasinya.
Yang ada hanyalah bencana dan malapetaka.
62
Semua terjebak oleh perangkap setan durjana..! Hawa nafsu
begitu diagungkan dan disembah. Harta menjadi standar untuk menilai
tinggi rendahnya martabat seorang manusia. Ketenangan hidup, rasa
aman dan kebahagiaan hakiki menjadi sangat mahal dan sulit
dijumpai. Semua merasakan kesempitan, kepedihan, kesengsaraan dan
duka mendalam akibat ulah tangan mereka sendiri yang melupakan
ayat-ayat Alloh .
Alloh berfirman:
...
63
A. Penindasan Sesama.
Misi kehadiran Islam adalah untuk mengeluarkan manusia dari
perbudakan sesama hamba menuju pengabdian hanya kepada Alloh
semata, dari kezholiman agama-agama (selain Islam) menuju keadilan
Islam, serta dari kesempitan dunia menuju keluasan akhirat.
Hanya dengan Islam, manusia akan mendapatkan kemerdekaannya
yang hakiki dari berbagai bentuk penindasan, baik penindasan
perbudakan, penindasan agama maupun penindasan dunia. Tanpa Islam,
sebagian komunitas masyarakat hanya akan menjadi pihak penindas bagi
komunitas lainnya.
Alloh menggambarkan bencana ini di masa Fir‟aun dengan
gamblang:
64
C. Kerusakan di Segala Bidang.
Dosa dan kemaksiatan telah membawa berbagai kerusakan di
air, udara, tanam-tanaman dan buah-buahan serta tempat kediaman.
Bencana sosial, kerusakan moral atau dekadensi akhlak, kekacauan
politik, ekonomi dan budaya akan terus bergulir. Alloh berfirman:
.
.
.
.
65
perkara; jika kalian ditimpa lima perkara ini, maka aku mohon
perlindungan kepada Alloh agar kalian tidak mendapatinya.
- Tidaklah muncul perbuatan keji (zina) pada suatu kaum hingga mereka
melakukannya secara terang-terangan, kecuali Alloh menimpakan
kepada mereka wabah tho‟un dan berbagai penyakit yang belum
pernah menimpa kepada orang-orang sebelum mereka.
- Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, kecuali
niscaya mereka akan ditimpa kegersangan, paceklik sepanjang
tahun, serta berkuasanya penguasa-penguasa yang zholim.
- Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat hartanya, kecuali
hujan dari langit akan ditahan bagi mereka. Kalaulah bukan karena
binatang ternak, niscaya manusia tidak diberi hujan.
- Dan tidaklah suatu kaum mengingkari janji antar mereka dengan
Alloh dan Rosul-Nya, melainkan Alloh menjadikan musuh-musuh
mereka (orang-orang kafir) menguasai mereka dan merampas apa
yang ada di tangan mereka.
- Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak
menghukumi dengan kitab Alloh, dan memilih-milih apa yang Alloh
turunkan (untuk diterapkan dan tidak diterapkan), maka Alloh
akan menjadikan permusuhan di antara mereka.”
(HR. Ibnu Majah no. 4019, al-Bazzar dan al-Baihaqi dari Ibnu
'Umar. Dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 106, dan
Shohih at-Targhib wat-Tarhib no. 764)
66
67
BAB XX
REALITA MASYARAKAT KITA
68
televisi kita yang cukup banyak, gemar sekali menampilkan tayangan-
tayangan kesyirikan. Media-media cetak kita memasang iklan-iklan
penawaran pelayanan mistik dan semua media memuat ramalan-
ramalan nasib manusia di masa depan; suatu bentuk kesyirikan
menandingi Alloh di ilmu goib-Nya dan masih banyak bahkan banyak
sekali yang semacamnya diekspos dengan mudah. Semua ini
menunjukkan adanya kepercayaan batil yang sangat bertentangan dengan
kebenaran dan bertentangan dengan kemuliaan manusia. Inilah biang
segala keterpurukan!!
