Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

” Agama Islam ”

Dosen Pengampu :
Nandar Sunandar, Lc., M.Si.

Oleh :

FREDINA QURROTAAYUNI MUNTOHAR


P24840421043

ANF A – SMT 1

JURUSAN ANALISA FARMASI DAN MAKANAN


POLTEKKES JAKARTA II JAKARTA
Desember 2021

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Direktur Poltekkes Jakarta 2 Bapak Joko Sulistyo, ST., M.Si.
2. Ketua Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan Ibu Ai Emalia Sukmawati,
S.Farm., M.Si.
3. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini Bapak Nandar Sunandar, Lc., M.Si.
4. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di
mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki
seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya
dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal
'Alamin.

FREDINA QURROTAAYUNI M

ii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Ketuhanan dalam Islam...............................................................................................3
A. Pengertian Tuhan Menurut Pandangan Islam..............................................................3
B. Filsafat Ketuhanan dalam Islam..................................................................................4
2.2 Pemikiran Manusia Tentang Tuhan.............................................................................5
A. Pemikiran Barat...........................................................................................................5
B. Pemikiran Umat Islam.................................................................................................6
2.3 Pembuktian Wujud Tuhan...........................................................................................8
A. Pembuktian Ilmiah.......................................................................................................8
B. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi.......................................9
2.4 Keimanan dan Ketakwaan.........................................................................................10
A. Pengertian Keimanan.................................................................................................10
B. Wujud Iman...............................................................................................................10
C. Tanda-tanda Orang yang Beriman.............................................................................11
D. Pengertian Taqwa......................................................................................................11
E. Fungsi Ketaqwaan.....................................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan alam semesta yang ada saat ini, tidak dengan begitu saja ada,
melainkan semua ini adalah ciptaan Tuhan sebagai Pencipta dan juga yang mengatur
alam semesta ini, itulah yang diyakini semua umat manusia. Jika kita lihat, ada
banyak sekali konsep Ketuhanan dari berbagai kepercayaan manusia. Diantaranya
seperti kepercayaan bangsa Yunani dahulu yang menganut paham politeisme, yaitu
keyakinan akan banyak Tuhan : Venus adalah Dewa Kecantikan, , Athena adalah
Dewa Perang dan yang tertinggi adalah Zeus sebagai Ayah dari para Dewa.
Selain itu ada agama Hindu yang menyakini bahwa Dewa-Dewa dianggap
sebagai Tuhan mereka : Ganesha adalah Dewa Pengetahuan, Laksmi adalah Dewi
Kemakmuran, Brahma adalah Dewa Pencipta, Indra adalah Dewa Hujan dan lainnya.
Sedangkan dalam agama Islam, Tuhan disebut Allah yang diyakini sebagai zat Yang
Maha Esa, Nyata dan Yang Maha Kuasa. Pencipta Yang Maha Tinggi dan Maha
Mengetahui, Yang Maha Abadi dan Penentu Takdir.
Pengetahuan mengenai Tuhan merupakan dasar bagi setiap kepercayaan.
Namun tiap kepercayaan memiliki konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Hal ini
karena perkara Tuhan adalah permasalahan metafisika, dimana metafisika
berhubungan dengan sebab-sebab puncak dari objek yang berada di luar pengamatan
dan pengalaman.
Di dalam agama Islam, konseptualisasi Ketuhanan menitik beratkan pada Ke-
Esaan dan Kuasa Tuhan, tidak hanya itu menurut Al-Qur’an, Allah akan mengabulkan
setiap permohonan dan pertolongan hamba-Nya, jika mereka berdoa pada-Nya, dan
yang paling penting adalah Allah memberikan petunjuk pada setiap hamba-Nya
dengan jalan yang diridhai-Nya.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul,
Tuhan hakiki itu bukan di langit maupun di bumi, dan juga bukan di alam, tetapi Dia
yang meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.

iv
Sehingga dalam makalah ini akan membahas lebih dalam lagi mengenai
Konsep Ketuhanan dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapakah Tuhan ?
2. Bagaimana konsepsi aqidah dan tauhid Ketuhanan dalam agama islam ?
3. Bagaimana pembuktian adanya Tuhan?
4. Apakah Keimanan dan Ketakwaan itu ?
5. Apa saja ciri-ciri orang yang beriman ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi Tuhan dari berbagai sumber dan pendapat.


