OLEH :
M. HAIKAL RAFAIS
ANGGRI DITIO R
AINI NURIN JAZLINA
INDRI FEBRIANI
RENO FEBRIAN
NAURA NURUSAJIDAH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Budaya Alam Minangkabau dengan
materi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................1
D. Manfaat Penulisan Makalah.......................................................................1
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................11
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah peran dan fungsi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah?
2. Apakah prinsip dasar Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah?
3. Apa Saja nilai operasional Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah?
BAB II
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
Di Minang, karena integrasi antara hukum adat Islam dan hukum adat setempat,
ada empat macam adat yang menjadi hukum di masyarakat. Kebiasaannya adalah:
1. Adat nan sabana adat
Adat nan sabana adat yaitu segala sesuatu yang terjadi menurut kehendak
Allah adalah hukum alam, yaitu hukum alam (ahli hukum alam). Di sabana adat
ini, segala sesuatu yang diterima Nabi Muhammad SAW sesuai dengan kaidah
yang diatur dalam Alquran dan terkait dengan hukum atau pembatalan dan hal-
hal yang legal atau haram atau disebut juga dengan adat dari Allah.
2. Adat nan diadatkan
Adat nan diadatkan yaitu Adat yang diproduksi oleh pemerintah nagari
biasanya hidup di nagari yang selaras dengan pertumbuhan penduduk nagari.
3. Adat nan teradat
Adat nan teradat yaitu adat yang merupakan aturan yang disesuaikan
dengan tempat dan kondisi.
4
4. Adat istiadat
Adat istiadat yaitu adat yang harus ditaati seseorang dan disesuaikan dengan
keadaan setempat (seseorang harus mematuhi adat setempat)
Jika dikaji secara mendalam, peribahasa ini memiliki makna yang sangat dalam
dan sangat mendasar, dan akan mengubah semua prinsip adat dan semua perilaku
putra Minangkabao agar sesuai dengan ajaran Islam. Dalam kehidupan sehari-hari,
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan syara akan dibuang, dan segala sesuatu
yang sesuai dengan syara akan diterima dan dipraktikkan. Karena pepatah adat ini
telah disepakati selama ini, maka pepatah adat tersebut tidak pernah benar-benar
direalisasikan, melainkan hanya sebagian. Apalagi sejak Minangkabau ditaklukkan
oleh Belanda (1837), penerapan idiom ini semakin jauh dari kenyataan. Meski
begitu, anak Minangkabau tidak pernah padam keinginannya untuk mewujudkan
syariat Islam.
Generasi berikutnya dari anak dan cucu tokoh perang Paus muncul, seperti
Syekh Ahmed Khatib, putra bupati Bukit Tinggi, Sheyek Tah Jalaluddin dan lainnya
di Minan Nafas kedua gerakan Islam di alam semesta Kabourg. Murid-murid dari
dua individu ini seperti Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA), Sheikh Jameel
Jambek, Sheikh Jameel Jaho, dll. Mereka mereformasi gerakan Islam, dengan
demikian mewujudkan cita-cita tradisional Basandi Syara'. Syara'basandi
Kitabullah. Meski begitu, idiom ini belum banyak kita lihat di jagat Minangkabau
selama ini, hanya sebagian saja, sehingga adat istiadat sekuler masih lazim di
kalangan pemuda dan gadis Minangkabau. Semakin maraknya kehidupan
materialistik putra Minangkabau (tinggal di luar negeri dan di kampung
halamannya) membuktikan bahwa cita-cita pepatah ini semakin jauh dari kenyataan.
Dan semakin banyak orang yang tidak bisa membaca dan menulis Alquran.
Proses dialektika, kontradiksi, dan keseimbangan masyarakat Minang telah
membentuk masyarakat Minangkabau yang memiliki karakter, karakter dan sikap
yang berbeda dalam menghadapi kehidupan. Karakter-karakter ini meliputi:
1. Penekanan terhadap nilai-nilai keadaban dan menjadikan kekuatan budi dalam
menjalani kehidupan.
5
2. Etos kerja yang didorong oleh penekanan terhadap kekuatan budi yang
mendasari setiap orang untuk dapat melakukan hal-hal berguna bagi semua
orang
3. Kemandirian. Etos kerja dalam melaksanakan amanah sebagai khalifah menjadi
kekuatan bagi orang Minang untuk dapat hidup mandiri tanpa harus tergantung
dengan orang lain.
4. Toleransi dan Kesamaan Hati. Meskipun terdapat kompetisi, namun adanya rasa
kesamaan menimbulkan toleransi khususnya dalam memandang komunitas
5. Kebersamaan, Adanya toleransi dan kesamaan hati terhadap komunitas
menyebabkan tumbuhnya kesadaran sosial untuk dapat hidup dan menjalani
hidup secara bersama-sama
6. Visioner. Adanya budi pekerti, etos kerja yang tinggi dan kemandirian diiringi
semangat kebersamaan dan toleransi yang tinggi menimbulkan pandangan jauh
ke depan.
Adat adalah segala bentuk dan sistem yang mengatur prilaku dan tatanan
kehidupan yang dicita-citakan atau yang ingin dicapai seluruh masyarakat
minangkabau syarak adalah substansi ajaran islam termasuk hukum-hukumnya.
kitabullah adalah alqurannul karim,kitab suci yang diturunkan allah kepada nabi
muhammad saw.
1. Islam meletakan kewajiban mengasuh anak itu kepada kedua orang tua.
mengatakan: Ibu adalah madrasah awal bagi anak-anaknya. Hak mengasuh dan
memelihara anak diserahkan kepada ibunya sejak anak dalam kandungan. Beberapa
institusi pembelajaran dan pendidikan individu Minangkabau;
Pendidikan budaya untuk mengenal segala bentuk dan ragam pranata sosial
termasuk pelaku-pelaku budaya. Di rumah gadang, dari umur 0 tahun - 10 tahun
mereka berada di rumah gadang (rumah ibunya/rumah asal). Di sini dididik untuk
mengenal semua kaum sanak familinya, mengenal semua harta pusaka, mengenal
dan menjalankan sopan santun, atau etika . Secara sosiologis pendidikan budaya di
rumah gadang sebagai dunia ibu atau dunia matrlilineal. Secara sosiologis institusi
ini disebut dunia rantau. Orientasi pendidikannya adalah bagaimana menempuh
hidup sendiri, mandiri di perantauan (di luar keluarga, di luar kaum dan di luar
kampung,). Oleh karena itu dalam pendidikan keagamaannya dikatakan
bahwa manusia hidup di dunia ini adalah hidup di rantau. Akan kembali ke
kampung, kampung akhirat.
“Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-
agak nan ka-tingga ”.
Memiliki jati diri, self help dengan tulang delapan kerat walau dengan memakai
cara yang amat sederhana sekalipun adalah “lebih terhormat”, daripada
meminta-minta dan menjadi beban orang lain, “Kamu ambil seutas tali, dan
dengan itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual
pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada
berkeliling meminta-minta”. (Hadist).
Kesadaran kepada ruang dan waktu, Peredaran bumi, bulan dan matahari,
pertukaran malam dan siang, menjadi bertukar musim berganti bulan dan
tahun, “Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami
jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup“. (QS.78, An Naba’ : 10-11).
9
Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai
mengendalikan diri, agar jangan melewati batas, dan berlebihan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pepatah diucapkan adat basandi syara ', syara'basandi Kitabullah merupakan
ekspresi kehidupan masyarakat Minangkabau. Pernyataan adat ini mengandung
makna bahwa adat istiadat yang berlaku di Minangkabau adalah adat istiadat Islam ,
bukan adat istiadat yang cuek. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa setiap
orang di Minangkabau beragama Islam, jika bukan Muslim, Kemudian masyarakat,
mereka bukan orang Minang, peribahasa ini pertama kali diturunkan pada
pertemuan akbar para tokoh adat dan ulama di sekitar Alam Minangkabau di puncak
Marapalam Batusangkar. Mereka yang datang ke Gurun Sahara dan
memperjuangkan kebenaran dari Tuhan berharap untuk memerintah masyarakat
yang mapan melalui adat jahiliyah . Tentu saja masyarakat adat tidak bisa begitu
saja menerima begitu saja, karena mereka telah menegakkan kebenarannya sendiri.
Pada mulanya adat Minangkabau dan syara berjalan paralel seperti rel kereta api,
mereka tidak pernah bertemu, dan masing-masing menjalankan fungsinya dan tidak
mengganggu hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan dia.
B. SARAN
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan sehingga saya membutuhkan
kritik serta saran dari dosen pengampu agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
11
DAFTAR RUJUKAN
Sari bundo. (2018. 09 Desember). Asal Usul Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah (2). Diakses pada 10 Oktober 2020, dari
https://www.saribundo.biz/asal-usul-adat-basandi-syarak-syarak-basandi-
kitabullah-2.html