Tidak heran bila pada masyarakat yang akal dan pikirannya seperti
ini, kita dapati banyak sekali pelanggaran-pelanggaran susila dari pameran
aurat wanita sampai pada perzinaan. Korupsi besar-besaran yang
semakin lama semakin marak, narkoba dan miras yang semakin marak,
bahkan penggunaannya mengarah hingga kepada anak-anak SD.
Adapun bencana-bencana yang bermunculan akibat pelanggaran
tersebut, sudah bukan rahasia lagi. Tentunya buku setebal apapun tidak
akan cukup jika kita ingin mencatat semua musibah yang pernah
menimpa negeri ini, walaupun hanya sejak kemerdekaan sampai akhir
abad ke-20 lalu saja. Dalam rentang waktu antara kembalinya
pasukan Sekutu tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan sampai
pemberontakan-pemberontakan yang banyak menelan harta dan jiwa
yang tidak terhitung banyaknya sampai krisis moneter di penghujung
abad ke-20 itu, banyak sekali musibah-musibah berupa bencana-
bencana alam yang saling susul menyusul. Bencana-bencana yang
bertambah cepat terjadinya dari satu waktu ke waktu yang lainnya
terus berdesakan sejak kita memasuki abad ke-21 ini. Di antaranya
Tsunami yang menelan lebih dari dua ratus ribu jiwa dan memporak-
porandakkan habis-habisan sebagian dari negeri ini. Goyangan-
goyangan gempa yang mematikan dan letusan-letusan gunung-gunung
berapi yang membakar anak-anak bangsa hidup-hidup serta
melenyapkan harta benda milik mereka yang tersisa hidup. Banjir yang
bukan hanya menghancurkan banyak dari infra struktur negeri ini, akan
tetapi juga menjadikan para korban yang masih hidup terpaksa
menyandang profesi baru sebagai pengemis, karena kehilangan harta
milik mereka. Jatuhnya pesawat terbang dengan korban-korbannya,
kebakaran yang seakan-akan tidak pernah berhenti, sampai-sampai
69
terjadi di atas laut yang luas, membakar kapal berpenumpang penuh.
Sampai sekarang samudra pun masih terus menggertak dan menakut-
nakuti kota Jakarta dengan banjir yang muncul dari waktu ke waktu.
Seakan-akan memberi peringatan bahwa amarahnya sudah mendekati
batas maksimal. Seakan terdengar lamat-lamat gemeretak gigi-giginya,
sambil bergumam mengancam, “Aku sudah siap, tinggal menunggu
perintah Tuhanku!“.
Lalu... Lapindo... ya, rawa lumpur Lapindo yang sangat aneh!
Tidak bisa dicerna oleh akal secara jelas! Menelan korban harta yang tidak
terhitung banyaknya, terus merayap dan semakin melebar entah
bagaimana jadinya.
70
BAB XXI
PENEGAKAN SYARIAT
71
negara, walaupun negara masih mempunyai kewajiban lain terhadap
hukum-hukum itu selain pelaksanaan praktis. Penegakan syariat individu
ini adalah bagian yang sangat mendasar pada penegakan syariat total.
Dari sisi teknis, individu yang menerapkan syariat ini bisa kita
namakan “Individu Islami”.
2. Syariat Keluarga
Hukum-hukum Islam pun banyak berkaitan dengan hukum-
hukum kekeluargaan seperti berbagai hukum yang mengatur hubungan
suami istri, seperti kewajiban-kewajiban anggota keluarga satu terhadap
lainnya, hukum waris, hadhonah (hak pengasuhan dan penyusuan anak),
memberikan nafkah lahir dan batin, silaturohmi, menghindari sikap
dayyuts (mati rasa cemburu) dalam keluarga, birrul walidain (berbakti
kepada kedua orang tua) dan lain-lain.
Yang dimaksud penegakan syariat, juga harus mencakup
penegakan bagian ini, bukan hanya penegakan syariat institusi! Sebuah
keluarga yang berkomitmen terhadap “syariat keluarga” ini kita
namakan sebagai “Keluarga Islami”.
