Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA AKADEMIK (SEJARAH PENGENALAN AWAL)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Etika Akademik

Dosen Pengampu: Pak Muhammad Faisal

OLEH:

KELOMPOK I

1. M. Maulana Farhan (04032321037)


2. Wildanu Farhan (0403232154)
3. Pausi Rahman (0403233279)

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulilah Kami Panjatkan Kehadirat Allah Swt Karena Atas Limpahan Rahmat
Dan Hidayah-Nya Semata, Kami Dapat Menyelesaikan Makalah Dengan Judul”Etika
Akademik (Sejarah Pengenalan Awal)”. Salawat Dan Salam Semoga Tetap Tercurah
Limpahkan Kepada Nabi Muhammad Saw, Para Keluarga, Para Sahabat-Sahabat Dan Para
Pengikut-Pengikutnya Sampai Hari Penghabisan.

Semoga Dengan Tersusunnya Makalah Ini Dapat Berguna Bagi Kami Semua Dalam Memenuhi
Tugas Dari Mata Kuliah Ulumul Quran Dan Semoga Segala Yang Tertuang Dalam Makalah Ini
Dapat Bermanfaat Bagi Penulis Maupun Bagi Para Pembaca Dalam Rangka Membangun
Khasanah Keilmuan. Makalah Ini Disajikan Khusus Dengan Tujuan Untuk Memberi Arahan
Dan Tuntunan Agar Yang Membaca Bisa Menciptakan Hal-Hal Yang Lebih Bermakna.

Kami Menyadari Bahwa Dalam Penyusunan Makalah Ini Masih Terdapat Banyak Kekurangan
Dan Belum Sempurna. Untuk Itu Kami Berharap Akan Kritik Dan Saran Yang Bersifat
Membangun Kepada Para Pembaca Guna Perbaikan Langkah-Langkah Selanjutnya.

Akhirnya Hanya Kepada Allah Swt Kita Kembalikan Semua. Karena Kesempurnaan Hanya
Milik Allah Swt Semata.

Medan, 12 Maret 2024

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

C. Tujuan .................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

A. Definisi Etika Dan Akademik ............................................................................................. 2

a. Standar Etika Akademik ................................................................................................ 2

B. Sejarah Etika Akademik ..................................................................................................... 3

C. Urgensi Etika Akademik Bagi Sivitas Di Perguruan Tinggi ........................................... 5

a. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Akademik Dan Bentuk-Bentuk Praktiknya ........................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9

B. Saran ..................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika merupakan istilah yang sejak dulu hingga sekarang harus diperbincangkan oleh para
ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan. Istilah etika cukup menarik untuk dikaji karena
berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan
ditimggalkan. Etika selalu menghiasi kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya.

Etika dalam kenyataannya telah menempatkan dirinya pada posisi yang paling sering dikaji
dan diterapkan dalam kesehariannya. Etika memberikan kepada manusia orientasi bagaimana
menjalankan kehidupannya agar tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan. Etika pada
akhirnya membantu manusia dalam mengambil sebuah tindakan mana dan apa yang harus
dilakukan serta apa yang hendaknya dijauhi.

Dewasa ini, perkembangan yang amat cepat dalam berbagai aspek kehidupan, baik di
bidang politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, komunikasi, dan sebagainya yang berdampak
kepada pendidikan dan pembelajaran. Dengan perkembangan tersebut UNESCO menjelaskan
bahwa ada beberapa tantangan kontroversial yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan
berbagai tekanan, diantaranya tuntutan global dengan lokal, tradisional dengan modern, tuntutan
spritual dengan kebutuhan modern, antara tuntutan spritual dengan kebutuhan material.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi Dari Etika Dan Akademik?
b. Bagaimana Awal Sejarah Dari Etika Akademik?
c. Apa Saja Urgensi Etika Akademik Bagi Sivitas Di Perguruan Tinggi?

C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Definisi dari Etika dan Akademik
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Awal Sejarah Dari Etika dan Akademik
c. Untuk Mengetahui Urgensi Etika Akademik Bagi Sivitas Di Perguruan Tinggi
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Dan Akademik


Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa yunani yaitu “ethos” berarti watak
kesusilaan atau adat. Etika memuat nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, pendapat Ki Hajar
Dewantara (1962) dalam zubair (1992). Sedangkan secara terminologi Etika adalah “ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) didalam hidup manusia teristimewa yang mengenai
gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai
mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan”.
Akademik secara bahasa berasal dari kata akademi yang berarti lembaga pendidikan
setingkat universitas, institut atau sekolah tinggi. Dengan kata lain akademik adalah kemampuan
yang dapat diukur secara pasti karena ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat pasti dan dapat di uji
kebenarannya.
Jadi, apabila di satukan definisinya maka definisi tersebut menggabungkan menjadi satu
yaitu etika dan akademik itu adalah “ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan)
didalam hidup manusia teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat
merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan
perbuatan untuk menguji kemampuannya yang dapat diukur secara pasti karena ilmu
pengetahuan itu sendiri bersifat pasti dan dapat di uji kebenarannya.
a. Standart Etika Akademik
Pengertian dan/atau moral sering kali pula dikaitkan dengan istilah “norma”, yaitu
pedoman tentang bagaimana orang harus hidup dan bertindak secara baik dan benar, sekaligus
merupakan tolak ukur mengenai baik-buruknya perilaku dan tindakan yang diambil. Dengan
demikian, etika akan memberikan batasan maupun standart yang akan mengatur pergaulan
manusia dalam kelompok sosialnya.30 Dalam konteks seni pergaulan manusia, etika ini
kemudian diwujudkan dalam bentuk kode etik tertulis, yang secara sistematik dibuat berdasarkan
prinsip.1

1
Abdul Wahid, “Etika Akademik Dalam Tradisi Ilmiah di Kalangan Akademisi IAIN AR-RANIRY” dalam Jurnal
SUBSTANTIA, Vol. 14. No. 1, tahun 2012, hal 129. 35 Supeno Djnali, Suasan Akademik… hal. 19.

2
B. Sejarah Etika Akademik
Kita hidup di era globalisasi, dunia kesejagatan, dimana batas-batas wilayah dalam makna
kultur semakin menipis bahkan cenderung akan hilang. Gaya hidup mengglobal itu telah menjadi
milik manusia secara bersama-sama pula. Di dalam kehidupan yang seperti itu maka tidak bisa
dihindari akan terjadi saling pengaruh di antara budaya manusia. Sudah menjadi hukum alam
apabila terjadi persaingan maka budaya yang kuatlah yang menang, sedangkan budaya yang
lemah akan kalah dan mengikut kepada budaya yang kuat itu.
Sejarah Filosofis Etika Sering Kali Mensurvei Teori Etika Dari Zaman Yunani Kuno
Hingga Diskusi Terkini Dalam Filsafat Barat. Namun Etika Mempunyai Sejarah Yang Jauh
Lebih Dalam Dari Ini. Apa Yang Dianggap Sebagai Teori Etika Yang Kuat dan Sistematis
Menjadi Kabur Ketika Melihat Sumber-Sumber Sejarah Peradaban Kuno Seperti Mesir.
Budaya kesejagatan umat manusia kelihatannya semakin cenderung kepada budaya
material, budaya individual, dan hedonis. Budaya-budaya tersebut, masuk menembus ke dalam
kehidupan manusia yang tidak boleh tidak akan mempengaruhi pola hidup dan perilaku
masyarakatnya. Budaya material itu berimplikasi kepada budaya konsumeris, yang akibatnya
kebutuhan hidup semakin meningkat, banyak hal-hal yang pada dasarnya tidak begitu
diperlukannya, tetapi justru dikonsumsinya.
Dampak dari materialis adalah meningkatnya kebutuhan di luar kebutuhan utama manusia.
Manusia mesti berupaya dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang
terkadang di dalam pemenuhan kebutuhan ini manusia tidak mempertimbangkan apakah itu
bersumber dari yang halal atau tidak.2
Dampak individualis, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya pemuasan ego
manusia, meninggalkan atau setidaknya kekurangan perhatian manusia terhadap manusia
lainnya. Kemiskinan dan kebodohan yang melanda umat manusia di dunia sekarang begitu juga
di Indonesia, menimbulkan per-tanyaan kita, siapakah yang bertanggung jawab untuk

