Dosen pengampu :
Yenita Oktavia, M. Hum
Alhamulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.
yang atas rahmatnya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Tanggung Jawab Moral
Keilmuan”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya oleh karna itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami.
Maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan.
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki
dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia
bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan dimensi moral sebagai pertimbangan dan mempunyai
pengaruh terhadap proses perkembangan ilmu dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1
3. Bagaimana Sikap Keilmuan yang harus diterapkan?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1Jujun S Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1998), hlm. 46.
3
2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata Latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara
hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.
Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Kata moral juga dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang melahirkan
etika. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis
dalam melihat nilai (takaran, harga, angka kepandaian, kadar/mutu, sifat-sifat yang
penting/berguna) dan moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam kaitan dengan nilai dan moral itu.
Sumber langsung ajaran moral adalah pelbagai orang dalam kedudukan yang
berwenang seperti orangtua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, serta
tulisan para bijak. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat
atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika
adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak
berada ditingkat yang sama.
2 Ibid, hlm.22.
4
3. Pengertian Ilmu
Kata ilmu dalam bahasa Arab “Ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan.
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang
berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari , mengetahui. The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu
adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk
memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam
berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan
berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
5
kemudahan dalam bidang-bidang seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman,
pendidikan, dan komunikasi.
6
Ilmu yang diusahakan dengan aktivitas manusia harus dilaksanakan dengan
metode tertentu sehingga mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Manusia
harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati sesamanya. Untuk menerapkan ilmu
pengatahuan membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan untuk proses
perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Jadi jelaslah bahwa Ilmu dan moral memiliki keterkaitan yang sangat kuat.
Seperti yang telah diutarakan diatas bahwa ilmu bisa menjadi malapetaka
kemanusiaan jika seseorang memanfaatkannya tidak bermoral atau paling tidak
mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tetapi, sebaliknya ilmu akan menjadi
rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat serta
mengindahkan aspek moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan
seorang ilmuwan memiliki landasan moral yang kuat. Tanpa landasan dan
pemahaman terhadap nilai-nilai moral, seorang ilmuwan bisa menjadi “monster”
yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana kemanusian bisa setiap
saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berilmu itu jauh lebih jahat
dan membahayakan dibandingkan dengan kejahatan orang yang tidak berilmu. 4
C. Sikap Keilmuan
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau
akademisi ketika menghadapi persoalan persoalan ilmiah untuk dapat melalui
proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Sikap mengandung tiga
komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah
4Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. (Jakarta : Bum Aksara, 2009),
hlm.149.
7
laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Sikap terhadap obyek ini disertai
dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kesiapan untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana dihadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Sikap ilmiah dapat juga
dijadikan pedoman dalam melakukan kerja ilmiah. Sikap ilmiah yang wajib dimiliki
oleh ilmuwan adalah sebagai berikut:
Seorang ilmuwan harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tanpa rasa
ingin tahu, tidak akan ada upaya pencarian penjelasan tentang segala sesuatu. Rasa
ingin tahu sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah. Semua
pencarian ilmiah berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari tahu
jawabannya. Rasa ingin tahu ditunjukkan dengan memunculkan pertanyaan-
pertanyaan. Orang yang memiliki rasa ingin tahu adalah orang yang selalu
mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri.
Jujur adalah sesuai dengan keadaan sebenarnya. Seorang ilmuwan juga harus
memiliki sikap jujur terhadap fakta. Mengukur, menulis, dan menganalisa fakta
secara apa adanya. Pada saat bereksperimen, seorang ilmuwan tidak boleh
merekayasa data. Jujur dalam membaca alat ukur dan jujur dalam mencatat dala
sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dari kejujuran akan diperoleh data
8
yang akurat sehingga menghasilkan eksperimen yang tepat. Eksperimen terkadang
tidak sesuai dengan prediksi, namun tetap harus disampaikan secara apa adanya.
Sikap jujur akan menghasilkan sikap objektif. Objektif artinya sesuai dengan
objeknya, tanpa dikurangi maupun dilebihkan. Jika seorang ilmuwan
menyampaikan hasil penelitiannya lebih banyak berdasarkan pendapat pribadi
(subjektif) dengan cara menambah atau mengurangi fakta tentang objek atau
peristiwa, maka pengetahuan yang dihasilkan ilmuwan tersebut tidak dapat diterima
sebagai pengetahuan ilmiah.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta merupakan
hasil pengamatan yang telah diuji kebenarannya secara empiris. Sementara itu,
opini adalah pendapat atau pendirian. Pada umumnya, opini berkembang pada
sebagian besar masyarakat. Seorang ilmuwan harus dapat membedakan antara fakta
yang didukung oleh dara dengan fakta karena kesepakatan umum.
Sikap kritis adalah sikap peka terhadap sesuatu dimana tidak langsung
menerima begitu saja informasi atau pernyataan, jika belum memeriksa
kebenarannya. Seseorang yang bersikap kritis tidak langsung percaya terhadap
sesuatu, tetapi memeriksa sesuatu tersebut sebelum menerima dan meyakininya
Jika suatu informasi atau pernyataan bersumber dari sumber yang dapat dipercaya
dan didukung oleh bukti yang kuat, barulah informasi atau pernyataan itu diterima
dan diyakini. Teliti artinya ketiadaan kesalahan sekecil apapun. Semakin teliti
seorang ilmuwan, semakin detail dan tepat hasil yang diperolehnya. Semakin tepat
dan detail hasilnya, berarti semakin objektif hasil tersebut. Kebenarannya
punsemakin meyakinkan sehingga benar-benar dapat dipercaya sebagai
pengetahuan ilmiah.
9
7. Terbuka dan Rendah Hati.
Seorang ilmuwan juga harus memiliki sikap disiplin dan tekun. Disiplin
artinya sikap taat dan patuh terhadap segala sesuatu yang menjadi tanggung
jawabnya. Ilmuwan yang memiliki sikap disiplin akan menghasilkan pengetahuan
yang benar karena sesuai dengan metode ilmiah. Sementara itu, tekun artinya rajin
dan bersungguh-sungguh. Seorang ilmuwan akan melahirkan pengetahuan yang
mendalam dari objek atau peristiwa yang sedang ditelitinya.
9. Bertanggung Jawab.
10
10. Peduli terhadap Lingkungan, Alam, Sosial, dan Budaya.
5 Hamid Farida. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. (Surabaya : Penerbit Apollo, 2002), hlm.157-160
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA