Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kitabullah terdiri atas dua kata, yaitu kitab dan Allah lalu dijadikan satu
kata: Kitabullah, yang secara harfiah berarti kitabnya Allah. Kitab itu sendiri
berasal dari bahasa Arab: Kataba-yaktubu-kitaban yang berarti tulisan (buku).
Kitab juga bisa dimaknai sebagai puncak dari himpunan (al-Qur'an), karena
kitab adalah kumpulan sejumlah huruf menjadii kata, kata menjadi kalimat,
kalimat menjadi ayat, ayat menjadi surah, dan kumpulan dari 114 surah disebut
al-Kitab atau al-Qur'an. Dengan demikian, Kitabullah dalam konteks artikel ini
adalah ketentuan-ketentuan Allah Swt yang tertuang di dalam Kitab Allah yang
juga dikenal dengan Al-Quran.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, hal ini ditandai dengan
budayanya yang multikulturalisme; memiliki budaya, adat dan suku yang
sangat banyak dan beragam, seperti: Budaya/Adat Bali yang mendiami Pulau
Bali, Budaya/Adat Jawa yang mendiami Pulau Jawa, Budaya/Adat Sasak yang
mendiami Pulau Lombok. Demikian pula halnya salah satu budaya/adat yang
mendiami Pulau Sumatera yaitu Budaya/Adat Kerinci yang ada di Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi.
Kerinci adalah nama sebuah daerah, salah satu dari sepuluh daerah kabupaten
dan kota dalam lingkungan Provinsi Jambi. Lengkapnya disebut Kabupaten
Kerinci. Daerah Kabupaten Kerinci terletak di paling barat dalam Provinsi
Jambi, diantara 141-2 26 LS dan 101 08-101 50 BT dengan posisi
membujur dari barat laut ke tenggara, sejajar dengan letak Pulau Sumatera.
Secara administratif pemerintahan Kabupaten Kerinci berbatasan sebelah utara
dengan Kabupaten Solok (Sumbar), sebelah selatan dengan Kabupaten
Merangin, sebelah timur dengan Kabupaten Muarobungo dan sebelah Barat
dengan Kabupaten Bengkulu Utara.
Sudah barang tentu setiap desa memiliki adat yang harus dijunjung tinggi
oleh warganya. Demikian pula dengan adat yang dimiliki Desa Koto Bento.

1
Namun, jika berbicara secara makro, maka sejak dulu Kerinci menganut sistem
masyarakat matrilineal, di mana hubungan keturunan ditentukan menurut garis
ibu. Dalam sistem kepemimpinan adat, menurut Yunasril Ali, dkk. (2005)
bahwa dalam masyarakat Kerinci dikenal adanya tingkatan pemangku adat
yang disebut Sko Tigo Takah, yaitu, Sko Depati, Sko Ninik Mamak dan Sko
Sko Tengganai (anak jantan). Dan dalam adat Kerinci terdapat beberapa gelar
adat, yaitu: Depati, Datuk, Rio, Mangku, Patih, Manti Agung, Malano dan lain-
lain.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah dalam adat
kerinci

C. Tujuam Maslah
Dari penjelasan diatasa dapat diambil tujuan masalah yaitu. Untuk mengeatahui
Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah dalam adat kerinci

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah


Arti dari peribahasa Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah
adalah Setiap aktivitas hidup kita harus berdasarkan atas tuntunan dan syariat
agama kita. Peribahasa Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah
merupakan peribahasa berbahasa Indonesia yang dimulai dengan huruf A.
Peribahasa Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah dapat anda
gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
sebagai suatu perumpamaan yang mempunyai arti Setiap aktivitas hidup kita
harus berdasarkan atas tuntunan dan syariat agama kita.
Penjelasan Peribahasa Lebih Rinci / Detil :
Peribahasa : Adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah
Arti Peribahasa : Setiap aktivitas hidup kita harus berdasarkan
atas tuntunan dan syariat agama kita
Bentuk Lain Peribahasa :
Arti Kata Tidak Umum : Arti syarak adalah hukum islam
Huruf Depan Peribahasa : A
Bahasa Peribahasa : Bahasa Indonesia
Keterangan : -

Informasi peribahasa Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah pada


situs web ini bukanlah penjelasan resmi ataupun bagian dari kamus peribahasa
bahasa indonesia resmi. Apabila ada kekurangan atau pun kesalahan pada
pemaparan peribahasa Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah , kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tuliskan pertanyaan, pengalaman,
komentar maupun opini anda terkait dengan peribahasa Adat bersendi syarak,
syarak bersendi kitabullah di form komentar di bagian bawah situs web kita
tercinta ini agar kita bisa diskusikan bersama-sama. Mari kita biasakan

3
menggunakan peribahasa Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah
dalam ucapan maupun tulisan untuk melestarikan peribahasa nasional kita,
terima kasih.

B. Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah


Kedatangan agama Islam di alam Kerinci, membawa pengaruh besar
dalam perkembangan adat dan kebudayaan di alam Kerinci, terjadi asimilasi
antara ajaran agama Islam dengan adat dan Kebudayaan yang selama ribuan
tahun dipedomani oleh penduduk asli alam Kerinci, setelah di kaji dan di
undang terjadilah percampuran antara hukum agama Islam dan hukum adat,
segala yang bertentangan dengan hukum agama Islam ditinggalkan, dari
percampuran tersebut melahirkan seloko / motto yang dipedomani bersama
yakni Adat yang bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah Motto
tersebut hingga saat ini dan akhir zaman tetap menjadi pedoman.
Disamping keputusan diatas, juga diambil sebuah kesimpulan yakni Anak
cucu dari Siyak Lengih, yaitu Depati Nan Bertujuh, sebagai pegawai Rajo,
Pegawai Jenang yang di juluki Suluh Bindang Alam Kerinci, hal ini dengan
alasan Nenek Siyak Lengih diyakini sebagai orang pertama yang
mengembangkan agama Islam di Kerinci, Kepada Depati Nan Bertujuh inilah
tempat orang bertanya mengenai agama Islam
Dampak positif dari pertemuan Sitinjau Laut tersebut, maka ketiga
daerah itu yakni Kerinci, Jambi dan Minangkabau menjadi damai dan tenteram,
dan hingga saat ini piagam hasil perdamaian tersebut masih dipegang teguh
dan menjadi pedoman bagi ketiga wilayah adat dan pemerintahan didaerah
tersebut.(Budhi Vrihaspathi Jauhari)
Titian Teras adalah ayat Allah yang tertulis dalam Al Quran dan disebut
wahyu. Tangga Batu adalah ayat Allah yang berupa ciptaan-Nya yaitu alam
semesta beserta segala isinya.
Karena ayat Allah itu dua macam: ayat Allah yang tertulis dalam Al
Quran yang disebut wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul untuk
disampaikan kepada umatnya lalu ayat Allah berupa alam dan isinya hasil

4
ciptaanNya. Keduanya wajib seimbang dilaksanakan, bila ayat Allah berupa
wahyu tidak dilaksanakan maka ayat Allah berupa alam murka, akibatnya
manusia akan menuai badai bencana alam. Jadi Titian Teras Bertangga Batu
adalah Sunnah Allah, dia adalah hukum yang tertinggi datang dari Allah,
hukum dalam konteks ini adalah aturan theorik, jalan mendapat keadilan dan
kebahagiaan, dengan menempuh titian dan tanggo untuk mencapai adil dan
bahagia, hidup jayo mati sempurno.
Maka titian hukum harus kokoh dan kuat berupa teras dan tanggo hukum
harus kokoh dan kuat berupa batu itulah ayat Allah Swt, isinya tidak mungkin
bisa dirubah dan tidak ada campur tangan manusia, dia harus lebih tinggi
berada dipucuk menjadi hukum dasar dan pedoman, hukum yang datang dari
Allah, pucuk dari segala aturan hukum tidak ada lagi aturan hukum yang lebih
tinggi dari itu, karena aturan hukum dipucuk bukan buatan manusia tetapi
Sunnah Allah. Bila tidak dilaksanakan kafirlah orangnya dan azab balasannya.
1. Cermin Gedang Nan Dak Kabur
Adapun cermin gedang nan dak kabur adalah kita suci Al Quran, kitab
yang tidak pernah diubah baik kalimat, bari huruf maupun titik sejak
diwahyukan hingga sekarang dan tidak ada yang mampu merobahnya,
karena dijamin oleh Allah Swt, Sesungguhnya kami lah yang menurunkan
Al Quran dan kami benar-benar memeliharanya (Al Quran 15:9).
Kitab ini dijadikan cermin yang tidak pernah kabur dalam hukum adat,
artinya tidak bisa dirubah oleh siapapun, wajib dilaksanakan kapan dan
dimana saja, tanpa terikat dengan tempat dan waktu. Begitulah hukum
Islam, dan begitu juga seharusnya hukum yang dibuat, jangan berubah dek
saudagar lalu, jangan diasak dek dagang lewat, dirubah dek ada
kepentingan, hukum harus tegak kokoh sepanjang waktu. Jalan barambah
yang harus diturut, baju bajahit wajib dipakai, sudah bersesap berjerami,
batunggul bapamerah, bapendam pekuburuan. Dahulu orang membunuh
dijatuhi bangun, terjadi sko maka hukumnya begitu juga, itulah cermin
yang tak kabur.

5
2. Lantak Nan Dak Goyah
Bahwa Lantak nan Dak Goyah kaping dak tagenou, adalah Sunnah Rasul
berupa hadis Nabi, hukum yang datang dari Nabi adalah untuk
melaksanakan ayat-ayat Allah, dan sunnah Rasul yang termuat dalam Hadis
Nabi Muhammad Saw, tidak boleh diubah dan tidak mungkin dirobah-
robah atau digeser-geser lagi.
Hadis-hadis Nabi itu diibaratkan dengan sebuat lantak, yang pangkal lantak
diberi kaping atau ikat atau empelang kuat, supaya tidak pecah saat
dipukul, ia boleh dipukul dengan apa saja tidak akan pecah. Maka lantak
dipukul agar tacancang (tertanam) dalam-dalam sehingga tidak goyah.
Begitulah hukum adat yang yang benar, kata benar tidak boleh diubah-
ubah, tanpa pandang bulu tanpa tebang pilih, yang salah harus salah, yang
benar harus benar, tidak pandang siapa dia.
3. Kato Mufakat
Bahwa Kato Mufakat, adalah Ulil amri minkum, yaitu putusan Raja yang
adil dibuat dengan mufakat wajib diikuti, karena taat kepada Allah dan taat
kepada Rasul dan Ulil Amri (pemimpin) yang adil adalah wajib. Maka itu
kato mufakat adalah merupakan faktua sun sevanda (istilah hukum),
yaitu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai hukum.
Kata Mufakat adalah kato seorang dibulatkan kato basamo dimufakati,
mencari kato sebuah dikaji sampai ke embun padu dibaco sampai ke kesik
janim, dicucuk sehabis ari dikikis sehabis besi, ditakik darah ketian dicaru
kutu keijuk, dimano garis situ diukur mano dicoreng situ dipahat.
Tapaut makanan lantak takurung makan kunci, saukou maka jadi sesuai
maka dikenak, tentu ketak dengan bulaanca denga ruwas, lah dapat kato
seiyo betemu kato sebuah, pipih tidak bersudut boleh dilayangkan, bulat
tidak bersanding boleh digulingkan, bulat air dek pembuluh bulat kato dek
mufakat dan tumbuh dari bumi.
4. Dak Lapuk Deh Hujan Dal Lekang Dek Paneh
Bahwa kata-kata tidak lapuk karena hujan tidak lekang karena panas,
mengandung arti: Pertama, menujuk kepada yang empat di atas, yaitu titian

6
teras batanggo batu, cermin gedang nan tak kabur, lantak dalam nan tak
goyah kaping dak tagenou, dan kata mufakat, keempat itu tidak mungkin
lekang atau lapuk (buruk) dalam hujan atau panas, dia bagaikan batang
pohon yang selalu hidup.
Inilah kebulatan tekad dan janji sumpah setio orang Kerinci, untuk
melaksanakan hukum secara konsisten, dan konsekwen bertanggung jawab
kepada Allah, untuk melaskanakan hukum tanpa ragu-ragu dan semuanya
sudah dicucui sehabis ari, dikikis sehabis besi, diasak layu dianggo mati,
tekat dan pengakuan yang tak lekang dan tak lapuk, itulah pengakuan batin
penegak hukum adat.

C. Gelar Adat
1. Gelar Depati
Pemangku adat yaitu orang yang menduduki jabatan dalam kelembagaan
adat. Orang yang dituakan dan orang yang didahulukan selangkah
karena ia terpilih untuk mewakili masyarakat dan kelebunya dalam
berperkara di tingkat kelembagaan adat.
Dalam adat Kerinci terdapat beberapa gelar adat, yaitu: Depati, Datuk, Rio,
Mangku, Patih, Manti Agung, Malano dan lain-lain.
Sedangkan dalam sistem kepemimpinan adat, menurut Yunasril Ali, dkk.
(2005) bahwa dalam masyarakat Kerinci dikenal adanya tingkatan
pemangku adat yang disebut Sko Tigo Takah, yaitu:
a. Sko Depati, kedudukan hukumnya beras 100 kerbau seekor. Dalam
pengertian, kalau seseorang diangkat menjadi depati anak betino harus
mempersembahkan (dalam bahasa adat disebut menghanguskan)
beras seratus kerbau seekor.
b. Sko Ninik Mamak, kedudukan hukumnya beras 20 kambing seekor.
Seseorang yang diangkat menjadi Rio (Ninik Mamak) atau yang
sederajat anak betino harus mempersembahkan beras 20 kambing
seekor.
c. Sko Tengganai (anak jantan), sebenarnya ini bukan gelar adat, tetapi

7
menempati kedudukan dalam adat. Biasanya tengganai adalah seorang
anak jantan yang dituakan dalam suatu keluarga. Adapun kedudukan
hukumnya adalah beras sepinggan ayam seekor.
Itulah tiga jenjang kepemimpinan adat yang memiliki wewenang dalam
mengurus segala masalah dalam masyarakat adat. Wewenang itu sesuai
dengan peringkat masing-masing pemangku adat, yang diistilahkan
dengan bajenjang naik batanggo turun. Sedangkan pemecahan
masalah yang muncul dalam masyarakat diselesaikan dengan undang-
undang negara dan hukum adat.
Pada kesempatan ini penulis akan menguraikan tentang depati
secara singkat. Kata depati adalah kata memutus. Dialah yang
memakan habis, memenggal putus dan membunuh mati. Artinya segala
perkara yang sampai kepadanya dan diadilinya di rumah adat, maka
hasil keputusan itu tidak dapat dibantah oleh siapapun. Depati itu
memegang hukum dengan undang-undang. Segala peraturan yang
dikeluarkan dan segala hukuman yang telah dijatuhkan hendaklah
menurut garis adat yang telah ditentukan, yaitu hukum adat yang
disesuaikan dengan hukum syara, karena adat basendi syara, syara
basendi kitabullah. Tidak dibenarkan menyimpang dari ketentuan yang
berlaku. Kalau didapati berbuat salah, baik salah adat maupun salah
hukum, sebagai akibatnya adalah kekacauan dalam negeri. Kedudukan
depati menjadi goyah dan dia bisa diberhentikan dengan tidak hormat
dengan jalan mencabut gelar depatinya
Lebih lanjut Yunasril Ali, dkk. (2005) menjelaskan bahwa untuk
menjadi seorang depati ninik mamak, seseorang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Gemuk badannya, artinya orang yang mampu, ada perbekalan yang
tersedia untuk mengurus anak kemenakan.
b. Gedang kelaso/gedang leher, maksudnya jika timbul biaya yang
kecil-kecil tidak perlu meminta kepada anak kemanakan.
c. Simbal ekor, maksudnya selalu memperhatikan nasib anak

8
kemenakan.
d. Langsing kokok, maksudnya berbicara selalu benar, tidak terdapat
hal-hal yang bertentangan dengan syara serta berani bertanggung
jawab atas pembicaraannya. Selalu bersikap jantan dalam
mengeluarkan pendapat di tengah masyarakat menurut undang-
undang adat yang berlaku.
2. Upacara Adat Kenduri Sko
Pada dasarnya banyak jenis upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat
Kerinci pada umumnya dan Desa Koto Bento pada khususnya, yakni
sebagai berikut:
a. Kenduri Sko, umumnya dilaksanakan di dusun-dusun seluruh Kerinci
dengan mempersembahkan beras 100 kerbau seekor atau beras 20
kambing seekor. Sekarang Kenduri Sko ini telah diadakan secara
bergantian ada yang satu tahun sekali, lima tahun sekali, sepuluh tahun
sekali atau tergantung kesepakatan bersama. Uniknya Kenduri Sko di
Koto Bento sudah 40 tahun tidak pernah diadakan, baru diadakan pada
Juni 2009 dan penulis berkesempatan mengikuti acara tersebut.
b. Asyeq, nyaho, tolak bala, naik mahligai, merupakan budaya adat yang
sampai sekarang masih ada. Hanya asyek masih ada dibeberapa dusun,
seperti: Pondok Tinggi, Sungai Penuh, Koto Keras, Siulak dan lainnya.
Sementara dibeberapa dusun lain sudah menghilang, karena dianggap
perbuatan melanggar agama (Islam), berhubung isinya berupa ritual
memanggil ruh-ruh nenek moyang. Dulunya asyek dilaksanakan untuk
mengobati salah seorang yang menderita sakit dengan menggunakan
sesajian dan lain-lain.
c. Melemang dan membuat jadah (dodol) dilaksanakan untuk menyambut
hari besar Islam, seperti: lebaran, Isra Miraj, Maulid Nabi, dan
lainnya.
d. Upacara mandi balimau, ini dilaksanakan menjelang puasa dan lebaran
serta sering dilakukan pada bulan Safar
e. Upacara ngasap dan bedendo (kawin sumbang). (Yunasril Ali, dkk,

9
2005: 21).
dan banyak lagi upacara-upacara budaya yang lain, yang dilaksanakan
masyarakat, seperti: kenduri sudah tuai (pesta panen), upacara bategak
(membangun rumah), upacara ratib saman, ambong gilo, lukah gilo dan
lain-lain.
Sedangkan syarat-syarat untuk berlangsungnya upacara Kenduri Sko
menurut sesepuh adat Desa Koto Bento, Yahya Sudin dengan gelar
Bujang Peniang Hilang Dilaman sebagai berikut:
a. Adanya kehendak (niat) dari anak jantan dan anak betino yang
disetujui oleh depati, ninik mamak dalam desa tersebut.
b. kemampuan masyarakat secara finansial untuk melaksanakan
Kenduri Sko.
3. Kenduri Sko dapat dilakukan minimal lima tahun sekali. (Wawancara, 7
Juli 2009). Sedangkan proses pelaksanaan Kenduri Sko, yaitu:
a. Mendapatkan izin dari masyarakat untuk melaksanakan Kenduri Sko.
b. Minta arah artinya pemberitahuan niatan Kenduri Sko kepada Depati,
Ninik Mamak yang memiliki hubungan kerabat/keturunan baik yang
tinggal di desa tersebut maupun luar desa yang kemudian sekaligus
mereka memberikan izin melaksanakan Kenduri Sko dimaksud.
c. Pemberian izin ditandai dengan pembunyian gong di rumah adat oleh
Depati, Ninik Mamak yang berwenang.
d. Setelah izin ini resmi diberikan oleh Depati, Ninik Mamak maka
dilaksanakan Kenduri Sko selama seminggu. (Wawancara, 7 Juli 2009).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
Dalam masyarakat Kerinci dikenal adanya tingkatan pemangku adat yang
disebut Sko Tigo Takah, yaitu:
1. Sko Depati, kedudukan hukumnya beras 100 kerbau seekor.
2. Sko Ninik Mamak, kedudukan hukumnya beras 20 kambing seekor.
3. Sko Tengganai (anak jantan), sebenarnya ini bukan gelar adat, tetapi
menempati kedudukan dalam adat. Adapun kedudukan hukumnya adalah
beras sepinggan ayam seekor.
Demikian pula dalam adat Kerinci terdapat beberapa gelar adat, yaitu: depati,
Datuk, Rio, Mangku, Patih, Manti Agung, Malano dan lain-lain.
Dalam konteks Ilmu Sosial pada contoh pemberian gelar adat Depati kepada
Ketua STAIN Kerinci dari Desa Koto Bento merupakan status yang diperoleh
dengan Assigned Status, artinya status sosial yang diperoleh seseorang di
dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir, tetapi diberikan
karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya: seseorang yang
dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menambah
pengetahuan, wawasan serta bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari
akan ketidak sempurnaan makalah ini, untuk itu kritik dan saran dari teman-
teman yang membangun sangat bermanfaat untuk memperbaiki makalah
selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril, dkk, Adat Basendi Syara Sebagai Fondasi Membangun


Masyarakat Madani di Kerinci, STAIN Kerinci Press, 2005, Kerinci.
Al-Makassary,Ridwan., Kematian Manusia Modern, UII Press, 2000. Yogyakarta.
Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, 2006., Introduction
to social Macrodynamics, Moscow:URSS,.
Atlas Lengkap Indonesia dan Dunia, Karya Agung, 2005, Surabaya.

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Masalah ...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Tujuan Negara .......................................................................
B. Kekuasaan Negara ..............................................................................
C. Proses terjadinya negara .....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
13
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan Adat Bersendi Syarak Syarak
Bersendi Kitabullah
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .

Sungai Penuh, September 2017

i
14
MAKALAH
ADAT BERSENDI SYARAK SYARAK BERSENDI KITABULLAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah


Adat Budaya Kerinci

Disusun Oleh:
1. Sundari Rona Putri
2. Aziza Puwan Sholeha

Dosen Pembimbing:
SIARMAN, MA

MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN BAHASA ARAB ISNTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A.2017/2018

15

Anda mungkin juga menyukai