Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME PERTEMUAN KE-4

“Etika Keilmuan”
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. Abdul Gofur, M.Si.
Nama/ NIM: Faizah Nur Faridah/ 200341862526
Offering/ Angkatan: B/ 2020
Senin, 19 Oktober 2020

1. Identitas Waktu dan Tema Perkuliahan


Perkuliahan etika keilmuan pada hari senin tanggal 19 Oktober 2020 yang
merupakan pertemuan kedua ini, membahas tentang “Prinsip-Prinsip Etika Keilmuan”.
2. Hasil Resume
Sikap ilmiah artinya adalah kesiapan, kecenderungan, dan kesediaan seseorang
dalam memberikan suatu komentar atau sanggahan terhadap suatu fenomena yang terjadi.
Peran yang sangat penting dalam sikap ilmiah, yaitu dalam mengembangkan kecakapan
ilmiah karena setiap orang mempunyai sikap ilmiah, memiliki kualitas realistis, perhatian
terhadap kejadian yang ada pada lingkungan sekitar, menghindari generalisasi yang hanya
berdasar pada fenomena serta tidak mempercayai sikap dogmatis. Ada tiga komponen
sikap ilmiah, yaitu keyakinan, perasaan dan tindakan. Untuk dapat melaksanakan tiga
komponen tersebut maka akan dibuat suatu kerangka penelitian dan metode penelitian
yang dapat menjadikan sikap aktif, pola pikir kritis, mandiri, terstruktur dan logis.
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sikap pada seseorang adalah keinginan
(want), kepribadian (personality), afiliansi kelompok (the group affiliations), serta
informasi (information). Kemudian ada enam indikator yang digunakan dalam mengukur
sikap saintis sejati, yaitu (1) rasa ingin tahu; (2) mengutamakan bukti yang nyata; (3)
memiliki sikap skeptis, (4) dapat menerima perbedaan tiap ada komentar dari orang lain,
(5) dapat bekerjasama dalam tim maupun masayarakat, (6) berlapang dada menerima
kegagalan.
Norma merupakan nilai yang menjadi hak bersama seseorang dalam masyarakat
yang telah tertanam dalam emosi yang mendalam untuk suatu kesepakatan bersama.
Norma dibentuk sedemikian rupa berdasarkan suatu kebutuhan masyarakat agar dapat
mewujudkan sikap yang tertib dan disiplin. Tanpa kita sadari bahwa didalam kegiataan
sehari-hari kita ternyata sudah mewujudkan pelaksanaan adanya norma-norma tersebut.
Beberapa macam norma yang harus dilaksanakan yakni, norma agama, norma kesusilaan,
norma kesopanan, dan norma hukum.
Ada perbedaan antara etika dan moral, dimana moral lebih tertuju pada suatu
tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, bisa juga berarti sistem ajaran tentang nilai
baik buruk. Sedangkan etika adalah adalah pengkajian secara mendalam tentang sistem
nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu adalah cabang dari filsafat yang membahas
sistem nilai (moral) yang berlaku. Moral itu adalah ajaran sistem nilai baik-buruk yang
diterima sebagaimana adanya, tetapi etika adalah kajian tentang moral yang bersifat kritis
dan rasional. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab masalah-
masalah kehidupan. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Untuk bisa
menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakikat
ilmu itu sebenarnya. Dengan demikian maka pengertian yang mendalam terhadap hakikat
ilmu, bukan saja akan mengikatkan apresiasi kita terhadap ilmu, namun juga membuka
mata kita terhadap berbagai kekurangan.
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya yang memiliki
karakteristik kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka. Hal ini merupakan suatu
keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun, selain itu juga masalah
yang mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh
kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal
bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar.akan tetapi
dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan
sebaliknya. Di sinilah letak tanggungjawab seorang ilmuwan.
Berdasarkan dalam konteks pengembangan ilmu, seorang ilmuwan harus
mempunyai sikap ilmiah sebagai bagian intergral dari sifat ilmu. Hal ini disebabkan
karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan
ilmiah yang bersifat objektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas
tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang
bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk
melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dan kehendak Tuhan.
Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dilihat
berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan
metaetika. Etika dalam arti perbuatan, terdiri dari etika teologi dan etika deontologi. Etika
teologi, teori ini menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung
pada tujuan yang ingin dicapainya melalui perbuatan atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Sedangkan etika deontologi, teori ini yang menjadi
dasar baik atau buruknya suatu perbuatan. Suatu perbuatan itu dapat dikatakan baik dan
karena itu kita wajib untuk melakukannya sedangkan apabila perbuatan itu buruk maka
dilarang bagi kita untuk melakukannya.
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut ibnu sina seperti indera bersama,
estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep
dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum
ia berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenanagan. Jika ia
terpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa nafsu.
Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina memberi petunjuk dalam
pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau sumber yang dikembangkan lebih lanjut
menjadi konsep ilmu etika.
Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam
kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Etika membahas baik buruk atau benar-tidaknya
tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban manusia. Etika
mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak. Etika filsafat
dapat diartikan sebagai refleksi kritis, sistematis dan metodis tentang berbagai tingkah
laku manusia dari sudut norma susila atau dari sudut baik atau buruknya. Berdasarkan dari
sudut pandang normatif, etika filsafat merupakan wacana yang khas bagi perilaku
kehidupan manusia, dibandingkan dengan ilmu lain yang juga membahas tingkah laku
manusia. Etika sebagai cabang filsafat dapat dipahami bahwa istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusi dengan nilai ketentuan baik atau buruk.
Etika memiliki objek yang sama dengan filsafat, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia.
3. Pertanyaan dan Jawaban
1. Sebagai orang pendidikan bagaimanakah konsep etika dalam pendidikan khususnya
dalam pendidikan biologi?
Jawaban:
Etika dalam proses pembelajaran tentu dituangkan dalam bentuk implementasi sikap
yang baik dalam menerima pembelajaran, secara khusus dalam pendidika biologi,
tentunya etika sebagai seorang pelajar yang mendalami ilmu pendidikan biologi harus
lah mampu menunjukkan sikap menghargai ketika dosen/guru menjelaskan,
mendengarkan secara saksama dan melaksanakan instruksi pengajar di dalam kelas
yang berhbungan dengan kegiatan akademik.
2. Pada makalah terdapat enam indikator yang digunakan dalam mengukur sikap saintis.
Apabila salah satu di dalam indikator tsb tidak memenuhi, bagaimana menurut penyaji?
Apa masih bisa dikatakan sebagai saintis?
Jawaban:
Bahwa indikator merupakan sesuatu yang dapat digunakan sebagai pedoman
dasar atau standar sebagai acuan dalam mengukur sesuatu. Jadi, dari situ dapat
disimpulkan bahwa apabila tidak memenuhi keenam indikator tersebut maka belum
bisa dikatan sebagai saintis sesungguhnya. Ada 6 indikator untuk mengukur sikap
saintis harus diterapkan dalam melakukan kegiatan ilmiah. Keenam indikator akan
muncul ketika seseorang memecahkan suatu permsalahan yang ada. Sehingga semua
harus terpenuhi, jika salah satu tidak terpenuhi maka belum dikatakan bisa dikatakan
sebagai saintis. Keenam sikap tersebut penting dan harus dipenuhi, karena keenamnya
saling berkaitan.
Misalnya adanya sikap skeptis seseorang terhadap suatu teori, menyebabkan
munculnya rasa ingin tau untuk membuktikan apakah teori tersebut benar atau tidak.
Contoh lainnya yaitu seorang saintis harus dapat berkolaborasi atau bekerja sama dalam
bertukar pikiran, untuk bekerja sama maka seseorang harus menerima perbedaaan
karena sesungguhnya perbedaan tersebut yang memperkaya pengetahuan seseorang.
Jadi keenamnya saling berkaitan satu sama lain, dan enam indikator tersebut tidak dapat
langsung dimiliki oleh seseorang namun membutuhkan sebuah proses, kebiasaan, dan
pengalaman.
3. Pada saat ini etika dan moral anak bangsa sudah banyak mengalami pergeseran akibat
dari faktor internal maupun eksternal. Bagaimana pendapat dari kelompok 3, sebagai
seorang pendidik langkah apa yang harus diambil untuk menyikapi hal tersebut?
Jawaban:
Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi pada generasi penerus
bangsa maka solusi untuk menanggapi masalah tersebut adalah dengan menanamkan
pendidikan karakter sejak dini, memilih teman bergaul dan lingkungan yang tepat, dan
mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik.
Selain itu juga mengadakan pertemuan dengan wali siswa untuk memberikan sosialisasi
bahwa betapa pentingnya peran keluarga dalam mempengaruhi perkembangan anak,
mengingat keluarga merupakan lingkungan dasar anak berkembang, selain lingkungan
luarnya (teman, sekolah, dll).
Banyak hal yang menjadi faktor kurangnya moral pelajar saat ini, salah satu yang
mempengaruhi krisis moral para pelajar saat ini adalah peranan gadget dan kurangnya
interaksi antara anak dan orang tua. Dengan adanya gadget para pelajar bebas
membrowsing hal-hal yang diinginkan, rasa sosialisasi terhadap hal-hal disekitar
menjadi berkurang diakibatkan mereka terlalu sibuk dengan mengurus gadget bahkan
sampai lupa dengan keadaan di sekelilingnya. Dalam hal ini peranan orang tua dan guru
sangat menentukan moral serta sopan santun para siswa, orang tua bisa melakukan
pendekatan-pendekatan terhadap anaknya, bahkan orang tua bisa berperan sebagai
sahabat anaknya tersebut. Dengan demikian anak akan merasa diperhatikan dan lebih
mudah menyampaikan perasaan yang dialaminya saat itu.
Guru adalah orang tua kedua bagi para peserta didik. Seorang guru harus menjadi
teladan yang baik bagi para siswa dalam mewujudkan perilaku siswa yang berkarakter,
oleh sebab itu bukan hanya siswa saja yang dituntut untuk memiliki etika dan moral
yang baik seorang guru sekalipun dituntut untuk memiliki etika dan moral yang baik
sehingga siswa dapat mengambil contoh dari seorang guru tersebut. Apapun yang
dilakukan oleh seorang guru akan terekam di memori siswa. Seperti pepatah yang
mengatakan “guru kencing berdiri murid kencing berlari” di dalam pepatah ini saya kita
dapat mengambil kesimpulan apabila kita memberikan contoh yang baik terhadap anak
didik kita jangan heran suatu saat nanti siswa kita akan melakukan hal yang lebih parah
dari seorang guru. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memberikan contoh-
contoh yang baik bagi peserta didiknya.
4. Seberapa pentingkah sikap ilmiah bagi para saintis? Apakah semua sikap tersebut harus
dimiliki oleh setiap saintis? Bagaimana jika seorang saintis tidak memiliki salah satu
indikator sikap ilmiah tersebut?
Jawaban:
Sikap Ilmiah merupakan salah satu hal penting yang jadi tujuan debat mengenai sains,
filsafat dan agama, ialah niat baik untuk menumbuhkan “scientific”. Perlu juga
diketahui bahwa pengertian indikator. Bahwa indikator merupkan sesuatu yang dapat
digunakan sebagai pedoman dasar atau standar sebagai acuan dalam mengukur sesuatu.
Jadi, dari situ dapat disimpulkan bahwa apabila tidak memenuhi keenam indikator
tersebut maka belum bisa dikatan sebagai saintis sesungguhnya.
5. Bagaimana upaya penerapan etika teleologi dan etika deontologi dalam pendidikan?
Berikan contoh jika terdapat dalam kehidupan sehari-hari terutama di sekolah.
Jawaban:
Jika pada teleologi, baik buruknya perbuatan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
Contohnya seorang melakukan kegiatan ilmiah, disitu akan menerapkan metode ilmiah,
ketika melakuka eksperimen seseorang terbut harus berperilaku jujur. Tujuan dari
berperilaku jujur ini adalah agar didapatkan hasil secara empiris (fakta) sehingga tidak
ada manipulasi data. Sedangkan pada deontologi, dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban. Contohnya, ketika meminjam uang maka harus dikembalikan, maka
keharusan itu berlaku saja tanpa syarat. Artinya dengan mengembalikan uang itu bukan
takut didenda, tapi itu adalah sebuah kewajiban untuk mengembalikan uang yang
dipinjam tadi.
6. Apakah etika itu muncul dari pemikiran subyek itu sendiri atau dibangun oleh
masyarakat lingkungan yang ada di sekitarnya ?
Jawaban:
Perlu diketahui bahwa etika merupakan kebiasaan mentaati norma dan adat istiadat.
Jadi, didanalisis dari situ bahwa Etika muncul dari masyarakat lingkungan. kita punya
perspektif bahwa etika itu muncul di masyarakat sebagai suatu yang harus mereka
patuhi (aturan) krn etika yang mncul di masyarakat adalah merupakan kebiasaan yang
telah dibangun mnrut adat istiadat mereka dan hal itu juga di sepakati oleh masyarakat
yg penetap disitu. etika itu muncul dari cara pandang manusia tentang manusia, alam,
dan hubungan antara manusia dan alam serta perilaku yang bersumber dari cara
pandang ini. Kenapa kok bisa etika itu dibangun oleh masyarakat lingkungan? Ya kan
karena kita punya budaya. Dimana adat istiadat itu adalah suatu kebiasaan/tradisi yang
telah terbangun oleh leluhur kita dahulu. Bisa juga sebagai suatu kearifan lokal yang
semestinya kita wariskan dan kita jaga.
7. Etika khusus adalah upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum kedalam
perilaku manusia yang khusus, yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana contoh dari
etika terapan dalam kehidupan?
Jawaban:
Etika terapan sendiri merupakan berkenaan dengan apa yang harus dilakukan seseorang
(atau diizinkan) untuk dilakukan dalam situasi tertentu atau domain tindakan tertentu.
Jadi, contohnya seperti ini, misalnya dalam suatu masyarakat agak tertutup, Terdapat
kebiasaan bahwa orang tua memiliki kelelusaan memilihkan calon pendamping bagi
anak mudanya yang berlangsung tanpa kesulitan dan pemuda tersebut menerima saja
tradisi tersebut. Keadaan ini akan menjadi problematis jika pandangan awal ini
bersinggungan dengan pendapat lain bahwa setiap anak muda berhak menentukan
teman hidupnya yang biasanya terjadi ketika suatu masyarakat tradisional sudah mulai
terbuka dan bergaul dengan masyarakat lain yang dimana kejadian seperti itu sudah
dipandang lumrah.
8. Namun saya juga ingin bertanya maksud dari etika deontologi itu seperti apa? Sebab
saya belum paham secara jelasnya dan bisa diberi satu contohnya dari eksistensialisme
atau prinsip kewajiban yang ada pada point di dalam etika deontologi tersebut.
Jawaban:
Disini kita harus memahami dulu apa arti deontologi, deon artinya kewajiban. Sehingga
berdasarkan hal tersebut, bahwa sesuatu perbuatan ada konsekuensinya. Dalam hal ini
konsekuensi perbuatan tidak boleh dijadikan sebagai suatu pertimbangan. Maksudnya
perbuatan itu menjadi baik bukan dilihat hasilnya, melainkan karena perbuatan tersebut
wajib dilakukan. Deontologi yang berarti sesuatu yang harus dilakukan atau kewajiban
yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sesuatu itu dianggap
baik karena tuntutan norma sosial dan moral, apapun dampaknya dan tidak tergantung
dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak,
menyenangkan atau tidak. Istilah ini, digunakan kedalam suatu sistem etika.
9. Belakangan ini saya pernah membaca sebuah berita mengenai etika dalam dunia
pendidikan yaitu kasus kekerasan siswa terhadap guru ataupun sebaliknya serta
rendahnya sikap sopan santun siswa terhadap gurunya. Hal tersebut saya asumsikan
terjadi karena mungkin guru terlalu banyak membebani siswa dengan tugas di luar
kemampuannya ataupun faktor lingkungan tempat tinggal siswa mempengaruhi sikap
siswa di sekolah. Bagaimana pendapat pemateri mengenai kasus tersebut dan
bagaimana guru/dosen mengajarkan etika sebagai ilmu dan perbuatan khususnya dalam
bidang pendidikan biologi untuk meminimalisir kasus serupa sehingga tidak terjadi?
Jawaban:
Sebenarnya dalam K-13 semua mata pelajaran sudah mengandung pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Jadi yang perlu ditekankan disini setiap mata pelajaran sudah
mengajarkan siswa mengenai sikap (etika). Hal ini dapat dilakukan ketika dalam proses
belajar mengajar, guru menyampaikan pesan moral. Tentu saja hal ini juga diimbangi
dengan kegiatan sekolah yang menunjang. Contohnya dulu di sekolah saya sering ada
kegiatan bersalaman dengan guru sebelum masuk sekolah, kegiatan keagamaan sesuai
dengan kepercayaan masing-masing, kegiatan live in, dll. Sehingga secara tidak
langsung dari kegiatan-kegiatan siswa tersebut mempunyai pondasi moral dan etika yg
baik, selain itu guru juga diharapkan dapat memberi teladan secara langsung. Adanya
pendidikan karakter dan spiritual dalam bentuk etika moral serta attitude, agar siswa
mengetahui bagaimana harus berperilaku. Hal ini dapat dilakukan ketika dalam proses
belajar mengajar, selain itu guru juga diharapkan dapat memberi teladan secara
langsung agar kejadian itu tidak terulang.
Pada kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu pada K13 yang tertuang dalam
kompetensi inti 1-4. Melihat hal tersebut pendidik sebaiknya dapat menghargai
siswanya. Pendidik tidak boleh berlaku semena-mena terhadap siswanya, dimulai dari
mengapresiasi hasil kerja dari siswanya dan memberikan tugas yang sewajarnya.
Kemudian siswa pun harus menghormati pendidiknya, karena kita juga telah diberi
pengajaran sedari kecil bahwa kita harus menghormati orang yang lebih tua dari kita
(saling menghargai dan menghormati antara siswa dengan pendidik). Disamping itu
dalam proses belajar, pendidik dapat menyisipkan aspek-aspek pendidikan karakter.
Apabila aspek-aspek tersebut sering dilakukan siswa maka akan menjadi kebiasaan lalu
akan terus terbawa oleh siswa.
Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan
kepada siswa. Pendidikan karakter merupakan modal utama kemajuan suatu bangsa.
Sehingga jika dari kecil anak sudah dibekali etika dalam hidup, maka anak akan dapat
menyaring mana perbuatan yang buruk mana yang baik sehingga hal-hal negatif
tersebut tidak akan terjadi. Guru pun demikian, harus memiliki etika dalam kehidupan
sebagaimana ungkapan "Guru itu di gugu lan ditiru" yang artinya setiap langkah yang
dilakukan guru itu akan diikuti dan ditiru oleh siswanya. Hal ini karenakan guru
merupakan manusia yang berpendidikan harusnya mengerti norma-norma yang berlaku
dalam kehidupan yang mengatur segala perilaku kita, sehingga sbgai pendidik kita
harus berperilaku yang baik dalam hidup (menjadi manusia yang beretika). Apabila
terdapat kasus guru yang melakukan kekerasan kepada siswa, sesungguhnya orang
tersebut adlaah manusia yang tidak beretika dan tidak sepantasnya menjadi guru.

Anda mungkin juga menyukai