Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
MORALITAS ILMU PENGETAHUAN

KELOMPOK 6

1. MOH. ALDI KUE, NIM : 233022028


2. SANDI AULIA ABDULLAH, NIM : 233022007
3. TIARA RAHAYU NINGSIH, NIM : 233022033
4. ADRIANTO S. BADU, NIM : 233022029

Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Ilmu :

Ferlin Anwar, S.Ag.,M.Fil.I

PROGRAM STUDI S1 KOMUNIKASI & PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan
Karunia-Nya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tentang ” Moralitas
Ilmu Pengetahuan”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen dan teman-teman
yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai bentuk proses belajar mengembangkan kemampuan


mahasiswa. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak agar bisa menjadi bekal dalam pembuatan makalah kami di kemudian hari dengan
lebih baik lagi.

Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman, khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang ” Moralitas Ilmu Pengetahuan ”

Atas perhatian dan kerja sama teman-teman beserta para pembimbing kami ucapkan
terima kasih.

Gorontalo, November 2023

Penyusun

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN...............................................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN................................................................................................................................................................. 5
2.1. Definisi Moralitas Ilmu Pengetahuan....................................................................................................................5
2.2. Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Keberlangsungan Ilmu Pengetahuan.............................................................8
2.3. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak................................................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................................................................ 13
PENUTUP....................................................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................................................13
3.2. Saran..............................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki
objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam
pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal, dan rasional adalah
sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin
bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan
kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan.
Maka seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu
pengetahuan yang ada.

Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung


pertengahan kedua abad ke-20, memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat:
apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagatraya) menembus ke
seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa membedakan siapa dia si penerima.
Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau
faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi adalah suatu kondisi psikologis
seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian
termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru


budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang merasa asing
dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang
telah membentuk identitas sosialnya.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Moralitas Ilmu Pengetahuan ?


2. Bagaimana Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Keberlangsungan Ilmu Pengetahuan ?
3. Apa itu Ilmu Bebas Nilai atau Tidak ?

1.3. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi dari Moralitas Ilmu Pengetahuan.


2. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Keberlangsungan Ilmu
Pengetahuan.
3. Untuk Mengetahui Apa itu Ilmu Bebas Nilai atau Tidak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Moralitas Ilmu Pengetahuan

Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap dan budi pekerti. Sedangkan moralitas segala sesuatu yang berhubungan dengan etika
dan adat sopan santun, jadi moralitas ilmu pengetahuan adalah keterkaitan nilai-nilai moral
terhadap ilmu pengetahuan.

Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa


perbuatan itu benar atau salah baik atua buruk. Moralitas dapat objektif dan subjektif.
Moralitas objektif dapat dilihat semata mata sebagai suatu tindakan yang telah dilakukan,
bebas dari peilaku suka rela pihak pelaku.

Moralitas subjektif adalalah moralitas yang memandang sebagai perbuatan yang


mempengaruhi pengertian dan perilaku si pelaku individu. Manusia sebagai manipulator dan
articulator dalam mengambil manfaat dalam ilmu pengetahuan. Untuk tujuan praktis, mereka
dapa saja hanya memfungsikan “id” nya, sehingga dapat untuk hal-hal yang destruktif.
Misalnya dalam pertarungan antara id dan ego, dimana ego kalah sementara super ego tidak
berfungsi secara optimal, maka tentu juga nafsu angakara murka yang mengendalikan tindak
manusia menjatuhkan pilihan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan. Ilmu harus bersifat
netral.

Ketika manusia memanfaatkan ilmu Pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka dapat
saja hanya mefungsikan "id"nya, sehingga dapat dipastikan bahwa manfaat pengetahuan di
arahkan untuk hal hal yang destruktif .etika adalah pembahasan mengenai, baik buruk,
semestinya, benar dan salah. Yang paling menonjol tentang baik dan kewajiban etika
merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu dengan argument bahwa sesuatu
tidak dijalankan berartiakan mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia.
Kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka dalam tahap
manipulasi masalah moral berhubungan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah
penilaian aksiologi dalam sains menunjukkan kepatuhan moralitas penerapan ilmu
pengetahuan karenanya pengertian moral atau moralitas perlu dipahami secara definitif
moral berarti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Berdasarkan jenisnya, moral dibagi menjadi dua ,yakni moral sekuler,dan moral Islam.
Abul A'la maududi mengartikan moral sekuler sebagai orientasi kebaikan untuk manusia
namun kenaikkan tersebut bersifat membingungkan karena tidak ada standar universal yang
ada justru standar personal. Sedangkan moral Islam mendorong manusia atau terhindar dari
chaos dan anarki prilaku moral pada dasarnya adalah semacam tindakan yang bercermin
pada tindakan-tindakan ilahiah sehingga sasaran moral adalah berperilaku seperti perbuatan
Tuhan, mengingat perbuatan Tuhan tanpa pamrih, tentu kebaikan dan kebajikan moral
merupakan bagian integral dari nilai kebaikan dan kebajikan subjek moral.