3. Syariat Masyarakat
Syariat Islamiyah juga mempunyai hukum-hukum sosial
kemasyarakatan yang harus bisa diterapkan oleh masyarakat tanpa
institusi. Misalnya hubungan antar tetangga, pertolongan dari pihak-
pihak yang kaya secara kolektif kepada pihak-pihak yang miskin,
hubungan jual-beli, mendirikan sholat Jum‟at, mengurus jenazah,
mengurus pendistribusian zakat, amar ma‟ruf nahi munkar, mencetak
kader-kader ahli (seperti ulama, guru, ekonom, teknokrat, dan lain-lain),
pendirian lembaga-lembaga Islami yang mendukung kehidupan Islami
(seperti pekuburan, rumah sakit, lembaga ekonomi syariat, lembaga
pendidikan, lembaga riset dan penelitian) dan membuat media-media
cetak maupun elektronik Islami (seperti radio, koran, majalah, website)
dan lain-lainnya.
Semua itu merupakan bagian penegakan syariat Islamiyah. Kalau
semua itu ditinggalkan berarti sebagian besar syariat tidak ditegakkan.
Sebuah masyarakat yang didominasi oleh pelaksanaan hukum-hukum
kemasyarakatan ini, bisa kita namakan sebagai “Masyarakat Muatan
Islami”.
72
4. Syariat Institusi
Yang kami maksud dengan syariat institusi adalah hukum-
hukum Islam yang penegakannya menjadi kewajiban dan wewenang
negara (penguasa), seperti mengangkat dan memberhentikan pimpinan
negara, mengelola dan menata keuangan umat (seperti jizyah, harta
rampasan perang, khoroj, dan lain-lain), mengawasi sistem ekonomi
pasar, menghukum para perusak agama, penerapan hukum-hukum
pidana, melangsungkan jihad ofensif (penaklukan), menghukum mereka
yang harus dihukum menurut ketentuan syariat, amar ma‟ruf dan nahi
munkar dalam ruang lingkup yang seluas-luasnya, menuruti tuntunan
syariat dalam menjaga kemaslahatan umat dan lain-lain. Penerapan
syariat institusi adalah bagian terbesar dari penerapan syariat secara
total. Tanpa penerapan bagian ini, maka penerapan-penerapan lainnya
akan sangat rawan runtuh. Akan tetapi, penerapan bagian terpenting ini
di suatu negeri sangat sulit dibayangkan jika mayoritas penduduk
negeri itu enggan dan tidak mau menerapkan syariat pada takaran
individu-individu, keluarga-keluarga dan masyarakat. Di waktu yang
sama, penduduk negerilah yang bisa diandalkan sebagai penegak dan
pengawal syariat di negeri masing-masing. Karena itu, di suatu negeri
Islam yang belum menerapkan syariat institusi, harus terlebih dahulu
diadakan penyuluhan yang kuat tentang urgensi penerapan syariat.
Penyuluhan ini tidak akan membuahkan tekad dan kemauan untuk
menerapkan syariat, jika belum ada pencerahan keimanan yang cukup.
Hanya pada suatu masyarakat yang berorientasi kepada keselamatan
dan kebahagiaan akhiratlah penyuluhan itu bisa membuahkan tekad
dan usaha penegakan syariat. Dengan kata lain, sebuah dakwah Islamiyah
yang benar dan kuat harus mendahului proses Islamisasi sebuah
masyarakat. Bahkan dakwah itu sendiri adalah bagian dari proses yang
urgen tersebut. Masyarakat yang menerapkan syariat institusi bisa kita
namakan “Masyarakat Islami Struktural” atau bisa juga dinamakan
“Negara Islam”.
74
benar dan memadai adalah dakwah yang mencakup unsur-unsur
berikut:
75
Ketika sebuah masyarakat menjadi tidak Islami, terpuruklah
masyarakat itu dan tidak akan pernah bangkit tanpa berpegang
kepada Islam yang murni. Dari sini kita dapat melihat keharusan
mendakwahkan Islam yang murni dengan sekuat-kuatnya sebagai
bentuk dari pengawalan terhadap agama Alloh satu-satunya dan
sebagai obat untuk menyembuhkan umat dari keterpurukan. Jiwa
yang terpuruk dan tidak bangkit, tidak akan mau apalagi mampu
untuk membangun masyarakat Islami. Karena kebangkitan itu sendiri
adalah suatu dinamika menuju kodrat manusia yang mulia, yang tidak
akan pernah mulia tanpa bersenyawa dengan Islam yang murni.
2. Dakwah yang berjama‟ah dan terorganisir
Dakwah yang tidak berjama‟ah dan tidak terorganisir, tidak akan
mampu menghadapi musuh-musuh Islam yang menjalankan perusakan-
perusakan pada sendi-sendi Islam secara berjama‟ah dan sistematis. Di
dunia ini ada konspirasi global terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Konspirasi ini sangat besar, terorganisir dan sistematis. Di waktu yang
sama, kalau sekedar untuk memberi nasihat, maka bisa dikerjakan
secara individual. Akan tetapi untuk mega proyek membangun
masyarakat Islami, mustahil dilakukan dengan usaha-usaha dakwah
sendiri-sendiri. Walaupun usaha ini tetap ada manfaatnya.
3. Dakwah sarat muatan kebangkitan
Muatan kebangkitan yang dimaksud adalah misi pembangkitan
jiwa-jiwa para mad‟u (objek dakwah) untuk bangkit menjalankan
amanah yang Alloh bebankan pada pundak manusia.
Alloh berfirman:
78
bahwa mereka pun berdakwah sambil berstrategi meraih tampuk
kekuasaan. Tetapi mari kita simak hal berikut:
1. Sangat tidak mungkin ketika suatu kelompok mencanangkan suatu
strategi untuk mencapai tujuan, kemudian kelompok itu tidak
mengerahkan seluruh atau mayoritas tenaganya untuk mensukseskan
strategi itu. Ketika seluruh tenaga dicurahkan untuk dakwah saja, kita
masih melihat banyak hal yang tidak tertangani. Bagaimana pula ketika
seluruh tenaga atau mayoritasnya dicurahkan untuk menempuh
strategi lain.
2. Memang sebagian tenaga para penyandang strategi tampuk
kekuasaan disalurkan di “amal dakwah”. Hal ini karena strategi
mereka memerlukan “amal dakwah” untuk merekrut pengikut. Kita
bisa membayangkan apakah usaha dakwah yang motivasinya hanya
sekedar merekrut pengikut untuk melaksanakan strategi parlementer
atau kekerasan bisa menghasilkan suatu kebangkitan? Berbeda
halnya dengan perekrutan pengikut dengan tujuan untuk dakwah
pula (strategi dakwah)!
3. Demi mendapatkan suara sebanyak mungkin, strategi parlementer
memerlukan siasat perangkulan yang hampir-hampir tidak terbatas.
Pada siasat ini mereka harus pandai-pandai tutup mulut dan berbasa-
basi dengan bentuk penodaan kemurnian Islam dan para penodanya.
Dengan demikian kemurnian Islam pun terancam. Di sini terjadi
keterbengkalaian dakwah dalam aspek kwalitas.
4. Sifat dakwah rahasia pada jalur kekerasan akan sangat membatasi
dakwah pada jalur ini. Para perencana dan pelaksana dakwah
mereka sudah tidak tertarik untuk mendakwahkan masyarakat umum
dan terang-terangan. Dari sudut ini pun terjadi suatu
keterbengkalaian yang besar.
B. Kemandulan
Kedua jalur ini sangat tidak realistis dalam kondisi seperti sekarang ini.
Kedua strategi ini merupakan keterburu-buruan dan bahkan keputusasaan.
Para peyakin strategi tampuk kekuasaan sebenarnya mempunyai rasa
pesimis untuk menjalankan strategi dakwah, lalu melupakan bahwa dakwah
bukanlah hanya sekedar strategi, tetapi juga suatu kebutuhan yang sangat.
Keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat banyak bergantung
79
kepada usaha-usaha dakwah. Bahkan dakwah sudah sangat berguna sekali,
walaupun “hanya” menyelamatkan umat dari neraka jahannam dan tidak
berhasil membentuk masyarakat Islami di dunia ini.
83
84