2
Haidar putra daulay, nurgaya pasa, “Peranan Etika Akademik di Perguruan Tinggi dalam Membentuk Sikap
Ilmiah”,… hal. 61

3
melepaskan mereka dari kemelut tersebut?. Starategi memerangi kemiskinan dan kebodohan
tidak mungkin dituntaskan tanpa diatur disusun strategi yang tepat. Pemberian “ikan “dalam hal
ini tidak terlalu banyak manfaatnya, karena itu perlu pemberian“pancing“. Untuk itu diperlukan
manusia–manusia yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Pertanyaannya apakah
kemiskinan yang melanda dunia dan Indonesia erat kaitannya dengan kekurang pedulian
sebagian masyarakat yang memiliki wewenang dan kemampuan di lapangan ini untuk memiliki
kepedulian kepada orang lain.
Kecenderungan hedonisme, merebak di penjuru dunia juga adalah gejalabahwa keinginan
untuk mencapai kenikmatan hidup meningkat. Gejala merebaknya di masyarakat terutama
generasi muda yang terlibat dalam narkoba adalah bukti nyata tentang itu, di
samping meningkatnya penyimpangan seksual di kalangan masyarakat.
Selain dari faktor ekstern yang disebutkan di atas, faktor intern pun tidak kalah pentingnya
untuk diketahui agar dapat dicarikan solusinya. Sudah sejak lama sebagian masyarakat kita
diserang oleh penyakit lemahnya komitmen pribadi untuk menegakkan disiplin dan peraturan
pada dirinya. Kelemahan itu berdampak kepada munculnya perilaku-perilaku tidak terpuji yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari etik itu sendiri.

Kelemahan disiplin diri, menyebabkan orang bekerja dengan tidak sungguh- sungguh.
Kelemahan menegakkan aturan membuat orang dengan mudah melakukan berbagai kegiatan
yang secara akal sehat dan etik tercela. Prestasi dikalahkan oleh prestise, karena itu untuk
mencapai prestise tidak jarang terjadi penyimpangan-penyimpangan.3

3
Syafaruddin dkk, (2014), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, hal. 54.
Ibid, hal. 54.

4
C. Urgensi Etika Akademik Bagi Sivitas Di Perguruan Tinggi
Secara umum kaedah etik dan moral berlaku bagi siapa saja dan di mana saja tanpa melihat
profesinya seperti mencuri, merampok, serta korupsi di mana saja dan profesi apa saja perbuatan
itu tetap tercela. Selain dari itu ada hal–hal khusus yang berlaku di lingkungan profesi tertentu
yang apabila seseorang melakukannya sangat tercela. Misalnya di dunia perguruan
tinggi seorang dosen plagiator dikatakan sangat tidak beretika.
Oleh karena persoalan etika ini amat urgen di perguruan tinggi, makabiasa sebuah
perguruan tinggi itu membentuk sebuah badan yang bertugas mem-bahas dan mengkaji tentang
etika warganya, mungkin disebut namanya dengan“Dewan Kehormatan etika Akademik“.

Urgensinya etika itu bagi manusia adalah didasari atas bahwa manusia adalah makhluk
yang memiliki berbagai kelebihan dan keistimewaan dari makhluk lainnya. Keistimewaan itu
terletak pada berbagai kelebihan yang dimilik imanusia baik dari segi potensi lahir maupun
bathin manusia. Dari kedua potensiitu lahir berbagai produk peradaban manusia. Peradaban
manusia itu pada dasarnya adalah meningkatkan derajat dan posisi manusia di dunia ini.
Peningkatan derajat manusia itu tidak lepas dari apabila mereka berpegang kepada kaedah-
kaedah etik, moral, atau akhlak.4

4
Abdul Wahid, “Etika Akademik Dalam Tradisi Ilmiah di Kalangan Akademisi IAIN AR-RANIRY” dalam Jurnal
SUBSTANTIA, Vol. 14. No. 1, tahun 2012, hal 129. 35Supeno Djnali, Suasan Akademik… hal. 19.

