Anda di halaman 1dari 4

RESUME

ETIKA KEILMUAN SAINTIS

Dosen Pengampu: Bapak Harman Amir,S.Si,M.S

Nama kelompok:

1.Hanifah Yusra_23035012

2.Upi Permata Sari_23035101

3.Muhammad Hery Pratama Sitorus_23035077

Program studi: Pendidikan Kimia

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Definisi Etika

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asa akhlak
atau moral. Menurut etimologi (ilmu tentang asal usul Kata), etika berasa dari bahasa Yunani, yaitu
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi etika didefinisikan sebagai: the
normatif science of The conduct of human being living societies. A science which judge this conduct
to Be right or wrong and to be good or bad. Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”. Kata
terakhir ini berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga: kebiasaan, adat. Dalam
bahasa Inggris dan banyak bahasa lainnya, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi,
etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang
berarti adat kebiasaan. Jika dibandingkan, etika lebih banyak bersifat teori sedangkan moral lebih
banyak ke arah praktis. Etika memandang perilaku manusia secara universal, sedangkan moral secara
lokal.

Secara umum, etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dihampiri
berdasarkan atas dua macam pendekatan, yaitu: Etika deskriptif dan Etika Normatif.

a. Etika deskriptif, yaitu cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti: adat
kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak. Etika
deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur
tertentu. Oleh karena itu etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apa pun, ia hanya
memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Misalnya: penggambaran tentang adat
mengayau kepala pada suku primitif.

b. Etika normatif, yaitu kajian terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tanpa perlu
mengajukan alasan rasional dibalik ajaran tersebut,Cukup merefleksikan mengapa hal itu
menjadi keharusan. Etika normatif dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau
masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika
normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun
dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini dibagi
menjadi dua, yaitu:

1) Etika umum, yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik buruknya suatu tindakan.

2) Etika khusus, yang berbicara mengenai penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Dengan kata lain, etika khusus merupakan upaya untuk menerapkan
prinsipprinsip etika umum ke dalam perilaku manusia yang khusus, sehingga etika khusus juga
dinamakan etika terapan. Penerapan Ini bisa berwujud: bagaimana saya mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan yang didasari
oleh cara, teori, dan prinsip moral dasar? Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain
dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis.
B. Etika Keilmuan

Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika
keilmuan adalah agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu prinsip yang baik
dan menghindarkan diri dari hal-hal buruk ke dalam prilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi
ilmuan yang dapat mempertanggung jawabkan prilaku ilmiahnya. Etika normatif menetapkan
kaidahkaidah, yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan yang seharusnya
dikerjakan, dan yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan dengan yang
seharusnya terjadi. Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada “elemen-elemen”
kaidah moral, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat
utilitaristik (kegunaan). Hati nurani merupakan penghayatan tentang yang baik dan yang buruk dan
dihubungkan dengan perilaku manusia.Penerapan iIlmu pengetahuan dan teknologi telah banyak
membantu manusia dalam pengertian yang sangat luas, tetapi juga tidak dapat diabaikan begitu saja
adanya dampak negatif yang ikut bermunculan. Idealnya, manusia tidak seharusnya menjadi budak
teknologi.

Ilmu pengetahuan dalam bahasa Latin (Scientia) berarti mempelajari atau mengetahui. Ilmu
pengetahuan berbeda dengan pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa berasal dari pengetahuan tetapi
tidak semua pengetahuan adalah ilmu.Menurut I.R. Poedjowijatno, ada beberapa syarat suatu
pengetahuan untuk dapat dikategorikan sebagai ilmu, yaitu sebagai berikut.

1) Memiliki objek material sasaran/ bahan kajian.


2) Memiliki metode, yaitu prosedur/ cara tertentu suatu ilmu dalam usaha mencari kebenaran.
3) Sistematis. Ilmu pengetahuan seringkali terdiri dari beberapa unsur tetapi merupakan satu
kesatuan. Ada hubungan, keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
4) Universal. Ilmu diasumsikan berlaku menyeluruh, tidak meliput tempat atau waktu tertentu
saja. Ilmu diproyeksikan untuk berlaku seluas-luasnya.

C. Sikap Ilmuwan

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis pada pertimbangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.Tanggung jawab keilmuan menyangkut
kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti ilmuwan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat dan martabat
manusia,Menjaga ekosistem, bertanggung-jawab pada kepentingan umum, dan generasi mendatang,
serta bersifat universal karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk
mengembangkan dan memperkokoh ekosistem manusia bukan untuk menghancurkan ekosistem
tersebut. Dalam konteks pengembangan ilmu, seorang ilmuwan harus memliki sikap Ilmiah sebagai
bagian integral dari sifat ilmu. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang
diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Sikap ilmiah bagi seorang
ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai
suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk
melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Artinya, selaras dengan kehendak manusia dan kehendak Tuhan.
D. Etika Keilmuan dalam Konteks Keindonesiaan

Tradisi kegiatan ilmiah di Indonesia memang belum mapan sebagaimana tradisi di dunia Barat.
Justru itu masalah nilai dan ilmu ini harus dipahami sejak awal sebagai suatu koridor bagi kehidupan
ilmiah di Indonesia. Bangsa Indonesia mempunyai sistem nilai sendiri yang melandasi berbagai bidang
kehidupan termasuk kehidupan ilmiah. Pancasila sebagai core value dalam kehidupan ilmiah adalah
suatu imperative; keharusan. Ilmu dalam konteks pengujian, dalam proses dalam dirinya sendiri
memang harus bebas nilai, objektif rasional, namun di dalam proses penemuannya dan penerapannya
ilmu tidak bebas nilai. Ilmu harus memperhatikan nilai-nilai yang ada dan berlaku di masyarakat. Ilmu
harus mengemban misi yang lebih luas yaitu demi peningkatan harkat kemanusiaan. Ilmu harus
bermanfaat bagi manusia, masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia.Namun demikian, tolak ukur
manfaat itu tidak hanya sekedar manfaat pragmatis yang sesaat atau untuk kepentingan tertentu,
sehingga ilmu kehilangan idealismenya. Ilmu yang dikembangkan harus tetap objektif bermanfaat bagi
seluruh umat manusia dan tidak boleh bertentangan dengan nilai Pancasila, yaitu nilai teositas, nilai
humanitas, nilai integritas kebangsaan, nilai demokrasi dan nilai keadilan sosial. Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa mengandung makna bahwa manusia tidak hanya semata-mata mengakui dan menghargi
kemampuan rasionalitas manusia semata tetapi juga menginsyafi bahwa ada kekuatan lain yang lebih
besar.Manusia tidak hanya dihargai karena aktivitas akalnya saja tetapi juga aspek-aspek lainnya. Sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, mengandung makna bahwa ilmu pengetahuan harus
dikembalikan pada fungsi semula utuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau sektor tertentu.
Sila Persatuan Indonesia, mempuyai makna bahwa ilmu pengetahuan walaupun bersifat Universal
harus juga mengakomodasikan yang lokal sehingga berjalan harmonis.Ilmu pengetahuan yang
dikembangkan tidak boleh menghancurkan dan membahayakan integritas nasional bangsa Indonesia.
Sila ke empat mengandung pengertian bahwa ilmu pengetahuan yang dikembangkan tidak boleh
hanya diputuskan atau dikendalikan segelintir orang. Berbagai pendapat para pakar di bidangnya harus
dipertimbangkan, sehingga menghasilkan suatu pertimbangan yang representatif untuk harus
mengakomodasi rasa keadilan bagi rakyat banyak. Ia tidak boleh mengabdi pada sekelompok kecil
masyarakat, apalagi hanya mengabdi pada kepentingan penguasa.

Kesimpulan

Ada hubungan erat antara etika dan ilmu. Ilmu yang berkembang pesat tidak dapat dilepaskan dari
etika, yaitu kajian tentang baik dan buruk dari ilmu pengetahuan tersebut. Ilmu sebagai bidang yang
otonom tidaklah bebas nilai. Ilmu selalu berkaitan dengan nilai-nilai etika terutama dalam
penerapan ilmu. Etika,sebagai salah satu cabang dalam Filsafat memberikan arahan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga tetap dapat memberi manfaat bagi manusia. Etika juga
memberikan kode etik atau standar perilaku bagi ilmuan dalam bekerja dan berkarya agar tetap
berpegang teguh pada prinsip dan tanggung jawab etis dalam menghadapi problematik keilmuan
yang muncul. Bagi warga negara Republik Indonesia, penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila
seharusnya dapat membantu membentuk kehidupan yang sejalan dengan tujuan ilmu
pengetahuan. Sebagai bagian dari komunitas masyarakat ilmiah, sudah seharusnya civitas akademik
di perguruan tinggi saling mengingatkan untuk senantiasa menerapkan etika keilmuan sebagai
seorang saintis.

Anda mungkin juga menyukai