Anda di halaman 1dari 21

GEOMETRI ANALITIK RUANG

“LUASAN PUTARAN BERDERAJAT DUA”

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Nyoman Sridana, M.Si.,

Ni Made Intan Kertiyani, S.Pd., M.Pd.

KELOMPOK: 6
NAMA ANGGOTA:
Baiq Malail (E1R021047)
Dita Sulistina Ginanti (E1R021029)
Mauli Azkia Tauchid (E1R021044)
SEMESTER/KELAS: V/C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah memberikan karunia
kepada hamba-Nya sehinggga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Luasan Putaran
Berderajat Dua”. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geometri
Analitik Ruang.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Nyoman Sridana, M.Si. dan ibu
Ni Made Intan Kertiyani, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Geometri Analitik
Ruang, dan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, masukan dan kritikan yang membangun senantiasa saya harapkan
untuk penyempurnaan pada makalah saya berikut dengan perbaikan. Mudah-mudahan dengan
makalah yang singkat ini dapat memenuhi harapan kita semua dan dapat bermanfaat bagi para
pembaca sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan.

Mataram, 29 Agustus 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

PETA KONSEP...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5

2.1. Konsep Luasan Putaran ..................................................................................... 5


2.2. Luasan yang Terjadi dari Elips, Hiperbola dan Parabola ..................................... 5
2.3. Latihan soal tes Formatif dan jawabannya .......................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19

2
PETA KONSEP

Luasan Putaran Berderajat


Dua

Konsep Luasan Putaran

Luasan yang Terjadi dari


Elips, Hiperbola dan
Parabola

Luasan yang terjadi dari Luasan yang terjadi dari


suatu elips yang digerakkan suatu Hiperbola yang
pada suatu kurva. digerakkan pada suatu kurva

Elips yang digerakkan pada Hiperbola yang Digerakkan


bidang XOY dengan cara Terletak pada Bidang YOZ
pertama dengan Persamaan

Elips yang digerakkan pada Misalkan Hiperbola yang


bidang XOY dengan cara Digerakkan Terletak pada
kedua Bidang YOZ dengan
Persamaan

Elips yang digerakkan pada Misalkan Hiperbola yang


bidang XOY dengan cara Digerakkan Terletak pada
ketiga 3 Bidang XOY dengan
Persamaan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geometri analitik ruang adalah suatu materi pembelajaran yang membahas tentang
titik dalam ruang, bidang datar, garis lurus, tempat kedudukan, luasan putaran, dan
persamaan umum.

Diberikan suatu elips, hiperbola, atau parabola yang terletak pada suatu bidang
koordinat dengan pusatnya adalah titik asal. Jika salah satu bangun tersebut diputar
dengan suatu sumbu koordinat sebagai sumbu putar, maka akan terjadi luasan putaran.
Namun, perlu ditegaskan bahwa hal tersebut jika mungkin dilakukan. Sebagai contoh,
elips yang terletak pada bidang koordinat jika diputar dengan sumbu putarnya adalah
sumbu 𝑧, maka tidak akan menghasilkan luasan putaran. Hal seperti itu tidak termasuk
dalam bahasan bab ini. Akan dibahas berturut- turut luasan yang terjadi dari ketiga
bangun yang terletak pada bidang 𝑋𝑂𝑌, 𝑋𝑂𝑍, dan 𝑌𝑂𝑍.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana luasan yang terjadi dari elips yang digerakkan pada suatu kurva?
1.2.2. Bagaimana luasan yang terjadi dari hiperbola yang digerakan pada suatu kurva?
1.2.3. Bagaimana sifat-sifat elipsoida, hiperboloida, dan paraboloida?
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui luasan yang terjadi dari elips yang digerakkan pada suatu
kurva.
1.3.2 Untuk mengetahui luasan yang terjadi dari hiperbola yang digerakan pada suatu
kurva.
1.3.3 Untuk mengetahui sifat-sifat elipsoida, hiperboloida, dan paraboloida.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Luasan Putaran