2. Untuk mengetahui apa saja konsep aqidah dan tauhid dalam agama islam.
3. Untuk membuktikan adanya Tuhan.
4. Untuk mengetahui tentang Keimanan dan Ketakwaan dalam agama islam.
5. Untuk mengetahui ciri dari orang yang beriman.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketuhanan dalam Islam

A. Pengertian Tuhan Menurut Pandangan Islam

Tuhan dalam Bahasa Arab disebut Ilah yang berarti “Ma’bud” yang artinya,
Yang Disembah. Kata “Tuhan” dalam Al-Qur’an digunakan untuk menyatakan
berbagai objek yang dibesarkan, diagungkan atau dipentingkan manusia. Dalam
Q.S Al-Qashash ayat 38 yaitu ;

“Dan Fir’aun berkata : wahai para pembesar kaumku, Aku tidak mengetahui ada
Ilah bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman,
kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat
Ilah-Nya Musa, dan aky yakin bahwa dia termasuk pendusta.”

Dari ayat diatas, menunjukan bahwa kata “Ilah” dapat menjadi berbagai arti
benda, baik abstrak seperti nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata
seperti berhala, Fir’aun atau penguasa yang dipuja. Sehingga definisi Tuhan atau
Ilah yang tepat berdasarkan Al-Qur’an yaitu :

Tuhan (Ilah) adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sehingga


manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan ini dapat
diartikan secara luas, yang mencakup didalamnya yaitu ; yang dipuja, diagungkan,
diharpkan dapat memberi kebahagiaan dan juga sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya dan kerugian.

vi
Menurut Ibnu Taimiyah Al-Ilah ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan
dalam hati, tunduk hanya kepada-Nya, merendahkan diri dihadapan-Nya, takut
dan mengharapkan-Nya, hanya kepada-Nya lah tempat berpasrah semua umat
ketika dalam keadaan sulit, berdoa dan bertawakal kepada-Nya sehingga
didapatkan ketenangan jiwa disaat mengingat dan cinta kepada-Nya.

B. Filsafat Ketuhanan dalam Islam

Dalam Q.S At-Taghabun ayat 1, Allah SWT berfirman ;

“Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada
Allah; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya (pula) segala pujian, dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa Allah adalah zat Yang Maha Kuasa, Yang
memiliki Kebesaran, Ketinggian, segala pujian hanya untuk Allah, dan hanya
kepada-Nya tempat menyembah dan memohon petunjuk. Allah yang menentukan
syari’ah bagi umat manusia dengan wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. Wahyu inilah yang membedakan antara agama Allah dengan
agama budaya yang disusun oleh manusia. Pernyataan ini ditegaskan dalam Q.S
Al-Anbiya ayat 30 yaitu ;

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya, dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air,
maka mengapa mereka tidak beriman ?”

vii
Dari ayat ini pandangan kaum naturalist yang mengatakan bahwa alam terjadi
dengan sendirinya seperti apa yang ada sekarang ini jelas salah. Pada awalnya
langit dan bumi ini Bersatu kemudian dipisahkan dengan kekuasaan Allah SWT.
Berbeda dengan para filosof pada abad tengah yang banyak didominasi oleh
pemikir muslim, pemikiran para filsafat tidak bisa dipisahkan dari konsep adanya
Tuhan. Semuanya berbicara mengenai adanya Tuhan, sehingga sulit membedakan
posisi mereka sebagai theolog atau sebagai filosof.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat tidak bertentangan dengan wahyu


yamg diturunkan. Menurut Ibnu Rusyd, apa yang diproduksi oleh akal manusia
harus sesuai dengan apa yang diwahyukan Tuhan.

2.2 Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

A. Pemikiran Barat

Menurut pemikiran manusia, konsep Ketuhanan adalah konsep yang


didasarkan dari hasil pemikiran, baik yang bersifat pemikiran rasional maupun
pengalaman batin. Dalam sejarah agama, ada teori yang menyatakan adanya
proses kepercayaan yang sangat sederhana, seiring waktu akan menjadi
kepercayaan sempurna, teori tersebut dikenal dengan Teori Evolusionisme. Proses
perkembangan pemikiran mengenai Tuhan menurut Teori ini adalah sebagai
berikut :
a) Dinamisme
Dalam ajaran ini, manusia pada zaman dahulu telah meyakini
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Sesuatu yang
berpengaruh itu ditunjukan lewat benda. Ada yang berpengaruh positif
maupun negatif.
b) Animisme
Menurut kepercayaan ini, masnyarakat dahulu juga meyakini
adanya roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap baik,
memiliki roh yang dipercayai sebagai sesuatu yang akan terus aktif
walaupun bendanya telah mati.
c) Politeisme

