Anda di halaman 1dari 3

Resume tarikh tasyri’ islam

Pengertian Tarikh Tasyri' secara bahasa berasal dari kata Tarikh yang artinya catatan tentang
perhitungan tanggal, hari, bulan dan tahun. Lebih populer dan sederhana diartikan sebagai
sejarah atau riwayat. Serta dari kata syariah adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan (diwahyukan) oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk manusia yang
mencakup tiga bidang, yaitu keyakinan (aturan-aturan yang berkaitan dengan aqidah), perbuatan
(ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tindakan hukum seseorang) dan akhlak (tentang
nilai baik dan buruk). Tasyri’ adalah bermakna legislation, enactment of law, artinya penetapan
undang-undang dalam agama Islam.

Ruang lingkup Tarikh Tasyri' terbatas pada keadaan perundang-undangan Islam dari zaman ke
zaman yang dimulai dari zaman Nabi SAW sampai zaman berikutnya, yang ditinjau dari sudut
pertumbuhan perundang-undangan Islam, termasuk didalamnya hal-hal yang menghambat dan
mendukungnya serta biografi sarjana-sarjana fiqh yang banyak mengarahkan pemikirannya
dalam upaya menetapkan perundang-undangan Islam. Dalam kitab al-Madhkal ila Tarikh at-
Tasyri' al-Islami, mengatakan bahwa Tarikh Tasyri' tidak terbatas pada sejarah pembentukan al
Qur'an dan As-Sunnah. Ia juga mencakup pemikiran, gagasan dan ijtihad ulama pada waktu atau
kurun tertentu. Menurut catatan sejarah, pada periode Rasul ini adalah dasar dan awal dari
perkembangan dan munculnya Tarikh Tasyri’ Islam. Karena Rasul adalah sebagai pembawa
perdamaian bagi seluruh umat. Oleh karena itu tidak mustahil bila sejak periode ini sudah
mengalami perkembangan antusias tinggi bagi umat Islam sendiri maupun non-Islam.Diantara
ruang lingkup Tarikh Tasyri', adalah:

1. Ibadah
Bagian ini membicarakan tentang hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Hukum-hukum
yang berhubungan dengan lapangan ibadah bersumber pada nash-nash dari syara' tanpa
tergantung pemahaman maksudnya atau alasan-alasannya. Hukum-hukum tersebut bersifat abadi
dengan tidak terpengaruh oleh perbedaan lingkungan dan zaman.
2. Hukum Keluarga
Hukum keluarga ini meliputi: pernikahan, warisan, wasiat dan wakaf.
3. Hukum Privat
Hukum Privat disini adalah apa yang biasa disebut dikalangan fuqoha dengan nama fiqh
Mu'amalat-kebendaan atau hukum sipil (al Qonunul-madani). Hukum ini berisi pembicaraan
tentang hak-hak manusia dalam hubungannya satu sama lain, seperti haknya si penjual untuk
menerima uang harga dari si pembeli dan haknya si pembeli untuk menerima barang yang
dibelinya, dan sebagainya.
4. Hukum Pidana
Hukum pidana Islam ialah kumpulan aturan yang mengatur cara melindungi dan menjaga
keselamatan hak-hak dan kepentingan masyarakat (negara) dan anggota-anggotanya dari
perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan. Para fuqoha Islam membicarakan lapangan hukum
pidana dalam bab "Jinayat" atau "Huud".
5. Siyasah Syar'iyyah
Siyasah Syar'iyyah ialah hubungan antara negara dan pemerintahan Islam, teori-teori tentang
timbulnya negara dan syarat-syarat diadakannya, serta kewajiban-kewajibannya. Hubungan
antara rakyat dengan penguasa dalam berbagai lapangan hidup.
6. Hukum Internasional
Hukum ini ada dua, yaitu pertama hukum perdata internasional ialah kumpulan aturan-aturan
yang menerangkan hukum mana yang berlaku, dari dua hukum atau lebih, apabila ada dua unsur
orang asing dalam suatu persoalan hukum, seperti orang Indonesia hendak menikah dengan
orang Jepang dan perkawinan dilakukan di Amerika. Kedua hukum publik internasional,
lapangan hukum ini mengatur antara negara Islam dengan negara lain atau antara negara Islam
dengan warga negara lain, bukan dalam lapangan keperdataan.
Secara umum Tasyri' dibagi menjadi dua, yaitu dilihat dari al-tasyri al-Islam min jihad al-nash
yaitu dilihat dari sumbernya dan dari al-tasyri’ al-Islami min jihad al-tawasuh wa al-syumuliyah,
yaitu dilihat dari sudut keluasan dan kandungan Tasyri'. Ditinjau dari sudut sumbernya dibentuk
pada periode Rasulullah SAW, yakni al-Qur'an dan Sunnah.
Tarikh Tasyri’ Periode Rasul
1. Pada masa awal Islam
Periode ini berlangsung hanya beberapa tahun saja, yaitu tidak lebih dari 22 tahun dan
beberapa bulan saja. Tapi walaupun demikian periode ini membawa pengaruh dan kesan
yang besar dan penting sekali sebab periode ini telah meninggalkan beberapa ketetapan
hukum dalam al-Qur’an dan as- Sunnah, dan juga telah meninggalkan berbagai dasar atau
pokok Tasyri’ yang menyeluruh dan juga sudah menunjuk berbagai sumber dan dalil
hukum yang untuk mengetahui hukum bagi suatu persoalan yang belum ada ketetapan
hukumnya. Dengan demikian periode Rasulullah ini telah meninggalkan dasar
pembentukan undang-undang yang sempurna. Pertumbuhan dan perkembangan hukum
Islam Periode I (Pada Masa Rasulullah) situasi masyarakat Arab pra Islam sebelum Nabi
SAW diutus, orang-orang Arab adalah umat yang tidak memiliki aturan dan mereka
dikendalikan oleh kebiadaban, dinaungi oleh kegelapan dan kejihiliahan, serta tidak ada
agama yang mengikat dan undang-undang yang yang harus mereka patuhi. Periode ini
terdiri dari dua fase atau masa yang masing-masing mempunyai corak yang berbeda-
beda, yaitu fase Makkah dan Madinah.
2. Sumber Perundang-undangan Pada Periode Rasul
Penentuan hukum pada masa Rasul mempunyai dua macam sumber, yaitu :
a. Wahyu ilahi (Al Qur’an)
b. Ijtihad Rasul sendiri
Jika terjadi sesuatu yang menghendaki adanya pembentukan hukum yang disebabkan
karena munculnya suatu perselisihan atau masalah diantara umat Islam maka pemintaan
fatwanya itu kepada Rasul serta Rasul menfatwakannya kepada mereka berdasarkan
wahyu (al-Qur’an) yang turun kepada Rasul pada waktu itu. Disamping itu Rasul juga
mempunyai wewenang untuk berijtihad, namun hal ini terbatas pada masalah muamalah
saja. Sedangkan pada masalah ubudiyyah Rasul menfatwakannya berdasarkan wahyu
yang diturunkan kepadanya.
3. Perundang-undangan Pada Masa Rasul
Yang dikehendaki garis perundang-undangan adalah sistem atau jalan yang ditempuh
oleh pemuka-pemuka Tasyri’ dalam mengembalikan permasalahan pada sumber-sumber
Tasyri’. Oleh sebab itu periode ini merupakan periode hukum dan penempatan
perundang-undangan Islam. Sumber pertama perundang-undangan itu adalah wahyu
Allah yang diturunkan kepada Rasul yang menghasilkan ayat-ayat Hukum dalam al-
Qur’an. Dan perundang-undangan yang ke dua adalah berasal dari Ijtihad Rasul yaitu
yang biasa disebut dengan Sunnah Rasul.
4. Jumlah Ayat-ayat Hukum Dalam al-Qur’an
Jumlah materi ayat-ayat hukum dalam Al Qur’an yang berhubungan dengan ibadah dan
hal-hal yang berkaitan dengan jihad ada sekitar 140 ayat, jumlah ayat yang berkaitan
dengan muamalah, ahwal as Syahsiyah, Jinayah, Peradilan dan kesaksian berjumlah
kurang lebih 200 ayat. Sedangkan jumlah hadits hukum dalam berbagai macam hukum
berjumlah sekitar 4500 hadits.

Anda mungkin juga menyukai