Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PEMIKIRAN TOKOH EKONOMI ISLAM

TURKI UTSMANI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Perkembangan Ekonomi

Islam yang diampu oleh Bapak Fahrurrozi,M.E.I.

Oleh : kelompok 06

Nur Laela Fitriana (20383032143)

Kholilatur Rahmah (20383032024)

Salman Rafiqi (20383031110)

Muhammad Ali Quthzi (20383031101)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu


Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa sholawat serta
salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti sekarang ini.
Makalah yang berjudul “Sejarah Pemikiran Islam Turki Utsmani ” ini kami buat
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu. Dalam penyusunan
makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan saya. Namun,
sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tata bahasa
maupun teknik penulisannya.
Maka dari itu, kami sebagai penulis, mohon kritik, teguran, saran, serta masukan yang
bersifat membangun supaya dapat kami jadikan tangga untuk naik selangkah lebih baik.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pada
umumnya bagi pembaca serta semua pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Pamekasan,14 Mei 2022

Kelomok 06

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


A. Pemikiran Ekonomi Kinalizade Ali Celebi ....................................................... 3
B. Pemikiran Ekonomi Mustafa Nuri bey .............................................................. 5
C. pemikiran Ekonomi Mehmed Akif Ersoy ......................................................... 6
D. Pemikiran Ekonomi Said Nursi Badizaaman .................................................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 9

B. Saran .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
ITM merupakan ilmu yang digunakan untuk menjaga ketertiban antara anggota
rumah tangga dan ilmu yang digunakan untuk mempertahankan rezeki dengan cara yang
tepat baik bagi golongan kelas bawah sampai kepada kelas atas. Secara spesifik,
Kinalizâde menjelaskan bahwa karakter utama manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat berisolasi sendiri. Manusia memerlukan manusia yang lain dengan cara
bekerjasama dan produksi untuk memenuhi kebutuhannya selain pembahasan tentang
manusia Kinalizade juga menjelaskan bahwa uang yang menjadi pembahasan penting
baginya yang mana fungsinya nya sebagai nāmus-u asgâr ( hukum yang paling kecil ) dan
pelindung keadilan (hafiz-i „adālet). Dalam kajian filsafat praktis hukum dibagi menjadi 3
yaitu Syariah (namus-u Akbar) hukum pemerintah (Mulk) dan uang (namu-u asgar).

Bagi Kinalizade uang sangat terkait dengan hukum, karena uang dapat
menyeimbangkan ketidak setaraan yang dihasilkan dari transaksi perdagangan dan
ekonomi. Nurizal bahkan Tidak segan jika dewasa ini, uang bukan lagi menjadi namus-u
asgar, tetapi telah berubah menjadi namus-u Akbar yang dapat membeli hukum. Kin
alizade juga menjelaskan tentang deskripsi mata uang ideal yaitu jenis metalnya harus
langka, mudah dibawa wa dan tahan lama. Dinar merupakan mata uang yang yang paling
ideal menurutnya.

Nuri Bey memberikan pengertian ilmu kekayaan (science of wealth) sebagai sains
yang merupakan cabang dari ilmu akhlak/moral. Dalam mendukung pandangannya
sendiri, ia mengeklaim bahwa “Ilmu kekayaan” hanya terkait dengan kekayaan yang
diperoleh secara sah/halal, bukan dengan cara “penindasan atau menjilat atau kecurangan
atau penipuan”. Karena itu ia menolak tesis positivisme yang mengatakan tidak ada
ikatan yang kuat antara moral dan ekonomi”.

Ersoy mengatakan bahwa dunia adalah tempat perjuangan, di mana individu yang
aktif akan mengalahkan pasif dan akan mendominasinya. Oleh karena itu, kita harus
melakukannya tidak mengabaikan dunia ini. Sebagai sebuah agama, Islam mengandung
banyak aturan dan prinsip yang memerintahkan umat Islam untuk menjalani kehidupan
yang sangat produktif. Dari sini terlihat pemikirannya bahwa manusia muslim harus
menjadikan dunia sebagai sarana produktif untuk memakmurkan bumi dan
kehidupannya. Kerja adalah sarana yang wajib dilakukan oleh umat Islam di dunia untuk
mencapai tujuan akhirat.