viii
Seiring waktu, kepercayaan dinamisme dan animisme tidak
memberikan kepuasaan. Dalam kepercayaan ini, roh yang lebih dari
yang lain adalah Dewa yang tugas dan kekuasaannya sesuai dengan
bidangnya.
d) Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan khususnya untuk kaum
cendekiawan. Kepercayaan manusia semakin menjadi lebih definitif
(tertentu). Sehingga dari kepercayaan ini, satu bangsa mengakui satu
dewa yang disebut sebagai Tuhan, tetapi masih mengakui Tuhan dari
bangsa lain.
e) Monoteisme
Dari kepercayaan sebelumnya yaitu Henoteisme, berubah lagi
menjadi monoteisme, yaitu hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh
bangsa dan bersifat internasional.
Pada tahun 1898, seorang penyair asal skolandia yaitu Andrew
Lang menentang teori Evolusionisme, menurutnya orang-orang yang
berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan terhadap wujud yang Agung
dan sifat-sifat khas pada Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan
untuk wujud yang lain.
Dari pendapat Andrew Lang, seiring berjalannya waktu
golongan Evolusionisme menjadi sedikit, dan sarjana-sarjana Eropa
mulai menentang teori Evolusionisme dan memperkenalkan teori baru.

B. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran umat Islam tentang Tuhan berhubungan dengan beberapa konsepsi


ke-Esaan Tuhan yaitu, konsepsi Aqidah dan konsepsi Tauhid.
a) Konsepsi Aqidah
Secara etimologis, aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-
aqdan’aqidatan yang berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh. Arti kata
aqdan dan aqidah adalah keyakinan bahwa hal itu tersimpul kuat dalam hati,
mengikat dan mengandung perjanjian.

ix
Menurut Hasan Al-Bana dalam kitab majmu’ah ar-rasa, il’Aqaid
definisi aqidah ialah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannnya
dalam hati sehingga mendatamglan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan
yang tidak ada sedikit pun keraguan.
Ruang lingkup aqidah menurut sistematika Hasan Al-Bana yaitu :
1. Iyat adalah pembahasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan atau Allah.
2. Nubuwat, membahas mengenai segala hal yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul, termasuk mengenai Kitab-Kitab Allah, Mukjizat, dan
sebagainya.
3. Ruhaniyat, membahas mengenai segala hal yang berhubungan dengan
alam metafisik.
4. Sam’iyyat adalah pembahasan mengenai segala hal yang hanya bisa
diketahui lewat dalil naqli berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang berarti
segala hal yang disampaikan oleh Allah dan Rasullah yang harus dan
wajib di Imani, diyakini, dan diamalkan. Akal pikiran bukanlah sumber
aqidah, tetapi sebagai media untuk memahami nas-nash yang ada dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga dapat dibuktikan kebenarannya secara
ilmiah dari kedua sumber aqidah.
Akal memiliki kemampuan yang terbatas. Akal tidak dapat
menjangkau tentang masalah ghaib, bahkan tidak dapat menjangkau
sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu. Akal hanya dapat membuktikan
kejujuran dari pembawa risalah dan dapat membuktikannya secara ilmiah.
Cara untuk menetapkan aqidah berdasarkan kesepakatan para Ulama
yaitu dengan 3 cara :
1. Berdasarkan Dalil Aqli, dalil ini dapat diterima jika hasil
keputusannya dipandang masuk akal dan logis, sesuai dengan
perasaan, sehingga akan timbul keyakinan.
2. Berdasarkan Dalil Naqli, dalil ini sudah pasti kebenarannya karena
kebenarannya berasal dari Rasulullah tanpa ada keraguan sedikit
pun.
3. Berdasarkan Dalil Fitrah, Fitrah merupakan perasaan keagamaan
yang ada dalam jiwa manusia dan merupakan bisikan batin yang

