Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ISLAM DAN BUDAYA MINANGKABAU.

Sejarah Alam Minangkabau; Suatu Kajian Terhadap Perkembangan


Nilai-Niai Perekonomian.

Al Hadid (1816010011) Ayu Sepriani (1816010103)

Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisinis Islam.

UIN Imam Bonjol, Padang.

ABSTRAK.

Perekonomian masyarakat Minangkabau pada umumnya bergerak dalam pertanian


dan peternakkan dan juga berdagang, yang pemikirannya tak terlepas dengan falsafah
Minangkabau. Mereka juga memanfaatkan faktor produksi dengan baik. Dalam penggarapan
lahan misalnya, mereka mampu menentukan struktu tanah dan tanaman apa yang bagus
ditanam pada tanah tersebut. Selain itu juga masyarakat Minangkabau juga memperhatikan
faktor tenaga kerjanya, dimana masyarakat Minangkabau meletakkan seseorang tersebut
sesuai bidangnya, yang dikenal dengan The Right Man In The Right Place atau dalam
penerapan ekonominya yaitu Spesialisasi. Awalnya pertanian di Minangkabau didominasi
oleh tanaman padi, namun setelah masuknya Belanda, sektor pertanian di Minangkabau
didonminasi oleh Kopi. Pada akhir 1930-an terjadi depresi ekonomi yang membuat
masyarakat Minangkabau kembali menanam Padi yang dikenal dengan istilah Back To Rice.

PENDAHULUAN.
PEMBAHASAN.

Nilai-Nilai Ekonomi Dalam Minangkabau.

Dahulu masyarakat Minangkabau kehidupan ekonominya bergerak di sektor pertanian


dan perternakkan, sesuai dengan Petatah petitih yaitu Bumi sanang padi manjadi, Taranak
bakambang biak,1 selain itu juga dalam hal Perdagangan ( Manggaleh ). Perekonomian
masyarakat minangkabau dulunya hanya bersifat subsistensi, artinya mencukupi kebutuhan
pokok yang ada di suatu nagari itu sendiri.2

Masyarakat Minangkabau dapat dikatakan masyarakat yang pandai beradaptasi dengan


alam atau lingkungan sekitarnya. Kenapa dikatakan demikian, dalam hal perekonomian
minangkabau khususnya pada bidang pertanian, hal yang harus diperhatikan sebelum
membuka suatu lahan ialah Tanah. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan falsafahnya
“Alam Takambang Jadi Guru”, dan falsafah itu memang diterapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Lantas apa kaitannya dengan nilai-nilai perekonomian minangkabau ? Tanah


merupakan salah satu Faktor-faktor produksi.3 Menentukan faktor produksi itu bukanlah
suatu hal yang gampang, karena faktor produksi termasuk kedalam masalah pokok
perekonomian.

Dalam menentukan bagaimana bentuk atau struktur tanah tersebut, dan bagaimana cara
pemanfaataanya oleh masyarakat, Masyarakat Minangkabau mempunyai cara tersendiri
dalam hal tersebut. Sesuai degan falsafahnya Alam takambang jadi guru, merekan akan
memerhatikan dan menganalisa bagaimana lingkungan alam tersebut, alam akan memberikan
gambaran bagi masyarakat Minangkabau dan menggunakan akalnya ( Rasio ) untuk
meneapkan gambaran yang diberikan alam, lalu mengungkapkannya dalam sebuah falsafah,
baik itu berbentuk Tambo, Kaba, ataupun Pantun, yang akan diwariskan agar dapat
dipedomani oleh generasi selanjutnya berdasarkan pengalaman pendahulunya.

Alam akan Masyarakat minangkabau Hasil analisanya


1
Amirmemberikan
M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang
menganalisisnya Minang, Cetakkan Ke-6, (dituangkan
dengan Jakarta; PT. Sumber
Widya). 2007, Hal, 115.
2 gambaran
Elizabeth .
E. Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau dalam
akal. Modern; Respon Terhadap sebuah
Kolonial Belanda
XIX/XX,( Jakarta; Yayasan Obor Indonesia). 2007, Hal. 102. falsafah, baik itu
3
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta; Rajawali Pers), 2009. Hal 6. berbentuk
pantun, kaba,
ataupun tambo.
Diwariskan kepada Kemudian hasil
generasi selanjutnya, agar pemikirannya
dijadikan sebuah dipraktekan
pedoman karena dalam kehidupan.
pendahulunya telah
mengalami hal itu.

Dalam menentukan tanah tadi, masyarakat akan berpedoman falsafah Alam


takambang jadi guru, sesuai dengan ungkapan dibawah ini;

Nan lereng tanami padi

Nan tunggang tanami bambu

Nan gurun jadikan parak

Nan bancah jadikan sawah

Nan padek kapaeumahan

Nan munggu jadikan pandam

Nan gauang ka tabek ikan

Nan padang tampek gubalo

Nan lacah kubangan kabau

Nan rawang ranangan itiak 4

Dalam ungkapan tersebut lahan ada yang digunakan untuk bertani dan beternak,
masyarakat Minangkabau mampu mengelompokkan lahan tersebut dengan memperhatikan
alam sekitarnya. Karena masyarakat Minangkabau dapat menentukan bentuk lahan yang akan
digarap, Tanah yang merupakan salah satu faktor produksi tadi dapat menjadi penunjang

4
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Cetakkan Ke-6, ( Jakarta; PT. Sumber
Widya). 2007, Hal, 92.
dalam perekonomian minangkabau, bentuk pengelolahan tanah yang akan digarap bukan lagi
masalah utama perekonomian, namun ada faktor lain yang akan mempengaruhinya seperti
iklim dan lain-lain. Masyarakat Minangkabau juga mengelompokkan menanam tanaman
berdasarkan struktur tanahnya. Seperti yang terdapat dalam ungkapan diatas, serta bagaimana
cara beternak yang baik.

Masyarakat Minangkabau tidak membeda-bedakan seseorang, karena bagi masyarakat


Minangkabau setiap orang itu bermanfaat, walaupun mempunyai kekurangan fisik pada
orang tersebut.

Nan buto pahambuih lasuang

Nan pakak palapeh badie

Nan patah pangajuik ayam

Nan lumpuah paunyi rumah

Nan binguang ka disuruah-suruah

Nan buruak palawan karajo

Nan kuek paangkuik baban

Nan tinggi jadi panjuluak

Nan randah panyarunduak

Nan pandai tampek batanyo

Nan cadiak bakeh baiyo

Nan kayo tampek batenggang

Nan rancak palawan dunie 5

Dalam ungkapan diatas setiap orang mempunyai manfaat, dalam segi ekonomi
ungkapan diatas didalamnya terdapat Spesialisasi ( pola kegiatan perekonomian ).

5
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Cetakkan Ke-6, ( Jakarta; PT. Sumber
Widya). 2007, Hal, 111.
Spesialisasi ialah ciri utama dari kegiatan perekonomian pasar modern dimana setiap pelaku
kegiatan ekonomi menumpukan kegiatannya kepada menjalankan suatu kegiatan tertentu
(sesuai keahliannya).6 Alasan dikatakan adanya spesialisasi karena ungkapan terebut ada
yang menunjukkan pengkhususan pekerjaan atau melakukan suatu kegiatan sesuai dengan
keahliannya. Nan buruak palawan karajo, Nan kuek paangkuik baban, Nan tinggi jadi
panjuluak, Nan randah panyarunduak, Nan pandai tampek batanyo, Nan cadiak bakeh
baiyo, pada ungkapan tersebut meletakkan sesuatu pekerjaan sesuai bidangnya, kalau suatu
pekerjaan tidak ditempatkan pada bidangnya maka pekerjaan itu tidak akan efektif dan
efesien.

Misalkan pada ungkapan Nan tinggi jadi panjuluak, Nan randah panyarunduak,jika
kitak balikkan menjadi Nan tinggi panyarunduak, Nan randah panjuluak, kalau orang yang
pendek ( randah ) yang jadi panjaluak maka pekerjaan itu tidak sesuai, karena yang jadi
panjuluak itu harus orang yang tinggi, pekerjaan itu tidak efektif dan efesien karena adanya
ketidak cocokkan, walaupun pekerjaan itu dapat dilakukan maka akan membutuhkan waktu
dan tenaga yang banyak.

Spesiasialisasi muncul pada saat pasar modern ini, namun masyarakat Minangkabau
sudah mengenal adanya Spesialisasi ini sejak dahulu, atau dikenal juga dengan The Right
Man In The Right Place. 7 Dengan cara demekian akan tercapai efesiensi maksimal dan
efektivitas yang tinggi.

Efesien dalam kesehariannya yaitu bisa dikatakan sebagai hemat, budaya hemat sudah
melekat pada diri masyarakat Minangkabau. Sesuai pada ungkapan pepatah dibwah ini.

Ingek Sabalun Kanai

Kulimek Sabalun abih

Ingek-ingek nan ka pai

Agak-agak nan ka tingga 8

6
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta; Rajawali Pers), 2009. Hal 48.
7
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Cetakkan Ke-6, ( Jakarta; PT. Sumber
Widya). 2007, Hal, 110.
8
H. Mas’oed Abidin, Adat dan syarak di Minangkabau, cetakkan 1 (Padang; PPIM Sumbar), 2004. Hal, 193.
Dalam Ilmu Ekonomi efesiensi biasanya dihubungkan dengan hasil dan biaya output
dan cost, atau lebih dikenal dengan istilah Zero Based Output.9 Zero based output ialah
memakai bahan baku sampai tuntas, tanpa adanya sisa, jadi semua bahan baku tersebut
termanfaatkan. Pada masyarakat Minangkabau pola produksi ini sudah diterapkan sejak
dahulu,misalnya pada pepatah dibawah ini.

Nan kuek ka tonggak tuo

Nan luruih ka rasuk paran

Nan lantiak ka bubungan

Nan bungkuak ka tangkai bajak

Nan ketek ka tangkai sapu

Nan satampok ka papan tuai

Rantiangnyo ka pasak suntiang

Abunyo pamupuak padi

Dalam memproduksi kayu semuanya termanfaatkan, mulai dari kayu yang besar
besar, kecil, lurus, lengkung, bahkan sampai abu kayu tersebut, semuanya termanfaatkan. Ini
mencerminkan bahwasanya masyarakat Minangkabau telah mengenal teori itu terlebih
dahulu dengan adanya petatah serta dipraktekan , sementara teori ini mulai populer pada abad
XX ini.10

Perekonomian masyarakat Minangkabau yang awalnya berbetuk hanya berdasarkan


antara interaksi penjualan dan pembeli, berubah ketika Belanda mulai masuk pada abad 18. 11
Belanda mulai memonopoi perdagangan di kawasan Minangkabau.

Belanda mulai memberlakukan sistem Pajak Tanah di Minangkabau, dimana


masyarakat Minangkabau harus menanam Kopi, dan memberikan sebagian lahannya untuk

9
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Cetakkan Ke-6, ( Jakarta; PT. Sumber
Widya). 2007, Hal, 110.
10
Ibid,.110.
Elizabeth E. Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern; Respon Terhadap Kolonial Belanda
11

XIX/XX,( Jakarta; Yayasan Obor Indonesia). 2007, Hal. 105.


dikeloala menjadi ladang Kopi. Sistem ini hanya untuk kepentingan belanda saja. Pada era
inilah berlakunya Monopoli perdagangan di Minangkabau yang dilakukan oleh Belanda.
Monopoli ialah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja. 12 Perusahaan
disini ialah Belanda. Dengan adanya monopoli perdagangan masyarakat minangkabau sangat
dirugikan, selain tanah mereka dirampas, masyarakat Minangkabau juga dipaksa untuk
bekerja dengan upah yang tidak sesuai bahkan tanpa andanya upah.

Namun pada akhir tahun 1930-an rezim belanda akhirnya berakhir juga, karena kopi
mengalami kejatuhan harga atau dikenal dengan Depresi Ekonomi, dan masyarakat
Minangkabau mulai kembali menanam padi dengan bebas, dan padi mulai mendominan
sektor pertanian kembali, yang dikenal dengan istilah Back To Rice.13

KESIMPULAN

1. Masyarakat minangkabau sudah menentukan bagaimana pemilihan lahan yang baik


serta tanaman apa yang cocok ditanam pada lahan tersebut. Masyarakat minangkabau
sudah mampu memanfaatkan Alam ( tanah ) sebagai salah satu faktor produksi.
2. Masyarakat minangkabau sudah menerapkan spesialisasi dalam suatu kegiatan,
sehingga suatu kegiatan atau pekerjaan yang mereka lakukan akan lebih efesien dan
efektif.
3. Masayarakat minangkabau sejak dahulu sudah mengenal dengan teori Zero based
output ialah memakai bahan baku sampai tuntas, tanpa adanya sisa, jadi semua bahan
baku tersebut termanfaatkan.
4. Pada abad ke 18, terjadinya monopoli perdagangan yang dilakukan belanda
dikawasan Mnangkabau, dengan komiditi nya berupa tanaman kopi, namun pada
akhir 1930-an, masyarakat minangkabau mulai kembali menanam padi kembali
( Back to rice) setelah runtuhnya rezim Belanda.

DAFTAR PUSTAKA

12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta; Rajawali Pers), 2009. Hal 266.
Sabar, Kebijakan beras pemerintah Belanda di Sumatera Barat tahun 1930-1942 ( Padang ;
13

Andalas University Press), 2006, hal. 34.


Graves Elizabeth E., Asal-Usul Elite Minangkabau Modern; Respon Terhadap Kolonial
Belanda XIX/XX,( Jakarta; Yayasan Obor Indonesia). 2007
M.S Amir, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Cetakkan Ke-6,
(Jakarta; PT. Sumber Widya). 2007.

Sukirno Sadono, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta; Rajawali Pers), 2009.

Sabar, Kebijakan beras pemerintah Belanda di Sumatera Barat tahun 1930-1942 ( Padang ;
Andalas University Press), 2006.

H. Abidin Mas’oed, Adat dan syarak di Minangkabau, cetakkan 1 (Padang; PPIM Sumbar),
2004.

Anda mungkin juga menyukai