Oleh :
Riska Diana
Kementrian Kemenkes RI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Filsafat Ketuhanan dan
Nilai-Nilai Ketuhanan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang filsafat ketuhanan, paham-paham ketuhanan, nilai-nilai ketuhanan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dann
membagi pengetahuannya dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
tepat pada waktunya.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).
Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah
menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan
Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut
menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan.
Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan.
Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 . “Dan apabila
manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka" surah Az-Zumar [39]:8.
Pada Surah Luqman [31]:32. “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar
seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian
mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-
ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.” (Surah
Luqman [31]:32).
2.2. Paham-paham Ketuhanan
2.2.1. Teisme
Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Tuhan berada dekat dengan alam dan juga
jauh dari alam. Teisme adalah paham yang mepercayai adanya Tuhan (Allah).
Jelas bahwa penganut teisme adalah orang yang beragama. Para penganut teisme
menalar Tuhan bukan saja dengan akal budi mereka, melainkan juga dengan
wahyu dari kitab suci yang mereka yakini. Konsekuensi dari paham ini adalah
keimanan telebih dahulu yang harus dimiliki, baru kemudian membuktikan
kebenaran-kebenaran akan eksistensi ketuhanan tersebut.
5
Teisme menegaskan bahwa setelah Tuhan menciptakan alam, Ia tetap aktif
memelihara alam. Dengan alasan demikian seorang teis meyakini kebenaran
mukjizat meskipun hal demikian menyalahi hukum alam. Selain itu Tuhan juga
dianggap Tuhan itu mengabulkan doa, sebab Tuhan itu Maha Mendengar.
Dalam agama Islam kejelasan tentang Tuhan itu dijelaskan dalam beberapa ayat
Al Quran ke-Esa an Tuhan ditunjukan di surah Al Ikhlas ayat 1:
Qul huwa Allah Ahad,
Artinya: “katakanlah Muhammad bahwa Ia (Allah) itu satu”
“Tuhan jauh dari alam” terdapat dalam Surah Al A’raf ayat 54 yang artinya:
“sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas Arasy”
“Tuhan berada dekat dengan alam” terdapat dalam surah Qaf ayat 6 yang
artinya:
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikan hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”
2.2.2. Deisme
Deisme berasal dari bahasa latin yaitu Deus yang berarti Tuhan. Dari akar kata
ini kemudian menjadi Dewa, bahkan kata Tuhan sendiri masih dianggap Deus.
Menurut paham deisme Tuhan berada jauh diluar alam. Tuhan menciptakan
alam dan sesudah alam diciptakan, ia tidak memperhatikan dan tidak
memelihara lagi alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan setelah proses penciptaan. Para penganut deisme sepakat bahwa
Tuhan Esa dan jauh dari alam, serta Maha Sempurna. Jadi deisme secara istilah,
yaitu suatu aliran atau paham yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
Dewa pencipta alam dan keberadaanya jauh di luar alam.
2.2.3. Agnostisisme
Agnostisisme adalah pandangan bahwa keberadaan Allah tidak mungkin
diketahui atau dibuktikan. Agnostisisme beragumentasi bahwa keberadaan Allah
tidak dapat dibuktikan atau disangkali yang artinya tidak mungkin untuk
mengetahui apakah Allah itu ada. Agnostisisme pada hakekatnya adalah
penolakan untuk keputusan apakah Allah itu ada atau tidak.
6
2.2.4. Ateisme
Secara etimologis, kata “ateisme” berasal dari dua kata bahasa Yunani,
yaitu a (tanpa) dan theos (tuhan). Jadi, atheos berarti tanpa tuhan. Orang Yunani
memakai kata atheos dalam tiga arti: tidak ber Tuhan atau tanpa Tuhan, tanpa
pertolongan supranatural, tidak mempercayai setiap Tuhan atau konsepsi Yunani
tentang Tuhan. Banyak yang menyepakati bahwa ateisme merupakan antitesis
dari teisme. Hal tersebut dibuktikan karena ateisme tidak akan ada jika tidak ada
teisme. Ketidak berTuhanan seseorang merupakan bentuk dari sikapnya yang
mungkin saja trauma dengan ajaran agama dan ketuhanan yang pernah ia
dapatkan sebelumnya.
2.3. Nilai-nilai Ketuhanan
Kesadaran beragama dalam pribadi orang yang beriman dan bertaqwa adalah wujud
dari kepatuhannya terhadap Allah SWT. Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam
diri seseorang mengenai seperangkat nilai religious yang dianut. Nilai ketuhanan adalah
nilai tertinggi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh setiap muslim yang dapat di
terapkan dalam kehidupan. Sesuai dengan Al-Qur’an dan As Sunnah ada beberapa
nilai-nilai ketuhanan, yaitu:
2.3.1. Aqidah
Menurut Hasan Al Banna Aqa’id aqidah adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.
2.3.2. Ma’rifatullah
Ma’rifah (mengenal) kepada Allah merupakan hal yang fundamental dalam
kehidupan seorang muslim. Hal ini dilakukan agar seseorang dapat menjadi
muslim yang kehidupannya senantiasa menjadi sebuah kehidupan yang
dikendalikan oleh perasaan harap dan cemas terhadap Allah. Ma’rifat kepada
Allah dan mengenal-Nya melalui zat dan sifat-sifat-Nya merupakan kewajiban
bagi tiap muslim dan muslimat.
2.3.3. Iman
Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang
didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT.
Seperti rukun iman yang harus diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari secara benar dan istiqomah.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulan sebagai berikut :
3.1.1. Pengertian konsep ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan
pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan
filosofis.
3.1.2. Pengertian berdasarkan Al-Quran dan hadist berada dalam al-Qur’an (Al-’Alaq
[96]:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan
mengajarkan manusia berbagai hal termasuk diantaranya konsep ketuhanan.
Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu Allah, sehingga semua
keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah tentang diri-
Nya”
3.1.3. Paham-paham ketuhanan yaitu, teisme, deisme, Agnostisisme, dan ateisme
3.1.4. Nilai-nilai ketuhanan yaitu, aqidaj, ma’rifatullah, iman
8
DAFTAR PUSTAKA