Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDAYA ALAM MINANGKABAU


ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

OLEH :
M. HAIKAL RAFAIS
ANGGRI DITIO R
AINI NURIN JAZLINA
INDRI FEBRIANI
RENO FEBRIAN
NAURA NURUSAJIDAH

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1


KECAMATAN PANTAI CERMIN
KABUPATEN SOLOK
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Budaya Alam Minangkabau dengan
materi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surian, 02 Oktober 2022


 

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................1
D. Manfaat Penulisan Makalah.......................................................................1

BAB II ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH.........2


A. Peran dan Fungsi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. .2
B. Prinsip Dasar Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah.....................................................................................................5
C. Nilai Operasional Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
........................................................................................................................7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................10


A. Kesimpulan ................................................................................................10
B. Saran ..........................................................................................................10

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................11

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Kahin, salah satu ciri pembeda antara suku-suku Minangkabau dengan
ras lainnya terdapat kerukunan antara sistem matrilineal dan keyakinan Islam.
Perpotongan antara filosofi budaya Minangkabau dengan nilai-nilai Islam memiliki
akar sejarah yang panjang dan unik (Kratz, 2002: ix), yaitu Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabulah '(Bahar, 2008: Mahmud, 2010: 1), dan Khmer State's
Alam menjadi guru. Nilai tersebut merupakan norma dan semangat bagi suku
Minangkabau untuk beradaptasi dengan kehidupan sosial lokal maupun asing.
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah adalah ungkapan yang lazim di
masyarakat Minangkabau. Menurut Thaib (1965: 7), “Adat Minangkabau adalah
susunan aturan hidup yang ditentukan oleh Kato. Adapun Kato Kato adalah idiom
yang berarti rangkaian kata yang terdiri dari dua kalimat pendek, tetapi daam
Pemahaman yang luas, misalnya hidup terbiasa mati di dalam tanah, artinya semua
perilaku yang mengikat, yaitu sikap hidup dalam suatu kelompok persatuan
masyarakat, harus sesuai dengan norma yang terdapat dalam sistem Kato Kato.
Aturan adat. "

B. Rumusan Masalah
1. Apakah peran dan fungsi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah?
2. Apakah prinsip dasar Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah?
3. Apa Saja nilai operasional Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui peran dan fungsi Dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah.
2. Mengetahui prinsip dasar dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah.
3. Mengetahui nilai operasional Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
2

BAB II
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

A. Peran Dan Fungsi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Gambar 1. Masjid Raya Sumbar


Sumber : Saribundo.biz
Pepatah diucapkan adat basandi syara ', syara'basandi Kitabullah merupakan
ekspresi kehidupan masyarakat Minangkabau. Pernyataan adat ini mengandung
makna bahwa adat istiadat yang berlaku di Minangkabau adalah adat istiadat Islam
(adat istiadat diatur sesuai dengan norma dan aturan / sistem Islam), bukan adat
istiadat yang cuek.Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa setiap orang di
Minangkabau beragama Islam, jika bukan Muslim, Kemudian masyarakat, mereka
bukan orang Minang, peribahasa ini pertama kali diturunkan pada pertemuan akbar
para tokoh adat dan ulama di sekitar Alam Minangkabau di puncak Marapalam
Batusangkar. Pepatah ini muncul setelah melalui proses sejarah yang panjang sejak
Islam masuk ke ranah Minang.
Sebagai Muslim dari Minangkabau, mereka juga merupakan bagian dari
komunitas Muslim di seluruh dunia.Kita harus menyadari betapa sulitnya para
pendahulu kita untuk mempertahankan hukum Islam yang dijelaskan dalam kalimat
ini, meskipun hanya melalui diskusi dan kesepakatan. Kalau kita kaji kembali secara
mendalam, pengertian dari pepatah tersebut adalah harus dilakasanakan hukum
Islam secara utuh, tanpa ada yang ditinggalkan walau barang sedikitpun. Ada dalam
Minangkabau terbagi menjadi 4 (empat) :
3

1. Adat Nan Sabana Adat


Dengan kata lain, kebiasaan awal tidak akan berubah, rain deck tidak akan
dipakai, dan tidak akan berada di belakang deck panjang. Adat Nan Sabana Adat
menggunakan pepatah katai yang terkait dengan "hukum alam"
2. Adat Nan Diadatkan
Seperti Undang-undang luhak dan rantau. Disini berlaku seumpama : “jiko
dicabuik mati, jiko diasak layua”
3. Adat Nan Teradat
Merupakan aturan yang lahir dari hasil musyawarah mufakat/ konsensus ;
seperti ungkapan : “Patah tumbuah hilang baganti”
4. Adat Istiadat
Yaitu kebiasaan yang berlaku di masyarakat umum atau setempat, seperti
acara seremonial, pergaulan sehari-hari yang sangat bervariasi antara satu tempat
dengan tempat lainnya. Dalam mamangmya, Adat istiadat itu “gadangnyo dek
diambak, tingginyo dek dianjuang” , hanya tumbuh apabila dirawat dengan baik.

Di Minang, karena integrasi antara hukum adat Islam dan hukum adat setempat,
ada empat macam adat yang menjadi hukum di masyarakat. Kebiasaannya adalah:
1. Adat nan sabana adat
Adat nan sabana adat yaitu segala sesuatu yang terjadi menurut kehendak
Allah adalah hukum alam, yaitu hukum alam (ahli hukum alam). Di sabana adat
ini, segala sesuatu yang diterima Nabi Muhammad SAW sesuai dengan kaidah
yang diatur dalam Alquran dan terkait dengan hukum atau pembatalan dan hal-
hal yang legal atau haram atau disebut juga dengan adat dari Allah.
2. Adat nan diadatkan
Adat nan diadatkan yaitu Adat yang diproduksi oleh pemerintah nagari
biasanya hidup di nagari yang selaras dengan pertumbuhan penduduk nagari.
3. Adat nan teradat
Adat nan teradat yaitu adat yang merupakan aturan yang disesuaikan
dengan tempat dan kondisi.
4

4. Adat istiadat
Adat istiadat yaitu adat yang harus ditaati seseorang dan disesuaikan dengan
keadaan setempat (seseorang harus mematuhi adat setempat)

Jika dikaji secara mendalam, peribahasa ini memiliki makna yang sangat dalam
dan sangat mendasar, dan akan mengubah semua prinsip adat dan semua perilaku
putra Minangkabao agar sesuai dengan ajaran Islam. Dalam kehidupan sehari-hari,
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan syara akan dibuang, dan segala sesuatu
yang sesuai dengan syara akan diterima dan dipraktikkan. Karena pepatah adat ini
telah disepakati selama ini, maka pepatah adat tersebut tidak pernah benar-benar
direalisasikan, melainkan hanya sebagian. Apalagi sejak Minangkabau ditaklukkan
oleh Belanda (1837), penerapan idiom ini semakin jauh dari kenyataan. Meski
begitu, anak Minangkabau tidak pernah padam keinginannya untuk mewujudkan
syariat Islam.
Generasi berikutnya dari anak dan cucu tokoh perang Paus muncul, seperti
Syekh Ahmed Khatib, putra bupati Bukit Tinggi, Sheyek Tah Jalaluddin dan lainnya
di Minan Nafas kedua gerakan Islam di alam semesta Kabourg. Murid-murid dari
dua individu ini seperti Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA), Sheikh Jameel
Jambek, Sheikh Jameel Jaho, dll. Mereka mereformasi gerakan Islam, dengan
demikian mewujudkan cita-cita tradisional Basandi Syara'. Syara'basandi
Kitabullah. Meski begitu, idiom ini belum banyak kita lihat di jagat Minangkabau
selama ini, hanya sebagian saja, sehingga adat istiadat sekuler masih lazim di
kalangan pemuda dan gadis Minangkabau. Semakin maraknya kehidupan
materialistik putra Minangkabau (tinggal di luar negeri dan di kampung
halamannya) membuktikan bahwa cita-cita pepatah ini semakin jauh dari kenyataan.
Dan semakin banyak orang yang tidak bisa membaca dan menulis Alquran.
Proses dialektika, kontradiksi, dan keseimbangan masyarakat Minang telah
membentuk masyarakat Minangkabau yang memiliki karakter, karakter dan sikap
yang berbeda dalam menghadapi kehidupan. Karakter-karakter ini meliputi:
1. Penekanan terhadap nilai-nilai keadaban dan menjadikan kekuatan budi dalam
menjalani kehidupan.
5

2. Etos kerja yang didorong oleh penekanan terhadap kekuatan budi yang
mendasari setiap orang untuk dapat melakukan hal-hal berguna bagi semua
orang
3. Kemandirian. Etos kerja dalam melaksanakan amanah sebagai khalifah menjadi
kekuatan bagi orang Minang untuk dapat hidup mandiri tanpa harus tergantung
dengan orang lain.
4. Toleransi dan Kesamaan Hati. Meskipun terdapat kompetisi, namun adanya rasa
kesamaan menimbulkan toleransi khususnya dalam memandang komunitas
5. Kebersamaan, Adanya toleransi dan kesamaan hati terhadap komunitas
menyebabkan tumbuhnya kesadaran sosial untuk dapat hidup dan menjalani
hidup secara bersama-sama
6. Visioner. Adanya budi pekerti, etos kerja yang tinggi dan kemandirian diiringi
semangat kebersamaan dan toleransi yang tinggi menimbulkan pandangan jauh
ke depan.

B. Prinsip Dasar Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah


Falsafah Budaya Adat Minangkabau adalah adat basandi syarak,syarak basandi
kitabullah merupakan salah satu filosofi hidup yang dipegang oleh masyarakat
Minangkabau, yang menjadikan Islam sebagai landasan utama dalam tata pola
perilaku dan nilai-nilai kehidupan.

Adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah mengandung tiga unsur terpenting:

Adat adalah segala bentuk dan sistem yang mengatur prilaku dan tatanan
kehidupan yang dicita-citakan atau yang ingin dicapai seluruh masyarakat
minangkabau syarak adalah substansi ajaran islam termasuk hukum-hukumnya.
kitabullah adalah alqurannul karim,kitab suci yang diturunkan allah kepada nabi
muhammad saw.

1. Islam meletakan kewajiban mengasuh anak itu kepada kedua orang tua.

Orang tua berkewajiban mengarahkan anak-anaknya menjadi orang yang


beriman dan berakhlak mulia serta menjalankan ajaran agama dengan baik, sehingga
terhindar dari perbuatan atau perilaku yang menyimpang. Jumhur ulama
6

mengatakan: Ibu adalah madrasah awal bagi anak-anaknya. Hak mengasuh dan
memelihara anak diserahkan kepada ibunya sejak anak dalam kandungan. Beberapa
institusi pembelajaran dan pendidikan individu Minangkabau;

Pendidikan budaya untuk mengenal segala bentuk dan ragam pranata sosial
termasuk pelaku-pelaku budaya. Di rumah gadang, dari umur 0 tahun - 10 tahun
mereka berada di rumah gadang (rumah ibunya/rumah asal). Di sini dididik untuk
mengenal semua kaum sanak familinya, mengenal semua harta pusaka, mengenal
dan menjalankan sopan santun, atau etika . Secara sosiologis pendidikan budaya di
rumah gadang sebagai dunia ibu atau dunia matrlilineal. Secara sosiologis institusi
ini disebut dunia rantau. Orientasi pendidikannya adalah bagaimana menempuh
hidup sendiri, mandiri di perantauan (di luar keluarga, di luar kaum dan di luar
kampung,). Oleh karena itu dalam pendidikan keagamaannya dikatakan
bahwa manusia hidup di dunia ini adalah hidup di rantau. Akan kembali ke
kampung, kampung akhirat.

2. Pendidikan budaya untuk pengujian nilai-nilai yang telah didapatkandi rumah


gadang dan di surau.

Pendidikan budaya untuk pengujian ini disebut dunia galanggang. Gelanggang


yang lebih luas dan kompleks: rantau. Pendidikan di galanggang dari umur 15-25
tahun. Saat seorang individu sudah menyadari dorongan-dorongan biologisnya. Di
galanggang mereka bersilat, berpantun dan perkawinan termasuk ke dalam bagian
dari perantauan tersebut. Oleh karena itu, seorang individu sebelum memasuki kaum
lain (kaum istrinya) mereka harus diberi gelar, diberi bekal kemandirian lahir batin.

3. Ketentuan dalam hidup bergaul


 Ukua jangko dalam adat Minangkabau)
o Nak luruih rantangkan tali
o Nak tinggi naikkan budi
o Nak haluih baso jo basi
o Nak elok lapangkan hati
o Nak taguah paham dikunci
7

o Nak mulie tapati janji


o Nak labo bueklah rugi
o Nak kayo kuek mancari

 Adat sopan santun dalam masyarakat


o Jalan Mandaki
o Jalan Mandata
o Jalan Malereng
o Jalan Manurun

C. Nilai Operasional Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syariat dan


syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu memberikan pula
pelajaran-pelajaran antara lain,

1. Mengutamakan prinsip hidup keseimbangan.

Karena ni’mat Allah, sangat banyak. “Dan jika kamu menghitung-hitung


ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16, An Nahl :
18).

Keseimbangan jelas tampak dalam mementaskan kemakmuran di ranah


ini,  “Rumah gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang
tujuah sajaja, Sabuah si bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu, Sabuah si
Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak kamanakan.
Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.

2. Kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi Allah.

Allah telah menjadikan bumi mudah untuk digunakan. Maka berjalanlah


di atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah
8

tempat kamu kembali. “Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah


karunia Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu
mencapai kejayaan“. (QS.62, Al Jumu’ah : 10). Karatau madang dihulu babuah
babungo balun. Marantau buyuang dahulu di rumah paguno balun.

Ditanamkan pentingnya kehati-hatian …

“Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih,  Ingek-ingek nan ka-pai,  Agak-
agak nan ka-tingga ”.

3. Mencari nafkah dengan “usaha sendiri”.

Memiliki jati diri, self help dengan tulang delapan kerat walau dengan memakai
cara yang amat sederhana sekalipun adalah “lebih terhormat”, daripada
meminta-minta dan menjadi beban orang lain, “Kamu ambil seutas tali, dan 
dengan itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual
pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada
berkeliling meminta-minta”. (Hadist).

Diperingatkan bahwa membiarkan diri hidup dalam kemiskinan dengan


tidak berusaha adalah salah , “Kefakiran (kemiskinan)  membawa orang kepada
kekufuran (ke-engkaran)”  (Hadist).

4. Tawakkal dengan  bekerja dan tidak boros.

Tawakkal, bukan “hanya menyerahkan nasib” dengan tidak berbuat apa-


apa, “Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal” (Atsar dari
Shahabat). Tak ada kebun tempat bertanam, tak ada pasar tempat berdagang.
Tak kurang, setiap pagi terbang meninggalkan sarangnya dalam keadaan lapar,
dan setiap sore kembali dalam keadaan “kenyang”.

Kesadaran kepada ruang dan waktu, Peredaran bumi, bulan dan matahari,
pertukaran malam dan siang, menjadi bertukar musim berganti bulan dan
tahun, “Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami
jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup“. (QS.78, An Naba’ : 10-11).
9

Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai
mengendalikan diri, agar jangan melewati batas, dan berlebihan.

“Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak


mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih – putuih, Lah
salasai mangko-nyo sudah”. Artinya bekerja sepenuh hati, dengan mengerahkan
semua potensi yang ada. Bila mengerjakan sesuatu tidak menyisakan kelalaian
ataupun ke-engganan. Tidak berhenti sebelum sampai, dan tidak berakhir
sebelum benar-benar sudah.
10

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pepatah diucapkan adat basandi syara ', syara'basandi Kitabullah merupakan
ekspresi kehidupan masyarakat Minangkabau. Pernyataan adat ini mengandung
makna bahwa adat istiadat yang berlaku di Minangkabau adalah adat istiadat Islam ,
bukan adat istiadat yang cuek. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa setiap
orang di Minangkabau beragama Islam, jika bukan Muslim, Kemudian masyarakat,
mereka bukan orang Minang, peribahasa ini pertama kali diturunkan pada
pertemuan akbar para tokoh adat dan ulama di sekitar Alam Minangkabau di puncak
Marapalam Batusangkar. Mereka yang datang ke Gurun Sahara dan
memperjuangkan kebenaran dari Tuhan berharap untuk memerintah masyarakat
yang mapan melalui adat jahiliyah . Tentu saja masyarakat adat tidak bisa begitu
saja menerima begitu saja, karena mereka telah menegakkan kebenarannya sendiri.
Pada mulanya adat Minangkabau dan syara berjalan paralel seperti rel kereta api,
mereka tidak pernah bertemu, dan masing-masing menjalankan fungsinya dan tidak
mengganggu hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan dia.

B. SARAN
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan sehingga saya membutuhkan
kritik serta saran dari dosen pengampu agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
11

DAFTAR RUJUKAN

Hmasoed. (2008. 09 April). Implementasi Adat Basandi Syarak, dalam Membangun


Daerah dan Negara, berbasis Nagari di Sumbar. Diakses pada 10 Oktober 2020,
dari https://hmasoed.wordpress.com/2008/04/09/implementasi-adat-basandi-
syarak-dalam-membangun-daerah-dan-negara-berbasis-nagari-di-sumbar/

Sari bundo. (2018. 09 Desember). Asal Usul Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah (2). Diakses pada 10 Oktober 2020, dari
https://www.saribundo.biz/asal-usul-adat-basandi-syarak-syarak-basandi-
kitabullah-2.html

Wikipedia. (2020. 26 Mei). ADAT BASANDI SYARAK. Diakses pada 10 Oktober


2020, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Adat_bersendi_syarak

Anda mungkin juga menyukai