“USHUL FIQH”
DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
Assalamulaikum Wr.Wb
Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu apapun. Sholawat serta salam tak lupa
kami haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Yang mana berkat beliaulah yang
membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang yakni
Agama islam. Serta yang terhormat kepada bapak dosen mata kuliah Ushul Fiqh. Dan
tak lupa juga kami ucapkan terimakasih untuk rekan-rekan yang turut membantu dalam
penyusunan makalah Mashadir Ahkam 2.
Adapun tujuan utama pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah
Ushul Fiqh. Makalah ini mengulas secara garis besar tentang Ijma’, Qiyas, dan Urf
sebagai sumber hukum. Sekalipun kami telah mengusahakan penyusunan makalah
semaksimal mungkin untuk meminimalisir kesalahan, namun tidak mustahil apabila
masih ada kekurangan juga kekhilafan dari kami selaku penyusun. Oleh karena itu, kami
memohon kritik dan saran dari yang terhotmat bapak dosen sebagai pengingat dalam
pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin...
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Ijma’………………………………………………………………...
B. Qiyas………………………………………………………………...
C. Urf…………………………………………………………………..
A. Kesimpulan ………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijma’ dan qiyas adalah salah satu dalil syara’ yang memiliki tingkat kekuatan
argumentasi dibawah dalil-dalil Nash (Al-Qur’an dan Hadits) ia merupakan dalil
pertama setelah Al-Qur’an dan Hadits yang dapat dijadikan pedoman dalam
menggali hukum-hukum syara’.
Sedangkan Urf merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial
masyarakat atau kebiasaan.
Namun ada komunitas umat islam tidak mengakui dengan adanya ijma’, qiyas,
dan Urf itu sendiri yang mana mereka hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al
Hadits, mereka berijtihat dengan sendirinya itupun tidak lepas dari dua teks itu
sendiri (Al-Qur’an dan Hadits).
Ijma’, qiyas, dan juga Urf muncul setelah Rasulullah wafat, para sahabat
melakukan ijtihad untuk menetapkan hukum terhadap masalah-masalah yang
mereka hadapi.
Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Misalnya selalu mengumpulkan para sahabat
untuk berdiskusi dan bertukar fikiran dalam menetapkan hukum, jika mereka
telah sepakat pada satu hukum, maka ia menjalankan pemerintahan berdasarkan
hukum yang telah disepakati.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Ijma’
1. Pengertian
Ijma tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Hanya mereka yang
mencapai derajat mujtahid-lah yang diperhitungkan pendapatnya.
Mengutip jurnal Konsep Ijma dalam Ushul Fiqh dan Klaim Gerakan
Islam 212 tulisan Chamim Tohari (2019: 151), kriteria mujtahid adalah orang
yang beragama Islam, baligh, berakal sehat, mempunyai akhlak yang baik. Ia
juga menguasai ilmu bahasa Arab beserta tata bahasanya secara baik,
memahami ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits, serta mampu melakukan
istinbath hukum dari Alquran dan Sunnah.
2. Rukun Ijma’
Menurut Az Zuhaili (1986: 537) dalam Ushul Fiqih Islami, ijma baru
dianggap sah jika memenuhi rukun-rukunnya, yaitu:
3. Kehujjahan Ijma’
Mengutip dari jurnal Kedudukan Ijma Sebagai Dalil Hukum Terhadap Fatwa
Ekonomi Islam Kontemporer karya Agil Bahsoan, perintah mentaati ulil amri
setelah Allah dan Rasul berarti sama artinya dengan mematuhi ijma. Sebab ulil
amri adalah orang-orang yang mengurus kehidupan umat, yaitu ulama.
“Siapa saja yang ingin mendapatkan pertengahan Surga, maka ikutilah Jamaah
(ummat Islam). Karena syaithan itu lebih suka bersama orang yang sendiri,
dan dia lebih jauh ketika bersama dua orang.”
ۖ ق ال َّرسُو َل ِمن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْالهُد َٰى َويَتَّبِ ْع َغي َْر َسبِي ِل ْال ُم ْؤ ِمنِينَ نُ َولِّ ِه َما ت ََولَّ ٰى َونُصْ لِ ِه َجهَنَّ َم
ِ َِو َمن يُ َشاق
صيرًا ِ ت َم ْ َو َسا َء
2
اال ْثنَي ِ~ْن أَ ْب َع ُد َو َم ْن
ِ ََعلَ ْي ُك ْم بِ ْال َج َما َع ِة َوإِيَّا ُك ْم َو ْالفُرْ قَةَ فَإ ِ َّن ال َّش ْيطَانَ َم َع ْال َوا ِح ِد َوه َُو ِمن
أَ َرا َد بِ َح ْب َح ِة ْال َجنَّ ِة فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال َجما َع ِة
“Tetaplah bersama jamaah dan waspadalah terhadap
perpecahan. Sesungguhnya setan bersama satu orang, namun
dengan dua orang lebih jauh. Dan barang siapa yang
menginginkan surga paling tengah maka hendaklah bersama
jamaah.”
B. Qiyas
Qiyas berarti mempertemukan sesuatu yang tidak ada nas hukumnya dengan
hal lain yang ada nas hukumnya karena ada persamaan „illat hukum. Dengan
demikian, qiyas merupakan penerapan hukum analogis terhadap hukum
sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan „illat akan melahirkan hukum
yang sama pula. Oleh karenanya, sebagaimana yang diungkapkan Abu Zahrah,
asas qiyas adalah menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan
persamaan sebab dan sifat yang membentuknya. Apabila pendekatan analogis
itu menemukan titik persamaan antara sebab-sebab dan sifat-sifat antara dua
masalah tersebut, maka konsekuensinya harus sama pula hukum yang
ditetapkan.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan
“kembali kepada Allah dan Rasul” (dalam masalah khilafiah), tiada lain adalah
perintah supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan apa sesungguhnya
yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh melalui
pencarian „illat hukum yang merupakan tahapan dalam melakukan qiyas.
2. -Rukun Qiyas
Unsur pokok atau rukun qiyas terdiri atas empat unsur berikut :
4
b. Far’u (cabang), adalah sesuatu yang tidak ada nashnya menurut
Muhammad Abu Zahrah seperti wisky.
c. Hukum Ashl, hukum syara’ yang ditetapkan oleh suatu nash atau
ijma’ yang akan diberlakukan kepada far’u, seperti keharaman
meminum khamar menurut Nasrun Haroen.
d. Illat, suatu sifat yang menjadi motif dalam menentukan hukum,
dalam kasus khamar diatas illatnya adalah memabukkan
3. Syarat Qiyas
Untuk dapat melakukan qiyas terhadap suatu masalah yang belum ada
ketentuannya dalam al-Qur’an dan hadits harus memenuhi syarat-syarat
berikut :
C. Urf
1. Pengertian
Kata ‘urf diambil dari akar kata ‘arafa – ya’rifu – irfan, ‘irfah, ma’rifah, ’urf
mempunyai arti mengetahui.‘arafa al-shai’ semakna dengan kata ‘alima al-
shai’ mengetahui tentang sesuatu. Kata-kata seakar dangan fi’il yang terdiri
dari hijaiyyah ‘a – ra – fa ))ع – ر –فmempunyai arti mengacu.
Dari banyaknya pengertian kata ‘urf , mengacu pada makna sejenis yaitu
pengetahuan tentang sesuatu.Selanjutnya, kalau kita mencoba
mengkombinasikan semua makna ‘urf diatas, maka akan menghasilkan makna
“pengetahuan akan sesuatu yang diikuti oleh masyarakat sehingga
pengetahuan itu tertanam dalam jiwa menjadi suatu terkenal bahkan menjadi
aturan bersama”.
5
kesepakatan meninggalkan sesuatu. Sedangkan pengertian ‘urf menurut Abu
Zahra adalah segala bentuk kebiasaan perbuatan manusia dan mereka selalu
beristiqamah terhadapnya.
“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
Kata ‘urf dalam ayat 199 Surat al-A‟raf menurut Khalid Abdul Rahman
mempunyai arti suatu yang dianggap baik oleh syara'.
Dari penelusuran makna kata ‘urf dalam al-Quran tersebut nampak tidak ada
kaitannya dengan makna ‘urf menurut terminologi hukum Islam.Semua makna
mengacu pada makna ‘urf secara harfiyah, walaupun terdapat perbedaan
ulama' mengenai ayat 199 Surat al-A‟raf, apakah mengacu pada ‘urf dalam
pengertian hukum Islam atau bukan, sehingga menjadi alasan berlakunya urf
dalam ranah hukum islam.
Para ulama memandang ‘Urf sebagai salah satu dalil untuk mengistinbathkan
hukum Islam hal ini dapat dilihat dari beberapa ucapan ulama. Ada juga
sebagian ulama yang memperkuat kehujjahan ‘Urf dengan dalil Al-Qur’an dan
Hadits. Mereka mengemukakan ayat 199 surat Al-A’raf sebagai dalilnya :
“jadilah enkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, dan
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.
“Ambillah (ambillah dari harta suamimu) kadar yang cukup untukmu dan
anakmu menurut ukuran yang cukup”
6
‘Urf pada dasarnya disandarkan pada salah satu dalil-dalil syara’ yang
mu’tabarah.
Para ulama dari masa kemasa telah menggunakan ijma’ sebagai dalil
atau hujjah hukum Islam. Hal ini menunjukkan bahwa para ulama
mengakuinya sebagai dalil.[7]
3. Syarat-syarat ‘Urf
Para ulama Ushul menyatakan bahwa suatu ‘urf baru dapat dijadikan sebagai
salah satu dalil dalam menetapkan hukum Syara’ apabila memenuhi sayarat-
syarat sebagai berikut:
‘Urf tersebut harus benar-benar merupakan kebiasaan mayarakat.
‘Urf tersebut masih tetap berlaku pada saat hukum yang didasarkan
pada ‘Urf tersebut ditetapkan. Jika ‘Urf telah berubah, maka hukum
tidak dapat dibangun diatas ‘Urf tersebut.
Tidak terjadi kesepakatan untuk tidak memberlakukan ‘Urf oleh pihak-
pihak yang terlibat didalamnya.
‘Urf tidak bertentang dengan nash, sehingga menyebabkan hukum
yang dikandung nash tersebut tidak bisa diterapkan. ‘Urf seperti ini
tidak dapat dijadikan dalil syara’ karena kehujjahan ‘urf baru bisa
diterima apabila tidak ada nash yang mengandung hukum
permasalahan yang dihadapi.[8]
4. Kedudukan 'Urf
Segala sesuatu yang diwajibkan oleh Allah, dan Allah tidak menjelaskan
kadarnya, maka ukurannya dikembalikan kepada ‘Urf, seperti ukuran besarnya
mahar, besarnya mut’ah bagi istri yang dicerai suaminya, upah bagi buruh atau
pembantu rumah tangga disuatu tempat dan lain-lain.[9]
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
http://irginurfadil.blogspot.com/2016/12/makalah-ijma-dan-qiyas-fiqh-ibadah.html?m=1
https://belladesy05.wordpress.com/makalah-ushul-fiqh-tentang-urf/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/ijma-pengertian-rukun-dan-dalilnya-1vCJoSOcoGF
https://almanhaj.or.id/2944-peran-ijma-dalam-penetapan-hukum-islam.html
http://jurnalalulum.iimsurakarta.ac.id/index.php/jurnal/article/download/25/24
https://journal.trunojoyo.ac.id/ettijarie/article/download/3913/2869