x
paling dalam. Jika fitrah dan naluri saling berhubungan maka
manusia akan mendapatkan dirinya berhadapan dengan kekuatan
tertinggi, diatas kekuatan manusia dan alam.
b) Konsepsi Tauhid
Tauhid menurut para Ulama didefiniskan sebagai keyakinan tentang
ke-Esaan Allah SWT, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya serta
menetapkan nama-nama dan sifat kesempurnaan bagi-Nya. Tauhid menurut
islam adalah tauhid I,tiqadi-‘ilmi yaitu keyakinan teoritis dan tauhid amali-
suluki yaitu tingkah laku. Terdapat tingkatan atau tahapan tauhid yaitu :
1. Tauhid Rububiyah
Secara etimologi, kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb
yang memiliki banyak arti seperti, menumbuhkan, menciptakan,
mengembangkan, memelihara, dan lain-lain. Sedangkan secara
terminologis, Tauhid Rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah
SWT. adalah Tuhan yang menciptakan semua makhluk dan seluruh
alam semesta. Dia-lah yang memelihara makhluk-Nya dan yang
mengendalikan segala urusan.
2. Tauhid Mulkiyah
Secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan
bahwa Allah SWT., adalah satu-satunya Tuhan yang menguasai
seluruh makhluk dan alam semesta ini.
3. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dengan tujuan
dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti berdoa,
berdzikir, bertawakal, bertaubat, dan lainnya.
4. Tauhid Ubudiyah
Tauhid Ubudiyah ialah suatu keyakinan bahwa Allah SWT.,
hanya Tuhan yang patut disembah, ditaati, dipuja, dan diagungkan.

2.3 Pembuktian Wujud Tuhan

A. Pembuktian Ilmiah

xi
Salah satu bukti keberadaan Tuhan ialah adanya alam semesta ini. Adanya
alam beserta isinya yang menakjubkan dan banyak rahasia, tidak memberikan
penjelasan bagaimana semua ini dapat terbentuk. Jika percaya dengan eksistensi
alam, maka secara logika juga akan percaya dengan adanya pencipta alam.
Pernyataan yang salah apabila percaya akan makhluk hidup, tetapi menolak
adanya Khaliq atau Pencipta adalah sesuatu yang salah. Karena belum pernah
ditemukan adanya sesuatu tanpa ada yang menciptakan. Segala sesuatu yang ada
bagaimanapun bentuk dan ukurannya pasti ada penyebabnya. Sehingga bagaimana
mungkin percaya bahwa alam semesta yang sangat luas ini ada dengan sendirinya
tanpa ada yang menciptakan.

B. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Bulan merupakan benda alam yang paling dekat dengan bumi, yang berjarak
sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dengan satu edarannya
selama 29 hari. Sama hal nya dengan bumi dan matahari, jarak bumi dengan
matahari sekitar 93.000.000.000 mil. Bumi mengelilingi matahari pada porosnya
dengan kecepatan 1000 mil/jam dan menempuh jarak edarnya sepanjang
190.000.000 mil/tahun. Selain bumi, terdapat 8 planet tata surya yang
mengelilingi matahri dengan kecepatan yang luar biasa.
Selain itu, masih terdapat ribuan sistem lainnya, selain sistem tata surya kita
dengan setiap sistem mempunyai kumpulan galaksi masing-masing. Galaksi-
galaksi lainnya juga beredar pada garis edarnya. Galaksi tata surya kita beredar
pada garis sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali selama 200.000.000
tahun cahaya.
Jika memperhatikan sistem yang luar biasa dan sangat terorganisir sekali,
logikanya manusia akan berkesimpulan bahwa mustahil ini semua terjadi dengan
sendirinya tanpa ada yang mengatur sistem ini, sehingga akan berpikir bahwa
semua ini terjadi karena adanya kekuatan yang Maha Besar yang mampu untuk
membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa ini, kekuatan Maha Besar
tersebut adalah Tuhan Yang Maha Besar.

xii
2.4 Keimanan dan Ketakwaan

A. Pengertian Keimanan

Kata iman berasal dari kata kerja “amina-yu’manu-amanan” yang artinya


percaya, sehingga iman berarti menunjuk pada sikap batin yang terletak didalam hati.
Iman menurut Bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti atau pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
umat Islam. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 165, Allah SWT berfirman :

“Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai
tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat besar cintanya kepada Allah, sekiranya orang-orang yang berbuat
zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka
menyesal).”

Dari ayat tersebut, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang
sangat mencintai Allah, oleh karena itu beriman kepada Allah berarti sangat
merindukan terhadap apa yang diajarkan dalam agama Allah yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah.

B. Wujud Iman

Aqidah Islam dalam Al-Qur’an adalah Iman. Iman bukan hanya berarti
percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya karena percaya terhadap segala sesuatu
sesuai keyakinan, melainkan menyatu dalm diri seseorang yang dibuktikan dengan
perbuatannya.

xiii
Aqidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agam Islam. Karena
keyakinan merupakan dasar dari segala sesuatu yang akan diperbuat atau
diamalkan. Aqidah Islam atau Iman akan mengikat seorang muslim, sehingga ia
akan terikat dengan segala aturan hukum yang ada dalam Islam. Oleh karena itu,
menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan dengan sepenuh hati
segala hal yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya berdasarkan pada
ajaran Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumbernya.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana yaitu :
1. Ilahiyah : Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah : Hubungan dengan Nabi, Rasul, Kitab dan Mukjizat
3. Ruhaniyah : Hubungan dengan Malaikat, Jin, Setan, Ruh dan lainnya
4. Sam’iyah : Segala sesuatau yang bisa diketahui melalui sam’i

C. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Dalam Al-Qur’an dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman yaitu :


1. Apabila disebutkan nama Allah, maka bergetar hatinya
2. Senantiasa bertawakal kepada Allah
3. Tertib dalam melaksanakan ibadah
4. Menafkahkan sebagian rezeki yang didapatnya
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatannya
6. Menjaga amanah dan janji
7. Berjihad dijalan Allah dan suka menolong

D. Pengertian Taqwa

Ada banyak sekali pengertian Taqwa menurut berbagai sumber. Taqwa


menurut Bahasa berarti terjaga atau terpelihara, takut kepada Allah dan terjaga
dari api neraka. Pengertian Taqwa menurut Istilah yakni kepatuhan dan
ketundukan kepada Allah yang tumbuh karena rasa cinta kepada-Nya.
Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa Taqwa adalah takut dan menghindari apa
yang diharamkan oleh Allah SWT., dan menjalankan apa yang diwajibkan oleh
Allah SWT.

xiv
Terdapat suatu kisah seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi
Thalib tentang taqwa. Beliau menjelaskan apa itu taqwa yaitu ;
1. Takut kepada Allah, bukan takut kepada neraka, dan diringi dengan rasa
cinta kepada-Nya
2. Beramal dengan Al-Qur’an yang menjadi pedoman kehidupan sehai-hari
untuk umat manusia
3. Ridha dan bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT
4. Orang yang menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat nanti

Masih banyak lagi pengertian Taqwa dari pendapat lainnya, yang


intinya semuanya sama yaitu kecintaan kepada Allah SWT., dengan keyakinan
sepenuh hati dan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi apa yang
dilarang oleh-Nya.

E. Fungsi Ketaqwaan

Adapun fungsi ketaqwaan yaitu :


1. Membersihkan penyakit hati
2. Bekal untuk menghadapi kematian
3. Salah satu bentuk jihad di jalan Allah SWT
4. Kedamaian dan ketentraman batin
5. Petunjuk hidayah

xv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada beragam konsep Ketuhanan sesuai dengan keyakinan masing-masing.


Dalam islam yang pedomannya berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah, Tuhan (Ilah)
adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya.
Proses perkembangan pemikiran manusia mengenai Tuhan, didasarkan dari
teori Evolusionisme yaitu ; Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henoteisme dan
Monoteisme. Sedangkan pemikiran umat Islam tentang Tuhan didasarkan dari konsep
Ke-Esaan Tuhan yaitu Konsepsi Aqidah dan Konsepsi Tauhid.
Pembuktian adanya Tuhan dapat dilihat dari keberadaan alam semesta dan
seisinya ini, tidak mungkin alam semesta ini ada tanpa ada yang menciptakannya. Dan
mustahil pula tidak ada yang mengatur seluruh keseimbangan alam raya ini. Pasti ada
kekuatan yang Maha Besar yang mampu menciptakan dan mengendalikan semua ini,
ialah Tuhan Yang Maha Besar.
Keimanan dan ketaqwaan merupakan hal yang saling berhubungan, Orang
yang bertaqwa adalah orang yang beriman terhadap segala ajaran yang diperintahkan
oleh Allah SWT. Keimanan diperlukan supaya Allah dapat menerima ketaqwaannya.
Setiap amalan atau perbuatan yang baik, dengan didasarkan kepada Iman, pasti akan
diterima oleh Allah SWT.

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Hasbi, Dr.H.Muhammad. 2016.Ilmu Tauhid. Yogyakarta; TrustMedia Publishing

Syafaat, Drs.H.M. 1974. Islam Agamaku. Jakarta ; Widjaya Jakarta

Bertens, DR. K. 1987. Panorama Filsafat Modern. Jakarta; Gramedia

Syafleh,M. 2016. Tuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal At-Tibyan Vol. 1

Universitas Islam Indonesia. Kusuma, Candra Wangsa. 2014. Konsep Ketuhanan Dalam
Islam. Makalah

xvii

Anda mungkin juga menyukai