Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH PANCASILA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Pancasila
Dosen Pengampu: Charollina Wibowo S. Pd., M.H.I.

Disusun oleh :
1. Mega Maura Maheningrum (63040220008)
2. Putri Dewi Rahmawati (63040220016)
3. Muhamad Nasrul Arif (63040220037)

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmatnya, inayah-Nya, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Sejarah
Pancasila”. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk penyelesaian
makalah ini meskipun sangat jauh dari kesempurnaan.
Kami akui bahwa makalah ini masih sangat banyak kekurangan di dalamnya karna
pengetahuan dan pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca agar terus memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun bagi kami.

Salatiga, 9 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
1. NILAI PANCASILA PADA MASA PRASEJARAH.........................................................5
2. NILAI-NILAI PANCASILA SEBELUM KEMERDEKAAN............................................7
3. PANCASILA PASCA KEMERDEKAAN..........................................................................8
4. PANCASILA PADA MASA REFORMASI......................................................................11
5. PANCASILA PADA MASA SEKARANG.......................................................................17
BAB III..........................................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...................................................................................................................21
B. SARAN...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta : Panca berarti lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi
utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum
pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Meskipun terjadi
perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap
selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari
lahirnya Pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja nilai-nilai Pancasila Pada Mas Prasejarah?
2. Apa saja nilai-nilai Pancasila Sebelum Kemerdekaan?
3. Bagaimana Pancasila Pasca Kemerdekaan?
4. Bagaimana Pancasila Pada Masa Reformasi?
5. Bagaimana Pancasila Pada Masa Sekarang?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
2. Agar pembaca mengetahui materi-materi tentang Sejarah Pancasila yang salah
satunya adalah yang tertera didalam rumusan masalah makalah ini.
3. Guna memperdalam pembahasan-pembahasan yang telah diberikan oleh dosen.
4. Menambah wawasan untuk kami pribadi dan para pembaca.
5. Dapat dijadikan salah satu sumber yang informasi dan acuan dalam pengerjaan
tugas-tugas sekolah maupun perkuliahan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. NILAI PANCASILA PADA MASA PRASEJARAH

Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah


Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam pertengahan jaman
tersier kira-kira 60 juta tahun yang silam. Baru pada jaman quarter yang dimulai sekitar 600.000
tahun yang silam Indonesia didiami oleh manusia, dan berdasarkan hasil penemuan fosil
Meganthropus Paleo Javanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis,
serta Homo Mojokertensis.
Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup tiga jaman yaitu :
 Paleolitikum
 Mesolitikum
 Neolithicum

Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masa Pra Sejarah hakikatnya adalah nilai-nilai
Pancasila itu sendiri, yaitu :
1. Nilai Religi
Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya penguburan,
terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta dalam menghadapi
tantangan alam tenaga gaib sangat tampak. Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu
maupun perunggu yang digunakan untuk aktivitas religi seperti upacara mendatangkan
hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan
menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat
yang penuh keajaiban dan sebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur.
Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam
makna animisme dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.

2. Nilai Peri Kemanusiaan

5
Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya penghargaan terhadap
hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia
meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhaap
sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran akan nilai
kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatasdi wilayahnya, sudah mengenal sistem barter
antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu mereka juga
menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain.

3. Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga
muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori
perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah Von
Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim,
perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan
Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika lautan juga merupakan tempat
tinggal selain daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah
Air.

4. Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki
aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya
adat sosial.
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang
dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus
Inter Pares (yang pertama diantara yang sama).

5. Nilai Keadilan Sosial


Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti masyarakat
pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering menuju ke pola hidup
foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.

6
2. NILAI-NILAI PANCASILA SEBELUM KEMERDEKAAN

Pada Masa Sebelum Kemerdekaan Masa sebelum kemerdekaan adalah masa kristalisasi
Pancasila karena benih-benih Pancasila sudah ada pada masa itu. Dengan adanya sistem
pemerintahan Negara-Negara yang menjajah Indonesia membuat masyarakat belajar tentang
pemerintahan dan politik, yang kemudian di manfaatkan oleh para pendiri bangsa untuk
menyatukan masyarakat Indonesia dan mendirikan bangsa yaitu bangsa Indonesia. Hal inilah
yang menjadi nilai-nilai terbentuknya Pancasila, sesuai dengan tujuan Pancasila itu sendiri yaitu
untuk menyatukan masyarakat Indonesia dan menyejahterakan masyarakat Indonesia, hal itu bisa
terwujud dengan merdekanya Indonesia, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk meyakinkan bangsa Indonesia. Tugas
BPUPKI adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan
kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. BPUPKI
dalam bahasa Jepang berarti Dokuritzu Junbi Osakai.

Pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Anggota BPUPKI
antara lain Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muh. Yamin, M.
Sutardjo Kartohadikusumo, Mr. A.A. Maramis, R. Otto Iskandar Dinata, Drs. Muh. Hatta.
Persidangan pertama BPUPKI berakhir, namun dasar negara Indonesia belum terbentuk. Oleh
dari itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang anggotanya terdiri dari
sembilan orang yang disebut dengan Panitia Sembilan. Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat
gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI. Hasilnya disetujui dan
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang,
yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid Hasyim, Abdul Kahar
Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Muh. Yamin.
Panitia kecil penyelidik dasar negara ini menghasil kan piagam Jakarta atau Jakarta charter.

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk menindak lanjuti hasil
kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
atau Dokuritsi Junbi Inkai

7
Pada sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia. Rumusan akhir yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI adalah
sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. PANCASILA PASCA KEMERDEKAAN

Masa Orde Lama


Pada masa Orde Lama, masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Pancasila mengalami
ideologi sasi. Arti dari ideologi sasi adalah Pancasila berusaha untuk dibangun dan dijadikan
sebagai keyakinan dan kepribadian bangsa Indonesia. Meskipun saat itu menurut Soekarno
ideologi Pancasila belum jelas dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke kesejahteraan atau tidak,
Soekarno tetap berani menjadikan Pancasila sebagai ideologi Indonesia.

Pada masa Orde Lama, masih dicari bentuk implementasi dari Pancasila itu sendiri, terutama
dalam sistem ketatanegaraan. Oleh sebab itu, Pancasila pun diterapkan dengan bentuk yang
berbeda-beda.

Demokrasi Parlementer

Tahun 1945 hingga 1950, nilai persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia masih tinggi karena
menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan daerah jajahannya di Indonesia.
Namun, setelah Belanda pergi, Indonesia mendapat tantangan dari dalam. Dalam kehidupan
politik, sesuai sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat masih belum dapat
dilaksanakan. Alasannya adalah karena demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi

8
parlementer, di mana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Sedangkan kepala
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Sistem ketatanegaraan yang seperti ini membuat
terjadinya ketidakstabilan pemerintahan. Selain itu, tantangan lain dari penerapan Pancasila
datang dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang saat itu ingin mendirikan negara
Islam.

Demokrasi Liberal

Pada periode 1950 hingga 1955, penerapan Pancasila lebih diarahkan sebagai demokrasi
liberal. Sistem pemerintahan yang liberal ini lebih menekankan pada hak-hak individu. Pada
masa ini, bermunculan berbagai aksi pemberontakan, seperti Republik Maluku Selatan (RMS),
PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Namun, dalam bidang politik,
demokrasi berjalan jauh lebih baik setelah terlaksananya Pemilihan Umum 1955 yang dianggap
sebagai pemilu paling demokratis. Kendati demikian, para anggota konstituante hasil pemilu
tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan. Hal ini lantas
menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.

Demokrasi Terpimpin

Periode tahun 1956 hingga 1965 dikenal sebagai Demokrasi Terpimpin. Pada masa ini,
demokrasi tidak berada pada kekuasaan rakyat seperti amanah nilai-nilai Pancasila.
Kepemimpinan dipegang penuh oleh kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui Dekrit
Presiden 1959. Oleh sebab itu, terjadi berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila
dalam konstitusi. Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter, mengangkat
dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur hidup. Selain itu, muncul juga politik
Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) sebagai jalan tengah dari tiga ideologi besar di
Indonesia.

Masa Orde Baru

9
Pancasila dalam pemerintahan Masa Orde Baru dimulai setelah Soeharto menjabat sebagai
Presiden Indonesia menggantikan Soekarno melalui Tap MPR No. XXXIII/MPRS/1967. Yang
menjadi pemeran utama dalam era Orde Baru adalah Angkatan Darat. Terdapat landasan
konstitusional mengenai masuknya militer ke dalam politik, yaitu Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan adanya golongan ABRI dalam MPR.

Pada awal Orde Baru dimulai, langkah pemerintahan yang dilakukan adalah langgam
libertarian. Orde Baru sudah menggeser sistem politik Indonesia dari titik ekstrim otoriter pada
zaman demokrasi terpimpin menjadi demokrasi liberal. Akan tetapi, liberalisme di awal
kepemimpinannya tidak berlangsung lama. Sistem ini hanya ditolerir selama pemerintah mencari
format baru untuk politik Indonesia. Setelah format terbentuk, sistem liberal pun bergeser lagi ke
sistem otoriter. Setelah itu, format baru politik dicantumkan dalam UUD Nomor 15 tahun 1969
dan UU Nomor 16 Tahun 1969 yang memberi landasan bagi pemerintah untuk mengangkat 1/3
anggota MPR dan lebih dari 1/5 anggota DPR.

Pasca kedua UU tersebut dikeluarkan, langgam sistem politik kembali bergeser ke sistem
otoritarian. Pada masa itu, gagasan demokrasi liberal dianggap sebagai gagasan yang
bertentangan dengan demokrasi Pancasila, sehingga ditolak.

Orde Baru lahir sebagai upaya menegakkan Pancasila dan UUD 1945, dalam praktek
ketatatanegaraannya, kehidupan demokrasi berjalan secara pseudo-demokratis atau demokrasi
semu.

Penyimpangan Pancasila pada Masa Orde Baru


Rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto ini berusaha melaksanakan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, berbeda pada saat Orde
Lama yang dianggap menyimpang dari Pancasila. Upaya ini dilakukan melalui program P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Selama era Orde Baru berjalan, pemerintah
berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara dengan memberantas
paham komunis di Indonesia. Komunisme dan gagasan-gagasannya dianggap bertentangan
dengan Pancasila kendati keduanya telah hidup berdampingan selama bertahun-tahun.

Di era Soeharto, Pancasila ditafsirkan sesuai dengan kepentingan kekuasaan pemerintah


dan dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto memanfaatkan Pancasila untuk

10
melanggengkan kekuasaannya. Beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila
adalah:

- Melakukan pengajaran P4 (Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan


Pancasila) di sekolah-sekolah
- Presiden Soeharto membolehkan rakyat membentuk organisasi-organisasi dengan syarat
berasaskan Pancasila
- Presiden Soeharti melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah
dengan alasan stabilitas

Kendati demikian Presiden Soeharto juga melakukan beberapa penyelewengan dalam


penerapan Pancasila. Di antaranya sebagai berikut:

- Menerapkan demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah


- Presiden Soeharto memegang kendali terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan
yudikatif, sehingga peraturan dibuat sesuai persetujuannya.
- Presiden Soeharto melemahkan aspek-aspek demokrasi, terutama pers, karena dinilai
dapat membahayakan kekuasaannya.
- Presiden Soeharto berlindung di balik Pancasila. Bagi Soeharto, setiap kritik terhadap
dirinya akan dialihkan menjadi kritik terhadap ideologi Pancasila..
- Presiden Soeharto melanggengkan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
- Puncak dari penyelewengan Presiden Soeharto adalah terjadinya krisis ekonomi dan
moneter tahun 1997.

4. PANCASILA PADA MASA REFORMASI

Pengertian Reformasi

Makna reformasi secara etimologis berasal dari kata Reformation dengan akar kata "reform"
yang secara semantik bermakna "make or become better by removing or putting right what is bad
wrong". Yang secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat
ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang di cita-citakan rakyat. Reformasi

11
juga di artikan pembaharuan dari paradigma, pola lama ke paradigma, pola baru untuk menuju ke
kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.

Syarat-Syarat Dilakukannya Reformasi Untuk melakukan reformasi, ada beberapa syarat


yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Adanya suatu penyimpangan.


2. Berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu
3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih baik
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Tujuan Reformasi

1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan konstitusi yang
menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat bangsa.
3. Melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya,
maupun pertahanan keamanan; A. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan
kebiasaan dalam masyarakat bangsa yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi,
seperti KKN, kekuasaan sewenang-wenang atau otoriter, penyimpangan, dan
penyelewengan yang lain.