Suatu kurva (baik berupa garis, elips, hiperbola ataupun parabola) jika diputar
mengelilingi suatu garis lurus, maka akan terjadi luasan. Luasan inilah yang diesbut
luasan putaran. Garis lurus yang dikelilingi kurva disebut sebagai sumbu putar. Setiap
titik pada kurva yang diputar menjalani suatu lingkaran yang terletak pada bidang yang
tegak lurus dengan sumbu putar dan titik pusatnya berada pada sumbu putar. Lingkaran
ini disebut sebagai lingkaran paralel. Bidang yang melalui sumbu putar disebut bidang
meridian.

2.2. Luasan yang Terjadi dari Elips, Hiperbola dan Parabola.


2.2.1. Luasan yang terjadi dari suatu elips yang digerakkan pada suatu kurva.
Berikut ini akan kita selidiki suatu luasan yang terjadi dari suatu elips yang letak
dan besaranya berubah menurut aturan tertentu.
Pada bidang XOY terletak elips dengan persamaan
𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Pada bidang YOZ terletak elips dengan persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
+ =1
𝑏2 𝑐 2
Kedua elips diatas mempunyai puncak-puncak yang sama pada sumbu Y.
Selanjutnya, elips yang terletak pada bidang XOY digerakkan dengan aturan sebagai
berikut:

5
a. Bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY
b. Titik pusatnya tetap pada sumbu-z
c. Dua dari puncaknya selalu terletak pada elips yang terletak pada bidang YOZ.
d. Elips terletak sebangun dengan elips yang digerakkan.
Berarti elips pada bidang YOZ merupakan garis arah dari elips – elips yang
bergerak. Adapun persamaan luasan yang terjadi dapat dicari sebagai berikut:
𝑧=0
Misalkan elips {𝑥 2 𝑦2 digerakkan se hingga terletak pada bidang 𝑧 = λ dan
+ 𝑏2 = 1
𝑎2

setengah sumbu-sumbunya adalah 𝑥0 dan 𝑦0 berturut-turut subu yang sejajar sumbu X


dan sumbu Y.
Karena memenuhi aturan a, b ,c maka titik (0, 𝑦0, λ) terletak pada elips
𝑥=0
2
{ 𝑦 𝑧2
+ =1
𝑏2 𝑐 2
Sehingga memenuhi
𝑦02 λ2 λ2
+ 𝑐 2 = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 (1 − )
𝑏2 𝑐2
𝑥 𝑎
karena aturan a, b, dan d maka dipenuhi 𝑦0 = 𝑏 atau
0

𝑎2 𝑎2 λ2 λ2
𝑥02 = 𝑏2 𝑦02 = 𝑏2 ∙ 𝑏2 (1 − ) = 𝑎2 (1 − 𝑐 2 )
𝑐2

Jadi, persamaan elips yang terletak pada bidang 𝑧 = λ tersebut adalah :

𝑥=0 𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{ 𝑦2 𝑧2 atau { + =1
+ 𝑐2 = 1 λ2
𝑎 2 (1− 2 )
λ2
𝑏2 (1− 2 )
𝑏2 𝑐 𝑐

Dengan mengeliminasi λ dan persamaan elips tersebut, Kita memperoleh persamaan


𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ 𝑏2 + 𝑐 2 = 1
𝑎2

Persamaan ini merupakan persamaan


elipsoida dengan titik pusat 0 dari sumbu -
sumbunya berhimpit dengan sumbu koordinat.
Jika dua diantara a, b, dan c adalah sama
maka elipsoida tersebut merupakan suatu
elipsoida putaran. Jika a = b = c maka elipsoida
tersebut merupakan bola.