Dalam studi ekonomi Islam konsep rezeki menjadi studi yang penting yang harus
dikaji. Badiuzzaman mengatakan bahwa rezeki langsung diawasi oleh yang Maha Kuasa
dari Kemuliaan dan datang langsung dari perbendaharaan rahmat-Nya. Karena makanan
1
dari semua makhluk hidup dijamin oleh Sang Pemelihara (Allah Swt), tidak ada yang
harus mati kelaparan. Dari penjelasannya dapat dimengerti bahwa kebutuhan manusia itu
datang dari rezeki Allah Swt. yang diberikan oleh-Nya dengan ketentuan dan kadar yang
ditetapkan sesuai dengan usaha-usaha manusia. Maka konsep kerja dalam ekonomi Islam,
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup harus bergantung kepada Allah Swt. sebagai
al-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) yang diwujudkan dalam penerapan syariat-syariat-
Nya.

C. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pemikiran Ekonomi Kinalizade Ali Celebi ?
B. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Mustafa Nuri bey ?
C. Bagaimana pemikiran Ekonomi Mehmed Akif Ersoy ?
D. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Said Nursi Badizaaman ?
D. Tujuan Penulisan

A. Mengetahui Bagaimana pemikiran Ekonomi Kinalizade Ali Celebi.


B. Mengetahui Bagaimana Pemikiran Ekonomi Mustafa Nuri bey.
C. Mengetahui Bagaimana pemikiran Ekonomi Mehmed Akif Ersoy.
D. Mengetahui Bagaimana Pemikiran Ekonomi Said Nursi Badiuzaaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Ekonomi Kınalızâde Ali Çelebi


Kınalızâde merupakan Tokoh Ekonomi Islam klasik yang hidup di era Dinasti Turki
Usmani. Ia dilahirkan di Isparta, Anatolia pada tahun 916 H/1511 M. Ahlâk-i Alâ‟î menjadi salah
satu karya monumental milik Kinalizade berisi tentang akhlak yang memberikan warna
Turki Utsmaniah dalam perkembangan ilmu pengetahuan. I‟lm Tadbir al Manzil (Ilmu
Pengurusan Rumah Tangga/ITM) menjadi bagian penting yang dibahas dalam Ahlâk-i Alâ‟î. Ia
adalah putra Qadı (hakim) Emrullah Mehmed (1559) dan cucu dari Abd „al-Kadir Hamidi.1
Selain itu, ia mengajar di berbagai perguruan tinggi (medreses) di Edirne, Bursa, Kütahya, dan
akhirnya Istanbul, sebelum memulai karier yudisial. Tahun 1563, ia dikirim sebagai hakim ke
Damaskus, kemudian ke Kairo, Bursa, dan Edirne; pada tahun 1570 dia diangkat hakim Istanbul
dan tahun berikutnya Anadolu Kazaskeri,yaitu, kepala hakim militer Anatolia.
ITM merupakan ilmu yang digunakan untuk menjaga ketertiban antara anggota rumah
tangga dan ilmu yang digunakan untuk mempertahankan rezeki dengan cara yang tepat baik bagi
golongan kelas bawah sampai kepada kelas atas. Secara spesifik, Kinalizâde menjelaskan bahwa
karakter utama manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berisolasi sendiri. Manusia
memerlukan manusia yang lain dengan cara bekerjasama dan produksi untuk memenuhi
kebutuhannya selain pembahasan tentang manusia Kinalizade juga menjelaskan bahwa uang yang
menjadi pembahasan penting baginya yang mana fungsinya nya sebagai nāmus-u asgâr ( hukum
yang paling kecil ) dan pelindung keadilan (hafiz-i „adālet). Dalam kajian filsafat praktis hukum
dibagi menjadi 3 yaitu Syariah (namus-u Akbar) hukum pemerintah (Mulk) dan uang (namu-u
asgar).
Bagi Kinalizade uang sangat terkait dengan hukum, karena uang dapat menyeimbangkan
ketidak setaraan yang dihasilkan dari transaksi perdagangan dan ekonomi. Nurizal bahkan Tidak
segan jika dewasa ini, uang bukan lagi menjadi namus-u asgar, tetapi telah berubah menjadi
namus-u Akbar yang dapat membeli hukum. Kin alizade juga menjelaskan tentang deskripsi mata
uang ideal yaitu jenis metalnya harus langka, mudah dibawa wa dan tahan lama. Dinar
merupakan mata uang yang yang paling ideal menurutnya.
Selanjutnya ada tiga dimensi uang dalam kehidupan manusia ya itu untuk dicari, dijaga
dan dikeluarkan. Cara mendapatkan uang yang menurutnya ada dua cara yaitu dengan cara usaha

1
Marinos Sariyannis. (2018). A History of Ottoman Political Thought up to the Early Nineteenth Century. Brill. hal.
1.

3
dan tanpa usaha. Dengan usaha melalui perdagangan, profesi dan pertanian anne-marie
sedangkan tanpa usaha melalui warisan, wasiat, sedekah, infaq, zakat wakaf dan hibah.
Bagaimana cara menjaganya, yaitu dengan cara pengeluaran rumah tangga tidak melebihi
pendapatan, tidak memiliki komoditas atau barang yang tidak tahan lama untuk disimpan sebagai
kepemilikan, dan selalu menyimpan harta yang memiliki nilai stabil dan tidak memiliki laba yang
dapat diprediksi.
Dalam hal pengeluaran, seseorang harus memiliki rasa malu karena kekikiran karena
menurut Kinalizade menghabiskan jumlah seminimal mungkin dan tidak menghabiskan lebih dari
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar juga merupakan kekikiran. Tindakan yang
kedua adalah untuk menghindari dari kesewenang-wenangan dan pemborosan dari konsumsi,
ketiga adalah menghindari untuk membelanjakan uang untuk membanggakan diri sendiri atau
untuk menarik pengakuan orang lain atas dirinya atau Ria. Terakhir, tidak boleh menyebutkan
pemberiannya kepada orang lain nanti, atau mengingatkan mereka apapun yang telah dia
habiskan untuk mereka. Intinya dalam pengelolaan rumah tangga adalah Jalan Tengah tidak boros
dan berlebih-lebihan.
Ḳınalızāde juga menambahkan tiga hal yang harus dihindari saat menghasilkan
uang, yaitu kekejaman dan penindasan (seperti mengambil properti orang melalui tipu
daya), tersipu dan malu (seperti tampil dan bermain), dan keburukan dan penyiksaan
(seperti menjaga toilet, penyamakan kulit dan pertumpahan darah).
Ḳınalızāde menyarankan bahwa menyimpan uang hanya mungkin melalui
peningkatan jumlah pendapatan, karena membelanjakan uang tidak bisa dihindari. Jika
tidak ada kenaikan dalam jumlah uang, maka akan habis karena pengeluaran yang
berdampak pada urusan rumah tangga akan runtuh: jika penghasilan Anda rendah,
belanjakanlah yang sesuai.715Kondisi kedua adalah bahwa cara menyimpan uang tidak
boleh bertentangan dengan prinsip agama, dan orang tersebut tidak boleh berhenti
memberi sedekah(zekāt).716 Maka prinsip syariat harus menjadi dasar utama dalam
menyimpan uang. Syarat ketiga adalah reputasi seseorang tidak boleh rusak, dan satu lagi
tidak boleh dikenal di antara orang lain sebagai orang yang dekat. 2

B. Pemikiran Ekonomi Mustafa Nuri Bey

2
A history of Ottoman economic thought: Developments before the nineteenth century. hal. 102.

4
Ia lahir pada tahun 1259 H/1844 M saat ayahnya Beylânh Gürcü Yusuf Pasha
yang menjadi gubernur di Maraş. Nama aslinya adalah Mustafa Nûrî Bey. Nuri belajar
ilmu Islam dan Prancis kepada seorang guru secara privat selain pendidikan formalnya.
Di awal tahun 1860-an, setelah itumenjalankan tugas singkat di berbagai kantor, Nuri
ditugaskan di kantor penerjemahan(Tercüme Odası), yang berfungsi sebagai sekolah
penting bagi banyak intelektual dan negarawan Ottoman terkemuka pada zaman itu selain
sekolah fungsi resminya lainnya berfungsi sebagai sarana diplomatik untuk pemerintah. 3
Nuri Bey memberikan pengertian ilmu kekayaan (science of wealth) sebagai sains
yang merupakan cabang dari ilmu akhlak/moral. Dalam mendukung pandangannya
sendiri, ia mengeklaim bahwa “Ilmu kekayaan” hanya terkait dengan kekayaan yang
diperoleh secara sah/halal, bukan dengan cara “penindasan atau menjilat atau kecurangan
atau penipuan”. Karena itu ia menolak tesis positivisme yang mengatakan tidak ada
ikatan yang kuat antara moral dan ekonomi”4. Inilah ekonomi Islam yang menempatkan
moral sebagai satu elemen terpenting yang tidak terpisahkan dengan ekonomi. Inilah
ekonomi Islam yang menempatkan moral sebagai satu elemen terpenting yang tidak
terpisahkan dengan ekonomi. Chapra (2009) menegaskan bahwa nilai moral tidak hanya
fokus kepada kehidupan pribadi individu, melainkan juga mencakup semua aspek
kehidupan manusia, seperti sosial, ekonomi, politik dan internasional dan mempengaruhi
kesejahteraan setiap orang. Sepertinya, ia mencoba mengembalikan ekonomi kepada
asalnya dalam tradisi filsafat praktis islami yang mencakup akhlak/moral, ekonomi dan
politik sebagai satu kesatuan tidak terpisahkan.5Dalam hubungannya dengan intervensi
pemerintah terhadap ekonomi, Ia menganjurkan intervensi negara dalam kehidupan
ekonomi untuk menjamin perekonomian keadilan dan kepentingan umum, dengan
mengorbankan kepentingan pribadi jika itu perlu.6
Hal seperti ini pun yang dicontohkan oleh Amirul Mukmnin Umar bin Khattab
yang menyita tanah Bilal bin al-Harits sambal berkata “Rasulullah Saw tidak memberimu