5
Dalam sejarah etika akademik, ada juga terdapat prinsip-prinsip dasar etika akademik dan
bentuk-bentuk praktiknya. Berikut penjelasan dari prinsip-prinsip dasar etika akademik dan
bentuk-bentuk praktiknya :

a. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Akademik Dan Bentuk-Bentuk Praktiknya


Dunia akademik diharapkan memberikan solusi cerdas terhadap persoalan persoalan yang
terjadi di masyarakat secara universal. Perguruan tinggi sebagai produsen insan akademis dari
setiap jenjang pendidikan diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
secara profesional dan keilmuwan. Untuk menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas secara
profesional dan keilmuwan, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan generasi yang memiliki
akhlak mulia, amanah, bertanggung jawab, beriman serta bertakwa kepada Allah swt,

Jadi etika akademik merupakan nilai-nilai sosial dan budaya yang telah disepakati
masyarakat pendidikan sebagai norma yang dipatuhi bersama itu tidak selalu sama pada semua
masyarakat pembelajaran. Etika akademis selayaknya untuk diterapkan secara spesifik dalam
berbagai kegiatan akademis maupun berbagai unsur kegiatan yang berkaitan dengan dunia
kampus. Tindakan yang melanggar etika akademis merupakan tindakan yang tidak semestinya
dilakukan. Diantara aktivitas yang tergolong dalam kelompok tindakan tidak pelanggaran
akademis merupakan antara lain plagiat, penyontekan/kecurangan, perjokian, pemalsuan ijazah,
penyuapan, tindakan diskriminatif, dan lain-lain.
Etika Akademik merupakan upaya untuk membantu, mengarahkan dan membimbing
kebebasan akademik, sehingga terarah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Etika akademis tidak dapat dipisahkan dari subjek dan objek pendidikan. Salah satu prinsip
dasar dalam hubungan pendidik dan peserta didik adalah rasa hormat peserta didik kepada
pendidik dan rasa cinta pendidik terhadap peserta didiknya Dengan terjalinnya hubungan yang
harmonis antara pendidik dan peserta didik melalui etika akademis maka tujuan pendidikan yang
diharapkan akan dapat tercapai secara efektif dan terarah5.

5
Haidar putra daulay, nurgaya pasa, “Peranan Etika Akademik di Perguruan Tinggi dalam Membentuk Sikap
Ilmiah”,… hal. 61

6
Kesuksesan dan keberhasilan pendidikan dipengaruhi juga oleh pelaksanaan etika
akademis yang berjalan pada porosnya antara pendidik dan peserta didik.6
Nilai-nilai etika akademik harus diaplikasikan secara idealisme di tengah tantangan
pragmatisme. Hal ini dikarenakan fungsi etika akademis yang sangat urgen, maka pada tulisan
ini akan dibahas tema berkaitan dengan etika akademis: idealisme di tengah pragmatisme, yaitu:
Prinsip-prinsip dasar etika akademik dan bentuk-bentuk Praktiknya; ‘Demam’ gelar akademik
relevansi intelektual dan sosial, kasus-kasus negatif berbentuk pelanggaran etika akademik dan
analisis kritis penyebab dan solusinya.
Etika memiliki unsur-unsur pokok, Muhrim mengungkapkan bahwa unsur unsur pokok dalam
etika yaitu:
1. Kebebasan adalah unsur pokok dan utama dalam wacana etika. Etika menjadi bersifat
rasional karena etika selalu mengandaikan kebebasan. Dapat dikatakan bahwa kebebasan adalah unsur
hakiki etika. Kebebasan eksistensial ialah kemampuan manusia dalam menentukan dirinya sendiri. Ini
berarti bahwa kebebasan ini bersifat positif. Ini berarti kebebasan eksistensial lebih
menunjukkanikebebasan untuk. Tentu saja, kebebasan pada praktek kehidupan sehari-hari memiliki
keanekaragaman, yaitu kebebasan jasmani-rohani, kebebasan sosial, kebebasan psikologi, kebebasan
moral.
2. Tanggung jawab ialah kemampuan individu dalam menjawab segala pertanyaan yang
mungkin ada berasal dari tindakan-tindakan. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh
mengelak, bila diminta penjelasan tentang perbuatannya. Tanggung jawab mengandaikan
penyebab. Orang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang disebabkan olehnya. Pertanggung
jawaban merupakan situasi saat orang menjadi sebagai penyebab bebas. Kebebasan merupakan
hal utama dan mutlak dalam bertanggung jawab. Ragam tanggung jawab terdiri dari tanggung
jawab retrospektif dan tanggung jawab prospektif.