6
2.2.1.1. Elips yang digerakkan pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan persamaan garis arah dari elips yang bergerak adalah hiperbola pada bidang
YOZ dengan persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
+ =1
𝑏2 𝑐 2
Selanjutnya elips digerakkan dengan aturan sebagai berikut:
a. Bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY
b. Titik pusatnya tetap pada sumbu Z
c. Dua dari puncknya selalu terletak pada kurva arah
d. Elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips yang semula.
Misalkan elips digerakkan sehingga terletak pada bidang 𝑧 = λ dan setengah
sumbu-sumbunya adalah 𝑥0 dan 𝑦0 berturut-turut sumbu yang sejajar sumbu X dan
sumbu Y.
Karena memenuhi aturan a), b), dan c) maka titik (0, 𝑦 , λ) berlaku
𝑦02 λ2 λ2
+ = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 (1 − 𝑐 2 )
𝑏2 𝑐2
𝑥0 𝑎
Dari aturan a), b), dan d) maka harus dipenuhi = atau
𝑦0 𝑏

𝑎2 2 𝑎2 2 λ2 λ2
𝑥02 = 𝑦 = ∙ 𝑏 (1 − ) = 𝑎 2
(1 − )
𝑏2 0 𝑏2 𝑐2 𝑐2
Jadi, persamaan elips pada bidang 𝑧 = λ tersebut adalah:
𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{ + =1
2 λ2 2 λ2
𝑎 (1 + 2 ) 𝑏 (1 + 2 )
𝑐 𝑐
Dengan mengeliminasi λ dan
persamaan elips ini. Kita peroleh
persamaan :
𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ + =1
𝑎2 𝑏2 𝑐 2

Persamaan hiperboloida berdaun satu dengan maka kita memperoleh


titik pusat 0 dan sumbu – sumbunya berimpit hiperboloida putaran.
dengan sumbu – sumbu koordinat. Jika a = b,
7
2.2.1.2. Elips yang digerakkan terletak pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan garis/kurva arah dari elips yang bergerak adalah hiperbola dengan
persamaan
𝑥=0
{ 𝑦2 𝑧2
− 2+ 2=1
𝑏 𝑐

Aturan untuk menggerakkan elips sama seperti yang ke-2 di atas.


Misalkan elips digerakkan sehingga terletak pada bidang 𝑧 = λ dan setengah
sumbu-sumbunya adalah 𝑥0 dan 𝑦0 berturut-turut subu yang sejajar sumbu-x
dan sumbu-y. Karena memenuhi aturan a), b), c) maka titik (0, 𝑦0, λ) berlaku
𝑦2 λ2 λ2
− 𝑏02 + = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 ( 𝑐 2 − 1)
𝑐2

𝑥 𝑎
Dari aturan a), b), dan d) maka harus memenuhi 𝑦02 = 𝑏 atau
0

𝑎2 2 λ 2 λ2
𝑥02 = ∙ 𝑏 ( − 1) = 𝑎 2
( − 1)
𝑏2 𝑐2 𝑐2

Jadi persamaan elips pada bidang 𝑧 = λ tersebut adalah:


𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{ + =1
2 λ2 2 λ2
𝑎 ( 2 − 1) 𝑏 ( 2 − 1)
𝑐 𝑐
Dengan mengeliminasi λ dari persamaan
elips di atas, kita memperoleh persamaan
𝑥2 𝑦2 𝑧2 Jika a = b, maka
− 2− 2+ 2 =1
𝑎 𝑏 𝑐 persamaan itu menjadi
Persamaan ini merupakan persamaan persamaan hiperboloida
hiperboloida berdaun dua dengan titik pusat O putaran berdaun dua
dan sumbunya adalah sumbu Z. dengan sumbu Z sebagai
Jika a = b, maka persamaan itu menjadi sumbu putarnya.
persamaan hiperboloida putaran berdaun dua
dengan sumbu Z sebagai sumbu putarnya.

8
2.2.1.3. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan
𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan garis arah dari elips yang bergerak adalah parabola pada bidang YOZ
dengan persamaan
𝑥=0
{
𝑦 2 = 2𝑝𝑧
Aturan untuk menggerakkan elips sama seperti aturan 2. Misalkan elips
digerakkan sehingga terletak pada bidang z = λ dan setengah sumbu-sumbunya yang
sejajar dengan sumbu X dan sumbu Y berturut-turut adalah 𝑥0 dan 𝑦0 .
Dari aturan a), b), dan c), maka titik 0, 𝑦0 , λ memenuhi 𝑦02 = 2𝑝λ.
𝑥 𝑎 𝑎2 𝑎2
Dari aturan a), b), dan d), harus dipenuhi 𝑦0 = 𝑏 atau 𝑥02 = 𝑏2 𝑦02 = 𝑏2 2𝑝λ.
0

Jadi persamaan elips yang terletak pada bidang z = λ adalah:


𝑧=λ
2
𝑥 𝑦2
{ 2 + =1
𝑎 2𝑝λ
2𝑝λ
𝑏2
Dengan mengeliminasi λ dari persamaan elips
di atas, kita memperoleh persamaan
𝑥 2 𝑦 2 2𝑝
+ = 𝑧
𝑎2 𝑏2 𝑏2
Persamaan ini merupakan persamaan
paraboloida elipstik dengan titik puncak di O.
Jika a = b maka kita memperoleh persamaan
paraboloida putaran dengan sumbu Z sebagai
sumbu putarnya.

Kita telah mencari persamaan luasan yang terjadi dari elips yang digerakkan
pada suatu kurva. Berikut ini, kita akan mencari persamaan luasan yang terjadi dari
hiperbola yang digerakkan pada suatu kurva.
2.2.2. Luasan yang terjadi dari suatu Hiperbola yang digerakkan pada suatu kurva.
2.2.2.1. Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan
Persamaan
9
𝑥=0
{𝑦 2 𝑧 2
− =1
𝑏2 𝑐 2

dan garis arahnya berupa elips pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
Misalkan hiperbola digerakkan sehingga terletak pada bidang x = λ dan
setengah sumbu-sumbunya yang sejajar dengan sumbu Y dan sumbu Z berturut-turut
adalah 𝑥0 dan 𝑦0.
Dari aturan di atas, titik puncak (λ, 𝑦0 , 0 ) terletak pada garis arah sehingga
harus dipenuhi
λ2 𝑦2 λ2
+ 𝑏02 = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 (1 − 𝑎2 )
𝑎2
𝑦 𝑏 𝑐2 λ2
Dan juga 𝑧0 = 𝑐 sehingga 𝑧02 = 𝑦02 atau 𝑧02 = 𝑐 2 (1 − 𝑎2 )
0 𝑏

Jadi, persamaan Hiperbola yang terletak pada bidang x = λ tersebut adalah:


𝑥=λ
2
𝑦 𝑧2
{ + =1
λ2 λ2
𝑏2 (1 − 2 ) 𝑐2 (1 + 2 )
𝑎 𝑎
Dengan mengeliminasi λ dan persamaan Hiperbola ini. Kita peroleh persamaan :
𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ − =1
𝑎2 𝑏2 𝑐 2
Persamaan ini merupakan persamaan hiperbola berdaun satu.
2.2.2.2. Misalkan Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan
Persamaan
𝑥=0
2
{ 𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
dan garis arahnya berupa suatu hiperbola pada bidang XOY dengan persamaan