3
Economics and capitalism in the Ottoman Empire. hal. 7.
4
Denis T. Kılınçoğlu. (2017). ‘Islamic Economics in the Late Ottoman Empire: Menâpirzâde Nuri Bey’s Mebâhis-i
İlm-i Servet.’ The European Journal of the History of Economic Thought, 24(3).
5
Muhammad Umer Chapra. (2009). ‘Ethics and economics: An Islamic perspective.’ Islamic Economic Studies,
16(1).
6
Islamic Economics in the Late Ottoman Empire: Menâpirzâde Nuri Bey’s Mebâhis-i İlm-i Servet.diakses pada
tanggal 13 Mei 2022

5
agar kamu menghalanginya dari masyarakat. Beliau tidak memberimu kecuali untuk
dikelola.” Al-Harits berkata: “Lalu Umar bin al-Khattab memberikan kawasan al-Aqiq
kepada masyarakat.” Maka pandangannya ini menegaskan bahwa negara harus
mencampuri urusan ekonomi individu setiap kali terjadi tindakan yang merugikan
kepentingan umum.Ia membenarkan bahwa bukanlah suatu religius, ilmiah, dan rasional
ketika bertentangan dengan kepentingan publik. Dalam ekonomi Islam negara berperan
sebagai legislatif, yudikatif, dan eksekutif untuk kepentingan publik yang merujuk
kepada aturan-aturan syariat.
Dalam kasus Turki Utsmani perlu dicatat adalah pertanyaan tentang bunga dan
membangun ekonomi bebas bunga tidak menjadi perhatian utama bagi ekonom muslim-
Utsmaniyah lainnya pada zaman itu juga. Selain itu ekonomi Islam versi Nuri Bey adalah
upaya untuk mengasimilasi pengetahuan ekonomi modern ke dalam pengaturan
kelembagaan dan budaya Islam, yang akan membimbing muslim-Utsmani dalam
membangun ekonomi modern.

C. Pemikiran Ekonomi Mehmed Akif Ersoy


Ia dilahirkan di Istanbul 20 Desember 1873 M merupakan penyair, penulis,
akademisi, politisi dan penulis lagu kebangsaan Turki. Ayahnya yang merupakan imigran
Albania, Mehmet Efendi Tahir adalah seorang guru di madrasah Fatih. Selain
mendapatkan pendidikannya dari ayahnya, ia juga pada usianya yang keempat tahun di
sekolah Emir Bukhari dekat provinsi Fatih. Ia kemudian belajar di Fatih Rüşdiye
(Sekolah Menengah pertama Utsmani) dan melanjutkan di Mekteb-i Mülkiye (Sekolah
Sains Politik).
Ersoy memulai penjelasannya tentang negara yang maju karena etos kerjanya. Di
dunia ini, hanya bangsa-bangsa yang telah membebaskan diri dari sikap apatis dan terdiri
dari warga yang rajin dan banyak akal akan maju dengan cepat dan meninggalkan negara
lain. Oleh karena itu, hanya dengan merangkul kerja keras dan gaya hidup yang rajin
sehingga masyarakat dapat mencapai tingkat peradaban modern.
Ersoy mengatakan bahwa dunia adalah tempat perjuangan, di mana individu yang
aktif akan mengalahkan pasif dan akan mendominasinya. Oleh karena itu, kita harus
melakukannya tidak mengabaikan dunia ini. Sebagai sebuah agama, Islam mengandung

6
banyak aturan dan prinsip yang memerintahkan umat Islam untuk menjalani kehidupan
yang sangat produktif. Dari sini terlihat pemikirannya bahwa manusia muslim harus
menjadikan dunia sebagai sarana produktif untuk memakmurkan bumi dan
kehidupannya. Kerja adalah sarana yang wajib dilakukan oleh umat Islam di dunia untuk
mencapai tujuan akhirat.
Salah satu pilar utama kehidupan seorang muslim adalah kemakmuran dan
kemajuan. Jadi bekerja untuk memenuhi nafkah itu adalah diperintahkan oleh Islam
sebagai bentuk penjagaan jiwa. Beberapa ulama Islam bahkan menjelaskan bahwa tujuan
dari bekerja untuk memenuhi nafkah diri sendiri, keluarga, kerabat dekat, dan masyarakat
yang merujuk kepada Alquran dan sunah. Dari pendapatnya dapat dijelaskan bahwa
pentingnya kerja sama dan persatuan dalam ekonomi dalam suatu negara. Dengan kata
lain, pembagian kerja akan menjadi produktif secara efisien dan efektif ketika dikerjakan
bersama-sama untuk mendukung pembangunan ekonomi negara.
D. Pemikiran Ekonomi Said Nursi Badiuzaaman
Said Nursi lahir pada tahun 1293 H (1877 M) di desa Nurs, daerah Bitlis. Ia
adalah anak keempat dari tujuh anak dari Mirza dan Nuriye yang berasal dari suku Kurdi.
Ayahnya bernama Mirza dan Ibunya Nuriye merupakan pengikut tarekat
Naqsabandiyyah. Dalam pendidikan, kepintarannya dalam bidang ilmu-ilmu Syarī‟at
terlihat ketika ia dapat merampungkan diplomanya hanya dalam tempo tiga bulan yang
seharusnya ditempuh selama 15 tahun di salah satu madrasah di Bayezit, sehingga ia
berhak mendapat gelar Molla (penghormatan atas seorang yang terpelajar di bidang
agama) dari Syaikh Muhammad Celali.
Dalam studi ekonomi Islam konsep rezeki menjadi studi yang penting yang harus
dikaji. Badiuzzaman mengatakan bahwa rezeki langsung diawasi oleh yang Maha Kuasa
dari Kemuliaan dan datang langsung dari perbendaharaan rahmat-Nya. Karena makanan
dari semua makhluk hidup dijamin oleh Sang Pemelihara (Allah Swt), tidak ada yang
harus mati kelaparan.7 Dari penjelasannya dapat dimengerti bahwa kebutuhan manusia itu
datang dari rezeki Allah Swt. yang diberikan oleh-Nya dengan ketentuan dan kadar yang
ditetapkan sesuai dengan usaha-usaha manusia. Maka konsep kerja dalam ekonomi Islam,

7
Said Nursi. (2009). The Flashes Collection. 12. Diterjemahkan dari Bahasa Turki oleh Şükran Vahide. Istambul:
Sözler Neşriyat A.Ş

7
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup harus bergantung kepada Allah Swt. sebagai
al-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) yang diwujudkan dalam penerapan syariat-syariat-
Nya.
Ia membagi rezeki menjadi dua yaitu yang hakiki dan metaforis. Rezeki yang
hakiki, yaitu yang cukup untuk bertahan hidup. Hal ini dijamin oleh Sang Pemberi
Rezeki (al-Razzâq). Selama kecenderungan manusia terhadap kejahatan itu tidak ada, ia
akan menemukan rezeki penting ini dalam keadaan apa pun tanpa mengorbankan
agamanya, atau kehormatannya, atau harga dirinya. Rezeki yang metaforis, yaitu karena
kesewenang-wenangan, kebutuhan yang tidak penting menjadi seperti yang penting, dan
karena malapetaka kebiasaan dan tradisi, orang menjadi kecanduan dan tidak dapat
melepaskannya.
Di antara cara-cara yang baik ketika memperoleh rezeki yaitu mengeluarkannya
dengan cara hemat. Menurutnya, berhemat menunjukkan rasa hormat terhadap karunia
Allah Swt dan menguntungkan bagi yang melakukannya. Maka hemat adalah konsep inti
dalam ekonomi Islam yang harus diperhatikan adalah perilaku konsumsi manusia. Maka
dapat disimpulkan dalam konsep rezeki Badiüzzaman bahwa inti dalam aktivitas
ekonomi Islam adalah hemat yang harus dilakukan dalam konsumsi, produksi dan
distribusi karena itu ekonomi Islam disebut sebagai iqtishâd. Permasalahan kelangkaan
menjadi inti dari pembahasan ekonomi modern akan terselesaikan ketika konsep hemat
ini diterapkan, tetapi sayangnya itu tidak dapat terjadi ketika landasannya adalah
materialisme, individualisme, dan self-interest.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemikiran Ekonomi Kınalızâde Ali Çelebi yaitu cara mendapatkan uang yang
menurutnya ada dua cara yaitu dengan cara usaha dan tanpa usaha. Dengan usaha melalui
perdagangan, profesi dan pertanian anne-marie sedangkan tanpa usaha melalui warisan,
wasiat, sedekah, infaq, zakat wakaf dan hibah. Bagaimana cara menjaganya, yaitu dengan
cara pengeluaran rumah tangga tidak melebihi pendapatan, tidak memiliki komoditas
atau barang yang tidak tahan lama untuk disimpan sebagai kepemilikan, dan selalu
menyimpan harta yang memiliki nilai stabil dan tidak memiliki laba yang dapat
diprediksi.
Pemikiran Ekonomi Mustafa Nuri Bey yaitu Ilmu kekayaan” hanya terkait dengan
kekayaan yang diperoleh secara sah/halal, bukan dengan cara “penindasan atau menjilat atau
kecurangan atau penipuan”. Karena itu ia menolak tesis positivisme yang mengatakan tidak ada
ikatan yang kuat antara moral dan ekonomi”
Pemikiran Ekonomi Mehmed Akif Ersoy yaitu dunia adalah tempat perjuangan,
di mana individu yang aktif akan mengalahkan pasif dan akan mendominasinya. Oleh
karena itu, kita harus melakukannya tidak mengabaikan dunia ini. Sebagai sebuah agama,
Islam mengandung banyak aturan dan prinsip yang memerintahkan umat Islam untuk
menjalani kehidupan yang sangat produktif. Dari sini terlihat pemikirannya bahwa
manusia muslim harus menjadikan dunia sebagai sarana produktif untuk memakmurkan
bumi dan kehidupannya. Kerja adalah sarana yang wajib dilakukan oleh umat Islam di
dunia untuk mencapai tujuan akhirat.
Pemikiran Ekonomi Said Nursi Badiuzaaman yaitu dalam konsep rezeki
Badiüzzaman bahwa inti dalam aktivitas ekonomi Islam adalah hemat yang harus
dilakukan dalam konsumsi, produksi dan distribusi karena itu ekonomi Islam disebut
sebagai iqtishâd. Permasalahan kelangkaan menjadi inti dari pembahasan ekonomi
modern akan terselesaikan ketika konsep hemat ini diterapkan.

9
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan. Kami yakin
dalam penulisan maupun penyampaiannya masih terdapat kesalahan serta kekurangan,
untuk itu kami mohon ma‟af yang sebesar-besarnya. Dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan kami selanjutnya. Dan semoga makalah
ini bermanfa‟at bagi pembaca semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Marinos Sariyannis. (2018). A History of Ottoman Political Thought up to the Early Nineteenth
Century. Brill. hal. 1.

A history of Ottoman economic thought: Developments before the nineteenth century. hal. 102.

Economics and capitalism in the Ottoman Empire. hal. 7.

Denis T. Kılınçoğlu. (2017). „Islamic Economics in the Late Ottoman Empire: Menâpirzâde Nuri
Bey‟s Mebâhis-i İlm-i Servet.‟ The European Journal of the History of Economic Thought, 24(3).

Muhammad Umer Chapra. (2009). „Ethics and economics: An Islamic perspective.‟ Islamic
Economic Studies, 16(1).

Islamic Economics in the Late Ottoman Empire: Menâpirzâde Nuri Bey’s Mebâhis-i İlm-i
Servet.diakses pada tanggal 13 Mei 2022

Said Nursi. (2009). The Flashes Collection. 12. Diterjemahkan dari Bahasa Turki oleh
Şükran Vahide. Istambul: Sözler Neşriyat A.Ş

11

Anda mungkin juga menyukai