DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK: 6
NAMA ANGGOTA:
Baiq Malail (E1R021047)
Dita Sulistina Ginanti (E1R021029)
Mauli Azkia Tauchid (E1R021044)
SEMESTER/KELAS: V/C
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah memberikan karunia
kepada hamba-Nya sehinggga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Luasan Putaran
Berderajat Dua”. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geometri
Analitik Ruang.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Nyoman Sridana, M.Si. dan ibu
Ni Made Intan Kertiyani, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Geometri Analitik
Ruang, dan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, masukan dan kritikan yang membangun senantiasa saya harapkan
untuk penyempurnaan pada makalah saya berikut dengan perbaikan. Mudah-mudahan dengan
makalah yang singkat ini dapat memenuhi harapan kita semua dan dapat bermanfaat bagi para
pembaca sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
PETA KONSEP...................................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 18
2
PETA KONSEP
Geometri analitik ruang adalah suatu materi pembelajaran yang membahas tentang
titik dalam ruang, bidang datar, garis lurus, tempat kedudukan, luasan putaran, dan
persamaan umum.
Diberikan suatu elips, hiperbola, atau parabola yang terletak pada suatu bidang
koordinat dengan pusatnya adalah titik asal. Jika salah satu bangun tersebut diputar
dengan suatu sumbu koordinat sebagai sumbu putar, maka akan terjadi luasan putaran.
Namun, perlu ditegaskan bahwa hal tersebut jika mungkin dilakukan. Sebagai contoh,
elips yang terletak pada bidang koordinat jika diputar dengan sumbu putarnya adalah
sumbu 𝑧, maka tidak akan menghasilkan luasan putaran. Hal seperti itu tidak termasuk
dalam bahasan bab ini. Akan dibahas berturut- turut luasan yang terjadi dari ketiga
bangun yang terletak pada bidang 𝑋𝑂𝑌, 𝑋𝑂𝑍, dan 𝑌𝑂𝑍.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
a. Bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY
b. Titik pusatnya tetap pada sumbu-z
c. Dua dari puncaknya selalu terletak pada elips yang terletak pada bidang YOZ.
d. Elips terletak sebangun dengan elips yang digerakkan.
Berarti elips pada bidang YOZ merupakan garis arah dari elips – elips yang
bergerak. Adapun persamaan luasan yang terjadi dapat dicari sebagai berikut:
𝑧=0
Misalkan elips {𝑥 2 𝑦2 digerakkan se hingga terletak pada bidang 𝑧 = λ dan
+ 𝑏2 = 1
𝑎2
𝑎2 𝑎2 λ2 λ2
𝑥02 = 𝑏2 𝑦02 = 𝑏2 ∙ 𝑏2 (1 − ) = 𝑎2 (1 − 𝑐 2 )
𝑐2
𝑥=0 𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{ 𝑦2 𝑧2 atau { + =1
+ 𝑐2 = 1 λ2
𝑎 2 (1− 2 )
λ2
𝑏2 (1− 2 )
𝑏2 𝑐 𝑐
6
2.2.1.1. Elips yang digerakkan pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan persamaan garis arah dari elips yang bergerak adalah hiperbola pada bidang
YOZ dengan persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
+ =1
𝑏2 𝑐 2
Selanjutnya elips digerakkan dengan aturan sebagai berikut:
a. Bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY
b. Titik pusatnya tetap pada sumbu Z
c. Dua dari puncknya selalu terletak pada kurva arah
d. Elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips yang semula.
Misalkan elips digerakkan sehingga terletak pada bidang 𝑧 = λ dan setengah
sumbu-sumbunya adalah 𝑥0 dan 𝑦0 berturut-turut sumbu yang sejajar sumbu X dan
sumbu Y.
Karena memenuhi aturan a), b), dan c) maka titik (0, 𝑦 , λ) berlaku
𝑦02 λ2 λ2
+ = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 (1 − 𝑐 2 )
𝑏2 𝑐2
𝑥0 𝑎
Dari aturan a), b), dan d) maka harus dipenuhi = atau
𝑦0 𝑏
𝑎2 2 𝑎2 2 λ2 λ2
𝑥02 = 𝑦 = ∙ 𝑏 (1 − ) = 𝑎 2
(1 − )
𝑏2 0 𝑏2 𝑐2 𝑐2
Jadi, persamaan elips pada bidang 𝑧 = λ tersebut adalah:
𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{ + =1
2 λ2 2 λ2
𝑎 (1 + 2 ) 𝑏 (1 + 2 )
𝑐 𝑐
Dengan mengeliminasi λ dan
persamaan elips ini. Kita peroleh
persamaan :
𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ + =1
𝑎2 𝑏2 𝑐 2
𝑥 𝑎
Dari aturan a), b), dan d) maka harus memenuhi 𝑦02 = 𝑏 atau
0
𝑎2 2 λ 2 λ2
𝑥02 = ∙ 𝑏 ( − 1) = 𝑎 2
( − 1)
𝑏2 𝑐2 𝑐2
8
2.2.1.3. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan
𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan garis arah dari elips yang bergerak adalah parabola pada bidang YOZ
dengan persamaan
𝑥=0
{
𝑦 2 = 2𝑝𝑧
Aturan untuk menggerakkan elips sama seperti aturan 2. Misalkan elips
digerakkan sehingga terletak pada bidang z = λ dan setengah sumbu-sumbunya yang
sejajar dengan sumbu X dan sumbu Y berturut-turut adalah 𝑥0 dan 𝑦0 .
Dari aturan a), b), dan c), maka titik 0, 𝑦0 , λ memenuhi 𝑦02 = 2𝑝λ.
𝑥 𝑎 𝑎2 𝑎2
Dari aturan a), b), dan d), harus dipenuhi 𝑦0 = 𝑏 atau 𝑥02 = 𝑏2 𝑦02 = 𝑏2 2𝑝λ.
0
Kita telah mencari persamaan luasan yang terjadi dari elips yang digerakkan
pada suatu kurva. Berikut ini, kita akan mencari persamaan luasan yang terjadi dari
hiperbola yang digerakkan pada suatu kurva.
2.2.2. Luasan yang terjadi dari suatu Hiperbola yang digerakkan pada suatu kurva.
2.2.2.1. Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan
Persamaan
9
𝑥=0
{𝑦 2 𝑧 2
− =1
𝑏2 𝑐 2
dan garis arahnya berupa elips pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
Misalkan hiperbola digerakkan sehingga terletak pada bidang x = λ dan
setengah sumbu-sumbunya yang sejajar dengan sumbu Y dan sumbu Z berturut-turut
adalah 𝑥0 dan 𝑦0.
Dari aturan di atas, titik puncak (λ, 𝑦0 , 0 ) terletak pada garis arah sehingga
harus dipenuhi
λ2 𝑦2 λ2
+ 𝑏02 = 1 atau 𝑦02 = 𝑏2 (1 − 𝑎2 )
𝑎2
𝑦 𝑏 𝑐2 λ2
Dan juga 𝑧0 = 𝑐 sehingga 𝑧02 = 𝑦02 atau 𝑧02 = 𝑐 2 (1 − 𝑎2 )
0 𝑏
10
𝑧=0
{𝑥 2 𝑦2
− 𝑏2 = 1
𝑎2
11
𝑧=λ
𝑥2 𝑦2
{− 2 + =1
𝑎 2𝑝λ
2𝑝λ
𝑏2
Dengan mengeliminasi λ dari persamaan hiperbola di atas, kita memperoleh
persamaan
𝑥 2 𝑦 2 2𝑝
+ = 𝑧
𝑎2 𝑏2 𝑏2
12
𝑥2 𝑦2 𝑧2
2. salah satu titik puncak dari hiperbola 26 + 16 − 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ
4
Jawaban :
𝑥2 𝑦2 𝑧2
+ 16 − merupakan hiperbola berdaun Satu
25 4
𝑥2 𝑦2 𝑧2
Mencari titik-titik puncar persamaan + 16 −
25 4
Diketahui: 𝑎2 = 25 , 𝑏2 = 16 , 𝑐 2 = 4
Sehingga 𝑎 = 5 , 𝑏 = 4 , 𝑐 = 2
Titik-titik puncak yang terletak di sumbu-sumbu koordinat ada 4 : (a,0 ; 0), (-a,0
;0), (b,0;0), (0,-b ;0)
Substitusikan nilai a,b ke titik-titik puncak tersebut, sehingga titik-titik puncaknya
adalah (5,0 ; 0), (-5,0 ;0), (4,0;0), (0,-4 ;0)
Jadi jawabannya A
𝑥2 𝑦2
3. irisan luasan − = 6𝑧 dengan bidang 𝑧 − 1 = 0 adalah suatu
9 4
Pembahasan:
𝑥2 𝑦2
Diketahui : persamaan hiperbola = − = 6𝑧
9 4
Jadi jawabannya C
𝑥2 𝑦2 𝑧2
4) Panjang sumbu-sumbu nyata dari luasan + − 16 = 1 berturut-turut adalah ….
4 9
A. 16 dan 9
B. 4 dan 3
C. 9 dan 4
D. 8 dan 6
5) Syarat nilai m agar bidang 𝑥 + 𝑚𝑧 − 1 = 0 memotong hiperboloida berdaun dua
𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝑧 2 =-1 dalam bentuk hiperbola adalah ....
A. |𝑚| < √2
B. |𝑚| > √2
C. |𝑚 | < 1
13
D. |𝑚 | > 1
6) Persamaan salah satu garis pelukis dari luasan 𝑥 2 − 4𝑦 2 = 2𝑥 yang terletak pada
bidang 2𝑥 − 12𝑦 + 16 = 0 adalah....
4𝑥 − 8𝑦 = 𝑧
A. {
𝑥 + 2𝑦 = 8
𝑥 + 2𝑦 + 4 = 0
B. {
2𝑥 + 4𝑦 + 𝑧 = 0
4𝑥 + 8𝑦 = 𝑧
C. {
𝑥 + 2𝑦 = 8
4𝑥 − 8𝑦 = 𝑧
D. {
𝑥 − 2𝑦 = 8
𝑥2 𝑦2 𝑧2
7) Salah satu persamaan garis pelukis dari luasan + − 16 = 1 yang sejajar bidang
4 9
6x + 4y + 3z -17 = 0 adalah
𝑦−3=0
A. {
2𝑥 + 2𝑧 = 0
𝑦+3=0
B. {
2𝑥 + 2𝑧 = 0
6𝑥 − 4𝑦 − 3𝑧 − 12 = 0
C. {
6𝑥 − 4𝑦 + 3𝑧 − 12 = 0
6𝑥 + 4𝑦 − 3𝑧 − 12 = 0
D. {
6𝑥 + 4𝑦 + 3𝑧 − 12 = 0
8) Salah satu persamaan garis pelukis dari hiperboloida 𝑥 2 + 𝑦 2 − 𝑧 2 = 1 yang
melalui titik T(1, 0, 0) adalah ....
𝑥+𝑦+𝑧 = 1
A. {
𝑥+𝑦−𝑧 = 1
𝑥+𝑦+𝑧 = 1
B. {
𝑥−𝑦+𝑧 = 1
𝑥−𝑦+𝑧 = 1
C. {
𝑥−𝑦−𝑧 = 1
𝑥−𝑦+𝑧 = 1
D. {
𝑥+𝑦−𝑧 = 1
𝑥2 𝑦2
9) Syarat nilai m agar bidang x + my - 2 = 0 memotong paraboloida eliptik + =
2 3
D. 0
14
𝑥2 𝑦2
10) Jika dari titik T (9, -4, 3) dibuat bidang-bidang singgung pada elipsoida 81 + 36 +
𝑦2
= 1, maka persamaan bidang yang memuat titik-titik singgungnya adalah ....
9
A. 𝑥 − 𝑦 + 3𝑧 + 9 = 0
B. 𝑥 − 𝑦 + 3𝑧 − 9 = 0
C. −𝑥 + 𝑦 + 3𝑧 + 9 = 0
D. 𝑥 + 𝑦 + 𝑧 + 9 = 0
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Pada Bidang XOY Terletak Elips dengan Persamaan
𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Pada bidang YOZ terletak elips dengan persamaan
𝑧=0
2
{ 𝑦 𝑧2
+ =1
𝑏2 𝑐 2
Kedua elips di atas mempunyai puncak-puncak yang sama pada sumbu Y.
Selanjutnya, elips yang terletak pada bidang XOY digerakkan dengan aturan sebagai
berikut.
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.
b) titik pusatnya tetap pada sumbu Z.
c) dua dari puncaknya selalu terletak pada elips yang terletak pada bidang YOZ.
d) elips tetap sebangun dengan elips yang digerakkan.
Berarti elips pada bidang YOZ merupakan garis arah dari elips-elips yang bergerak
3.1.2. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan
𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan persamaan garis arah dari elips yang bergerak adalah hiperbola pada bidang
YOZ dengan persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
Selanjutnya, elips digerakkan dengan aturan:
𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
2
dan garis arah dari elips yang digerakkan adalah hiperbola dengan persamaan
𝑥=0
2
{ 𝑦 𝑧2
− 2+ 2=1
𝑏 𝑐
Selanjutnya, elips digerakkan dengan aturan:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.
b) titik pusat elips selalu terletak pada sumbu Z.
c) dua titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
d) elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips semula.
3.1.4. Elips yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan Persamaan
𝑧=0
{𝑥 2 𝑦 2
+ =1
𝑎2 𝑏2
dan garis arah dari elips yang bergerak adalah parabola pada bidang YOZ
dengan persamaan
𝑥=0
{ 2
𝑦 = 2𝑝𝑧
Selanjutnya, elips digerakkan dengan aturan:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang XOY.
b) itik pusat elips selalu terletak pada sumbu Z.
c) dua titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
d) elips yang digerakkan tetap sebangun dengan elips semula
Ketika kita akan mencari persamaan luasan yang terjadi dari hiperbola yang
digerakkan pada suatu kurva.
3.1.5. Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan Persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
dan garis arahnya berupa elips pada bidang XOY dengan persamaan
𝑧=0
2
{𝑥 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
3
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
3.1.6. Misalkan Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang YOZ dengan
Persamaan
𝑥=0
2
{𝑦 𝑧2
− =1
𝑏2 𝑐 2
dan garis arahnya berupa suatu hiperbola pada bidang XOY dengan persamaan
𝑥=0
2
{𝑥 𝑦2
− =1
𝑎2 𝑏2
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
3.1.7. Misalkan Hiperbola yang Digerakkan Terletak pada Bidang XOY dengan
Persamaan
𝑥=0
{ 𝑥2 𝑦2
− 2− 2 =1
𝑎 𝑏
dan garis arahnya berupa parabola pada bidang YOZ dengan persamaan
𝑥=0
{ 2
𝑦 = 2𝑝𝑧
Aturan untuk menggerakkan hiperbola adalah sebagai berikut:
a) bidangnya selalu sejajar dengan bidang YOZ.
b) titik pusatnya selalu terletak pada sumbu X.
c) hiperbolanya selalu tetap sebangun dengan hiperbola semula.
d) titik-titik puncaknya selalu terletak pada garis arah.
3.2. Saran
4
DAFTAR PUSTAKA