Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KALAM”

Disususn Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Islam Klasik


Dosen Pengampu : Nurdin Zainal S.Fil., M.Fil

OLEH :

ANDI ATIQA PURNAMASARI KAMAL

20210006

AFI III

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, DAKWAH DAN KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG

2021
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬ َّ ِ ‫ِب ْس ِم هَّللا‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬

Puji Syukur kepada Allah Swt atas segala Rahmat dan pertolongan-Nya,

Sholawat serta Salam kepada junjungan Nabiullah Muhammad SAW., Semoga

selalu mengalir deras ke haribaan baginda Rasulullah Saw. berkat beliaulah kita

dapat terangkis dari peradaban jahiliyah menuju peradaban yang gemilang yakni

dengan agama yang diajarkannya yaitu agama Islam. Alhamdulillah penulis dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam”

Dari Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam Klasik yang dibimbing oleh dosen

pengampu Gurutta Nurdin Zainal S.Fil., M.Fil. Dengan segala keterbatasan

makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan minimnya

literatur yang kami kaji dan dangkalnya cakrawala berfikir penulis, oleh sebab

itu kritik dan saran konstruktif senantiasa menjadi harapan penulis, demi

sempurnanya penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah yang sederhana

ini akan memberi manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak yang

memerlukan.

Penyusun

ANDI ATIQA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Nabi............................................


B. Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Khulafaur Rasyidin.....................
C. Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti Umayyah........................
D. Perkembangan Ilmu Kalam Pada Masa Dinasti Abbasiyah......................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas mengenai akidah dengan memakai

pendekatan logika. Ilmu ini mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi yang

menjadi landasan pokok agama islam yaitu kemahaesaan Tuhan, masalah

nubuwah, akhirat dan hal yang berhubungan dengan itu. Oleh sebab itu, ilmu ini

menempati posisi sangat penting dan terhormat dalam tradisi keilmuan islam.

Sejarah ilmu kalam yang lahir karena terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan

menjadi pintu awal keberangkatan dan perkembangan ilmu kalam. Pemikiran

yang lahir akibat perbedaan sebuah penafsiran mengenai ketuhanan dan

permasalahan tentang dosa besar. Konsep dosa besar ini diadakan oleh kaum

khawarij yaitu kaum yang keluar dari golongan Ali Bin Abi Thalib karena tidak

menyetujui diadakan tahkim dan menganggap tahkim itu sebagai dosa besar.

Pemikiran-pemikiran kalam telah ada sejak permulaan perkembangan ilmu kalam.

Pemikir-pemikir kalam itu di bedakan menjadi dua kelompok dari sisi


kerangka berfikir mereka, yakni kerangka berfikir tradisional dan kerangka

berfikir rasional. Kerangka tradisional yakni sebuah kerangka berfikir yang

menempatkan wahyu di atas akal manusia. Mereka berfikir bahwa Al-qur’an

adalah wahyu Allah yang diyakini kebenaran dan tugas akal hanya

membenarkannya saja tanpa berusaha memahami sebuah wahyu melalui akal.

Sedangkan kerangka berfikir rasional justru menempatkan peranan akal yang

sangat besar dalam memahami wahyu.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Nabi?

2. Bagaimana Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Khulafaur Rasyidin?

3. Bagaimana Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti Umayyah?

4. Bagaimana Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Nabi.

2. Untuk Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Khulafaur

Rasyidin.

3. Untuk Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti

Umayyah.

4. Untuk Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti

Abbasiyah.

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Nabi.

2. Dapat Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Khulafaur

Rasyidin.
3. Dapat Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti

Umayyah.

4. Dapat Mengetahui Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti

Abbasiyah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Nabi

Pada masa Nabi Muhammad SAW., umat islam bersatu, baik dalam

akidah, syariat maupun akhlak. Hal itu disebabkan jika ada pendapat diantara

mereka, dapat langsung dinyatakan kepada beliau. Namun, hal itu bukan berarti

tidak ada permasalahan yang dihadapinya. Pada fase Makkah, Rasulullah SAW.

berhadapan dengan dua tantangan sekaligus, yaitu internal dan eksternal. Internal,

berupa pembinaan akidah islam kepada para sahabat yang telah mengikuti seruan

ajaran beliau. Beliau menghendaki agar kaidah dan keimanan mereka makin kuat

dan tidak kembali lagi pada akidah sebelumnya. Adapun tantangan eksternal

berupa perlawanan kelompok musyrikin Quraisy yang tidak mau menerima ajaran

beliau dan berusaha merusak serta memusuhinya dan para pengikutnya.

Terhadap para sahabat yang telah mengikuti beliau, Nabi Muhammad

SAW., menanamkan akidah sebagaimana yang telah diajarkan melalui wahyu,


yaitu mempercayai ketuhanan Allah Yang Maha Esa, kerasulan Nabi Muhammad

SAW. beserta ajarannya yang diterima lewat wahyu, para malaikat yang memiliki

tugas-tugas tertentu, kehidupan akhir berupa surga dan neraka serta adanya qada

dan qadar. Selain itu, sahabat juga diingatkan oleh Rasulullah SAW. agar tidak

terjadi perbedaan dan perdebatan. Bagaimanapun juga perdebatan dalam masalah

akidah merupakan sebab utama perpecahan dan perbedaan pendapat. Orang

senantiasa berusaha mempertahankan pendapat dengan menggunakan dalih-dalih

yang dapat digunakan, benar ataupun salah. Doktrin akidah ini dimaksudkan agar

para sahabat dan ikut yang lain menaati secara penuh semua ajaran yang

dibawanya. Kepada kaum Quraisy, Rasulullah mengajarkan kepada para


sahabatnya untuk bersikap tegas dan keras karena sistem kepercayaan mereka

benar-benar salah dan harus diperbaiki. Sikap tegas ini diperkuat dengan larangan

Allah SWT., kepada umat islam untuk tidak menjalin hubungan perkawinan

dengan orang-orang musyik, sedangkan dengan ahli kitab Allah memperbolehkan,

dengan syarat wanita ahli kitab yang mereka nikahi terjaga kesuciannya.

Adapun sebab penyimpangan akidah pada masa Rasulullah :

 Orang-orang yang terus terkurung dalam kejahiliahan karena tidak dapat

membedakan antara kenabian dan kekuasaan.

 Kebiasaan orang arab yang selalu mengagungkan keturunan dan golongan.

 Adanya kaum munafik yang selalu menggerogoti keyakinan umat.

 Adanya orang yang mengakui nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

B. Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Khulafaur Rasyidin

Sahabat adalah orang yang hidup pada masa Rasulullah SAW. dan

mengimani ajarannya. Khulafaur Rasyidin adalah sebagian dari para sahabat yang

meneruskan perjuangan Rasulullah. Pantas kiranya mereka dijadikan rujukan

ketika kita akan memutuskan atau melaksanakan sesuatu. Contohnya pada urusan

pengangkatan pemimpin (khalifah), sistem pemerintahan, pengelolaan

administrasi , hukum, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan. Pada masa

sahabat, pembahasan masalah-masalah akidah belum muncul. Mereka masih

merumuskan ajaran akidah sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

dan mereka memahami ayat-ayat dengan makna apa adanya, tanpa memberikan

takwil atau tafsir. Oleh karena itu, selama lebih kurang dua dekade ( masa Abu

Bakar dan Umar Bin Khattab), hanya sedikit persoalan yang terkait dengan

akidah. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya muncul banyak masalah, baik

masalah akidah maupun masalah-masalah lainnya. Pada masa khalifah yang ke-3

terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya Utsman Bin Affan.
Inilah awal permasalahan kalam ramai dibicarakan. Masing-masing golongan

berusaha mempertahankan pendiriannya dengan argumentasi dan berbagai usaha.

Penakwilan nas-nas Al-Quran dan Hadits mulai terbuka dan berimbas pada

munculnya riwayat-riwayat palsu demi mempertahankan pendapat.

a) Masa Khalifah Abu-Bakar As-Siddiq

Rasulullah tidak mengajarkan cara pemilihan pemimpin sehingga muncul

permasalahan ketika para sahabat harus menentukan pemimpin atau khalifah

pengganti beliau. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa dan

mengajukan calon Sa’ad Bin Ubadah. Kaum Muhajirin menekankan pada

persyaratan kesetiaan dan mengajukan Abu Ubaidah Bin Jarrah. Sementara itu,

ahlul bait menginginkan Ali Bin Abi Thalib yang menjadi khalifah atas dasar

kedudukannya dalam Islam, menantu dan karib Rasulullah. Hampir saja terjadi

perpecahan diantara mereka. Namun, melalui perdebatan dengan beradu

argumentasi, akhirnya terjadinya pemlihan yang berlangsung secara demokratis

Di Muktamar Saqifah bani sa’idah. Pemilihan yang terjadi saat itu memenuhi tata

cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Dari pemilihan tersebut

akhirnya terpilihlah Abu Bakar dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk

menduduki jabatan khalifah.

Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan

masyarakat yang kacau sepeninggal Rasulullah SAW. Banyak yang memilih

kembali pada keyakinan lamanya (murtad). Bermunculan orang-orang yang

mengaku nabi (nabi palsu), dan orang-orang yang enggan yang membayar zakat.

Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam

menghadapi kesulitan tersebut, namun kebesaran jiwa dan ketabahan hatinya tetap

kelihatan. Beliau bersumpah akan memerangi semua golongan yang menyimpang

kebenaran. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Abu Bakar sebagai mana pada
masa Rasulullah, bersifat sentral, kekuasaan legilslatif, eksekutif, dan yudikatif

berpusat ditangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan khalifah juga

melaksanakan penegakan hukum. Khalifah Abu Bakar selalu mengajak para

sahabatnya bermusyawarah pada setiap pengambilan keputusan.

b) Khalifah Umar Bin Khattab

Umar Bin Khattab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan

disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat itu menderita sakit dan

menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi Negara masih labil dan pasukan

bertempur di medan perang. Kondisi ini tidak boleh terpecah belah akibat

perbedaan keinginan tentang siapa calon penggantinya. Maka beliau memilih

Umar Bin Khattab dan pilihannya ini sudah dimintakan pendapat dan persetujuan

pemuka masyarakat, walaupun sempat ada golongan yang menentang

keputusannya. Pada masa kepemimpinan Umar Bin Khattab, wilayah islam sudah

meliputi jazirah, arab, palestina, syiria, serta sebagian besar wilayah persia dan

mesir. Karena perluasan daerah terjadi begitu cepat, Umar Bin Khattab segera

mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi pemerintahan

persia, yaitu diatur menjadi beberapa wilayah, seperti mekah, madinah, syiria,

jazirah, basrah, kufah, dan palestina. Kemudian beliau juga menertibkan sistem

pembayaran gaji dan pajak. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan

lembaga yudikatif dengan eksekutif. Untuk menjada keamanan dan ketertiban,

jabatan kepolisian dibentuk. Demikian juga jabatan pekerjaan umum. Khalifah

Umar Bin Khattab mendirikan baitul mal. Dalam menyeleaikan permasalahan

yang berkembang di masyarakat, Khalifah Umar Bin Khattab selalu

berkomunikasi dengan orang-orang yang dianggap mampu dibidangnya.


Diantara perkembangan-perkembangan pada masa Khalifah Umar Bin

Khattab adalah :

 Pemberlakuan ijtihad

 Penghapusan zakat bagi para muallaf

 Penghapusan hukum nikah mut’ah

 Lahir ilmu fiqih

 Lahirnya ilmu qiro’ah

 Penyebaran ilmu hadits

 Menempa mata uang

 Menciptakan tahun hijriah

 Pembenahan sistem pemerintahan

 Pembebasan wilayah hingga mesir

c) Khalifah Utsman Bin Affan

Utsman Bin Affan dipilih dan diangkat dari beberapa calon pilihan

Khalifah Umar Bin Khattab menjelang wafatnya karena pembunuhan yang

dilakukan oleh Fairuz (Abu Lu’lu’ah), seorang budak mugirah. Beberapa calon

tersebut adalah Ali Bin Abi Thalib, Utsman Bin Affan, Sa’ad Bin Abi Waqas,

Abdurrahman Bin Auf, Zubair Bin Awwam, Talhah Bin Ubaidillah, dan Abdullah

Bin Umar. Beliau menunjuk mereka sebagai pengganti yang menurutinya dan

pengamatan mayoritas kaum muslimin memang pantas menduduki jabatan

khalifah. Oleh para ahli sejarah islam, mereka disebut Ahlul Halli Wal ‘Aqdi

pertama dalam islam. Merekalah yang bermusyawarah untuk menentukan siapa

yang menjadi khalifah. Dalam pemilihan lewat perwakilan tersebut, Utsman Bin

Affan memperoleh suara lebih banyak yaitu tiga suara untuk Ali Bin Abi Thalib

dan empat Suara untuk Utsman Bin Affan.

Pemerintahan Khalifah Utsman Bin Affan mengalami masa kemakmuran


dan keberhasilan dalam beberapa tahun pertama. Beliau melanjutkan kebijakan-

kebijakan Khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul

kekecewaan dan ketidakpuasan dikalangan masyarakat, karena beliau mulai

mengambil kebijakan yang berbeda dari sebelumnya. Utsman Bin Affan

mengangkat keluarganya (bani umayyah) pada kedudukan yang tinggi. Beliau

mengadakan penyempurnaan pembagian kekuasaan pemerintahan. Utsman Bin

Affan menekankan sistwm kekuasaan pusat yang menguasai seluruh pendapatan

provinsi dan menetapkan seoarang juru hitung dari keluarganya sendiri. Sistem

adminisi pemerintah yang lebih condong nepotisme ini, menimbulkan kekacauan

politik yang mencapai klimaks pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Talib

sehingga terjadi perang saudara dan mengakibatkan perpecahan umat. Perpecahan

politik ini menimbulkan akibat munculnya berbagai pemikiran teologi yang

berkembang pada perdebatan-perdebatan panjang dan menimbulkan berbagai

paham serta penyimpangan-penyimpangan.

Diantara perkembangan-perkembangan yang ada pada masa Khalifah Utsman

Bin Affan (berlangsung selama 12 tahun) adalah:

 Penaskahan Al-Qur’an (dikenal dengan Mushaf Utsmani)

 Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram

 Didirikannya Masjid Al-Atiq di utara benteng Babilon

 Membangun pengadilan

 Membentuk angkatan laut

 Membentuk departemen (dewan kemiliteran, baitul mal, serta jawatan

pajak dan pengadilan)

d) Khalifah Ali Bin Abi Talib


Ali Bin Abi Talib dikenal sebagai salah seorang sahabat besar, berakhlak

mulia, zahid yang dijadikan teladan, bersikap lemah lembut kepada siapapun, dari

keluarga Rasulullah SAW., serta pada cenderung pada keadilan dan kebenaran

yang sangant kuat. Dia seorang intelektual, cerdas, dan pemberani. Sifatnya yang

baik dan terpuji sudah di-ketahui oleh umum. Ali Bin Abi Talib disegani dan

menjadi tempat bertanya sahabat. Beliau tampil memegang pucuk kepemimpinan

negara di tengah-tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya

Utsman Bin Affan oleh pemberontak. Ali Bin Abi Talib diangkat dan dipilih

jamaah kaum muslimin di madinnah dalam suasana yang sangat kacau. Dengan

pertimbangan jika khalifah tidak segera dipilih dan diangkat, ditakutkan keadaan

akan semakain kacau. Ali Bin Abi Talib diangkat dan dibaiat oleh masyarakat.

Ali Bin Abi Talib membangun pemerintahan di atas puing-puing yang sufah

terlanjur porak-poranda, yang di tinggalkan kaum pemberontak.

Pada masa pemerintahannya , Ali Bin Abi Talib menghadapi penyerangan

Talhah, Zubair, dan Aisyah, yang dikenal dengan perang Jamal. Mereka

menyerang Ali Bin Abi Talib karena tidak mau menghukum para pembunuh

Usman. Mereka menuntut keadilan atas darah Usman yang telah ditumpahkan

secara Zalim. Bersamaan dengan itu, keijakan-kebijakan Ali Bin Abi Talib juga

mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur Damaskus, yaitu Muawiyah

yang didukung oleh sejumlah mantan pejabat tinggi yang merasa kehilangan

kedudukan dan kejayaan mereka. Pertempuran ini dikenal dengan perang Siffin.

Perang ini diakhiri dengan Tahkim (ar-bitrase), tetapi ternyata tidak

menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, yaitu

Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan ali). Mereka berpendapat bahwa

persoalan saat itu tidak dapat diputuskan dengan tahkim. Keputusan hanya datang

dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an.
Di tengah kemelut politik yang begitu pelik, Khalifah Ali bin Abi Talib dapat

mencapai perkembangan dalam beberapa bidang, antara lain:

 Terciptanya ilmu nahwu/bahasa

 Berkembangnya ilmu Khat Al-Qur’an

 Berkembangnya sastra

C. Perkembangan Ilmu Kalam pada Masa Dinasti Umayyah

Masalah akidah masih menjadi perdebatan yang hangat dikalangan umat

islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah,

Jabariah dan Mu’tazilah. Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi

filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula.

Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan

argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu

mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat kontroversial

menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya. Akhirnya lahir aliran

Ahlussunnah Waljama’ah dengan tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu

Mansur Al-Maturidi. Pada zaman pemerintahan Bani Umayyah, hampir-hampir

keseluruhan umat islam di dalam keimanan yang bersih dari seberang pertikaian

dan perdebatan. Dan apabila kaum muslimin selesai melakukan pembukaan negeri

dan kedudukannya telahpun mantap, mereka beralih tumpuan kepada pembahasan

sehingga menyebankan berlaku perselisihan pendapat di kalangan mereka.

D. Perkembangan Ilmu Kalam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Setelah kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri, lalu ramai dari

kalangan penganut agama lain yang memeluk islam. Mereka ini menzahirkan

pemikiran-pemikiran baru yang di ambil dari agama lama mereka tetapi diberi

rupa bentuk islam. Iraq khususnya di Basrah merupakan tempat segala agama dan

aliran. Maka terjadi perselisihan apabila ada satu golongan menafikan kemahuan
(iradah) manusia. Kelompok ini diketuai oleh Jaham bin Shafwan. Dan antara

pengikutnya ialah para pengikut aliran jabbariyah yang diketuai oleh Ma'bad al-

Juhani. Aliran ini lahir ditengah-tengah kecelaruan pemikiran dan asas-asas yang

dibentuk oleh setiap kelompok unit diri mereka. Kemudian bangkitlah

sekelompok orang yang ikhlas memberi penjelasan mengenai akidah-akidah kaum

muslimin berdasarkan jalan yang ditempuh oleh Al-Qur’an. Antara yang masyhur

di kalangan mereka adalah Hasan Al-Basri. Dan sebagian dari kesan perselisihan

antara Hasan Al-Basri dengan Muridnya Washil bin Atha’ ialah lahirnya satu

kelompok baru yang dikenali dengan Mu’tazilah. Perselisihan tersebut ialah

mengenai hukum orang beriman yang mengerjakan dosa besar, kemudian mati

sebelum sempa bertaubat. Pada akhir kurun ketiga dan awal kurun keempat,

lahirlah imam Abu Mansyur Al-Maturidi yang berusaha menolak golongan yang

berakidah batil. Mereka membentuk aliran Al-Maturidiyah. Kemudian muncul

pula Abu al-Hasan al-Asy'ari yang telah mengumumkan keluar dari kelompok

Mu’tazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian dengan

para ulama dari kalangan Fuqaha dan ahli hadist. Dia dan pengikutnya dikenal

sebagai aliran Asy'ariyah dan dari kelompok ini, terbentuklah kelompok Ahlus

Sunnah wal Jamaah.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah lahirnya ilmu kalam itu sudah ada

sebelum Nabi Muhammad SAW wafat. Pada masa Rasulullah SAW., umat islam

bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, ketika

mereka ada perselisihan pendapat, diatasi dengan wahyu dan pada saat itu tidak

ada perselisahan diantara mereka. Sebab kemunculan ilmu kalam di picu oleh

persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan

yang bermula pada penolakan Mu’awiyah atas kekhalifaan Ali bin Abi Talib.

Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Talib memuncak menjadi perang

Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim.

Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash utusan pihak

Mu’awiyah dalam tahkim tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka

memandang bahwa Ali telah berbuat salah meninggalkan barisannya. Dalam


sejarah islam, mereka terkenal dengan nama Khawarij. Yaitu orang yang keluar

memisahkan diri. Adapula sebagian besar yang tetap medukung Ali secara

berlebihan, mereka dinamakan kelompok Syi’ah.

B. Saran

Akhirnya selesailah makalah kami membahas tentang Sejarah

Perkembangan Ilmu Kalam. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus kami

perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Ababila terdapat kesalahan penulisan

kami mohon maaf, kritik dan saran pembaca akan kami tunggu. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

https://maktabahmahasiswa.blogspot.com/2019/03/makalah-sejarah-ilmu-kalam-
diajukan.html.

https://aldienilh.blogspot.com/2017/09/sejarah-perkembangan-ilmu-kalam.html.

Anda mungkin juga menyukai