Moral dan Moralitas mempunyai arti yang sama maka dalam pengertiannya lebih
ditekankan pada penggunaan moralitas, karena sifatnya yang abstrak senada dengan
pengertian tersebut moralitas sebagai Kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan
bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk, moralitas mencakup tentang baik
buruknya pembuatan manusia. Istilah moral, akhlak, karakter, etika, Budi pekerti dan susila
secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, Budi pekerti dan susila.

Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan, selain itu
moral berarti suatu ajaran kesusilaan dalam hal ini ilmuwan hanya bisa menemukan
penemuan terserah mau dipakai oleh para pengguna yang bersifat positif maupun negatif
ilmu itu sifatnya netral. Dihadapkan masalah moral dan akses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak, maka para ilmuwan biasa dinobatkan sebagai dua golongan pendapat,
yaitu:
a. Golongan yang pertama ini ingin melanjutkan tradisi kenetralan sebuah ilmu seperti
pada waktu era galileo dan golongan yang berpendapat netralitas ilmu hanyalah terbatas
pada metafisika keilmuwan ,sedangkan penggunaan harus berdasarkan nilai-nilai moral.

b. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu
dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi
genetika dan teknik pembuatan sosial.

Ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan


ilmu pengetahuan tersebut didalam masyarakat untuk mengatasi masalah - masalah yang di
hadapinya, adalah sangat bijaksana apabila manusia-manusia dimuka bumi ini dapat
memanfaatkan ilmunya untuk mempelajari berbagai gejala atau peristiwa yang menurut
anggapannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, pemanfaatan ilmu pengetahuan
hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang asasi dan semua orang akan menyambut
gembira bila ilmu pengetahuan ini benar-benar dimanfaatkan bagi kemaslahatan manusia,
Ilmu pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. ilmu pengetahuan yang dikendalikan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral
telah membawa mau dan penderitaan yang begitu dahsyat kepada Umat manusia,sehingga
manusia didunia ini tetap mendambakan perdamaian abadi dengan penemuan-penemuan
ilmu yang modern yang canggih ini. Descartes menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berupa
serba Budi; Immanuel kant menyatakan ilmu pengetahuan merupakanpersatuan Antara Budi
dan pengalaman.ilmu pengetahuan selain tersusun secara sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran juga harus mengandung nilai yang bermakna yang berarti,berguna bagi
kehidupan manusia,ilmu pengetahuan bukan saja mengandung kebenaran-kebenaran tapi
juga kebaikan-kebaikan.

Dalam menggerayangi hakekat ilmu ,sewaktu kita mulai menyentuh nilainya yang
dalam,disitu kita tertodong untuk bersikap hormat kepada ilmu hormat pertama-tama tak
ditujukan kepada ilmu murni tetapi ilmu sebagaimana telah diterapkan dalam kehidupan,
sebenarnya nilai ilmu terletak pada penerapannya,ilmu mengabdi Masyarakat sehingga ia
menjadi sarana kemajuan,boleh saja orang mengatakan bahwa ilmu itu mengejar kebenaran
dan kebenaran itu merupakan inti etika ilmu,tetapi jangan dilupakan bahwa keberadaan itu
ditentukan oleh derajat penerapan praktis dari ilmu.pandangan yang demikian itu termasuk
faham pragmatis tentang kebenaran disitu tentang kebenaran disitu kebenaran merupakan
suatu ide yang berlandaskan efek-efekpraktis. Teknologi yang merupakan konsep ilmiah
yang menjelma dalam bentuk konkret telah mengalihkan ilmu dari tahap kontemplasi ke
manipulasi. Dalam tahap manipulasi ini masalah moral muncul kembali berkaitan dengan
cara penggunaan pengetahuan ilmiah, dihapatkan dengan masalah moral.

2.2. Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Keberlangsungan Ilmu Pengetahuan

2.2.1. Tanggung Jawab Ilmuan

Ilmu menghasilkan teknologi yang diperaggakan masyarakat. Penerapan


ilmudimasyarakat juga menjadi keberkahan bagi masyarakat dan dapat
mengubahperadaban bagi masyarakat.

