Anda di halaman 1dari 14

AQIDAH ANTARA AKAL DAN WAHYU

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teosofi)


Dosen Pengampu: Sugeng Ali Mansur, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Moh. Alvien Niam (18510071)
2. M. Wahyu Sulistyo Hadi (18510083)
3. Priagung Dwi Mahendra (18510084)
4. Raden Roro Siti Fatimah (18510231)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Aqidah
antara Akal dan Wahyu.

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Aqidah antara Akal dan Wahyu ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 23 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Aqidah, Akal dan Wahyu.................................................................................................5
2.2 Korelasi antara Aqidah dengan Akal dan Wahyu..............................................................................8
2.3 Kedudukan Wahyu Dan Akal Dalam Islam.......................................................................................9
2.4 Fungsi Dan Kekuatan Akal Dan Wahyu..........................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................12
KESIMPULAN.........................................................................................................................................13
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yang menjadi letak pembeda antara manusia dengan makhluk yang lainnya ialah akal. Akal
yang dimiliki manusia digunakan untuk memilih, mempertimbangkan, dan menentukan jalan
pikirannya sendiri. Dengan menggunakan akal, manusia mampu memahami Al-Qura’an yang
diturunkan sebagai wahyu oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Dengan akal pula,
manusia mampu menelaah sejarah islam dari masa ke masa dari masa lampau. Akal juga
digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dan bisa saja akal mempunyai kedudukan dalam wilayah agama, yang penting dalam hal
ini, menentukan dan menjelaskan batasan-batasan akal, sebab kita meyakini bahwa hampir
semua kaum muslim berupaya dan berusaha mengambil manfaat akal dalam pengajaran agama
dan penjelasan keyakinan agama secara argumentatif. Akal dan wahyu digunakan oleh manusia
untuk membahas ilmu pengetahuan. Akal digunakan manusia untuk bernalar. Sedangkan wahyu
digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam berpikir. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
merupakan salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia
membutuhkan ilmu pengetahuan karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah
terbesar yang diberikan Allah SWT yaitu akal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aqidah, akal dan wahyu dalam Islam?
2. Bagaimana korelasi antara aqidah dengan akal dan wahyu?
3. Bagaimana kedudukan wahyu dan akal dalam Islam?
4. Apa fungsi dan kekuatan akal dan wahyu?

4
1.2 Tujuan

1. Untuk memahami pengertian tentang aqidah, akal dan wahyu dalam Islam
2. Untuk mengetahui korelasi antara aqidah dengan akal dan wahyu
3. Untuk mengetahui kedudukan wahyu dan akal dalam Islam
4. Untuk mengetahui tentang fungsi dan kekuatan akal dan wahyu

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aqidah, Akal dan Wahyu

 Aqidah

Aqidah merupakan apa saja yang diyakini oleh seseorang. Secara syara’, Secara
etimologi, aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. aqidah dibagi menjadi dua,
yaitu i’tiqadiyah dan amaliyah. Aqidah i’tiqadiyah ialah memercayai sesuatu yang tidak
berhubungan dengan tata cara amal, seperti percaya kepada Allah dan para Rasul-Nya
(rububiyah). Hal ini disebut ashliyah, karena berfungsi sebagai pokok agama. Aqidah
amaliyah yaitu memercayai sesuatu yang berhubungan dengan tata cara amal, seperti
menunaikan sholat, mengamalkan zakat, dan berpuasa. Hal ini disebut far’iyah, karena
merupakan cabang agama.1

Akidah yang benar dan paling utama adalah pokok agama serta syarat sahnya suatu amal.
Suatu amal tidak akan diterima, apabila ia menyekutukan Allah. Maka dari itu, hal yang
diutamakan Nabi Muhammad SAW. dalam berdakwah yaitu menyembah Allah semata dan
meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.2 Dalam firman Allah:

(QS. Az-Zumar: 65)

1
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, 1998, Jakarta: Darul Haq, hlm. 4
2
Ibid., hlm. 5

6
(QS. An-Nahl: 36)