Gerakan Reformasi Pancasila yang pada dasarnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi
negara dan aparat pelaksana negara digunakan sebagai alat legitimasi politik, semua tindakan
dan kebijakan mengatasnamakan Pancasila, kenyataannya tindakan dan kebijakan tersebut sangat
bertentangan dengan Pancasila.

Klimaks dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, sehingga
muncullah gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat
sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya Reformasi di segala bidang terutama
bidang hukum, politik, ekonomi, dan pembangunan.

12
Awal dari gerakan Reformasi bangsa Indonesia, yakni dengan mundurnya Presiden Soeharto
pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh Prof. Dr. B.J Habibie.

Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia telah salah mengartikan makna dari sebuah kata
Reformasi, yang saat ini menimbulkan gerakan yang mengatasnamakan Reformasi, padahal
gerakan tersebut tidak sesuai dengan pengertian dari Reformasi. Contohnya, saat masyarakat
hanya bisa menuntut dan melakukan aksi-aksi anarkis yang pada akhirnya terjadilah
pengerusakan fasilitas umum, sehingga menimbulkan korban yang tak bersalah. Oleh karena itu
dalam melakukan gerakan reformasi, masyarakat harus tahu dan paham akan pengertian dari
reformasi itu sendiri, agar proses menjalankan reformasi sesuai dengan tujuan reformasi tersebut.

1. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KETATANEGARAAN

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan mengandung arti bahwa Pancasila sebagai dasar
Negara menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai dasar negara, Pancasila tercantum di dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 yang
merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi Negara. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang mencakup
peraturan susunan pemerintah, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu
negara. Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut hukumnya, tata
negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut
sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap
pemerintah atau sebaliknya.

2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DI BIDANG POLITIK

Pancasila sebagai paradigma dalam bidang politik memiliki penertian bahwa dalam
melaksanakan kehidupan politik itu harus didasarkan pada pancasila. Pancasila berfungsi sebagai
landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Hal ini tampak dalam

13
keberhasilan bangsa Indonesia menjabarkannya menjadi program-program dan aturan-aturan
permainan dalam proses mewujudkan dan mengembangkan jati diri bangsa sebagai sistem
politik Demokrasi Pancasila.

3. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DIBIDANG EKONOMI

Pancasila sebagai paradigma di bidang ekonomi,yaitu mengandung pengertian bagaimana


falsafah itu diimplementasikan secara riil atau dengan kata lain dalam pelaksanaan ekonomi di
Indonesia harus sesuai dengan sila sila yang ada pada pancasila. Kebijaksanaan yang selama ini
diterapkan hanya mendasarkan pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan
bersama seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil
orang bahkan penguasa.

4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformasi,
dinamis dan terbuka. Pancasila sebagai paradigma dalam bidang ilmu pengetahuan bahwa
pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak boleh bertentangan dengan pancasila
juga mendukung dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DAN CITA-CITA REFORMASI

Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan negara
dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya, sambil merintis pembaharuan untuk
menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara masa lalu
memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang harus diperbaiki.

Pancasila sebagai dasar cita-cita reformasi

Pancasila merupakan dasar filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, namun ternyata Pancasila tidak diletakkan pada kedudukan dan fungsinya. Pada masa
orde lama pelaksanaan negara mengalami penyimpangan dan bahkan bertentangan dengan

14
Pancasila. Presiden seumur hidup yang bersifat diktator. Pada masa orde baru, Pancasila hanya
sebagai alat politik oleh penguasa. Setiap warga yang tidak mendukung kebijakan penguasa
dianggap bertentangan dengan Pancasila.

Oleh karena itu, gerakan reformasi harus dimasukkan dalam kerangka Pancasila, sebagai
landasan cita-cita dan ideologi negara Indonesia, agar tidak terjadi anarkisme yang menyebabkan
hancurnya bangsa dan negara Indonesia.

Reformasi dengan paradigma Pancasila

a. Setiap sila mempunyai nilai dalam paradigma reformasi, yaitu: Reformasi yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan reformasi berdasarkan pada moralitas
ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik sebgai manusia makhluk tuhan.
b. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan reformasi
berlandaskan pada moral kemanusiaan sebagai upaya penataan kehidupan yang penuh
penghargaan atas harkat dan martabat manusia.
c. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus menjamin
tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan.
d. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan rakyat sebagai subjek dan
pemegang kedaulatan.
e. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya,
gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat.

PENERAPAN PANCASILA DI ERA REFORMASI

Pada dasarnya, manusia bertingkah laku dan bersikap berdasarkan latar belakang dan
motivasi nilai-nilai tertentu. Bahkan, suatu tindakan dinilai telah berdasarkan motivasi atau
iktikad atau niat itu. Jadi, tingkah laku seseorang merupakan produk dan perwujudan dari nilai-
nilai. Nilai abstrak daripada norma, artinya norma adalah perwujudan dari nilai-nilai. Nilai-nilai
itu dapat berwujud nilai Indra, nilai ilmu pengetahuan (nilai ilmiah), nilai filsafat, ataupun
agama.

15
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek
pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam
mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Akan tetapi nilai-nilai esensialnya
bersifat tetap yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan keadilan.

Namun semenjak reformasi nilai-nilai Pancasila kian tersingkirkan, keberadaannya yang


mulai dilupakan oleh generasi penerus bangsa serta pengaruh globalisasi yang semakin besar
menjadi salah satu faktor menurunnya pemahaman Pancasila pada generasi muda bangsa ini dan
telah menjadikan masyarakat Indonesia kehilangan roh kebangsaannya. Akibatnya, merosotnya
moral dan lunturnya rasa kebersamaan dan persatuan masyarakat bangsa Indonesia. Ini sudah
terbukti dengan banyaknya pertikaian di masyarakat dan aturan/undang-undang dibuat lebih
mementingkan kelompok daripada kepentingan nasional atau bangsa yang ujung-ujungnya
berdampak pada aturan yang tidak tegas alias ngambang dan penindakannya pun jadi
ragu/ngambang pula.

Pelaksanaan Pancasila pada masa reformasi cenderung meredup dan tidak adanya istilah
penggunaan Pancasila sebagai propaganda praktik penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini terjadi
lebih dikarenakan oleh adanya globalisasi yang melanda Indonesia. Masyarakat terbius akan
kenikmatan hedonisme yang dibawa oleh paham baru yang masuk sehingga lupa dari mana, di
mana, dan untuk siapa sebenarnya mereka hidup. Seakan-akan mereka melupakan bangsanya
sendiri yang dibangun dengan semangat juang yang gigih dan tanpa memandang perbedaan.

Dalam perkembangan masyarakat yang secara kultur, masyarakat lebih cenderung


menggunakan Pancasila sebagai dasar pembentukan dan penggunakan setiap kegiatan yang
mereka lakukan. Peran Pancasila dalam hal ini sebenarnya adalah untuk menciptakan masyarakat
"kerakyatan", artinya masyarakat Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya selalu
memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat. Karena
mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban harus seimbang dan tidak memihak ataupun
memaksakan kehendak kepada orang lain.

Di masa era reformasi, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan

16
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Faktanya, Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi,
rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamanya sudah umum kita ketahui, karena setiap rejim selalu
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter, dan hal inilah yang dapat
menimbulkan gerakan reformasi seperti yang di sebutkan di bagian atas.

Oleh karena itu yang harus dilakukan Indonesia sebagai bangsa yang daulat, maka Pancasila
harus dimaknai secara proporsional dan kontekstual. Proporsional dan kontekstual dapat
diartikan, Pancasila harus ditempatkan membumi pada realitas masyarakat dalam pendekatan
kultural-doktinal demokratis, dan bukan ditempatkan diatas menara gading yang elitis doktrinal-
otoriter. Pancasila harus dipandang dan dikonsolidasi secara proporsional antara ortodoksi dan
ortopraksis. Artinya, negara bangsa ini harus tetap menempatkan Pancasila tetap konsisten pada
pemikiran para pendiri bangsa pada satu sisi, dan memiliki kemampuan adaptasi terhadap
perkembangan dunia kontemporer pada sisi lainnya.

5. PANCASILA PADA MASA SEKARANG

Kehidupan reformasi pada masa yang sedang berlangsung :

Tanggal 20 Mei yang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional bangsa Indonesia.
Sayangnya, sampai pada tumbangnya rezim Orde Baru Soeharto, yang katanya diganti oleh orde
reformasi sama sekali tidak mewujudkan makna kebangkitan nasional yang sesungguhnya.
Sampai hari ini di bawah rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang terjadi justru
adalah hari kebangkrutan nasional. Kebangkrutan akan nilai-nilai luhur bangsa yang secara
fundamental telah dicantumkan dan dijadikan dasar negara kita, Pancasila.

Di masa sekarang ini, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila mulai terkikis.
Akibatnya, konflik terjadi di mana-mana, korupsi merajalela, dan keadilan tercabik-cabik.
Sekarang ini, Pancasila hanya ada di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Negara yang katanya merupakan Kesatuan bangsa yang bernama Republik Indonesia. Dia hanya
dijadikan pajangan, slogan, alat politik dan alat pencitraan dari para elit politiknya.

17
Keeksistensian pancasila sangatlah memburuk, Pancasila hanyalah terlihat sebagai symbol
Negara saja, mereka (baik masyarakat ataupun pemerintah) hanyalah mengerti bahwa Pancasila
sebagai dasar Negara, tetapi pada kenyataannya, ternyata banyak sekali masyarakat yang tidak
menghargai Pancasila itu sendiri.mereka tidak memerhatikan akan pentingnya Pancasila dalam
hidup berbangsa dan bernegara.

Di masa sekarang, saat ini mari kita tumbuhkan semangat pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika, sudah seharusnya pancasila dijadikan sebagai pondasi dan acuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila, yaitu hakikat nilai-nilai dasar yang terkandung dalam kelima sila pancasila. Salah satu
cara yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai pancasila
melalui proses pendidikan dan menerapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4). Karena Pancasila harus dipahami secara benar agar mampu mengantarkan Bangsa
Indonesia mencapai tujuan nasionalnya.

Peran Pancasila dan pesatnya teknologi saat ini kerap terabaikan padahal Pancasila dapat
membangun karakter positif dalam berperilaku di era milenial khususnya bersosial media.
Pemerintah saat ini membuat silabus yang berkaitan dengan karakter dari kalangan milenial,
BPIP dapat menggunakan instrumen riset guna menggali persepsi kaum milenial dalam
memahami pentingnya ideologi Pancasila di era 4.0.

Berbicara Pancasila di depan kalangan milenial tidak tepat jika terlalu filosofis, menjejali
dengan teori-teori. Narasinya perlu dikemas sedemikian rupa sesuai dengan bahasa kalangan
milenial, yang pada dasarnya merupakan masyarakat awam, ataupun literasinya minim. Maka
dari itu sangat perlu konten sederhana, terutama dalam konteks pemanfaatan digital dan
pemahamannya diharapkan  mampu diaplikasikan oleh kaum milenial. Dua arus utama yang
dibutuhkan untu kembali memupuk ideologi Pancasila mulai dari sektor pendidikan hingga peran
penting Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Selain itu juga, diperlukannya struktur dan kultur. Dimana kultur yaitu yang berkaitan
dengan media dan pendidikan tetapi harus dikawal secara struktur maka kita sudah memastikan
bahwa pancasila itu akan tersosialisasi secara baik dan benar. Tingginya toleransi dalam bersikap
merupakan indikator dalam keberhasilan menggaungkan pancasila di era milenial, namun hal ini

18
harus selaras dengan kebijakan pemerintah yang menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Jika Pancasila sebagai ideologi bangsa dipahami dan diamalkan terutama oleh kalangan
milenial maka tidak akan dengan mudahnya terprovokasi oleh radikalisme, malah justru akan
berusaha sekuat tenaga memberantas tindakan radikalisme baik di dunia nyata maupun dunia
maya. Hal ini dapat diupayakan melalui pendidikan literasi media berbasis Pancasila.

Pendidikan dewasa ini harus di integrasikan dengan Pancasila sebagai nasional character
building bisa melalui Pancasila akademik 4.0 yaitu pendidikan berbasis Pancasila. Generasi
milenial banyak menghabiskan waktunya dengan gadget dalam sehari. Generasi saat ini harus
menjadi generasi yang cerdas bukan hanya cerdas otaknya tetapi juga harus cerdas hidupnya, jadi
harus mempunyai prinsip – prinsip yang mengarah kepada harkat dan martabat yang tinggi dan
juga ikut melaksanakan ketertiban dunia, generasi milenial 4.0 harus cerdas sehingga bisa
membawa Indonesia kepada kejayaan.

Dengan kata lain kita tidak bisa membawa Indonesia kepada kejayaan jika tidak cinta tanah
air, kita harus berdikari, berdiri di kaki sendiri dan memperbaiki diri salah satu contohnya
melalui penerapan Pancasila dikedupan sehari – hari. Generasi  milenial 4.0 memanfaatkan
digital sebagai sumber utama, oleh karena itu berperan aktif harus di utamakan dalam bersosial
media yang berhubungan dengan nilai pancasila, dan jangan sampai semakin berkembangnya
zaman pancasila ditinggalkan begitu saja dengan alasan apapun karena pada dasarnya Pancasila
merupakan ideologi bangsa Indonesia.

Jika Pancasila menjadi acuan generasi sekarang, maka implementasi nilai – nilai Pancasila
akan mudah terlihat misalnya Pancasila dapat memberikan solusi di tengah adanya keberagaman
ideologi seperti sosialis dan liberal apalagi generasi sekarang otaknya sudah di penuhi dengan
yang namanya game online, keberadaan game tersebut terdapat dampak negative dan juga
dampak positif. Dampak negatifnya yaitu hilangnya kepedulian dengan lingkungan sekitar,
kurang bersosialisasi dengan masyarakat, semakin tingginya penggunaaan bahasa kasar,
pengaruh terhadap kesehatan, sedangkan dampak positifnya yaitu menambah aktivitas otak,
melati kefokusan.

19
embumian Pancasila yang pertama kita pahami, kita hayati dan kita amalkan Pancasila bagi
generasi sekarang yaitu secara sederhana kita menyebut Pancasila sebagai dasar, lalu Bhineka
Tunggal Ika sebagai sebuah kepahaman kita. Merawat keragaman bangsa juga merupakan
implementasi dari nilai pancasila, dalam kerangka Pancasila kita harus punya titik pijak, titik
temu dan titik tuju. Titik pijak kita merdeka dengan memiliki kapasitas, kapabilitas dan
akseptabilitas. Titik temu yaitu semua kita harus bahagia dengan Indonesia yang sedang pada
zaman 4.0 dan titik tujunya Indonesia harus abadi ke generasi milenial sebagai pancasila panutan
utama dalam tatanan berbangsa dan  bernegara.

Terpenting adalah menyusun formula dan metode untuk penanaman nilai – nilai ideologi
Pancasila terutama pada generasi milenial. Metodenya digunakan perlu menyesuaikan dengan
perkembangan dunia digital saat ini.  Misalnya dengan memanfaatkan wadah teknologi digital
untuk saling berkomunikasi dengan sesama, sharing informasi yang bermanfaat dan lainnya.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bahwa Pancasila sebagai dasar falsafah dan pandangan hidup serta sumber dari semua
sumber hukum adalah warisan hukum yang digali dengan nilai budaya, adat dan
kepribadian bangsa

2. Tidak ada yang salah dalam Pancasila hanya saja penjabaran pelaksanaan pada masa
pemerintahan yang sebelumnya hanya menjadi topeng dan kedok pembenaran
kekuasaan saja.

3. Pada masa reformasi ini sesuai dengan maknanya maka tidak salah dan tepat bila kita
harus kembali pada Pancasila yang telah sudah lama menjadi asing dan jauh dari
kehidupan kita sebagai bangsa

4. Pengamalan nilai Pancasila harus seiring dengan semangat reformasi dalam perubahan
menuju tatanan masyarakat yang madani adalah menjadi tonggak sejarah dimana
keberhasilan reformasi justru pada keberhasilan mengembalikan kemurnian dan
keutuhan serta kekuatan pancasilaisme disetiap warga negara Indonesia.

B. SARAN
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di
negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini
atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan
segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa

21
falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan
yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


Jakarta: Kemdikbud.

Dewi, Sandra. Andrew Shandy Utama. (2018). Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru dan Era
Reformasi. Jurnal PPKn & Hukum. Vol. 13. No 1 April 2018.

Yuliani, Lelly. 2016. “Nilai-nilai Pancasila pada Masa Prasejarah”.


https://20160102167leli.wordpress.com/2016/09/30/16/

Vicko, Adingga. “Pancasila sebelum kemerdekaan hingga reformasi”.


https://www.academia.edu/37455639/sejarah_singkat_pancasila_sebelum_kemerdekaan_
hingga_reformasi

Ochadah, Nuraini. “Pancasila pada masa reformasi”.


https://id.scribd.com/doc/289574011/Pancasila-Pada-Masa-Reformasi

22

Anda mungkin juga menyukai