Tanggung jawab seorang ilmuan bukannya hanya terletak pada penemua


darisegala penelitian, tetapi juga bagaimana temuan tersebut dapat digunakan
untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat, peran meningkatakan
kesejahteraan,merupakan tanggung jawab terbesar seorang ilmuan keapada
masyarakat.

Tanggung jawab professional terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuan dan


masyarakat, yaitu menjamin kebenaran dan keterlandaan pertanyaan pertanyaan
ilmiah yang dibuat secara formal Tangung jawab sosial, yaitu tanggung jawab ilmuan
terhadap masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika.

Dihadapakan masalah moral dan akses ilmu serta teknologi yang


bersifat merusak, maka para ilmuan bisa dinobatkan sebagai dua golongan pendapat,
ilmu harus bersifat netral terhadap nilai baik secara ontologi. Dalam hal ini
menemukan penemuan terserah mau dipakai oleh para pengguna yang
bersifat positive maupun negative ilmu itu bersifat netral.

Ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia pada kehidupan modernini


tidak lepas dari masalah serius yang mengancam masyarakat. Kemajuan teknologi
banyak disalahgunakan sehingga menimbulkan kerusakan dan kehancuran.
Teknologi yang semula bertujuan bertujuan untuk memecahkan masalah,
berubah menjadi masalah itu sendiri.

2.2.2. Sifat Keterbatasan Tanggung Jawab Ilmu

Salah satu ciri pokok dari tanggung jawab keilmuan itu adalah sifat
keterbatasan, dalam arti bahwa tanggung jawab itu sendiri tidak diasalkan atau
diadakan sendiri tidak diasalkan atau diadakan sendiri oleh ilmuan-ilmuan sebagai
manusia, tetapi merupakan pemberian kodrat. Manusia hanya menerima dirinya dan
tanggung jawabnya, serta menjalani sebuah kodrati dan tunduk padanya.

Konsenkuensinya, ilmuan sebagai manusia tidak bertanggung jawab


atastanggung jawab keilmuannya. Sebab manusia tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban, atas kenyataan mengapa ia pertanggung jawab, sebab hal itu
merupakan tugas yang diterima dan dijalani atas dasar pemberian kodratnya.

2.2.3. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Keilmuan

a. Tanggung jawab sosial yaitu karena melalui suasana sosial dalam masyarakat
membutuhkan penanganan dan penyelesaian secara keilmuan. Ilmu dan ilmuwan
bertanggung jawab dalam hal memberikan prediksi atau ramalan serta peringatan dini
mengenai permasalahan yang akan dihadapi masyarakat, baik nyata (manifest)
maupun tersembunyi (laten) atau yang bersifat gejala. Contohnya, dalam melakukan
resolusi konflik dan membangun manajemen perdamaian yang langgeng guna
memperlancar pembangunan dalam mewujudkan ciri masyarakat yang mampu
mencegah dan mengatasi konflik serta membangun system kedamaian yang
langnggeng guna memperlancar pembangunan dalam mewujudkan masyarakat yang
berkesejahteran.

Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karna dia
adalalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di
masyarakat , namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu
dalam kelangsungan hidup masyarakat
b. Tanggung jawab keteladanan yaitu karena ilmu dan ilmuwan bukan saja
menggadaikan kebenaran keilmuan didalam kehidupan sosialnya luas dan mendalam.
Ilmu bukan hanya menyajikan sebuah kebenaran informasi namun juga memberikan
keteladanan hidup yang ditunjukan oleh ilmuwan. Kelebihan ilmuan adalah bahwa ia
dapat berpikir secar cermat dan teratur sehingga dengan kemampuan inilah, ia
sekaligus memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki dan meluruskan pikiran
masyarakat yang sesat dan keliru mengenai permasalahan yang dihadapi. Supaya
masyarakat dapat dicerdaskan sehingga mampu menangkal setiap upaya provokasi
yang memperalat dan memperbudak kekurangan dan ketidaktahuan demi keuntungan
keuntungannya.

c. Sikap tampa pamrih yaitu berhubungan dengan kepentingan hati nurani


manusia dalam tugas keilmuan. Maksudnya sikap tampa pamrih yaitu menunjukan
pada ketaguhan hati yang tak mengharap atau tak ingin imbalan apapun, untuk
memperjuangakan kebenaran ilmuan. Sikap tanpa pamrih, pertama-tama berhubugan
dengan upaya membimbing diri agar tidak tergesa-gesa dan ceroboh dalam
memutuskan kebenaran dan kepastian ilmu. Sikap tanpa pamrih dalam keilmuan
dibutuhkan sebagai jaminan agar penggunaan ilmu, sedapat mungkin menguntungkan
kehidupan manusia secara memadai dan tidak sekedar untuk mencapai target tertentu
yang menyimpan dari kepentingan manusia secara utuh.