 Akal
Akal dalam filsafat Islam merupakan salah satu daya dari jiwa yang terdapat dalam diri
manusia. Dalam teologi Islam, akal adalah sebagai daya untuk memperoleh pengetahuan
dan membedakan suatu benda dari benda lain. Menurut Al-Kindi, manusia memiliki tiga
daya yaitu, daya nafsu dalam perut, daya berani dalam dada, dan daya pikir di kepala. Daya
nafsu meliputi kemampuan untuk makan dan memenuhi rasa lapar, tumbuh dan menjadi
dewasa, serta berkembang biak untuk memperbanyak keturunan. Daya berani meliputi
kemampuan untuk bergerak dan berpindah tempat dari zona nyaman, serta mencerap
menggunakan panca indera maupun batin atau insting. Daya pikir dapat disebut juga dengan
akal dan akal akan dibagi lagi dalam beberapa macam.3

Terdapat dua pembagian terhadap akal yakni akal praktis dan teoritis. Akal praktis yang
menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra pengingat. Kemudian, akal teoritis
yang menangkap arti-arti murni yang tidak ada dalam materi seperti Tuhan dan malaikat.
Setelah itu, akal teoritis dibagi lagi menjadi empat derajat yaitu, material, bakat, actual dan
perolehan. Akal material merupakan kesanggupan akal untuk menangkap arti-arti murni

3
Harun Nasution, Kedudukan Akal dalam Islam, 1979, Jakarta: Yayasan Idayu, hlm. 6

7
yang belum ada dalam materi. Akal bakat adalah kemampuan menangkap pengertian dan
kaedah umum. Akal aktual ialah kemampuan menangkap pengertian dengan lebih mudah.
Terakhir, akal perolehan adalah kemampuan mengeluarkan arti-arti abstrak tersebut secara
mudah sekali; sudah ingat di luar kepala. Keempat akal inilah memiliki derajat paling tinggi
dalam memahami alam murni abstrak.4

 Wahyu
Wahyu sendiri dalam Alqur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti
seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan
cara cepat dari Allah Swt ke dalam dada Nabi-nabi Nya, sebagaimana dipergunakan juga
untuk lafaz Al-Qur’an. Kata wahyu memiliki arti pemberitahuan secara tersembunyi dan
dengan cepat. Dalam kata wahyu juga mengandung arti penyampaian sabda Tuhan kepada
orang yang dipilih dan diteruskan kepada umat manusia agar menjadi pedoman hidup
mereka. Sabda Tuhan mengandung ajaran dan petunjuk yang diperlukan untuk manusia
dalam kehidupannya di dunia dan akhirat.5

(QS. Asy-Syura: 51)

Wahyu disampaikan dalam 3 cara: Pertama, melalui hati seseorang dalam bentuk ilham.
Kedua, dari belakang tabir seperti yang terjadi pada Nabi Musa AS. Ketiga, melalui utusan
yang dikirim oleh malaikat.

4
Ibid, hlm. 9
5
Ibid, hlm. 10

8
(QS. Asy-Syura: 192-195)

Dengan gambaran dalam peristiwa ini, dapat diartikan bahwa konsep wahyu mengandung
adanya komunikasi antara Tuhan yang bersifat immateri dan manusia yang bersifat materi. 6

2.2 Korelasi antara Aqidah dengan Akal dan Wahyu

Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang membahas tentang keesaan Allah dan pembuktiannya.
Ilmu ini dapat disebut dengan ilmu Ushuluddin, karena menjelaskan pokok-pokok keyakinan
dalam agama Islam. Kemudian, dapat juga disebut dengan ilmu Kalam, karena membuktikan
bahwa keesaan Tuhan memerlukan pembicaraan yang benar.7

Ilmu Tauhid penting bagi para Muslim, karena menyangkut aqidah yang berkaitan dengan
Islam. Aqidah merupakan pondasi dan benteng bagi para Muslim untuk menjaga diri dari
keraguan dan kesesatan. Dalam ajaran agama, semua amal saleh yang dilakukan seseorang
dengan penuh ketulusan hanya akan diterima Allah, apabila didasari dengan aqidah Islam yang
benar yang menjadi bahasan Ilmu Tauhid8. Allah berfirman:

6
Harun Nasution, Kedudukan Akal dalam Islam, 1979, Jakarta: Yayasan Idayu, hlm. 11
7
Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Terjemah dan Syarh’ Aqidah Al-‘Awam, 2009,
Surabaya: Khalista, hlm. 5
8
Ibid., hlm. 6

9
(QS. Al-Baqarah: 217)

2.3 Kedudukan Wahyu Dan Akal Dalam Islam

Akal dan wahyu dalam islam mempunyai kedudukan yang sama-sama penting. Karena islam
tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat
berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antar wahyu dan
akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka
akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu
tindakan yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki
kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang
mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahui, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap
manusia yang diberikan Allah.
Meski dalam islam akal diberikan posisi yang mulai, bukan berarti akal diberi kebebasan
tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal
sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok dengan syariat islam
dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari
Allah SWT, pribadi Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini, memainkan
peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu.
Wahyu merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa
mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus. Apa
yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan
prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-
pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun
larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-
angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah hanya pemikiran seseorang yang
beranggapan smua itu wahyu. Seperti pendapat Abu Jabbar bahwa akal tak dapat mengetahui
bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu
perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan

10
buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat
diketahui dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian
hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Karena masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam sering dibicarakan dalam
konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumber pengetahuan
manusia tentang Tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan, tentang apa
yang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari
yang buruk. Maka para aliran islam memiliki pendapat sendiri-sendiri antara lain9:
1.  Aliran Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa
akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
2.  Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam
tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan
mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
3.  Sebaliknya aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga
berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni
kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang
baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu.
4.  Sementara itu aliran Maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran
kalam tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan
mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal lainnya yakni
kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban melaksanakan yang baik serta
meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui dengan wahyu.

2.4 Fungsi Dan Kekuatan Akal Dan Wahyu

  Fungsi Akal

1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.


2. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.

9
Nasution,Harun hlm.20

11
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin penggerak
dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia yang akan
meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan  Akal adalah
jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman
harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber
keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.

  Fungsi  Wahyu

Wahyu berfungsi untuk memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada
Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan
perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya
untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai
keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

  Kekuatan Akal

1.      Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.


2.      Mengetahui adanya kehidupan di akhirat.
3.      Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan
berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan
jahat.
4.      Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5.      Mengetahui kewajiban berbuat baik  dan kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiannya di akhirat.
6. Membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban tersebut.

  Kekuatan wahyu

1.       Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
2.      Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

12
3.       Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4.      Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
5.      Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.

BAB III

KESIMPULAN

Dengan menggunakan akal, manusia mampu memahami Al-Qur’an yang diturunkan


sebagai wahyu oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Dengan akal pula, manusia
mampu menelaah sejarah islam dari masa ke masa dari masa lampau. Akal juga digunakan untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akal dan wahyu digunakan oleh manusia
untuk membahas ilmu pengetahuan. Akal digunakan manusia untuk bernalar. Sedangkan wahyu
digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam berpikir. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
merupakan salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia
membutuhkan ilmu pengetahuan karena pada dasarnya manusia mempunyai akal yang
notabenenya suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT.

13
Daftar Pustaka

Shiddieqy, Hasbi Ash, Pengantar Fiqh Muamalah, 1984, Jakarta: PT. Bulan Bintang

Mas’adi, Ghufron A., Fiqh Muamalah Kontekstual, 2002, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Ash-Shadr, M. Baqir, Pengantar Ushul Fiqh, 1993, Jakarta: Pustaka Hidayah

Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, 2004, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada

Nasution, Harun.2010.Teologi Islam:Aliran-Aliran Analisa Sejarah Perbandingan.


Jakarta:UI Press

14

Anda mungkin juga menyukai