3. Hati nurani adalah penghayatan tentang nilai baik atau buruk berhubungan dengan
situasi konkret. Hati nurani yang memerintahkan atau melarang suatu tindakan menurut situasi,

6
Syafaruddin dkk, (2014), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, hal. 54.
Ibid, hal. 54.
7
waktu, dan kondisi tertentu. Dengan demikian, hati nurani berhubungan dengan kesadaran.
Kesadaran adalah kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi
tentang dirinya. Hati nurani bisa sangat bersifat retrospektif dan prospektif.
Dengan demikian, hati nurani juga bersifat personal dan adipersonal. Pada dasarnya, hati
nurani merupakan ungkapan dan norma yang bersifat subjektif. 7

4. Prinsip kesadaran moral merupakan beberapa tataran yang perlu diketahui agar dapat
memosisikan tindakan individu dalam kerangka nilai moral ekskulsif. Etika selalu memuat unsur hakiki
bagi berbagai program tindakan moral. Prinsip tindakan moral mengandaikan pemahaman menyeluruh
individu atas keseluruhan tindakan yang dilakukan menjadi seorang insan. Setidaknya terdapat tiga
prinsip dasar pada kesadaran moral. Prinsip-prinsip itu merupakan prinsip perilaku baik, keadilan dan
hormat terhadap diri sendiri serta orang lain. Prinsip keadilan serta hormat dengan diri sendiri

Sebagai refleksi manusia tentang apa yang dilakukan dan dikerjakannya, etika mempunyai
suatu tradisi yang panjang. Sebabnya tentu karena kita menghadapi berbagai masalah moral yang
baru dan berat. Masalah-masalah itu ditimbulkan karena perkembangan pesat di bidang ilmu dan
teknologi, perubahan sosio budaya pada masyarakat modern yang terjadi pada waktu bersamaan
dan berlangsung dimana-mana. 8

7
Hasan Hasari, Etika Akademis Dalam Islam,…hal. 67

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika dan Akademik itu adalah “ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan)
didalam hidup manusia teristimewa yang mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat
merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan
perbuatan untuk menguji kemampuannya yang dapat diukur secara pasti karena ilmu
pengetahuan itu sendiri bersifat pasti dan dapat di uji kebenarannya, atau Jadi Etika Akademik
merupakan nilai-nilai sosial dan budaya yang telah disepakati masyarakat pendidikan sebagai
norma yang dipatuhi bersama itu tidak selalu sama pada semua masyarakat pembelajaran.

B. Saran
Demikian lah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Kami memohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti,. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami
ucapkan terima kasih

9
DAFTAR PUSTAKA

Deperateman Pendidikan dan kebudayaan, l983/l984, Materi Dasar PendidikanProgram Akta


Menagajar V , Jakarta.

Daulay, Haidar Putra, 2004, Dinamika Pendidikan Islam, Bandung: Cita Pustaka Media.

Lubis, Solly,M, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju.

Suriasumantri, 1985, Ilmu dalam Prespektif , Jakarta: Gramedia.

----------------, l985, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantara Populer , Jakarta: Sinar Harapan.

Santoso, Heru, 2000, Landasan Etis Bagi Perkembangan Teknologi, Yogyakarta:Tiara Wacana.

Team Dosen, l996, Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Yogjakarta: Liberty.

Zubair, Achmad Charis, l995, Kuliah Etika, Jakarta: Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai