Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KONSELING DITINJAU


DARI SISI HISTORIS
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Konseling
Dosen Pengampu :
WIKAN GALUH WIDYARTO, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Asri Fati’ a Azzahro 12308193235


Canny Agustina 12308193227
M. Rifki Maulana 12308193198
Novita Aprilina 12308193201
Rifya Meitasya Nur Arifah 12308193221

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USULUDIN, ADAB, DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkankan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucap
syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung


penyusunan makalah ini.

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberi kesempatan kepada kami dapat menempuh pendidikan di IAIN
Tulungagung.
2. Bapak Dr. Ahmad Riskon Khamami, Lc., Ma.selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
Adab, dan Dakwah yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Ibu Uswah Wardiana, Hj, M.Psi, selaku ketua jurusan Psikologi Islam yang telah
mengarahkan dan memberikan wawasan dalam pembuatan makalah ini.
4. Wikan Galuh Widyarto, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Konseling yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kami sehingga
kami mendapatkan pemahaman mengenai mata kuliah ini.
5. Civitas Akademika, yang telah membantu dalam memfasilitasi pembelajaran
perkuliahan kami.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Atas segala keterbatasan yang penyusun miliki, apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
bekal pengetahuan bagi penyusun di kemudian hari.

Tulungagung, 03 September 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................4
A. Sejarah Perkembangan Konseling .........................................................................4
A.1 Penerapan Konseling di Indonesia ........................................................................5
B. Faktor Perkembangan Konseling ..........................................................................6
C. Konseling Dan Hubungannya Dengan Ilmu-Ilmu Lain .......................................7
C.1 Hubungan Psikologi Konseling dengan Sosiologi dan Antropologi ...................7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................9
Daftar Pustaka................................................................................................................. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling adalah suatu aktifitas dimana seorang klien atau
seseorang yang melakukan bimbingan kepada konselor. Konseling sendiri
mulai berkembang pada tahun 1900. Di akhir abad 19 terjadi pergerakan
reformasi sosial di Amerika. Dalam pergerakan ini, para aktifis sosial
menentang dan mendesak pemerintah agar lebih humanis dalam
memperlakukan masyarakat, baik itu para imigran, kaum miskin, para
penganggur, juga orang yang terganggu secara mental. Dan pada tahun-
tahun selanjutnya konseling sangat dibutuhkan karena guna menangani para
prajurit veteran yang selamat pada saat perang dunia ke-2.

Frank Parson (1854-1908) adalah seorang yang banyak ilmu


pengetahuannya, penulis yang persuasif, aktifis yang tidak kenal lelah serta
intelek yang besar (Davis, 1988; Zytowski, 1985, dalam Gladding, 2000).
Ia juga seorang yang pertama kali menagadakan bimbingan pekerjaan di
Boston, dalam pergerakannya Parson memberi bantuan terhadap anakmuda
dalam dua bidang yakni, bimbingan pekerjaan dan bimbingan pendidikan.
Dalam pergerakannya, Parson memberi bantuan terhadap orang muda di dua
bidang yakni, bimbingan pekerjaan dan bimbingan pendidikan. Dengan
ilmu yang dimilikinya (bidang matematika, engeneering, politik, ekonomi,
dan hukum), Parson memberikan layanan bimbingan berupa:

a) menelusuri aspek-aspek internal di dalam diri klien seperti minat,


bakat, dan kemampuan.
b) menelusuri aspek-aspek eksternal yang berada di sekitar klien seperti
faktor sosial ekonomi, masalah keluarga, dan sebagainya.
c) menggali upaya-upaya pengembangan pendidikan dan karir klien
ke masa depan dihubungkan dengan masalah lapangan kerja dan
pendidikan yang tersedia melalui berbagai informasi.

1
Terdapat tiga orang yang terkenal sebagai pionir pada tahun 1900-
1909, yaitu Frank Parson, Jesse B. Davis, dan Clifford Beers. Davis adalah
orang pertama yang memperkenalkan program bimbingan sekolah. Tahun
1907 ia menyarankan agar guru memberikan bimbingan di kelas seminggu
sekali. Sementara itu di Boston, Frank Parson mendirikan Boston’ s
Vocational Bureau pada tahun 1908 yang membantu pemuda dalam
memilih karir. Ia menerbitkan buku yang berjudul “ Choosing A Vocation
“ pada tahun 1909.

Tiga orang pionir yang patut dicatat karena jasanya dalam


membangun arah konseling adalah: Frank Parson, Jesse Davis, dan Clifford
Beers. Mereka telah mempengaruhi orang-orang Amerika dan membuat
dampak yang bersifat global. Kontribusi mereka adalah dalam area
pembuatan keputusan karir, bimbingan pendidikan dan kesehatan mental.
Frank Parson adalah orang yang memfokuskan diri pada kepentingan
konseling dan pengembangan karir para calon penerbang. Jesse Davis,
menekankan pelayanan kepentingan bimbingan dan konseling di sekolah-
sekolah sebagai suatu ukuran yang mendukung pembentukan
kewarganegaraan yang baik. Clifford Beers, mulai mereformasi pergerakan
kesehatan mental terutama yang bersifat preventif, seperti bagaimana
memperlakukan individu yang mengalami gangguan emosional. Ketignya
telah memantapkan pertumbuhan konseling. Gagasan-gagasan dan aktifitas-
aktifitas mereka dalam tiga bidang keahlian profesional seperti telah
disebutkan tadi menjadi akar pemunculan cabang fondasai-fondasi
konseling. Sehingga dalam makalah ini akan membahas sejarah
perkembangan, faktor yang mendorong, serta hubungan dengan ilmu lain
psikologi konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah perkembangan konseling ?
2. Apa Saja Faktor Pendorong perkembangan konseling ?
3. Bagaimana Konseling dan hubungannya dengan ilmu-ilmu lain ?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangngannya psikologi
konseling
2. Untuk mengetahui faktor apasajakah yang menjadi pendorong
berkembangnya psikologi kondseling
3. Untuk dapat menegetahui bagaimana hubungan konseling dengan ilmu-
ilmu lainnya

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Konseling


Latar belakang kehadiran konseling sebagai bentuk penanganan
pada orang-orang yang mengalami gangguan psikologis, dimulai sejak
tahun 1986 yang dipelopori oleh Lightner Witmer dengan mendirikan
sebuah klinik Psychological Counseling Clinic di University of
Pennsylvania. Kemudian disusul oleh Jesse B. Davis, yang merupakan
orang pertama yang memulai kegiatan sebagai pendidik dan konselor karier
di Central High School, Detroit. Kemudian disusul oleh Eli Weaver dengan
menerbitkan sebuah plamfet yang berjudul Choosing a Career pada tahun
1908 dan Frank Parson yang mengembangkan konsep bimbingan dan
konseling vokasional.
Ditahun 1930-an, E.G. Williamson menyumbangkan teori konseling
untuk pertama kalinya. Ia menggunakan pendekatan yang bersifat
dirrective, counselor-centered. Gagasannya ini, ia tuangkan dalam bukunya
yang berjudul How to Counseling Student pada tahun 1939 dan Counseling
Adolescent pada tahun 1950.
Pada tahun 1940-an, terjadi beberapa perubahan dalam praktik
konseling yang dilatar belakangi oleh hadirnya teori yang dibawa Carl
Rogers, seorang ahli psikologi yang beraliran humanistis dan berhasil
memberikan nuansa baru dalam pendekatan konseling. Gagasan yang
diusungnya sangatlah bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan
oleh Williamson. Apabila Williamson menggunakan pendekatan
Counselor-centered dalam menangani kliennya, maka Rogers
menggunakan pendekatan Person-Centered dalam praktiknya. Gagasan ini
ia tuliskan dalam karyanya yang berjudul Counseling and Psychotherapy
pada tahun 1942 dan On Becoming a person pada tahun 1961.
Perkembangan dunia konseling semakin menunjukkan
eksistensinya, Ketika tahun 1952 American Psychological Association

4
(APA) membedakannya dari psikologi klinis. Konseling dinilai berbeda
dalam metodenya, memberikan tindak lanjut terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh individu. Penekanannya yang berbasis ilmiah dan memiliki
teori yang menjadi dasar dalam praktik pelaksanaannya menjadikan
konseling sebagai ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Konseling dianggap mutlak untuk memberikan penanganan pada
setiap permasalahan psikologis individu. Perkembangan konseling
diwujudkan dengan dibentuknya lembaga-lembaga konsultasi yang disusul
oleh merebaknya buku, jurnal, dan hasil penelitian yang berfokus pada
kasus-kasus konseling. Hal ini pada akhirnya menjadikan konseling sebagai
media alternatif yang paling diminati oleh kebanyakan orang untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi secara ilmiah dan
rasional.

A.1 Penerapan Konseling di Indonesia


Pada saat memasuki awal 1950 an, Universitas Indonesia (UI) untuk
pertama kalinya mengembangkan psikologi yang di rintis oleh Prof. Dr.
Slamet Imam Santoso. Kemudian pada tahun 1960, konseling di
perkenalkan di Indonesia melalui lembaga pendidikan sekolah menengah.
Hal ini dilakukan dalam upaya pengembangan proses bimbingan bagi siswa.
Perkembangan konseling selanjutnya mengarah ke pusat rehabilitasi sosial,
lembaga sosial, dan industri.

Di Indonesia, umumnya masyarakat bahkan di kalangan intelektual


sendiri, penerapan konseling dirasakan masih kurang familiar di jadikan
sebagai media pemecahan permasalahan kehidupan. Istilah konseling lebih
sering digunakan pada ruang lingkup pendidikan yang dijadikan sarana oleh
sekolah untuk memberikan layanan bimbingan bagi siswa yang bermasalah,
baik dalam hal kenakalan, kesulitan belajar, atau masalah umum siswa
lainnya. Hal itu disebabkan karena mimimnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya konseling dalam mengatasi persoalan kehidupan. Hal ini
juga disebabkan karena keberadaan praktik-praktik konseling sendiri yang
masih terpusat di daerah perkotaan dan belum menyentuh wilayah pedesaan
yang tidak luput dari permasalahan kehidupan. Padahal sudah sewajarnya

5
masyarakat Indonesia menyadari bahwa konseling adalah salah satu media
bantuan profesional yang dapat meningkatkan kesehatan mental masyarakat
secara ilmiah dan rasional.

Ada hal menarik yang sebenarnya menunjukkan eksistensi


konseling di Indonesia, yaitu saat di lakukannya kongres dan konvensi
nasional IPBI (yang sekarang berubah nama menjadi ABKIN) pada tahun
1995. ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) sebagai
pengganti IPBI merupakan sebuah organisasi yang memberikan lisensi
melalui sertifikasi kepada para konselor yang menunjukkan bahwa konselor
berhak dan memiliki wewenang menyelenggarakan praktik konseling bagi
masyarakat.

Meskipun praktek konseling saat ini hanya terlihat berkembang


pesat di bidang pendidikan, praktik konseling juga mulai dicoba di
kembangkan secara menyeluruh di berbagai institusi melalui riset, hasil
penelitian, maupun praktek di lapangan. Dengan demikian konseling
diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia, sehingga diterima secara positif sebagai media dalam mengatasi
permasalahan kehidupan.

B. Faktor Perkembangan Konseling


Dalam buku pengantar psikologi konseling dan psikoterapi yang
ditulis oleh Mappiare (2002), ia menyebutkan beberapa faktor pendorong
perkembangan konseling secara umum adalah sebagai berikut:
1. Dari dalam individu, adanya masa kritis pada tiao masa perkembangan
individu, terutama masa remaja.
2. Dari luar diri individu. Adanya kemajuan teknologi, nilai demokratis
dan nilai humanistis vs pragmatis, etika pergaulan, kondisi struktural
bidang pendidikan dan lapangan kerja, dan kondisi lain di antaranya
proses transmigrasi dan urbanisasi, kehidupan masyarakat masa (mass-
society) yang menjauhkan nilai kekerabatan antar manusia.

6
Selain faktor tersebut di atas, Maapiare (2002) juga menambahkan
bahwa faktor pendorong lain berkembangnya konseling antara lain.

1. Untuk menghadapi saat-saat kritis, misalnya kegagalan pergaulan atu


pacaran, penyalahgunaan obat
2. Untuk menghadapi kesulitan pemahaman diri dalam mengarahkan diri
mengambil keputusan dalam karier, akademik, dan pergaulan sosial.
3. Mencegah kesulitan yang dihadapi dalam pergaulan atau seksual,
pilihan karier, dan sebagainya.
4. Menompang kelancaran perkembangan individual, seperti
perkembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan
karier dan akademik.

C. Konseling Dan Hubungannya Dengan Ilmu-Ilmu Lain


C.1 Hubungan Psikologi Konseling dengan Sosiologi dan Antropologi
Ilmu psikologi konseling sebagai ilmu pengetahuan (Scientific)
memiliki hubungan erat dengan ilmu sosiologi dan antropologi. Dimana
pada dasarnya seseorang adalah makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
tanpa batuan orang lain. Dalam hal ini, hubungan antar seseorang individu
dengan individu lain merupakan kebutuhan bersama dan tidak bisa
dipisahkan dengan lingkungan masyarakat. Sebagaimana ilmu sosiologi
yang banyak mempelajari tentang tingkah laku seseorang yang dilihat dari
aspek terbentuknya tingkah laku dan dinamika tingkah laku itu sendiri
dalam kaitanya dengan kehidupan sosial.
Selain itu, psikologi konseling juga mempelajari tingkah laku
konseli dalam hubungannya dengan masalah masalah hidupnya. Sehingga
seseorang individu juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
dan tingkah laku seseorang tersebut akan menghasilkan budaya yang
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang itu sendiri. Dalam hal
tersebut, ilmu antropologi yang lebih menekankan pada tingkah laku
seseorang dalam hubungannya dengan kebudayaan. Ilmu antropologi juga
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang seseorang dan
lingkungannya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang

7
keanekaragaman. Dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiganya
saling berhubungan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terdapat beberapa faktor pendorong perkembangan konseling secara


umum adalah sebagai berikut:
a) Dari dalam individu, adanya masa kritis pada tiao masa
perkembangan individu, terutama masa remaja.
b) Dari luar diri individu. Adanya kemajuan teknologi, nilai
demokratis dan nilai humanistis vs pragmatis, etika pergaulan,
kondisi struktural bidang pendidikan dan lapangan kerja, dan
kondisi lain di antaranya proses transmigrasi dan urbanisasi,
kehidupan masyarakat masa (mass-society) yang menjauhkan nilai
kekerabatan antar manusia.
2. Psikologi konseling mengalami perkembangan yang signifikan yaitu
dengan semakin menunjukkan eksistensinya, Ketika tahun 1952
American Psychological Association (APA) membedakannya dari
psikologi klinis
3. Hubungan psikologi konseling dengan sosiologi dan antropologi yakni
mempelajari tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan
masalah hidupnya sehingga tingkah laku tersebut menimbulkan
budaya baru pada masyarakat.

9
Daftar Pustaka

Dr. Namora Lumongga Lubis, M. S. (Agustus 2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling


Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta : Kencana.

Hartono, S. d. (2012). Psikologi Konseling. Jakarta: Prenada Media Grup.

Mulyadi Seto, M. F. (2015). Psikologi Konseling. Jakarta: Gunadarma.

Nurul Wardhani, S. M. (2008). Kajian Historis Mengenai Konseling Di Dunia. Jatinangor :


Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

10

Anda mungkin juga menyukai