2.3. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak


2.3.1. Paradigma Ilmu Bebas Nilai

Ilmu bebas nilai Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free,yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom ilmu secara otonom tidak
memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai ,bebas nilai berarti semua kegiatan terkait
dengan penyelidikan ilmiah harus didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak
campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakikat menentukan ilmu itu sendiri, Josep
Situmorang menyatakan bahwa ada 3 faktor sebagai indicator bahwa ilmu itu bebas nilai,
yaitu : Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai.maksudnya adalah bahwa ilmu
harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural,dan social
1. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah Agar otonom ilmu terjamin, kebebasan
disini menyangkut kemungkinan yang tersediadan penentuan diri.

2. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, Karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

3. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin, kebebasan
disini menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai , eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan,karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri,yang terkadang hal
tersebut dapat merugikan lingkungan,contoh untuk hal ini adalah teknologi air
condition ,yang ternyata berpengaruh pada globang dan lubang ozon makin melebar ,tetapi
ilmu pembuatan alam pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu
dengan tanpa memperdulikan dampak yang di timbulkan pada lingkungan sekitar.
Setidaknya,ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut , tetapi ilmu bebas nilai
menganggap ilmu ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu, dalam ilmu bebas
nilai tujuan dari ilmu.

2.3.2. Paradigma Ilmu Tidak Bebas Nilai

Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai ,ilmu yang tidak bebas nilai atau terikat
nilai (value Bond ) memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai ,dan harus
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Pengembangan ilmu yang
terikat nilai jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai , lepas dari kepentingan-
kepentingan baik politis, ekonomis ,sosial, religius, ekologis dsb.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value Bond yaitu, jurgen
habermas berpendapat bahwa ilmu , sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai,
karena setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan ,ia juga membedakan ilmu
menjadi 3 macam ,sesuai kepentingan masing-masing:

1. Pengetahuan yang pertama ,berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara


empiris-analitis,ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan
hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia.dari ilmu ini pula disusun
teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang
bersifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
untuk mengelola dunia ataualamnya.

2. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuan


yangpertama,karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu/

Melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan


sosial.aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau
interaksi,sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuan ini adalah pemahaman
makna.

3. Pengetahuan yang ketiga ,teori kritis. yaitu membongkar penindasan dan


mendewasakan Manusia pada otonom dirinya sendiri, aspek sosial yang mendasarinya
adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau
emansipasi manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari perkembanganteknologi
terhadap kehidupan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologimenjadi manifestasi
dari kebudayaan universal yang dimiliki oleh setiapmasyarakat. Kehadiran iptek
merupakan penanda adanya prosespembangunan yang tengah berlangsung, dan dapt
mempengaruhi ataumenigkatkan tatanan hidup masyarakat menuju kehidupan yang
lebih baik.Perbaikan dan peningkatan kehidupan masyarakat dengn ilmu
pengetahuandan teknologi ini selanjutnay akan mengarah pada perubahan sosial
danbudaya. Sebenarnya perubahan-perubahan tersebut merupakan hal yangwajar,
namun pada beberapa hal, menimbulkan sikap pro dan kontra di antaramasyarakat.
Muncul sikap pro dan kontra tersebut dipengaruhi oleh dampakyang dihasilkan oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jugamenuai dampak positif dan
dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya

3.2. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca.. Kami hanyalah manusia biasa yang tentunya
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan kritik dari
teman-teman pembaca dan terkhusus Ibu Dosen selaku pengampu mata kuliah Filsafat
Ilmu yang tentunya akan memberikan penilaian terhadap makalah ini. Sejatinya,
kesalahan datangnya dari kami karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
semata. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Junal ilmiah ilmu pendidikan 5 (1), 172-180, 2022

Adib, Muhammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi,

Dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Pemabahasan Filsafat Ilmu. Jakarta:Prenadamedia


Group.

Semiawan, Conny R, Made Putrawan, dan Setiawan. 1998. Dimensi Kreatifdalam Filsafat
Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

https://123dok.com/document/zl93krlz-makalah-moralitas-ilmu-pengetahuan.html

Anda mungkin juga menyukai