10
𝑧=0
{𝑥 2 𝑦2
− 𝑏2 = 1
𝑎2

Aturan untuk menggerakkan hiperbola seperti aturan 1 hiperbola


Misalkan hiperbola digerakkan sehingga terletak pada bidang x = λ dan setengah
sumbu-sumbunya yang sejajar sumbu Y dan sumbu Z berturut-turut adalah 𝑥0 dan
𝑦0 . Berdasarkan aturan diatas, titik (λ, 𝑦0 , 0 ) terletak pada garis arah sehingga
memenuhi :
λ2 𝑦2 λ2
− 𝑏02 = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 ( 𝑎2 + 1)
𝑎2
𝑦 𝑏 𝑐2 λ2
Dan juga 𝑧0 = 𝑐 sehingga 𝑧02 = 𝑦02 atau 𝑧02 = 𝑐 2 ( 𝑎2 + 1)
0 𝑏

Jadi persamaan Hiperbola yang terletak pada bidang z = λ adalah:


𝑥=λ
2
𝑦 𝑧2
{ − =1
2 λ2 2 λ2
𝑏 ( 2 + 1) 𝑐 ( 2 + 1)
𝑎 𝑎
Dengan mengeliminasi λ dari persamaan Hiperbola di atas, kita memperoleh
persamaan
𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ −
− =1
𝑎2 𝑏2 𝑐 2
Persamaan ini merupakan persamaan hiperboloida berdaun dua dengan
sumbu Y sebagai sumbunya.
2.2.2.3. Misalkan Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan
Persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑥 𝑦2
− 2+ 2=1
𝑎 𝑏
dan garis arahnya berupa parabola pada bidang YOZ dengan persamaan
𝑥=0
{ 2
𝑦 = 2𝑝𝑧
Aturan untuk menggerakkan hiperbola sama seperti aturan 1 Hiperbola.
Misalkan hiperbola digerakkan sehingga terletak pada bidang z = λ dan setengah
sumbu-sumbunya yang sejajar dengan sumbu X dan sumbu Y berturut-turut 𝑥0 dan
𝑦0 .
Berdasarkan aturan di atas, titik 0, 𝑦0 , λ terletak pada garis arah, sehingga
𝑥 𝑎 𝑎2 𝑎2
𝑦02 = 2𝑝λ dan juga 𝑦0 = 𝑏 sehingga 𝑥02 = 𝑏2 𝑦02 = 𝑏2 2𝑝λ.
0

Jadi, persamaan hiperbola yang terletak pada bidang z = λ adalah

11
𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{− 2 + =1
𝑎 2𝑝λ
2𝑝λ
𝑏2
Dengan mengeliminasi λ dari persamaan hiperbola di atas, kita memperoleh
persamaan
𝑥 2 𝑦 2 2𝑝
+ = 𝑧
𝑎2 𝑏2 𝑏2

Persamaan ini merupakan persamaan paraboloida hiperbolis dengan sumbu Z


sebagai sumbunya.

Selanjutnya, jika kurva yang digerakkan berupa suatu parabola, maka


kita akan mendapatkan luasan-luasan seperti yang telah kita peroleh. Pada
bagian berikut ini, kita akan melihat beberapa sifat sederhana dari elipsoida,
hiperboloida, dan paraboloida.
2.3. Latihan soal tes Formatif dan jawabannya
1. Persamaan elipsoida yang titik pusatnya di O, sumbu-sumbunya berimpit dengan
sumbu-sumbu koordinat dan panjangnya berturut-turut adalah 8, 6, dan 4 adalah
Jawaban :
𝑥2 𝑦2 𝑧2
Persamaan minimumnya yaitu 𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐 2 = 1

Diketahui: a= 8, b=6, c=4


𝑥2 𝑦2 𝑧2 𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ + =1→ + + =1
82 62 42 64 36 16
Dengan menggunakan sifat sederhana elipsoida, maka:
𝑥2 𝑦2 𝑧2 𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ + =1→ + + =1
64 36 16 16 9 4

12
𝑥2 𝑦2 𝑧2
2. salah satu titik puncak dari hiperbola 26 + 16 − 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ
4

Jawaban :
𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ 16 − merupakan hiperbola berdaun Satu
25 4

𝑥2 𝑦2 𝑧2
Mencari titik-titik puncar persamaan + 16 −
25 4

Diketahui: 𝑎2 = 25 , 𝑏2 = 16 , 𝑐 2 = 4
Sehingga 𝑎 = 5 , 𝑏 = 4 , 𝑐 = 2
Titik-titik puncak yang terletak di sumbu-sumbu koordinat ada 4 : (a,0 ; 0), (-a,0
;0), (b,0;0), (0,-b ;0)
Substitusikan nilai a,b ke titik-titik puncak tersebut, sehingga titik-titik puncaknya
adalah (5,0 ; 0), (-5,0 ;0), (4,0;0), (0,-4 ;0)
Jadi jawabannya A
𝑥2 𝑦2
3. irisan luasan − = 6𝑧 dengan bidang 𝑧 − 1 = 0 adalah suatu
9 4

Pembahasan:
𝑥2 𝑦2
Diketahui : persamaan hiperbola = − = 6𝑧
9 4

Persamaan bidang datar : 𝑧 − 1 = 0


Penyelesaian;
Mencari nilai x dan y yang memenuhi kedua persamaan, substitusi nilai z = 1 ke
persamaan hiperbola
𝑥2 𝑦2 𝑥2 𝑦2
− = 6. 1 → − =6
9 4 9 4

Jadi jawabannya C
𝑥2 𝑦2 𝑧2
4) Panjang sumbu-sumbu nyata dari luasan + − 16 = 1 berturut-turut adalah ….
4 9

A. 16 dan 9
B. 4 dan 3
C. 9 dan 4
D. 8 dan 6
5) Syarat nilai m agar bidang 𝑥 + 𝑚𝑧 − 1 = 0 memotong hiperboloida berdaun dua
𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝑧 2 =-1 dalam bentuk hiperbola adalah ....
A. |𝑚| < √2
B. |𝑚| > √2
C. |𝑚 | < 1

13
D. |𝑚 | > 1

6) Persamaan salah satu garis pelukis dari luasan 𝑥 2 − 4𝑦 2 = 2𝑥 yang terletak pada
bidang 2𝑥 − 12𝑦 + 16 = 0 adalah....
4𝑥 − 8𝑦 = 𝑧
A. {
𝑥 + 2𝑦 = 8
𝑥 + 2𝑦 + 4 = 0
B. {
2𝑥 + 4𝑦 + 𝑧 = 0
4𝑥 + 8𝑦 = 𝑧
C. {
𝑥 + 2𝑦 = 8
4𝑥 − 8𝑦 = 𝑧
D. {
𝑥 − 2𝑦 = 8
𝑥2 𝑦2 𝑧2
7) Salah satu persamaan garis pelukis dari luasan + − 16 = 1 yang sejajar bidang
4 9

6x + 4y + 3z -17 = 0 adalah
𝑦−3=0
A. {
2𝑥 + 2𝑧 = 0
𝑦+3=0
B. {
2𝑥 + 2𝑧 = 0
6𝑥 − 4𝑦 − 3𝑧 − 12 = 0
C. {
6𝑥 − 4𝑦 + 3𝑧 − 12 = 0
6𝑥 + 4𝑦 − 3𝑧 − 12 = 0
D. {
6𝑥 + 4𝑦 + 3𝑧 − 12 = 0
8) Salah satu persamaan garis pelukis dari hiperboloida 𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝑧 2 = 1 yang
melalui titik T(1, 0, 0) adalah ....
𝑥+𝑦+𝑧 = 1
A. {
𝑥+𝑦−𝑧 = 1
𝑥+𝑦+𝑧 = 1
B. {
𝑥−𝑦+𝑧 = 1
𝑥−𝑦+𝑧 = 1
C. {
𝑥−𝑦−𝑧 = 1
𝑥−𝑦+𝑧 = 1
D. {
𝑥+𝑦−𝑧 = 1
𝑥2 𝑦2
9) Syarat nilai m agar bidang x + my - 2 = 0 memotong paraboloida eliptik + =
2 3

𝑦dalam bentuk parabola adalah ....


A. 1
B. -1
1
C. 2

D. 0

14
𝑥2 𝑦2
10) Jika dari titik T (9, -4, 3) dibuat bidang-bidang singgung pada elipsoida 81 + 36 +
𝑦2
= 1, maka persamaan bidang yang memuat titik-titik singgungnya adalah ....
9

A. 𝑥 − 𝑦 + 3𝑧 + 9 = 0
B. 𝑥 − 𝑦 + 3𝑧 − 9 = 0
C. −𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 + 9 = 0
D. 𝑥 + 𝑦 + 𝑧 + 9 = 0

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Pada Bidang XOY Terletak Elips dengan Persamaan

𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Pada bidang YOZ terletak elips dengan persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑦 𝑧2
+ =1
𝑏2 𝑐 2
Kedua elips di atas mempunyai puncak-puncak yang sama pada sumbu Y.
Selanjutnya, elips yang terletak pada bidang XOY digerakkan dengan aturan sebagai
berikut.
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.
b) titik pusatnya tetap pada sumbu Z.
c) dua dari puncaknya selalu terletak pada elips yang terletak pada bidang YOZ.
d) elips tetap sebangun dengan elips yang digerakkan.
Berarti elips pada bidang YOZ merupakan garis arah dari elips-elips yang bergerak
3.1.2. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan

𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan persamaan garis arah dari elips yang bergerak adalah hiperbola pada bidang
YOZ dengan persamaan

𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
Selanjutnya, elips digerakkan dengan aturan:

a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.


b) titik pusat elips selalu terletak pada sumbu Z.
c) dua titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
d) elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips semula.
3.1.3. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan

𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
2
dan garis arah dari elips yang digerakkan adalah hiperbola dengan persamaan

𝑥=0
2
{ 𝑦 𝑧2
− 2+ 2=1
𝑏 𝑐
Selanjutnya, elips digerakkan dengan aturan:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.
b) titik pusat elips selalu terletak pada sumbu Z.
c) dua titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
d) elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips semula.
3.1.4. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan

𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan garis arah dari elips yang bergerak adalah parabola pada bidang YOZ
dengan persamaan
𝑥=0
{ 2
𝑦 = 2𝑝𝑧
Selanjutnya, elips digerakkan dengan aturan:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.
b) itik pusat elips selalu terletak pada sumbu Z.
c) dua titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
d) elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips semula
Ketika kita akan mencari persamaan luasan yang terjadi dari hiperbola yang
digerakkan pada suatu kurva.
3.1.5. Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan Persamaan

𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
dan garis arahnya berupa elips pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
3
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
3.1.6. Misalkan Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan
Persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
dan garis arahnya berupa suatu hiperbola pada bidang XOY dengan persamaan
𝑥=0
2
{𝑥 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
3.1.7. Misalkan Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan
Persamaan
𝑥=0
{ 𝑥2 𝑦2
− 2− 2 =1
𝑎 𝑏
dan garis arahnya berupa parabola pada bidang YOZ dengan persamaan
𝑥=0
{ 2
𝑦 = 2𝑝𝑧
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
3.2. Saran

Dalam mempelajari geometri dibutuhkan ketelitian serta pemahaman terhadap


berbagai hal yang ditemukan dalam geometri. Oleh karena itu dibutuhkan problem
solving/pemecahan masalah dalam mempelajari geometri. Misalnya, dengan
menyelesaian soal-soal latihan, agar kita dapat lebih terlatih dalam mengerjakan soal-
soal yang berhubungan dengan geometri.

4
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sukirman, M.Pd. GEOMTERI ANALITIK BIDANG & RUANG. Tangerang


Selatan : Universitas Terbuka, 2019.
Jakfar M, Wijayanti P.2016. Geometri Analitik Bidang dan Ruang. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai