Anda di halaman 1dari 62

BAB IV

SEGITIGA

Dalam pelajaran geometri di sekolah menengah, pengertian segitiga


diturunkan dari pengertian persegi panjang.

II
I
II I

Persegi panjang Dua segitiga siku Segitiga samakaki


Siku yang kongruen

Bagaimana terbentuknya sebuah segitiga sembarang, yaitu segitiga yang ketiga


sisinya tidak sama panjang dan bukan segitiga siku-siku?.
Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, kita harus memiliki pemahaman
pengertian segitiga.
Pada bab ini akan dibicarakan tentang pengertian, unsur-unsur segitiga,
jenis-jenis segitiga, segitiga sama dan sebangun (kongruen), lukisan segitiga
dan teorema-teorema yang berlaku pada segitiga.
Kurikulum matematika sekolah menengah menjadikan kemampuan
melukis segitiga (bangun geometri) sebagai salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa. Lukisan bangun geometri pada dasarnya adalah upaya
memvisualisasikan obyek-obyek geometri yang sifatnya abstrak, agar lebih mudah
dikomunikasikan dan dipahami. Dengan demikian agar obyek yang
disampaikan melalui gambar atau lukisan itu dapat diterima secara benar oleh para
siswa, maka dalam pembuatan lukisan atau gambar bangun geometri itu harus
diusahakan secara hati-hati dan cermat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
diperlukan beberapa tata cara dalam membuat lukisan atau gambar. Tata cara
dalam melukis inilah yang dipelajari dan secara ringkas ditinjau dalam bab ini.
Yang dimaksud dengan lukisan dalam bab ini adalah proses mendapatkan
gambar dari obyek tertentu dalam geometri. Bangun geometri yang dimaksud
antara lain: garis, sudut, segitiga, atau segibanyak, dengan menggunakan peralatan
utama berupa sebuah penggaris dan sebuah jangka, disamping pensil dan busur
derajat. Dalam perkembangannya dapat juga hanya digunakan sepasang segitiga
siku-siku, tetapi dalam banyak hal penggunaan jangka mutlak diperlukan.
Agar hasil lukisan baik, dalam arti tepat bentuk dan ukurannya, serta rapi
dan bersih, maka dalam melakukan lukisan perlu diperhatikan benar hal-hal
berikut:
1. Gunakan pensil yang runcing, sekali-kali jangan menggunakan tinta atau
bolpoint.
2. Gunakan penggaris yang baik, tidak cacat permukaan tepinya.
3. Gunakan jangka yang baik dalam arti tidak goyah engsel, jarum, maupun
pensilnya. Ujung pensil pada jangka hendaknya dijamin runcing, tidak
tumpul.
4. Siapkan karet penghapus pensil.
5. Pada saat menarik garis melalui dua buah titik, usahakan agar kedua titik
itu tepat terletak pada tepi penggaris dengan kedekatan yang sama.
Demikian juga tahan penggarisnya, agar tidak goyah.
6. Pada saat melukis busur lingkaran, tetapkan dulu pusat dan panjang jari-
jarinya, kemudian tusukkan jarum jangkanya tepat pada titik pusatnya.
7. Sebelum yakin benar akan ketepatan gambarnya, buatlah garis-garisnya
agak tipis lebih dahulu. Baru setelah yakin benar, garis-garisnya dapat
ditebalkan dengan pensil atau jika perlu dengan tinta.

Jika rambu-rambu di atas diperhatikan dalam setiap lukisan, dan hal itu
dilaksanakan secara konsekuen oleh para guru dalam pembelajarannya, maka
pokok bahasan tentang “lukisan” akan dapat memiliki “nilai lebih”, karena dapat
menumbuhkembangkan sikap-sikap positif dalam bekerja, yaitu sikap hati-hati,
sistematis, bersih, rapi, dan cermat.

A. Pengertian Segitiga
Jika ada tiga buah titik yang tidak segaris, dua-dua dihubungkan oleh sebuah ruas
garis, maka terdapat tiga buah ruas garis. Gabungan tiga buah ruas garis ini
disebut segitiga.
Ketiga buah ruas garis itu disebut sisi. Ketiga buah titik itu disebut titik sudut.
Jumlah panjang ketiga sisi itu disebut keliling segitiga.
Garis-garis istimewa dalam segitiga yaitu: 3 buah garis tinggi, 3 buah garis berat,
3 buah garis bagi.

B. Unsur-unsur sebuah segitiga


Bentuk dan ukuran sebuah segitiga ditentukan oleh ketiga sisinya dan ketiga
sudutnya.
C Unsur-unsur dari segitiga ABC adalah sisi-
sisi AB dan CA sertaa sudut-sudutnya <A, <B. dan
<C
A

A, B, dan C disebut titik-titik sudut dari segitiga ABC, tetapi titik-titik sudut itu
bukan unsur dari segitiga ABC, mengapa?
Sebuah segitiga tertentu bentuk dan ukurannya jika telah diketahui tiga
unsurnya yang bebas satu sama lain, dan memenuhi sifat-sifat segitiga, yaitu:
a. Jumlah panjang dua sisinya lebih panjang dari sisi ketiga.
b. Jumlah besar ketiga sudutnya sama dengan 180
C. Jenis-jenis segitiga
Segitiga dibedakan atas:
a. Menurut sudutnya: segitiga lancip, segitiga siku-siku, dan segitiga tumpul.
Segitiga lancip yaitu segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip.
Segitiga siku-siku yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-
siku.
Segitiga tumpul yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.
b. Menurut sisinya: segitiga tidak sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga sama
sisi.
Segitiga tidak sama sisi yaitu segitiga yang panjang ketiga sisinya tidak
sama.
Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang dua buah sisinya memiliki panjang
yang sama. Selanjutnya kedua sisi itu disebut kaki.
Segitiga sama sisi yaitu segitiga yang panjang ketiga sisinya sama.

D. Dua Segitiga yang Sebangun


Teorema-teorema kesebangunan dua segitiga, antara lain:
1. Dua buah segitiga sebangun, jika panjang sisi-sisi yang seletak pada kedua
segitiga itu memiliki perbandingan yang sama.
2. Dua buah segitiga sebangun jika dua pasang sudut-sudutnya sama besar.
3. Dua buah segitiga sebangun, jika panjang dua pasang sisi-sisi seletak
memiliki perbandingan yang sama dan sudut yang diapit oleh sisi-sisi ini
sama besar.

E. Dua Segitiga Sama Dan Sebangun (Kongruen)


Dua buah segitiga dikatakan sama dan sebangun (kongruen) jika tepat dapat saling
menutupi. Sisi-sisi dan sudut-sudut dua buah segitiga yang tepat saling menutupi
disebut sisi-sisi dan sudut-sudut bersesuaian.

Teorema 1
Pada dua buah segitiga yang sama dan sebangun, sisi-sisi dan sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar.
Teorema 2
Dua buah segitiga sama dan sebangun jika sama panjang dua buah sisi dan besar
sudut apitnya.(Si, Su, Si)

Teorema 3
Dua buah segitiga sama dan sebangun jika sama panjang sebuah sisi dan
besar kedua sudut yang berdekatan.(Su, Si, Su)
Teorema 4
Dua buah segitiga sama dan sebangun jika sama:panjang sebuah sisi, besar
sudut yang berdekatan dan besar sudut yang berhadapan. (Si, Su, Su)
Teorema 5
Dua buah segitiga sama dan sebangun jika sama ketiga buah sisinya. (Si, Si,
Si)

F. Teorema Pythagoras
Dalam sebuah segitiga siku-siku, jumlah luas daerah-daerah persegi yang dibuat
pada kedua sisi siku-sikunya sama dengan luas daerah persegi yang dibuat pada
sisi miringnya.

Jika panjang kedua sisi siku-siku pada ∆ABC masing-masing b dan c, dan
panjang sisi miringnya a, maka teorema di atas dapat dirumuskan dengan
b2 + c2 = a2
dengan kalimat :
Dalam sebuah segitiga siku-siku, jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya
sama dengan kuadrat panjang sisi miringnya.
Rumusan ini yang selanjutnya digunakan dalam penyelesaian soal-soal.

Kebalikan Teorema Pythagoras


Jika dalam suatu segitiga, kuadrat panjang salah satu sisinya sama dengan jumlah
kuadrat panjang kedua sisinya yang lain, maka segitiga tersebut merupakan
segitiga siku-siku.

Tripel Pythagoras
Perangkat (a, b, c) dari tiga bilangan asli disebut Tripel Pythagoras, jika kuadrat
dari bilangan terbesar sama dengan jumlah kudrat dua bilangan yang lain.
Jika pada tripel Pythagoras (a, b, c), ketiga elemennya berupa bilangan asli yang
faktor persekutuan terbesarnya adalah 1, maka (a, b, c) disebut Tripel Pythagoras
Primitif. (3, 4, 5), (5, 12, 13) adalah contoh dua tripel Pythagoras primitif, sedang
(15, 20, 25), (10, 24, 26) masing-masing bukan tripel Pythagoras primitif.
G. Teorema Proyeksi
Dari teorema Pythagoras dapat diturunkan teorema proyeksi pada segitiga miring,
yaitu segitiga yang bukan segitiga siku-siku.
a. Teorema Proyeksi untuk Sisi di depan Sudut Lancip
Dalam suatu segitiga, kuadrat panjang sisi yang berhadapan dengan sudut lancip
sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi yang lain dikurangi dengan dua
kali hasil kali panjang salah satu sisi dengan panjang proyeksi sisi lain ke sisi
tersebut.

t
p c-p

D Dibuktikan a2 = b2 + c2 -2cp
A B

Bukti:
Dalam ∆BCD: a2 = (c – p)2 + t2 ................. (Th. Pythagoras)
Dalam ∆ACD: t =b –p
2 2 2
................. (Th. Pythagoras)
Subtitusikan t2 = b2 – p2 ke a2 = (c – p)2 + t2 diperoleh:
a2 = (c – p)2 + b2 – p2
a2 = c2 – 2cp + p2 + b2 – p2
a2 = b2 + c2– 2cp

b. Teorema Proyeksi untuk Sisi di depan Sudut Tumpul


Dalam suatu segitiga, kuadrat panjang sisi yang berhadapan dengan sudut
tumpul sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi yang lain, ditambah
dengan dua kali hasilkali panjang salah satu sisi dengan panjang proyeksi sisi
lain ke sisi tersebut.
C
a

t b

D p A c B
Diketahui:
̅̅̅̅𝐴𝐵
𝐶𝐷 ̅̅̅̅ , mA > 90, p panjang proyeksi 𝐴𝐶
̅̅̅̅ pada perpanjangan 𝐴𝐵
̅̅̅̅ (proyeksi 𝐴𝐶
̅̅̅̅

pada ̅̅̅̅
𝐴𝐵 )

Dibuktikan: a2 = b2 + c2 + 2cp
Bukti:
Dalam ∆BCD: a2 = (c + p)2 + t2................. (Th. Pythagoras)
Dalam ∆ACD: t2 = b2 – p2 ................. (Th. Pythagoras)
Subtitusikan t2 = b2 – p2 ke a2 = (c + p)2 + t2 diperoleh:
a2 = (c + p)2 + b2 – p2
a2 = c2 + 2cp + p2 + b2 – p2
a2 = b2 + c2+ 2cp
𝒃𝟐 +𝒄𝟐 −𝒂𝟐
Dari teorema 6.a, yakni: a2 = b2 + c2– 2cp diperoleh 𝒑= .
𝟐𝒄
𝒂𝟐 −𝒃𝟐 −𝒄𝟐
Dari teorema 6.b yakni: a2 = b2 + c2+ 2cp diperoleh 𝒑= .
𝟐𝒄

Berarti jika dalam suatu segitiga panjang semua sisinya diketahui, kita dapat
menghitung panjang proyeksi sebuah sisi pada sisi yang lain.

H. Teorema Stewart
Jika dalam ∆ABC, x menyatakan panjang ruasgaris yang menghubungkan titik
sudut C dengan titik P yang terletak pada sisi AB, sehingga AP = c1 dan BP = c2,
maka berlaku:
x2c = a2c1 + b2c2 – c1 c2 c
C

Diketahi: perhatikan gambar di


samping P pada ̅̅̅̅
𝐴𝐵 hingga AP = C1

b a 𝐶𝐷𝐴𝐵
dan BP = C2, ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ dan CP = x
t
Buktikan:

A D P B x2c = a2c1 + b2c2 – c1 c2 c.


C1 C2
C

Bukti:
Dalam ∆PBC : a2 = c22 + x2 + 2c2p ..................(1) (Teorema Proyeksi)
Dalam ∆APC : b2 = c12 + x2 – 2c1p ..................(2) (Teorema Proyeksi)

Jika kedua ruas persamaan (1) dikalikan dengan c1 dan kedua ruas persamaan (2)
dikalikan dengan c2, masing-masing akan didapatkan:

a2c1 = c22c1 + x2 c1 + 2 c1c2p .................................... (3)


b2 c2 = c12 c2 + x2 c2 – 2c1 c2 p.................................... (4)

Dengan menjumlah masing-masing ruas dari persamaan (3) dan (4) diperoleh:
a2c1 + b2 c2 = c22c1 + x2 c1 + 2 c1 c2 p + c12 c2 + x2 c2 – 2c1 c2 p
 a2c1 + b2 c2 = c1 c2 (c1 + c2 ) + x2 (c1 + c2 )
 a2c1 + b2 c2 = c1 c2 c + x2 c
 x2 c = a2c1 + b2 c2 – c1 c2 c

Dengan Teorema Stewart tersebut memungkinkan kita untuk menentukan panjang


ruasgaris yang menghubungkan salah satu titik sudut dari sebuah segitiga dengan
sembarang titik pada sisi di depannya, jika letak titik tersebut dan panjang ketiga
sisi segitiga tersebut diketahui
I. Teorema tentang Panjang Garis-Tinggi pada Sebuah Segitiga
Jika dalam ∆ABC yang panjang sisi-sisinya a, b, dan c, panjang garis-tinggi ke
sisi-sisi AB, AC, dan AB berturut-turut ta , tb , tc , serta s menyatakan setengah
keliling segitiga tersebut, maka:
𝟐
𝒕𝒂 = √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)
𝒂
𝟐
𝒕𝒃 = √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)
𝒃
𝟐
𝒕𝒄 = 𝒄 √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)

C
D a
B

c b

ta

Bukti:
Dalam ∆ABC: b2 = a2 + c2 – 2cp (teorema proyeksi)
𝑎2 +𝑐 2 −𝑏2
 p= ...................... (1)
2𝑎
Dalam ∆ABD: ta = c – p ......................(2)(Teorema Pythagoras)
2 2 2

Subtitusikan p dari persamaan (1) ke persamaan (2) diperoleh:


2
𝑎2 + 𝑐 2 − 𝑏 2
𝑡𝑎2 2
=𝑐 −( )
2𝑎

𝑎2 +𝑐 2 −𝑏 2 𝑎2 +𝑐 2 −𝑏2
 𝑡𝑎2 = (𝑐 + ( )) (𝑐 − ( ))
2𝑎 2𝑎

2𝑎𝑐 + 𝑎2 +𝑐 2 −𝑏 2 2𝑎𝑐−𝑎2 −𝑐 2 + 𝑏2
 𝑡𝑎2 = ( )( )
2𝑎 2𝑎
(𝑎 + 𝑐)2 −𝑏2 𝑏 2 −(𝑎−𝑐)2
 𝑡𝑎2 = ×
2𝑎 2𝑎
(𝑎+𝑐+𝑏)(𝑎+𝑐−𝑏)(𝑏+𝑎−𝑐)(𝑏−𝑎+𝑐)
 𝑡𝑎2 = 4𝑎2
(𝑎+𝑏 + 𝑐)(𝑎+𝑏+ 𝑐−2𝑏)(𝑎+ 𝑏+𝑐−2𝑐)(𝑎 +𝑏+𝑐−2𝑎)
 𝑡𝑎2 = 4𝑎2
2𝑠(2𝑠−2𝑏)(2𝑠−2𝑐)(2𝑠−2𝑎)
 𝑡𝑎2 = 4𝑎2
24 𝑠(𝑠−𝑏)(𝑠−𝑐)(𝑠−𝑎)
 𝑡𝑎2 = 4𝑎2
22 𝑠(𝑠−𝑏)(𝑠−𝑐)(𝑠−𝑎)
 𝑡𝑎2 = 𝑎2
𝟐
 𝒕𝒂 = 𝒂 √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)

Dengan langkah serupa dapat dibuktikan bahwa:


𝟐
𝒕𝒃 = √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)
𝒃
𝟐
dan 𝒕𝒄 = 𝒄 √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)
J. Teorema tentang Panjang Garis-Berat pada Sebuah Segitiga (Teorema
Apollonius)
Jika dalam ∆ABC yang panjang ketiga sisinya masing-masing a, b, dan c, dan
panjang garis-berat yang melalui titik-titik sudut A, B, dan C berturut-turut ma ,
mb , mc , maka:
𝟏 𝟏
𝒎𝟐𝒂 = (𝒃𝟐 + 𝒄𝟐 ) − 𝒂𝟐
𝟐 𝟒
𝟏 𝟏
𝒎𝟐𝒃 = (𝒂𝟐 + 𝒄𝟐 ) − 𝒃𝟐
𝟐 𝟒
𝟏 𝟏
𝒎𝟐𝒄 = (𝒂𝟐 + 𝒃𝟐 ) − 𝒄𝟐
𝟐 𝟒

A Perhatikan gambar di samping.


̅̅̅̅ ,
Diketahui: D titik tengah 𝐵𝐶
AD = ma.

c ma b Dibuktikan:
1 2 1
𝑚𝑎2 = (𝑏 + 𝑐 2 ) − 𝑎2
2 4

1 1
B
Bukti: a D2a C
2

Dalam ∆ABC berlaku:


AD2.BC = AC2.BD + AB2.CD – DB.CD.BC .......... (Teorema Stewart)
1 1 1 1
ma2.a = b2.2a + c2. 2a – 2a.2a.a
1 1 1
 ma2.a = 2ab2 + 2ac2– 4a3
1 1 2 1 2
 ma2 = 2b2 + c – 4a
2
𝟏 𝟏
 ma2 = 𝟐(b2 + c2 )– 𝟒a2

Dengan langkah yang serupa dapat dibuktikan:


𝟏 𝟏
𝒎𝟐𝒃 = (𝒂𝟐 + 𝒄𝟐 ) − 𝒃𝟐
𝟐 𝟒
𝟏 𝟏
𝒎𝟐𝒄 = (𝒂𝟐 + 𝒃𝟐 ) − 𝒄𝟐
𝟐 𝟒
K. Teorema tentang Panjang Garis-Bagi-Dalam pada Sebuah Segitiga
Jika dalam ∆ABC yang panjang sisi-sisinya masing-masing a, b, dan c, diketahui
garis-bagi-dalam ACB memotong sisi 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ atas bagian-bagian yang panjangnya
c1 dan c2 serta panjang garis-bagi-dalam tersebut dinyatakan dengan dc, maka
berlaku: dc2= ab – c1c2

C Perhatikan gambar di samping.


Diketahui:
1 2
ACD ≅BCD atau C1≅C2
AD = c1 dan DB = c2.
b dc a Dibuktikan:
dc2= ab – c1c2
Bukti:
A c1 D c2 B
c
Dalam ∆ABC berlaku:
AC : BC = AD : DB .............................. (Teorema)
 b : a = c1 : c2
 c1 : c2 = b : a
c1 : c2 = b : a  (c1 + c2) : (b + a) = c1: b .............. (sifat)
 c : (a + b) = c1: b
𝑏𝑐
 c1 = 𝑎 +𝑏 ..................................... (1)

c1 : c2 = b : a  (c1 + c2) : (b + a) = c2: a ............. (sifat)


 c : (a + b) = c2 : a
𝑎𝑐
 c2 = 𝑎+𝑏 .................................... (2)

untuk menggunakan dc, selanjutnya digunakan Teorema Stewart.


Menurut Teorema Stewart, dalam ∆ABC berlaku:
CD2.AB = BC2.AD + AC2.BD – AD.BD.AB
 dc2.c = a2.c1 + b2.c2 – c1.c2 .c.............................. (3)
Subtitusikan (1) dan (2) ke (3), diperoleh:
𝑏𝑐 𝑎𝑐
dc2.c = a2.𝑎 +𝑏 + b2. 𝑎+𝑏– c1.c2 .c
𝑎2 𝑏𝑐 +𝑎𝑏 2 𝑐
 dc2.c = – c1.c2 .c
𝑎+𝑏
𝑎𝑏𝑐 ( 𝑎+𝑏)
 dc2.c = – c1.c2 .c
𝑎+𝑏
 dc2.c = abc – c1.c2 .c
 dc2 = ab – c1.c2 .

L. Teorema tentang Panjang Garis-Bagi-Luar pada Sebuah Segitiga


Jika dalam ∆ABC yang panjang sisi-sisinya masing-masing a, b, dan c, diketahui
garis-bagi-luar ACB memotong sinargaris ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐴 (memuat sisi ̅̅̅̅
𝐴𝐵 ) pada titik D
dengan D-A-B (A di antara D dan B) sedemikian, sehingga AB = c, AD = c1, dan
BD = c2, serta garis-bagi-luar tersebut adalah CD yang dilambangkan dengan
dc, maka berlaku:
dc2 = c1.c2 – ab

E Perhatikan gambar di samping.


Diketahui:
ECD ≅ACD atau C1≅C2
C
2 AD = c1 dan BD = c2.
1
Dibuktikan:
dc b a
𝑑𝑐2 = c1c2 – ab
D c1 A c B
c2

Bukti:
Dalam ∆ABC berlaku:
AC : BC = AD : DB .............................. (Teorema)
 b : a = c1 : c2
 c1 : c2 = b : a
c1 : c2 = b : a  (c2– c1) : (a – b) = c1: b .............. (sifat)
 c : (a – b) = c1: b
𝑏𝑐
 c1 = 𝑎−𝑏 ................................. (1)

c1 : c2 = b : a  (c2 – c1) : (a – b) = c2: a .............. (sifat)


 c : (a – b) = c2 : a
𝑎𝑐
 c2 = 𝑎−𝑏 ............................... (2)

untuk menggunakan dc, selanjutnya digunakan Teorema Stewart.


Menurut Teorema Stewart, dalam ∆ABC berlaku:
CA2.DB = BC2.AD + DC2.AB – AD.BD.AB
 b2.c2 = a2.c1 + dc2.c – c1.c2 .c
 dc2.c = b2.c2 – a2.c1 + c1.c2 .c......................... (3)

Subtitusikan (1) dan (2) ke (3), diperoleh:


𝑎𝑐 𝑏𝑐
dc2.c = b2. 𝑎−𝑏 – a2.𝑎−𝑏 +c1.c2 .c
𝑎𝑏 2 𝑐−𝑎2 𝑏𝑐
 dc2.c = + c1.c2 .c
𝑎−𝑏
𝑎𝑏𝑐 ( 𝑏−𝑎)
 dc2.c = + c1.c2 .c
𝑎−𝑏
𝑎𝑏𝑐 (−(𝑎−𝑏))
 dc2.c = + c1.c2 .c
𝑎−𝑏

 dc2.c = –abc + c1.c2 .c


 dc2 = c1.c2 – ab
Latihan (Diskusikan)
1. Lukislah ruas garis yang panjangnya:
a. √21 cm.
b. √37 cm
c. (8 - √21) cm
2. Dalam ∆ABC, diketahui AB = 12 cm, mABC = 60, dan BC = 8 cm.
Hitunglah keliling ∆ABC tersebut!
3. Dalam ∆PQR, diketahui PR = 10 cm, mPQR = 45, dan QR = 15 cm.
Hitunglah panjang sisi ketiga dari ∆PQR tersebut!
4. Dalam sebuah segitiga siku-siku, diketahui bahwa panjang kedua sisi siku-
sikunya masing-masing 6 cm dan 8 cm. Hitunglah panjang garis tinggi ke
sisi miringnya!
5. Dalam ∆PQR, diketahui PQ = 14 cm, QR = 13 cm, dan RP = 15 cm.
Hitunglah panjang dari:
a. Proyeksi ̅̅̅̅
𝑃𝑅 pada 𝑄𝑅̅̅̅̅;
b. Garis-tinggi dari titik sudut Q.
6. Dari sebuah ∆ABC, diketahui AB = 6 cm, BC = 8 cm, dan AC = 7 cm, titik
P terletak pada 𝐵𝐶 ⃗⃗⃗⃗⃗ sedemikian, sehingga P-C-B dan CP = 1 BC. Hitunglah
2
̅̅̅̅ !
panjang 𝐴𝑃
7. Dalam ∆ABC, diketahui AB = 8 cm, BC = 6 cm, dan AC = 7 cm.
Hitunglah panjang ketiga garis-beratnya!
8. Diketahui ∆PQR dengan PQ = 10 cm, QR = 6 cm, dan RP = 8 cm. Pada
̅̅̅̅ dan garis-bagi 𝑅𝑇
segitiga tersebut dipilih garis-berat 𝑃𝑅 ̅̅̅̅ !
̅̅̅̅. Hitunglah panjang 𝑆𝑇
9. Dalam setiap jajargenjang berlaku: jumlah kuadrat panjang kedua
diagonalnya samadengan jumlah kuadrat panjang semua sisinya. Buktikan
pernyataan tersebut!
10. Diketahui trapezium ABCD, dengan 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ ∥ 𝐶𝐷
̅̅̅̅, AB = 20 cm, BC = 13 cm,
CD = 6 cm, dan AD = 15 cm.
a. Lukislah dengan cermat trapezium ABCD tersebut!
b. Hitunglah panjang diagonal ̅̅̅̅
𝐴𝐶 !
c. Hitunglah luas daerah trapezium ABCD tersebut!

11.
A Di halaman depan sebuah sekolah
tumbuh pohon cemara A dan di
halaman belakang sekolah tersebut
tumbuh pohon mangga B
(dilukiskan pada gambar di sebelah
kiri). Kedua pohon tersebt terhalang
oleh bangunan sekolah.

Jelaskan bagaimana cara menentukan jarak kedua pohon tersebut, karena tidak
mungkin dilakukan pengukuran secara langsung.

M. Teorema Ceva dan Manelaos


Dalil Ceva
Misalkan D, E dan F berturut-turut adalah titik-titik yang terletak pada sisi BC,
AC dan AB seperti pada kedua gambar berikut.

Maka AD, BE dan CF akan berpotongan di satu titik (concurrent) jika dan hanya
jika
𝐴𝐹 𝐵𝐷 𝐶𝐸
∙ ∙ =1
𝐹𝐵 𝐷𝐶 𝐸𝐴
Persamaan tersebut juga ekivalen dengan Trigono Ceva.
sin 𝐵𝐴𝐷 sin 𝐶𝐵𝐸 sin 𝐴𝐶𝐹
∙ ∙ =1
sin 𝐶𝐴𝐷 sin 𝐴𝐵𝐸 sin 𝐵𝐶𝐹
Pembuktian Rumus Dalil Ceva

Teorema Ceva menyatakan bahwa garis AD,BE, dan CF berpotongan di satu


titik/kolinear jika dan hanya jika :
𝐴𝐹 𝐵𝐷 𝐶𝐸
∙ ∙ =1
𝐹𝐵 𝐷𝐶 𝐸𝐴
Pembuktian :
AF
① Lihat gambar △ AOB dan △ ACB untuk menentukan perbandingan
FB
 △ AOF dan △ BOF memiliki tinggi yang sama
△ AOF dengan alas AF dan △ BOF dengan alas FB dimisalkan dengan t1
1 1
Maka luas △ AOF = 𝐴𝐹. 𝑡1 dan luas △ BOF = FB . t1
2 2
 △ ACF dan △ BCF memiliki tinggi yang sama
△ ACF dengan alas AF dan △ BCF dengan alas FB dimisalkan dengan t2
1 1
Maka luas △ ACF = 𝐴𝐹. 𝑡2 dan luas △ BCF = FB . t2
2 2
 Luas △ AOC dan Luas △ BOC
1
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝐶𝐹 − 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐹 𝐴𝐹(𝑡2 − 𝑡1)
= = 2
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝐶𝐹 − 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐹 1
2 𝐹𝐵(t2 − t1)
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐶 𝐴𝐹
= … (1)
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐶 𝐹𝐵
BD
② Lihat gambar △ BOC dan △ BAC untuk menentukan perbandingan
DC
 △ BOD dan △ COD memiliki tinggi yang sama
△ BOD dengan alas BD dan △ COD dengan alas DC dimisalkan dengan t1
1 1
Maka luas △ AOB = 𝐵𝐷. 𝑡1 dan luas △ AOC = 𝐷𝐶 . t1
2 2
 △ BAD dan △ OAC memiliki tinggi yang sama
△ BAD dengan alas BD dan △ OAC dengan alas DC dimisalkan dengan
t2
1 1
Maka luas △ BAD = 𝐵𝐷. 𝑡2 dan luas △ OAC = 𝐷𝐶. t2
2 2
Luas △ AOC dan Luas △ BOC
1
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐵 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝐴𝐷 − 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐷 𝐵𝐷(𝑡2 − 𝑡1)
= = 2
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝑂𝐴𝐶 − 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐶𝑂𝐷 1
2 𝐷𝐶(t2 − t1)
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐵 𝐵𝐷
= … (2)
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐶 𝐷𝐶

CE
③ Lihat gambar △ AOC dan △ ABC untuk menentukan perbandingan
EA
 △ COE dan △ EOA memiliki tinggi yang sama
△ COE dengan alas CE dan △ EOA dengan alas EA dimisalkan dengan t1
1 1
Maka luas △ COE = 2 𝐶𝐸. 𝑡1 dan luas △ EOA = 2 𝐸𝐴 . t1
 △ CBE dan △ EBA memiliki tinggi yang sama
△ CBE dengan alas CE dan △ EBA dengan alas EA dimisalkan dengan t2
1 1
Maka luas △ CBE = 𝐶𝐸. 𝑡2 dan luas △ EBA = 𝐸𝐴. t2
2 2
 Luas △ BOC dan Luas △ AOB
1
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐶𝐵𝐸 − 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐶𝑂𝐸 𝐶𝐸(𝑡2 − 𝑡1)
= = 2
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐵 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐸𝐵𝐴 − 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐸𝑂𝐴 1
2 𝐸𝐴(t2 − t1)
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐶 𝐶𝐸
= … (3)
𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐵 𝐸𝐴

④ Kalikan ketiga persamaan


𝐴𝐹 𝐵𝐷 𝐶𝐸 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐵 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐶
∙ ∙ = ∙ ∙
𝐹𝐵 𝐷𝐶 𝐸𝐴 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐵𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐶 𝐿𝑢𝑎𝑠 △ 𝐴𝑂𝐵
𝐴𝐹 𝐵𝐷 𝐶𝐸
∙ ∙ = 1 (𝑇𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖)
𝐹𝐵 𝐷𝐶 𝐸𝐴

Dalil Manelaus
Misalkan D, E dan F berturut-turut adalah titik-titik yang terletak pada sisi
BC, AC dan AB seperti pada kedua gambar berikut.

Maka D, E dan F akan berada pada satu garis lurus (collinear) jika dan hanya jika

𝐴𝐹 𝐵𝐷 𝐶𝐸
| ∙ ∙ |=1
𝐹𝐵 𝐷𝐶 𝐸𝐴

Persamaan tersebut juga ekivalen dengan Trigono Manelaus.

sin 𝐵𝐴𝐷 sin 𝐶𝐵𝐸 sin 𝐴𝐶𝐹


| ∙ ∙ |=1
sin 𝐶𝐴𝐷 sin 𝐴𝐵𝐸 sin 𝐵𝐶𝐹

Pembuktian Rumus Dalil Menelaus

Dalil Menelaus berbunyi :


Titik D, E dan F segaris (kolinear) jika dan hanya jika memenuhi:
𝐵𝐸 𝐶𝐷 𝐴𝐹
∙ ∙ =1
𝐸𝐶 𝐷𝐴 𝐹𝐵
Pembuktian konsep ∆:
Hasil proyeksi A pada garis DEF adalah titik P.
Hasil proyeksi B pada garis DEF adalah titik R.
Hasil proyeksi C pada garis DEF adalah titik Q.

Dua bangun dikatakan sebangun jika perbandingan sisi yang bersesuaian sama.
𝐵𝐸 𝐵𝑅
∆ 𝐵𝐸𝑅 sebangun dengan ∆ 𝑄𝐸𝐶 maka = … (1)
𝐸𝐶 𝑄𝐶

𝑄𝐶 𝐶𝐷
∆ 𝐶𝐷𝑄 sebangun dengan ∆ 𝐴𝐷𝑃 maka = … (2)
𝑃𝐴 𝐷𝐴
𝐴𝐹 𝑃𝐴
∆ 𝐵𝑅𝐹 sebangun dengan ∆ 𝐴𝑃𝐹 maka = … (3)
𝐹𝐵 𝐵𝑅

Kalikan tiga perbandingan yang diperoleh:

𝐵𝐸 𝐶𝐷 𝐴𝐹 𝐵𝑅 𝑄𝐶 𝑃𝐴
× × ≡ × × =1
𝐸𝐶 𝐷𝐴 𝐹𝐵 𝑄𝐶 𝑃𝐴 𝐵𝑅

Jadi,terbukti bahwa titik D,E dan F sejenis (toloner),maka berlaku :


𝐵𝐸 𝐶𝐷 𝐴𝐹
× × =1
𝐸𝐶 𝐷𝐴 𝐹𝐵

Latihan
1. Pada segitiga ABC yang siku-siku di C dengan AB = 10 dan AC = 8, titik P
pada BC dan titik Q pada AC sehingga CP = CQ = 2. Garis AP dan BQ
berpotongan di titik R. Garis CR dan PQ memotog sisi AB berturut-turut di titik S
dan T. Panjang TS adalah ....

Penyelesaian:
Panjang AB = 10 dan AC = 8 maka BC = 6

Karena AP, BQ dan CS berpotongan di satu titik maka


𝐵𝑃 𝐶𝑄 𝐴𝑆
∙ ∙ =1
𝑃𝐶 𝑄𝐴 𝑆𝐵

4 2 10 − 𝑆𝐵
∙ ∙ =1
2 6 𝑆𝐵
SB = 4 sehingga AS = 6
Titik Q, P, T berada pada satu garis lurus maka
𝐴𝑄 𝐶𝑃 𝐵𝑇
| ∙ ∙ |=1
𝑄𝐶 𝑃𝐵 𝑇𝐴
6 2 𝑇𝑆 − 𝑆𝐵
∙ ∙ =1
2 4 𝑇𝑆 + 𝑆𝐴

3 (TS – SB) = 2(TS + SA)

3(TS – 4) = 2(TS + 6)

TS = 24
 Jadi, panjang TS adalah 24.

2. (OSK 2015) Pada segitiga ABC, garis tinggi AD, garis bagi BE dan garis berat
CF berpotongan di satu titik. Jika panjang AB = 4 dan BC = 5, dan CD = m 2/n2
dengan m dan n relatif prima, maka nilai dari m – n adalah ….

Penyelesaian:
Karena CF adalah garis berat maka AF = FB = 2

Karena BE adalah garis bagi maka


𝐶𝐸 𝐵𝐶 5
= =
𝐸𝐴 𝐴𝐵 4

Ketiga garis bertemu di satu titik maka sesuai dalil Ceva didapat

𝐴𝐹 𝐵𝐷 𝐶𝐸
∙ ∙ =1
𝐹𝐵 𝐷𝐶 𝐸𝐴
2 𝐵𝐷 5
∙ ∙ =1
2 𝐷𝐶 4

Maka

𝐵𝐷 4
=
𝐷𝐶 5
Misalkan BD = 4x maka CD = 5x
5
BD + CD = 5 maka x = 9
25 𝑚2
Maka panjang 𝐶𝐷 = 9 = 𝑛2
Didapat m = 5 dan n = 3.
 Jadi, nilai m  n adalah 2.

3. Pada segitiga ABC, titik E pada sisi AB dan F pada sisi AC sehingga AE = AF.
𝑄𝐸
Garis median AM dari segitiga ABC memotong EF di Q. Buktikan bahwa 𝑄𝐹 =
𝐴𝐶
!
𝐴𝐵

Penyelesaian:
Misalkan garis EF memotong perpanjangan BC di P.
Perhatikan segitiga PFC dan tiga titik A, Q, M yang berada pada satu garis lurus.
Berdasarkan teorema Manelaos maka :
𝑃𝑄 𝐹𝐴 𝐶𝑀
| ∙ ∙ |=1
𝑄𝐹 𝐴𝐶 𝑀𝑃

Perhatikan segitiga PEB dengan A, Q, M berada pada satu garis lurus.


Berdasarkan teorema Manelaos didapat :

𝑃𝑄 𝐸𝐴 𝐵𝑀
| ∙ ∙ |=1
𝑄𝐸 𝐴𝐵 𝑀𝑃

Bagi kedua persamaan didapat

𝑃𝑄 𝐹𝐴 𝐶𝑀 𝑄𝐸 𝐴𝐵 𝑀𝑃
∙ ∙ ∙ ∙ ∙ =1
𝑄𝐹 𝐴𝐶 𝑀𝑃 𝑃𝑄 𝐸𝐴 𝐵𝑀

Dengan memperhatikan FA = EA dan BM = CM maka

𝑄𝐸 𝐴𝐵
∙ =1
𝑄𝐹 𝐴𝐶
𝑄𝐸 𝐴𝐶
= 𝐴𝐵 Terbukti.
𝑄𝐹

4. (OSP 2014) Diberikan segitiga ABC lancip dengan AB < AC. Lingkaran
singgung luar dari segitiga ABC yang berlawanan terhadap B dan C berturut-turut
berpusat di B1 dan C1. Misalkan D titik tengah dari B1C1. Misalkan pula E adalah
titik perpotongan dari AB dan CD, serta F adalah titik perpotongan dari AC dan
BD. Jika EF memotong BC di titik G, buktikan bahwa AG adalah garis bagi dari
BAC.
(Lingkaran singgung luar dari segitiga ABC yang berlawanan terhadap B
didefinisikan sebagai lingkaran yang menyinggung AC di segmennya serta
menyinggung AB dan BC diperpanjangannya)
Penyelesaian:
Karena EAY = YAC maka AD adalah garis bagi CAE.

𝐴𝐶 𝐸𝐴
=
𝐶𝐷 𝐷𝐸
Karena garis BD, AC dan EG melalui 1 titik maka sesuai dalil Ceva didapat

𝐵𝐺 𝐶𝐷 𝐸𝐴
∙ ∙ =1
𝐺𝐶 𝐷𝐸 𝐴𝐵
𝐵𝐺 𝐴𝐵 𝐷𝐸 𝐴𝐵
= ∙ =
𝐺𝐶 𝐸𝐴 𝐶𝐷 𝐴𝐶
𝐵𝐺 𝐺𝐶
=
𝐴𝐵 𝐴𝐶
 Jadi, terbukti bahwa AG adalah garis bagi BAC.

5. Pada sisi segitiga ABC dibuat tiga buah persegi yaitu ADEB,BFGC, dan
ACKL. Misalkan P adalah pusat segitiga BFGC. Buktikan bahwa garis AP, BL,
dan CD akan berpotongan

Penyelesaian:
Misalkan garis CD memotong sisi AB di Q, garis BL memotong sisi AC di R dan
garis AP memotong sisi BC di S.
Misalkan juga BAC = , ABC =  dan ACB = .
Karena P adalah pusat persegi BFGC maka PBC = PCB = 45o dan BPC
= 90o.
Karena 𝐵𝐷 = 𝐴𝐷√2 maka
𝐴𝑄 [𝐴𝐶𝐷] 𝐴𝐶 ∙ 𝐴𝐷 ∙ sin(𝛼 + 90𝑜 ) 𝐴𝐶 ∙ sin(𝛼 + 90𝑜 )
= = =
𝑄𝐵 [𝐵𝐶𝐷] 𝐵𝐶 ∙ 𝐵𝐷 ∙ sin(𝛽 + 45𝑜 ) 𝐵𝐶 ∙ √2 ∙ sin(𝛽 + 45𝑜 )
Karena 𝐵𝑃 = 𝐶𝑃 maka
𝐵𝑆 [𝐴𝐵𝑃] 𝐴𝐵 ∙ 𝐵𝑃 ∙ sin(𝛽 + 45𝑜 ) 𝐴𝐵 ∙ sin(𝛽 + 45𝑜 )
= = =
𝑆𝐶 [𝐴𝐶𝑃] 𝐴𝐶 ∙ 𝐶𝑃 ∙ sin(𝛾 + 45𝑜 ) 𝐴𝐶 ∙ sin(𝛾 + 45𝑜 )
Karena 𝐶𝐿 = 𝐴𝐿√2 maka
𝐶𝑅 [𝐵𝐶𝐿] 𝐵𝐶 ∙ 𝐶𝐿 ∙ sin(𝛾 + 45𝑜 ) 𝐵𝐶 ∙ √2 ∙ sin(𝛾 + 45𝑜 )
= = =
𝑅𝐴 [𝐵𝐴𝐿] 𝐴𝐵 ∙ 𝐴𝐿 ∙ sin(𝛼 + 90𝑜 ) 𝐴𝐵 ∙ sin(𝛼 + 90𝑜 )
𝐴𝑄 𝐵𝑆 𝐶𝑅
∙ ∙ =1
𝑄𝐵 𝑆𝐶 𝑅𝐴
Sesuai dalil Ceva maka AP, BR dan CQ berpotongan di satu titik.
 Jadi, terbukti bahwa garis AP, BL dan CD akan berpotongan di satu titik
N. Segitiga dibentuk dari tiga buah garis lurus dengan tidak ada garis
yang sejajar
a. Dalil Cosinus dan Sinus
Pada setiap segitiga sebarang selalu berlaku dalil cosinus. Misalkan segitiga ABC
memiliki sisi-sisi yang panjangnya a, b, c dengan sudut di hadapannya secara
berurutan adalah A, B, C, maka berlaku :
a2 = b2 + c2  2bc cos A
b2 = a2 + c2  2ac cos B
c2 = a2 + b2  2ab cos C
Jika salah satu sudut segitiga tersebut siku-siku misalkan di A maka
a2 = b2 + c2
yang dikenal dengan dalil pitagoras.

Dari dalil cosinus tersebut akan didapat


 Jika a2 > b2 + c2 dengan a adalah sisi terpanjang maka
segitiga tersebut adalah segitiga tumpul
 Jika a2 < b2 + c2 dengan a adalah sisi terpanjang maka
segitiga tersebut adalah segitiga lancip

Pada segitiga ABC tersebut juga berlaku dalil sinus


𝑎 𝑏 𝑐
= = = 2𝑅
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
dengan R adalah jari-jari lingkaran luar ΔABC.
Dari dalil sinus juga didapat bahwa sisi di hadapan sudut yang terbesar merupakan
sisi terpanjang.

Latihan

1. (OSK 2013) Misalkan P adalah titik interior dalam daerah segitiga ABC
sehingga besar PAB = 10o, PBA = 20o, PCA = 30o, dan PAC = 40o.
Besar ABC adalah 
2. (ME V7N1) Tentukan semua kemungkinan sisi-sisi segitiga ABC dengan
sisi-sisinya membentuk 3 bilangan bulat berurutan serta C = 2A.
3. (Canadian MO 1990) ABCD adalah segiempat tali busur. Diagonal AC
dan BD saling berpotongan di titik X. Dari titik X ditarik garis tegak lurus
sisi AB, BC, CD, DA yang masing-masing memotong keempat sisi
tersebut secara berurutan di titik P, Q, R, S. Buktikan bahwa PS + QR =
PQ + SR.
Penyelesaiannya

1. PAB = 10o, PBA = 20o, PCA = 30o, dan PAC = 40o.

APB = 150O dan APC = 110O. Maka BPC = 100O. Misalkan PBC = x
maka PCB = 80O  x.
Dengan dalil sinus pada ∆APB didapat

sin 20𝑜
𝐴𝑃 = sin 150𝑜 𝐴𝐵  (1)

Dengan dalil sinus pada ∆APC didapat

sin 30𝑜
𝐴𝑃 = sin 110𝑜 𝐴𝐶  (2)

Dari persamaan (1) dan (2) didapat

𝐴𝐵 sin 30𝑜 sin 150𝑜


= sin 20𝑜 sin 110𝑜  (3)
𝐴𝐶

ABC = PBA + PBC = 20O + x dan ACB = ACP + PCB = 110O  x


Dengan dalil sinus pada ∆ABC didapat

𝐴𝐵 sin(110𝑜 −𝑥)
=  (4)
𝐵𝐶 sin(20𝑜 +𝑥)
Dari persamaan (3) dan (4) didapat
sin (20O + x) sin 30O sin 150O = sin (110o  x) sin 20O sin 110O
Mengingat sin 110O = cos 20O maka
sin (20O + x) = 2 sin (110o  x) sin 40O
sin (20O + x) = 2 sin (110o  x) cos 50O = sin (160O  x) + sin (60O  x)
Mengingat bahwa sin (160o  x) = sin (20O + x)
maka
sin (60O  x) = 0
Jadi, x = 60O
ABC = 20O + x = 80O
 Jadi, ABC = 80O.

Misalkan a = BC, b = AC dan c = AB


sin C = sin 2A = 2 sin A cos A
𝑐 sin 𝐶
Dalil sinus 𝑎 = sin 𝐴 = 2 cos A  (1)
𝑏 2 +𝑐 2 −𝑎2
Dalil cosinus cos A = 2𝑏𝑐  (2)
Dari (1) dan (2) didapat :
c(bc) = a(b2 + c2  a2)
(a  b) (c2  a2  ab) = 0
Karena C > A maka c > a
Misalkan ketiga sisi tersebut adalah n  1, n dan n + 1 maka ada 3 kasus :
 a = n  1 ; b = n dan c = n + 1
(n  1  n)((n + 1)2  (n  1)2  n(n  1)) = 0
n2  5n = 0 sehingga nilai n yang memenuhi adalah n = 5
a = 4 ; b = 5 dan c = 6
 a = n  1 ; b = n + 1 dan c = n
(n  1  n  1)(n2  (n  1)2  (n  1)(n + 1)) = 0
2n2 + 4n = 0 sehingga nilai n yang memenuhi adalah n = 2
a = 1 ; b = 3 dan c = 2 (tidak memenuhi syarat bahwa panjang salah satu sisi
selalu kurang dari jumlah kedua sisi yang lain)
 a = n ; b = n  1 dan c = n + 1
(n  n + 1)((n + 1)2  n2  n(n  1)) = 0
n2 + 3n + 1 = 0 (tidak ada n bulat yang memenuhi)
 Ketiga sisi segitiga (a, b, c) yang memenuhi hanya (4, 5, 6).
2. Misalkan titik A, B, C dan D melalui sebuah lingkaran berjari-jari R.

Karena XPA = 90o dan XSA = 90o maka segiempat XSPA adalah segiempat
tali busur yang juga terletak pada suatu lingkaran yang dapat dianggap berjari-jari
r1.
Karena XPA = 90o dengan titik P terletak pada lingkaran berjari-jari r1 maka AX
adalah diameter lingkaran tersebut
AX = 2r1.
𝑃𝑆
Sesuai dalil sinus pada ΔPAS maka sin 𝑃𝐴𝑆 = 2𝑟1 = 𝐴𝑋  (1)
𝐵𝐷
Sesuai dalil sinus pada ΔBAD maka = 2𝑅  (2)
sin 𝑃𝐴𝑆
𝑃𝑆 𝐴𝑋
Dari (1) dan (2) didapat 𝐵𝐷 = 2𝑅  (3)
Karena XQC = 90o dan XRC = 90o maka segiempat QXRC adalah segiempat
tali busur yang juga terletak pada suatu lingkaran yang dapat dianggap berjari-jari
r2.
Karena QRC = 90o dengan titik R terletak pada lingkaran berjari-jari r2 maka
CX adalah diameter lingkaran tersebut
CX = 2r2.
𝑄𝑅
Sesuai dalil sinus pada ΔCQR maka sin 𝑅𝐶𝑄 = 2𝑟21 = 𝐶𝑋  (4)

𝐵𝐷
Sesuai dalil sinus pada ΔCDB maka = 2𝑅  (5)
sin 𝑅𝐶𝑄

𝑄𝑅 𝐶𝑋
Dari (4) dan (5) didapat = 2𝑅  (6)
𝐵𝐷

𝑃𝑆+𝑄𝑅 𝐴𝑋+𝐶𝑋 𝐴𝐶.𝐵𝐷


Dari (3) dan (6) didapat = sehingga 𝑃𝑆 + 𝑄𝑅 =
𝐵𝐷 2𝑅 2𝑅

𝐴𝐶.𝐵𝐷
Dengan cara yang sama akan didapatkan 𝑃𝑄 + 𝑆𝑅 = 2𝑅

Terbukti bahwa PS + QR = PQ + SR
b. Kesebangunan Segitiga
Dua buah segitiga dikatakan sebangun apabila sisi-sisinya memiliki perbandingan
yang sama sedangkan segitiga yang memiliki sisi-sisi yang sama dikatakan
kongruen (sama dan sebangun).

Dua buah segitiga ABC dan DEF dikatakan sebangun jika memenuhi salah
satu syarat berikut :
I. Ketiga sudutnya sama. Dengan kata lain A = D, B = E dan C =
F. Jika diperhatikan syarat sebenarnya hanyalah dua buah sudutnya sama
sebab sudut ketiga akan sama jika dua sudut lainnya sama.
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐵𝐶
II. Sisi-sisinya memiliki perbandingan yang sama, 𝐷𝐸 = 𝐷𝐹 = 𝐸𝐹 .
III. Dua sisi memiliki perbandingan yang sama serta sudut yang mengapit
kedua sisi tersebut juga sama.
𝐴𝐵 𝐴𝐶
= 𝐷𝐹 dan A = D.
𝐷𝐸

LATIHAN
1. (OSK 2014) Diberikan persegi ABCD dengan panjang sisi 1 satuan. Titik
E dan F berturut-turut berada pada sisi BC dan CD sehingga AEF
samasisi. Dibuat pula persegi yang melewati B yang sisi-sisinya sejajar
dengan ABCD dengan salah satu titik sudutnya berada pada ruas garis AE,
namun bukan A bukan pula E. Jika panjang sisi persegi yang lebih kecil
a−√b
adalah c dengan a, b, c bilangan bulat positif dan b tidak habis dibagi
suatu bilangan kuadat sempurna lebih dari 1, maka nilai a + b + c adalah


2. Titik E terletak pada sisi AB sehingga AE : EB = 1 : 3 dan titik D terletak


pada sisi BC sehingga CD : DB = 1 : 2. Garis AD dan CE berpotongan
𝐸𝐹 𝐴𝐹
di F. Tentukan nilai dari 𝐹𝐶 + 𝐹𝐷.

3. (OSP 2006) Misalkan segitiga ABC siku-siku di B. Garis tinggi dari B


memotong sisi AC di titik D. Jika titik E dan F berturut-turut adalah titik
tengah BD dan CD, buktikan bahwa AE  BF.
1. Misalkan panjang sisi persegi yang melalui B adalah 𝑦.

Karena simetris maka 𝐵𝐸 = 𝐷𝐹 = 𝑥.


𝐴𝐹 = 𝐸𝐹
12 + 𝑥 2 = (1 − 𝑥)2 + (1 − 𝑥)2
𝑥 2 − 4𝑥 + 1 = 0
𝑥 = 2 − √3
∆𝐸𝐴𝐵 ≅ ∆𝐺𝐴𝐻
𝐺𝐻 𝐸𝐵
=
𝐴𝐻 𝐴𝐵
𝑦 2 − √3
=
1−𝑦 1
𝑦(1 + 2 − √3) = 2 − √3
2 − √3 3 − √3 𝑎 − √𝑏
𝑦= = =
3 − √3 6 𝑐
Maka 𝑎 = 3 ; 𝑏 = 3 dan 𝑐 = 6
 Jadi, nilai 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 adalah 12.
2. Buat garis sejajar AB melalui titik D memotong EC di G dan AC di H.

Misalkan panjang AE = a maka panjang EB = 3a.


Misalkan panjang CD = b maka panjang DB = 2b.
𝐷𝐺 𝐶𝐷 1
Karena DG sejajar BE maka ΔCDG sebangun dengan ΔCBE. Maka 𝐵𝐸 = 𝐵𝐶 = 3.
Jadi, DG = a
Karena DG sejajar AE maka ΔDFG sebangun dengan ΔAEF dan DG = AE = a
𝐴𝐹
sehingga ΔDFG kongruen dengan ΔAEF. Jadi, AF = FD. Maka 𝐹𝐷 = 1. Juga
berlaku EF = FG.
𝐷𝐻 𝐶𝐷
Karena DH sejajar AB maka ΔCDH sebangun dengan ΔCBA. Maka 𝐴𝐵 = 𝐵𝐶 =
1
.
3
Jadi, DH = 43 a sehingga GH = DH  DG = 13 a.
𝐶𝐺 𝐺𝐻 1
Karena GH sejajar AE maka ΔCGH sebangun dengan ΔCEA. Maka 𝐶𝐵 = = 3.
𝐸𝐴
CE = 3CG sehingga EF = FG = GC.
𝐸𝐹 1
Maka, 𝐹𝐶 = 2.
𝐸𝐹 𝐴𝐹 1 3
 Jadi, 𝐹𝐶 + 𝐹𝐷 = 2 + 1 = 2 .
3. Alternatif 1 :

Misalkan GAF =  dan GFA = 


𝑩𝑫 𝑫𝑬 𝑩𝑫 𝐭𝐚𝐧 𝑨
𝐭𝐚𝐧 𝑨 = sedangkan 𝐭𝐚𝐧 𝜶 = 𝑨𝑫 = 𝟐𝑨𝑫 =  (1)
𝑨𝑫 𝟐
𝑩𝑫 𝑩𝑫 𝟐𝑩𝑫
𝐭𝐚𝐧 𝑪 = sedangkan 𝐭𝐚𝐧 𝜸 = = = 𝟐 𝐭𝐚𝐧 𝑪
𝑪𝑫 𝑭𝑫 𝑪𝑫

A + C = 90o, maka tan A = tan (90o  C) = ctg C sehingga tan A tan C = 1


tan   tan  = tan A  tan C = 1
𝐭𝐚𝐧 𝜶+𝐭𝐚𝐧 𝜸
𝐭𝐚𝐧(𝜶 + 𝜸) = 𝟏−𝐭𝐚𝐧 𝜶 𝐭𝐚𝐧 𝜸

Karena tan   tan  = 1 maka  +  = 90o


Pada ΔAGF berlaku AGF = 180o  ( + ) = 90o
Karena AGF = 90o maka AG tegak lurus FG
 Terbukti bahwa AE  BF
Alternatif 2 :
Misalkan BAC =  maka ABD = 90o  
Jelas bahwa DBC = . Karena ΔBCD siku-siku di D maka BCD = 90o  .
Akibatnya ΔABD sebangun dengan ΔBCD.
Karena E pertengahan BD dan F pertengahan CD maka ΔEAD sebangun dengan
ΔBDF.
Misalkan GAF = . Karena ΔEAD sebangun dengan ΔBDF, maka FBD = .
Karena ΔAED siku-siku di D maka DEA = GEB = 90o  .
Pada ΔBEG berlaku :
BEG + FBD + EGB = 180o
() + (90o  ) + EGB = 180o
EGB = 90o
Karena EGB = 90o maka garis AG tegak lurus BF.
Jadi garis AE tegak lurus BF (terbukti).
 Terbukti bahwa AE  BF
O. Garis-garis pada segitiga
Ada empat garis yang akan dibahas.
a. Garis bagi.
Garis bagi adalah suatu garis yang di tarik dari salah satu titik
sudut dan membagi sudut terseut menjadi dua bagian yang sama
besar.
Sifat-sifat yang berhubungan dengan ketiga garis bagi dalam
∆ABC:
(i) Ketiga garis bagi bertemu di satu titik.
(ii) Pertemuan ketiga garis bagi merupakan titik pusat
lingkaran dalam ∆ABC. Lingkaran dalam segitiga adalah
lingkaran yang menyinggung bagian dalam ketiga sisi
segitiga.
(iii) Misalkan garis bagi dalam di buat dari titik A memoton sisi
𝐵𝐴 𝐵𝐷
BC di D maka berlaku 𝐴𝐶 = 𝐷𝐶 .

(iv) Misalkan juga garis luar di buat dari titik A memotong


𝐵𝐴 𝐵𝐷
perpanjangan sisi BC di D maka juga berlaku 𝐴𝐶 = 𝐷𝐶 .

Langkah-langkah membuat garis bagi


Diketahui segitiga ABC. Jika ingin membuat garis bagi pada sudut
A, maka:
1. Lukislah busur lingkaran dari titik A sehingga memotong garis
AB dan AC
2. Dari titik potong garis AB dan AC, lukislah busur lingkaran
dengan jari-jari yang sama
3. Kedua busur lingkaran bertemu di satu titik
4. Hubungkan titik A ke perpotongan kedua busur tadi.
b. Garis tinggi.
Garis tinggi adalah suatu garis yang di tarik dari salah satu titik
sudut dan memotong tegak lurus sisi dihadapannya.
Sifat-sifat yang berhubungan dengan ketiga garis tnggi dalam ABC
:
(i) Ketiga garis tinggi bertemu di satu titik.
(ii) Misalkan AD adalah garis tinggi dari ΔABC maka BDA
= CDA = 90o.
Langkah-langkah membuat garis tinggi
Diketahui segitiga ABC. Jika ingin membuat garis tinggi di titik B,
maka :
1. Lukislah busur lingkaran pada titi B sehingga memotong sisi
AC di dua titik
2. Dari dua titik potong, lukislah busur lingkaran dengan jai-jari
yang sama
3. Kedua busur bertemu di satu titik
4. Hubungkan titik B ke perpotongan kedua busut tadi
c. Garis berat.
Garis berat (disebut juga median) adalah suatu garis yang di tarik
dari salah satu titik sudut dan memotong pertengahan sisi di
hadapannya
Sifat-sifat yan berhubungan dengan ketiga garis berat dalam ΔABC
:
(i) Ketiga garis berat bertemu di satu titik.
(ii) Perpotongan ketiga garis berat merupakan titik berat
ΔABC.
(iii) Misalkan ketiga garis berat (garis AD, BE, dan CF)
berpotongan di titik G maka berlaku AG : GD = BG : GE =
CG : GF = 2 : 1.

(i) Misalkan koordinat titik sudut ΔABC adalah A(xA, yA), B(xB, yB)
𝑥𝐴 +𝑥𝐵 +𝑥𝐶 𝑦𝐴 +𝑦𝐵 +𝑦𝐶
dan C(xC, yC) maka koordinat titik berat 𝐺 ( , ).
3 3

Langkah-langkah membuat garis berat


Diketahui segitiga XYZ. Untuk membuat garis berat dari titik X,
maka :
1. Lukislah busur lingkaran di titik Y dengan jari-jari lebih dari
setengah YZ
2. Dengan jari-jari yang sama lukislah busur lingkaran di titik Z
3. Buatlah garis sumbu sehingga memotong sisi YZ di satu titik
4. Hubungkan titik X ke perpotongan sisi YZ sehingga terbentuk
garis berat
d. Garis sumbu.
Garis sumbu adalah suatu garis yang di tarik tegak lurus dari
pertengahan salah satu sisi dan memotong sisi di hadapannya. Pada
gambar di bawah ini, titik D, E dan F berturut turut adalah
pertengahan sisi AB, BC, dan AC.
Sifat-sifat yang berhubungan dengan getiga garis sumbu dalam
ΔABC :
(i) Ketiga garis sumbu bertemu di satu titik.
(ii) Perpotongan ketiga garis sumbu merupakan pusat lingkaran
luar ΔABC.

Langkah-langkah membuat garis sumbu


Diketahui segitga KLM. Jika ingin membuat garis sumbu sisi KM,
maka :
1. Lukislah busur dari titik K dengan jari-jari lebih dari setengah
KM
2. Dengan jari-jari yang sama, lukislah busur lingkaran dari titik
M sehingga kedua busur berpotongan di dua titik
3. Hubungkan kedua titik potong busur sehingga garis tersebut
merupakan garis sumbu sisi KM
Latihan
1. (OSK 2014) Garis berat AD pada segitiga ABC memotong
garis berat CF di P. Serta perpanjangan BP memotong ABC di
E. jika diketahui segitiga ABC lancip dan AB = 6, maka
panjang DE adalah ...
Penyelesaian :
Ketiga garis berat bertemu di satu titik. Karena AD dan CF garis
berat maka BE juga garis berat.

𝐶𝐸 𝐶𝐷
Karena = 𝐶𝐵 dan ECD = ACB maka CED ≅CAB.
𝐶𝐴
𝐶𝐸 𝐶𝐷 1 𝐴𝐵
Karena 𝐶𝐴 = 𝐶𝐵 = 2 maka 𝐷𝐸 = =3
2
 Jadi, panjang DE = 3.
2. (OSP 2016) Segitiga ABC mempunyai lingkaran luar jari-jari 1.
Jika dua garis berat segitiga ABC masing masing mempunyai
panjang 1, maka keliling segitiga ABC adalah ...
Penyelesaian :
Jari-jari lingkaran luas ABC adalah 𝑅 = 1
Tanpa mengurangi keumuman misalkan AD dan BE adalah
garis berat dengan AD = BE = 1. Jika CF adalah garis berat
ketiga maka CF akan tegak lurus AB.
Karena simetri maka ABC adalah segitiga sama kaki dengan AC
= BC.
Misalkan panjang AB = 𝑐 dan AC = BC = 𝑎

Misalkan saja CAB = CBA =  maka ACB = 180o 2


Berdasarkan dalil sinus pada ABC berlaku
𝑎 = 2𝑅 sin 𝛼 = 2 sin 𝛼
𝑐 = 2𝑅 sin(180𝑜 − 2𝛼) = 2 sin 2𝛼
Pada segitiga ABC berlaku
𝑐
cos 𝛼 =
2𝑎
Pada segitiga ABE berlaku
𝑎 2
12 = ( ) + 𝑐 2 − 𝑎𝑐 cos 𝛼
2
4 = 𝑎2 + 2𝑐 2
4 = 4 sin2 𝛼 + 8 sin2 2𝛼
4 cos 2 𝛼 = 32 sin2 𝛼 cos 2 𝛼
1
sin2 𝛼 =
8
√2
sin 𝛼 =
4
√14
cos 𝛼 =
4
√2 √14 √7
sin 2𝛼 = 2 sin 𝛼 cos 𝛼 = 2 ∙ ∙ =
4 4 4
√2 √7
Maka 𝑎 = 2 sin 𝛼 = dan 𝑐 = 2 sin 2𝛼 =
2 2
√7
Keliling segitiga ABC = 2𝑎 + 𝑐 = √2 + 2

√𝟕
 Jadi, keliling segitiga ABC adalah √𝟐 + 𝟐 .
3. Titik M adalah titik tengah sisi BC dari segitiga ABC dengan
AM : BC = 3 : 2. Buktikan bahwa garis berat dari titik B dan C
saling tegak lurus.
Penyelesaian :
Misalkan garis berat yang ditarik dari titik B memotong sisi
AC di titik N dan garis berat yang ditarik dari titik C
memotong sisi AB di titik P.

Karena M adalah pertengahan sisi CB maka AM juga


merupakan garis berat. Jadi, garis AM, BN dan CP
berpotongan di satu titik, misalkan titik G.
Perbandingan AM : BC = 3 : 2 sehingga dapat dimisalkan AM
= 3k dan BC = 2k.
Karena AM garis berat dan G adalah titik berat maka AG : GM
= 2 : 1 sehingga GM = k
Didapat bahwa MB = MC = MG = k sehingga terdapat sebuah
lingkaran berjari-jari k yang melalui titik B, C dan G dengan M
adalah pusat lingkaran sehingga BC adalah diameter lingkaran
tersebut.
Karena BC diameter suatu lingkaran sedangkan titik G terletak
pada lingkaran tersebut maka BGC = 90o.
Maka CP tegak lurus BN.
 Jadi, terbukti bahwa garis berat dari titik B dan C
saling tegak lurus.
4. Pada segitiga ABC, M adalah titik tengah BC dan garis bagi
dari sudut A memotong BC di X. Sebuah lingkaran yang
melalui titik A, X dan M memotong AB di P dan Q. Buktikan
bahwa BP = CQ. Penyelesaian :

Misalkan XAC =  maka XAB = 


Karena AXMP adalah segiempat talibusur maka XAB +
XMP = 180o
XAB = PMB = 
Misalkan BXA =  maka karena AXMP segiempat talibusur
BXA + APM = 180o
BPM = 
Karena BPM = BXA dan PMB = XAB maka ΔBPM
dan ΔBXA sebangun.
𝐵𝑃 𝐵𝑋
Akibatnya 𝐵𝑀 = 𝐵𝐴.
Dengan cara yang sama didapat ΔCAM sebangun dengan
ΔCXQ maka :
𝐶𝑋 𝐶𝐴
=
𝐶𝑄 𝐶𝑀
𝐶𝑋 𝐶𝑄
=
𝐶𝐴 𝐶𝑀
Karena AX adalah garis bagi sudut A maka :
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐵𝑋 𝐶𝑋
= 𝐶𝑋 atau 𝐵𝐴 = 𝐴𝐶 maka :
𝐵𝑋
𝐵𝑃 𝐶𝑄
=
𝐵𝑀 𝐶𝑀
Karena M adalah pertengahan BC maka BM = CM. Maka :
 BP = CQ (terbukti)

5. Garis tinggi AP, BQ dan CR dari segitiga ABC berpotongan di


titik H. Jika panjang AH = BC maka buktikan bahwa PR dan
PQ tegak lurus.
Penyelesaian :
Perhatikan gambar.
ΔAPC siku-siku maka HAQ = 90oACB
BQC siku-siku sehingga CBQ = 90oACB = HAQ
ΔAHQ dan ΔBCQ siku-siku dengan HAQ = CBQ sehingga
AHQ = BCQ. Karena AH = BC maka ΔAHQ dan ΔBCQ
kongruen. Maka AQ = BQ dan HQ = CQ.
Maka ΔAQB siku-siku sama kaki sehingga HBR = BAQ =
45o.
Karena BAQ = 45o sedangkan ΔACR siku-siku maka QCH
= 45o.
Perhatikan segiempat BPHR.
Karena BRH = 90o serta BPH = 90o maka titik-titik BPHR
akan terletak pada satu lingkaran yang sama dengan BH sebagai
diameter.
RH adalah talibusur dari lingkaran tersebut. Karena titik B dan P
terletak pada lingkaran tersebut maka HBR = RPH = 45o.
Perhatikan segiempat CPHQ.
Karena HQC = 90o serta CPH = 90o maka titik-titik CPHQ
akan terletak pada satu lingkaran yang sama dengan CH sebagai
diameter.
HQ adalah talibusur dari lingkaran tersebut. Karena titik C dan P
terletak pada lingkaran tersebut maka QPH = QCH = 45o.
RPQ = RPH + QPH = 45o + 45o = 90o
 Karena RPQ = 90o maka PR dan PQ tegak lurus
(terbukti).
6. (USSR MO 1989) Titik D, E dan F berturut-turut terletak pada
sisi AB, BC dan CA dari ΔABCsedemikian seingga DE = BE
dan FE = CE. Buktikan bahwa pusat lingkaran luar ΔADF
terletak pada garis bagi DEF.
Penyelesaian :
Misalkan pusat lingkaran luar ΔADF adalah O.
Misalkan BAC = , ABC =  dan ACB = .
Karena DAF =  sedangkan O adalah pusat lingkaran luar
maka DOF = 2.
Karena DE = BE maka EDB = EBD = 
BED = 180o 2
Karena FE = CE maka EFC = FCE = 
FEC = 180o
BED + CEF + DEF = 180o
180oDEF = BED + CEF = 180o 2 + 180o 2 = 2
Karena DEF + 2 = 180o maka segiempat DOEF adalah
segiempat talibusur
ODE = 180oOFE
𝑂𝐸 𝑂𝐹
Pada ΔOFE berlaku : sin 𝑂𝐹𝐸 = sin 𝑂𝐸𝐹
𝑂𝐸 𝑂𝐸 𝑂𝐸
Pada ΔODE berlaku : sin 𝑂𝐷𝐸 = sin(180𝑜 −𝑂𝐹𝐸) = sin 𝑂𝐹𝐸 =
𝑂𝐷
.
sin 𝑂𝐸𝐷
Dari kedua persamaan di atas didapat :
𝑂𝐹 𝑂𝐷
=
sin 𝑂𝐸𝐹 sin 𝑂𝐸𝐷
Karena OD = OF maka sin OEF = sin OED
OEF + OED = 180o (tidak memenuhi) atau OEF =
OED
Karena OEF = OED maka OE adalah garis bagi DEF
 Terbukti bahwa pusat lingkaran luar ΔADF terletak pada garis
bagi DEF

P. Luas segitiga
a. Diketahui alas dan tinggi segitiga.
Misalkan ΔABC memiliki panjang alas = a dan tinggi = t maka
1
Luas segitiga ABC =[ABC] = 2 at
Dari persamaan di atas akan didapat
(i) Dua buah segitiga yang alas dan tingginya sama panjang akan
memiliki luas yang sama.
Sebagai contoh, perhatikan gambar. Garis l1 dan l2 adalah dua
garis yang sejajar. Akibatnya tinggi ΔABC, ΔABD akan sama.
Karena panjang alasnya sama yaitu AB maka ΔABC, ΔABD
keduanya memiliki luas yang sama. Sebagai tambahan,
misalkan perpotongan kedua segitiga di titik E, maka luas
ΔACE = luas ΔBDE.
(ii) Dua buah segitiga yang alas atau tingginya sama maka
perbandingan luasnya berturut-turut dapat dinyatakan sebagai
perbandingan tinggi atau alasnya.

Sebagai contoh, perhatikan gambar. Garis 1 dan 2 adalah dua


garis yang sejajar. Akibatnya tinggi ABC, ADE akan sama.
Maka perbandingan luas ABC dan ADE dapat dinyatakan
sebagai perbandingan alas. Luas ABC : luas ADE = panjang
AB : AD.
b. Diketahui dua sisi dan satu sudut yang mengapit kedua sisi tersebut.
Misalkan ABC memiliki sisi a, b dan c serta titik sudut A, B dan C.
1 1 1
Luas segitiga ABC = [ABC] = 2 ab sin C = 2 ac sin B = 2 bc sin A
c. Diketahui ketiga sisi.
Misalkan ABC memiliki sisi a, b dan c
Luas segitiga ABC dapat dihitung dengan menggunakan rumus Heron
yaitu
Luas segitiga = [ABC] = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)
1
dengan s = 2 (a + b + c)

Latihan
1. (OSK 2013) Diberikan segitiga ABC dengan luas 10. Titik-titik D, E
dan F berturut-turut terletak pada sisi-sisi AB, BC dan CA dengan AD
= 2, DB = 3. Jika segitiga ABE dengan segiempar DBEF mempunyai
luas yang sama, maka luanya sama dengan
2. (OSK 2016) Pada segitiga ABC, titik-titik X, Y dan Z berturut-turut
terletak pada sunar BA, CB dan AC sehingga BX = 2.BA, CY = 2.CB
dan AZ = 2.AC. Jika luas ABC adalah1, maka luas
XYZ adalah
3. (OSK 2014) Segitiga ABC merupakan segitiga sama kaki dengan
panjang AB = AC = 10 cm. Titik D terletak pada garis AB sejauh 7 cm
dari A dan E titik pada garis AC yang terletak sejauh 4 cm dari A. Dari
A di tarik garis tinggi dan memotong BC di F. jika bilangan rasional
menyatakan perbandingan luas segi empat ADFE terhadap luas
segitiga ABC dalam bentuk yang paling sederhana, maka nilai a+b
adalah ...
4. (OSP 2015) Diberikan segitiga ABC, melalui titik D yang terletak pada
sisi BC ditarik garis DE dan DF berturut-turut sejajar dengan AB dan
AC, (E pada AC, F pada AB). Jika luas segitiga DEC sama dengan 4
kali luas segitiga BDF, maka perbandingan luas segitiga AEF dengan
luas segitiga ABC adalah ...
5. (OSN 2009 SMP/MTs) Diketahui segitiga ABC dengan A sebagai
puncak dan BC sebagai alas. Titik P terletak pada sisi CA. Dari titik A
di tarik garis sejajar PB dan memotong perpanjangan alas di titik D.
Titik E terletak pada alas segitiga CE : ED = 2 : 3. Jika F adalah
tengah-tengah antara E dan C, dan luas segitiga ABC sama dengan 35
cm2, berapakah luas segitiga PEF ?
6. (AIME 1988) P adalah titik di dalam segitiga ABC. Perpanjangan PA
memotong sisi BC di D, perpanjangan PB memotong sisi AC di E dan
panjang PC memotong sisi AB di F. Jika panjang PD = PE = PF = 3
dan PA+PB+PC = 43 tentukan nilai dari PA . PB . PC.
7. (Flanders MO 2001 Final Round) Pada segitiga ABC titik D dan E
berturut-turut terletak pada sisi AC dan BC. Garis BD dan AE
berpotongan di titik F. Misalkan [XYZ] menyatakan luas segitiga
XYZ. Jika [ADF] = 4, [ABF]= 8 dan [BEF] = 7 maka tentukan luas
daerah CDFE.
8. (OSN 2009) Pada segitiga ABC, titik-titik D, E dan F berturut-turut
terletak pada segmen BC, CA dan AB. Nyatakan P sebagai titik potong
AD dan EF

Penyelesaian :
1. Misalkan H adalah perpotongan AE dan DF. Misalkan juga [XYZ]
menyatakan luas segitiga XYZ.

Karena [ABE] = [ABEF] maka [ADH] = [EFH]


Karena [ADH] = [EFH] maka [ADF] = [AEF].
Karena ∆ADF dan ∆AEF memiliki alas yang sama dan luas keduanya juga
sama maka tinggi keduanya harus sama. Jadi, DE akan sejajar AC.
Karena DE sejajar AC maka ∆DBE sebangun dengan ∆ABC
Jadi, BE : EC = 3 : 2
[ABE] : [ABC] = 3 : 5
[ABE] = 6
 Jadi, luas segitiga ABE sama dengan 6.
2. Misalkan panjang BC = a ; AC = b dan AB = c

1 1 1
[𝐴𝐵𝐶] = 𝑏𝑐 sin 𝐴 = 𝑎𝑐 sin 𝐵 = 𝑎𝑏 sin 𝐶 = 1
2 2 2
1 1
[𝐴𝑋𝑍] = ∙ 𝐴𝑋 ∙ 𝐴𝑍 ∙ sin(180𝑜 − 𝐴) = ∙ 𝑐 ∙ 2𝑏 ∙ sin 𝐴 = 2[𝐴𝐵𝐶] = 2
2 2
1 1
[𝐵𝑋𝑌] = ∙ 𝐵𝑋 ∙ 𝐵𝑌 ∙ sin(180𝑜 − 𝐵) = ∙ 2𝑐 ∙ 𝑎 ∙ sin 𝐵 = 2[𝐴𝐵𝐶] = 2
2 2
1 𝑜
1
[𝐶𝑌𝑍] = ∙ 𝐶𝑌 ∙ 𝐶𝑍 ∙ sin(180 − 𝐶) = ∙ 2𝑎 ∙ 𝑏 ∙ sin 𝐶 = 2[𝐴𝐵𝐶] = 2
2 2
[𝑋𝑌𝑍] = [𝐴𝑋𝑍] + [𝐵𝑋𝑌] + [𝐶𝑌𝑍] + [𝐴𝐵𝐶] = 2 + 2 + 2 + 1 = 7
 Jadi, Luas XYZ adalah 7.
3. AF adalah garis tinggi.

Karena AB = AC maka F adalah pertengahan BC sehingga BF = FC.


1
[𝐵𝐷𝐹] = ∙ 𝐵𝐷 ∙ 𝐵𝐹
2
1 3 1 3
∙ sin 𝐴𝐵𝐶 = ∙ ∙ 𝐴𝐵 ∙ ∙ 𝐵𝐶 ∙ sin 𝐴𝐵𝐶 = [𝐴𝐵𝐶]
2 10 2 20
1
[𝐶𝐸𝐹] = ∙ 𝐶𝐸 ∙ 𝐶𝐹
2
1 6 1 3
∙ sin 𝐴𝐶𝐵 = ∙ ∙ 𝐴𝐶 ∙ ∙ 𝐵𝐶 ∙ sin 𝐴𝐶𝐵 = [𝐴𝐵𝐶]
2 10 2 10
11
[𝐴𝐷𝐹𝐸] = [𝐴𝐵𝐶] − [𝐵𝐷𝐹] − [𝐶𝐸𝐹] = [𝐴𝐵𝐶]
20
[𝐴𝐷𝐹𝐸] 11
=
[𝐴𝐵𝐶] 20
Maka 𝑎 = 11 dan 𝑏 = 20
 Jadi, nilai 𝑎 + 𝑏 adalah 31.
4. Karena DE sejajar AB dan DF sejajar AC maka ABC, EDC dan FBD
semuanya sebangun.
Jelas juga bahwa dua segitiga sebangun memiliki perbandingan panjang
sisi k jika dan hanya jika perbandingan luasnya adalah k2.
[DEC] = 4[BDF] dengan DEC sebangun dengan BDF.
Maka perbandingan sisi DEC dan BDF adalah 2 : 1.

Misalkan BD = x, FB = y dan DF = z maka DC = 2x, ED = 2y dan EC =


2z. Misalkan juga BAC = .
CED sebangun dengan ABC dan CD : CB = 2 : 3 maka
AF = 2y dan AE = z
1
[𝐴𝐸𝐹] = ∙ 𝐴𝐸 ∙ 𝐴𝐹
2
1 2 1
∙ sin 𝛼 = ∙ 𝐴𝐵 ∙ 𝐴𝐶 ∙ sin 𝛼
2 3 3
2 1 2
= ∙ ∙ 𝐴𝐵 ∙ 𝐴𝐶 ∙ sin 𝛼 = [𝐴𝐵𝐶]
9 2 9
 Jadi, perbandingan luas segitiga AEF dengan luas segitiga ABC
adalah 2 : 9.
5. Misalkan [XYZ] menyakan luas segitiga XYZ.
Misalkan juga CP : PA = k : 1.

Karena PB sejajar AD maka ΔCPB sebangun dengan ΔCAD.


Maka PB : AD = k : (k + 1) dan CB : BD = k : 1.
ΔCPB dan ΔABC memiliki tinggi yang sama maka luas dapat dinyatakan
sebagai perbandingan alas.
𝑘
[CPB] = 𝑘+1 [ABC]
ΔCPB sebangun dengan ΔCAD dengan perbandingan k : (k + 1) maka
𝑘+1 2 𝑘+1
[CAD] = ( 𝑘 ) [CPB] = ( 𝑘 ) [ABC]
ΔCAE dan ΔCAD memiliki tinggi yang sama maka
2 2 𝑘+1
[CAE] = 5 [CAD] = 5 ( 𝑘 ) [ABC]
ΔCPE dan ΔCAE memiliki tinggi yang sama maka
𝑘 2
[CPE] = 𝑘+1 [CAE] = 5 [ABC]
ΔPEF dan ΔCPE memiliki tinggi yang sama maka
1 1
[PEF] = 2 [CPE] = 5 [ABC]
 Jadi, luas segitiga PEF sama dengan 7 cm2.
6. Misalkan [XYZ] menyatakan luas segitiga XYZ.

Misal CG adalah garis tegak lurus AB dengan G terletak pada AB dan PH


dengan H terletak pada AB sehingga PH tegak lurus AB.
[𝐴𝑃𝐵] 𝑃𝐻 𝑃𝐹
ΔABC dan ΔAPB memiliki alas yang yang sama. Maka [𝐴𝐵𝐶] = = 𝐶𝐹 =
𝐶𝐺
3
𝑃𝐶+3
.
[𝐵𝑃𝐶] 𝑃𝐷 3 [𝐴𝑃𝐶] 𝑃𝐸
Dengan cara yang sama didapat [𝐴𝐵𝐶]
= 𝐴𝐷 = 𝑃𝐴+3 dan [𝐴𝐵𝐶]
= 𝐵𝐸 =
3
.
𝑃𝐵+3
[𝐴𝑃𝐵] [𝐵𝑃𝐶] [𝐴𝑃𝐶]
+ + =1
[𝐴𝐵𝐶] [𝐴𝐵𝐶] [𝐴𝐵𝐶]
3 3 3
+ + =1
𝑃𝐶 + 3 𝑃𝐴 + 3 𝑃𝐵 + 3
Misalkan PA = k, PB = m dan PC = n
3(PB + 3)(PA + 3) + 3(PC + 3)(PA + 3) + 3(PC + 3)(PB + 3) = (PA +
3)(PB + 3)(PC + 3)
3(m + 3)(k + 3) + 3(n + 3)(k + 3) + 3(n + 3)(m + 3) = (k + 3)(m + 3)(n + 3)
3km + 3kn + 3mn + 18k + 18m + 18n + 81 = kmn + 3km + 3kn + 3mn +
9k + 9m + 9n + 27
9k + 9m + 9n + 54 = kmn
kmn = 9(k + m + n) + 54 = 9  43 + 54 = 441
 Jadi, nilai dari PA  PB  PC = 441.
7. Misalkan luas ΔCDF = x dan luas ΔCEF = y
ΔCDF dan ΔDAF memiliki tinggi yang sama, maka :
𝐶𝐷 𝑥
= 4 (1)
𝐶𝐴
ΔCDB dan ΔBDA memiliki tinggi yang sama, maka :
𝐶𝐷 𝑥+𝑦+7
=  (2)
𝐶𝐴 4+8
Dari persamaan (1) dan (2) didapat :
12x = 4x + 4y + 28
2x = y + 7  (3)
ΔBEF dan ΔCEF memiliki tinggi yang sama, maka :
𝐵𝐸 7
= 𝑦 (4)
𝐸𝐶
ΔBAE dan ΔEAC memiliki tinggi yang sama, maka :
𝐵𝐸 7+8
=  (5)
𝐸𝐶 𝑥+𝑦+4
Dari persamaan (4) dan (5) didapat :
7x + 7y + 28 = 15y
8y = 7x + 28  (6)
Dari persamaan (3) dan (6) didapat
28 35
x = dan y =
3 3
Luas bagian keempat = x + y
 Jadi, luas bagian keempat = 21
8. Perhatikan gambar.
Misalkan [XYZ] menyatakan luas segitiga XYZ.
ΔACD dan ΔABC memiliki tinggi yang sama sehingga luas dapat
[𝐴𝐷𝐶] 𝐷𝐶
dinyatakan sebagai perbandingan alas. Maka [𝐴𝐵𝐶] = 
𝐵𝐶
(1).
[𝐴𝐵𝐷]
ΔABD dan ΔABC juga memiliki tinggi yang sama sehingga [𝐴𝐵𝐶] =
𝐷𝐵
 (2).
𝐵𝐶
Misalkan DAC =  dan BAD = .
1
[𝐴𝐷𝐶] ∙𝐴𝐶∙𝐴𝐷∙sin 𝛼 𝐴𝐶∙𝐴𝐷
[𝐴𝑃𝐸]
= 2
1 = 𝐴𝑃∙𝐴𝐸 (3)
∙𝐴𝑃∙𝐴𝐸∙sin 𝛼
2
1
[𝐴𝐵𝐷] ∙𝐴𝐷∙𝐴𝐵∙sin 𝛽 𝐴𝐷∙𝐴𝐵
[𝐴𝐹𝑃]
= 2
1 =  (4)
∙𝐴𝑃∙𝐴𝐹∙sin 𝛽 𝐴𝑃∙𝐴𝐹
2
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐴𝐵 [𝐴𝐷𝐶] 𝐴𝐶 [𝐴𝐵𝐷]
𝐷𝐶 + 𝐷𝐵 = ∙ ∙ 𝐵𝐶 + ∙ ∙ 𝐵𝐶
𝐴𝐹 𝐴𝐸 𝐴𝐹 [𝐴𝐵𝐶] 𝐴𝐸 [𝐴𝐵𝐶]
𝐴𝐵 𝐴𝐷 ∙ 𝐴𝐶 [𝐴𝑃𝐸] 𝐴𝐶 𝐴𝐷 ∙ 𝐴𝐵 [𝐴𝐹𝑃]
= ∙ ∙ ∙ 𝐵𝐶 + ∙ ∙ ∙ 𝐵𝐶
𝐴𝐹 𝐴𝑃 ∙ 𝐴𝐸 [𝐴𝐵𝐶] 𝐴𝐸 𝐴𝑃 ∙ 𝐴𝐹 [𝐴𝐵𝐶]
Karena [AFE] = [APE] + [AFP] maka
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐴𝐵 𝐴𝐷 ∙ 𝐴𝐶 [𝐴𝐹𝐸]
𝐷𝐶 + 𝐷𝐵 = ∙ ∙ ∙ 𝐵𝐶
𝐴𝐹 𝐴𝐸 𝐴𝐹 𝐴𝑃 ∙ 𝐴𝐸 [𝐴𝐵𝐶]
[𝐴𝐹𝐸] 𝐴𝐹∙𝐴𝐸
Karena [𝐴𝐵𝐶] = 𝐴𝐵∙𝐴𝐶 maka
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐴𝐷
𝐷𝐶 + 𝐷𝐵 = ∙ 𝐵𝐶
𝐴𝐹 𝐴𝐸 𝐴𝑃
𝑨𝑩 𝑨𝑪 𝑨𝑫
 𝑨𝑭 𝑫𝑪 + 𝑨𝑬 𝑫𝑩 = 𝑨𝑷 ∙ 𝑩𝑪 (terbukti)

Q. Hubungan antara luas segitiga dengan jari-jari lingkaran dalam dan


jari-jari lingkaran luar segitiga
Ada hubungan antara luas segitiga dengan jari-jari lingkaran dalam dan
jari-jari lingkaran luar.
Luas segitiga ABC = [ABC] = r(a+b+c) = rs
𝑎𝑏𝑐
Luas segitiga ABC = [ABC] = 4𝑅
Sebagai bahan pembelajaran, silahkan pembaca membuktikan kedua
rumus diatas dengan menggunakan rumus-rumus luas yang ada ditambah
dengan menggunakan rumus-rumus luas yang ada di tambah dengan
rumus-rumus yang lainnya.
Latihan
1. (OSN 2008/ IMO 1964) Diberikan segitiga ABC dengan panjang sisi-
sisinya a, b dan c. garis-garis singgung lingkaran dalam segitiga ABC
yang sejajar dengan sisi-sisi segitiga ABC membentuk tiga segitiga kecil.
Pada masing-masing segitiga kecil di buat lingkaran dalam. Buktikan
bahwa jumlah luas dari lingkaran dalam segitiga ABC dan lingkaran
dalam segitiga kecil adalah
𝜋(𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑐 2 )(𝑏 + 𝑐 − 𝑎)(𝑐 + 𝑎 − 𝑏)(𝑎 + 𝑏 − 𝑐)
(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)3
Penyelesaian :
Perhatikan gambar.

Karena DE sejajar BC maka ΔADE sebangun dengan ΔABC.


Misalkan jari-jari lingkaran dalam ΔABC = r, jari-jari lingkaran dalam
ΔADE = r1, jari-jari lingkaran dalam ΔBFG = r2 dan jari-jari lingkaran
dalam ΔCHJ = r3.
Misalkan juga jarak dari A ke BC = tA dan jarak dari A ke DE = t1.
1
Misalkan s = 2 (a + b + c).
1
Luas ΔABC = 2 𝑟(𝑎 + 𝑏 + 𝑐) = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐) .
√(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)(𝑎 + 𝑏 − 𝑐)(𝑎 + 𝑐 − 𝑏)(𝑏 + 𝑐 − 𝑎)
𝑟=
2(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)
1
𝑡 𝑎 = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)
2 𝐴
√(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)(𝑎 + 𝑏 − 𝑐 )(𝑎 + 𝑐 − 𝑏)(𝑏 + 𝑐 − 𝑎)
𝑡𝐴 =
2𝑎
Karena jarak dari A ke DE = t1 maka t1 = tA 2r
Karena ΔADE sebangun dengan ΔABC maka perbandingan sisi juga
merupakan perbandingan garis tinggi kedua segitiga.
𝐴𝐷 𝐴𝐸 𝐷𝐸 𝑟1 𝑡1 𝑡𝐴 − 2𝑟
= = = = =
𝑐 𝑏 𝑎 𝑟 𝑡𝐴 𝑡𝐴
𝑟 𝑎 𝑟 2𝑎
Dengan rumus luas ΔABC maka 𝑡 = 𝑎+𝑏+𝑐 sehingga 𝑟1 = 1 − 𝑎+𝑏+𝑐 =
𝐴
𝑏+𝑐−𝑎
.
𝑎+𝑏+𝑐
𝑏+𝑐−𝑎
𝑟1 = 𝑟
𝑎+𝑏+𝑐
Dengan cara yang sama didapat
𝑎+𝑐−𝑏
𝑟2 = 𝑟
𝑎+𝑏+𝑐
𝑎+𝑏−𝑐
𝑟3 = 𝑟
𝑎+𝑏+𝑐
Misalkan jumlah luas dari lingkaran dalam segitiga ABC dan ketiga
lingkaran dalam segitiga kecil adalah L.
𝐿 = 𝜋(𝑟 2 + 𝑟12 + 𝑟22 + 𝑟32 )
(𝑎 + 𝑏 − 𝑐)(𝑎 + 𝑐 − 𝑏)(𝑏 + 𝑐 − 𝑎) (𝑎 + 𝑏 + 𝑐)2 + (𝑏 + 𝑐 − 𝑎)2 + (𝑎 + 𝑐 − 𝑏)2 + (𝑎 + 𝑏 − 𝑐)2
= 𝜋( )( )
4(𝑎 + 𝑏 + 𝑐) (𝑎 + 𝑏 + 𝑐)2
Misalkan P = (a + b + c)2 + (b + c  a)2 + (a + c  b)2 + (a + b  c)2
P = (a2 + b2 + c2 + 2ab + 2ac + 2bc) + (a2 + b2 + c2 2ab  2ac + 2bc) + (a2
+ b2 + c2 2ab + 2ac  2bc) + (a2 + b2 + c2 + 2ab  2ac  2bc)
P = 4a2 + 4b2 + 4c2
(𝑎 + 𝑏 − 𝑐)(𝑎 + 𝑐 − 𝑏)(𝑏 + 𝑐 − 𝑎)
𝐿=𝜋 (4𝑎2 + 4𝑏 2 + 4𝑐 2 )
4(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)
𝜋(𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑐 2 )(𝑏 + 𝑐 − 𝑎)(𝑎 + 𝑐 − 𝑏)(𝑎 + 𝑏 − 𝑐)
𝐿=
(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)3
 Terbukti bahwa jumlah luas dari lingkaran dalam segitiga ABC dan ketiga
𝜋(𝑎2 +𝑏2 +𝑐 2 )(𝑏+𝑐−𝑎)(𝑎+𝑐−𝑏)(𝑎+𝑏−𝑐)
lingkaran dalam segitiga kecil adalah (𝑎+𝑏+𝑐)3
.

R. Ketaksamaan gegitiga
Pada setiap segitiga harus lah berlaku bahwa panjang setiap sisi selalu
kurang dari jumlah panjang dua sisi yang lain.
Misalkan panjang sisi-sisi segitiga ABC adalah a, b dan c maka berlaku
a < b +c ; b < a+c dan c < a+b
Latihan
1. (OSP 2014) Diberikan segitiga ABC, dengan sisi-sisi : 𝐴𝐵 = 𝑐, 𝐵𝐶 =
1
𝑎, 𝐶𝐴 = 𝑏 = 2 (𝑎 + 𝑐). Ukuran terbesar dari 𝐴𝐵𝐶 adalah

Penyelesaian :
1
𝑏 2 = (𝑎 + 𝑐)2
4
𝑎2 + 𝑐 2 − 𝑏 2 4𝑎2 + 4𝑐 2 − (𝑎 + 𝑐)2
cos 𝐴𝐵𝐶 = =
2𝑎𝑐 8𝑎𝑐
3𝑎2 + 3𝑐 2 − 2𝑎𝑐
=
8𝑎𝑐
Dengan ketaksamaan AM-GM didapat
3𝑎2 + 3𝑐 2 − 2𝑎𝑐 6𝑎𝑐 − 2𝑎𝑐 1
cos 𝐴𝐵𝐶 = ≥ =
8𝑎𝑐 8𝑎𝑐 2
1
Karena cos 𝐴𝐵𝐶 ≥ 2 maka 𝐴𝐵𝐶 ≤ 60𝑜

 Jadi, ukuran terbesar ABC adalah 60o


2. Panjang sisi-sisi suatu segi empat merupakan bilangan asli. Panjang
masing-masing sisi membagi jumlah panjang ketiga sisi yang lain.
Buktikan bahwa terdapat setidaknya dua sisi dengan panjang yang
sama.
Penyelesaian :
Andaikan tidak ada sedikitnya dua sisi dengan panjang yang sama.
Misalkan panjang sisi-sisi segiempat tersebut adalah a, b, c dan d
dengan a < b < c < d.
Dalam suatu segitiga panjang salah satu sisi selalu kurang dari jumlah
dua sisi yang lain.
Maka d < a + b + c
Karena a < d, b < d dan c < d maka a + b + c < 3d
Jadi d < a + b + c < 3d
𝑎+𝑏+𝑐
1< <3
𝑑
Karena d(a + b + c) maka a + b + c = 2d
a + b + c + d = 3d  (1)
3𝑑 3𝑑 3𝑑
Misalkan 𝑥 = 𝑎 , 𝑦 = 𝑏 dan 𝑧 = 𝑐 .
Perhatikan persamaan (1) karena panjang masing-masing sisi membagi
jumlah panjang ketiga sisi yang lain maka x, y dan z ketiganya
merupakan bilangan asli.
Karena a < b < c < d maka x > y > z > 3.
Maka z  4 sehingga y  5 dan x  6.
3𝑑 3𝑑 3𝑑 3𝑑 3𝑑 3𝑑
Akibatnya 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 6 , 𝑏 ≤ 𝑦 ≤ 5 dan 𝑐 ≤ 𝑍 ≤ 4 .
3𝑑 3𝑑 3𝑑
2d = a + b + c  6 + + < 2𝑑 . Kontradiksi.
5 4
 Jadi, terbukti bahwa terdapat sedikitnya dua sisi dengan
panjang yang sama.

3. (OSP 2009) Diberikan segitiga ABC dan titik D pada sisi AC.
Misalkan r1, r2 dan r berturut-turut menyatakan jari-jari lingkaran
dalam dari segitiga-segitiga ABD, BCD, dan ABC. Buktikan bahwa r1
+ r2> r.
Penyelesaian :
Misalkan [ABC] menyatakan luas luas segitiga ABC, maka [ABC] =
[ABD] + [BCD]
1 1 1
r(AB + BC + AC) = 2r1(AB + BD + AD) + 2r2(BC + BD + DC)
2
Pada ΔABD dan ΔBCD berturut-turut berlaku BD < AD + AB dan BD
< BC + DC sehingga
r(AB + BC + AC) = r1(AB + BD + AD) + r2(BC + BD + DC) < r1(AB
+ BC + DC + AD) + r2(BC + AD + AB + DC)
Karena AD + DC = AC maka
r(AB + BC + AC) < r1(AB + BC + AC) + r2(BC + AC + AB)
r < r1 + r2
 Terbukti bahwa r1 + r2> r

4. (OSP 2016) Panjang rusuk-rusuk suatu limas segitiga semuanya adalah


bilangan bulat. Limas rusuknya masing-masing memiliki panjang 14,
20, 40, 52, dan 70. Banyaknya kemungkinan panjang rusuk yang
keenam adalah ...
Penyelesaian :
Syarat terbentuk segitiga : panjang dari sisi terpanjang harus kurang
dari jumlah dua sisi yang lain.
Pada setiap rusuk maka akan terdapat tepat satu rusuk lain sehingga
kedua rusuk tersebut ditambah satu rusuk manapun selain kedua rusuk
tersebut tidak akan membentuk segitiga. Sebagai contoh rusuk AD dan
rusuk BC. Sebut saja kedua rusuk ini ‘musuh’.
Suatu limas segitiga terdiri dari 4 buah segitiga.
Misalkan (a, b, c) menyatakan rusuk a, b dan c membentuk segitiga.
Pada setiap rusuk, bersama dengan 2 pasang dari 5 rusuk yang lain
akan membentuk 2 segitiga serta merupakan ‘musuh’ dari 1 rusuk
tersisa.
14, 20 dan salah satu dari 40, 52 dan 70 tidak bisa membentuk segitiga.
14, 70 dan salah satu dari 20, 40 dan 52 tidak bisa membentuk segitiga.
Maka haruslah salah satu dari 20 dan 70 harus merupakan ‘musuh’ 14
dan satu sisanya bersama dengan x membentuk segitiga.
 Jika 14, 20 dan x membentuk segitiga
20  14 < x < 14 + 20
6 < x < 34  (1)
14 ‘musuh’ 70.
 Jika x ‘musuh’ 40
Maka 20 ‘musuh’ 52
Empat buah segitiga yang terbentuk adalah (14,20,x), (14,40,52),
(x,52,70) dan (20,40,70). Tetapi (20,40,70) tidak memenuhi syarat
segitiga.
 Jika x ‘musuh’ 52
Maka 20 ‘musuh’ 40
Empat buah segitiga yang terbentuk adalah (14,20,x), (14,40,52),
(20,52,70) dan (x,40,70).
Syarat (x,40,70)
70  40 < x < 40 + 70
30 < x < 110  (2)
Maka dari kedua syarat tersebut haruslah
30 < x < 34
Ada 3 nilai x yang memenuhi yaitu 31, 32 dan 33.
 Jika 14, 70 dan x membentuk segitiga
70  14 < x < 14 + 70
56 < x < 84  (3)
14 ‘musuh’ 20.
 Jika x ‘musuh’ 40
Maka 52 ‘musuh’ 70
Empat buah segitiga yang terbentuk adalah (14,70,x), (14,40,52),
(x,20,52) dan (20,40,70). Tetapi (20,40,70) tidak memenuhi syarat
segitiga.
 Jika x ‘musuh’ 52
Maka 40 ‘musuh’ 70
Empat buah segitiga yang terbentuk adalah (14,70,x), (14,40,52),
(20,52,70) dan (x,20,40).
Syarat (x,20,40)
40  20 < x < 40 + 20
20 < x < 60  (4)
Maka dari kedua syarat tersebut haruslah
56 < x < 60
Ada 3 nilai x yang memenuhi yaitu 57, 58 dan 59.
Maka nilai x yang memenuhi adalah 31, 32, 33, 57, 58 dan 59.
 Jadi, banyaknya kemungkinan panjang rusuk yang keenam adalah
6.

5. (OSP 2013) Diberikan segitiga ABC lancip. Garis tinggi terpanjang


adalah dari titik sudut A tegak lurus pada BC, dan panjanya sama
dengan panjang medan (garis berat) dan titik sudut B. Buktikan bahwa
 ABC ≤ 60o.
Penyelesaian :
Misalkan garis tinggi dari titik A memotong tegak lurus sisi BC di titik
D dan garis median dari B memotong sisi AC di titik E.

Dari titik E dibuat garis memotong tegak lurus sisi BC di M.


Karena ∆CEM dan ∆CAD sebangun dengan E pertengahan AC maka
1
EM = 2 AD.

Karena BE = AD = 2 EM maka EBM = 30o.


Misalkan titik N merupakan pertengahan AB.
Karena E dan N berturut-turut pertengahan AC dan AB maka EN akan
sejajar BC.
Karena EN sejajar CB maka BEN = EBM = 30o.
1
Karena luas segitiga = 2 alas  tinggi dan AD adalah sisi terpanjang

maka BC adalah sisi terpendek dari segitiga ABC.


1 1
𝐵𝐶 ≤ 𝐴𝐵
2 2
EN  BN
Sisi yang lebih panjang dari suatu segitiga akan menghadap sudut yang
lebih besar.
Karena EN  BN maka pada ∆BEN akan berlaku EBN BEN =
30o.
Maka ABC = EBM + EBN  30o + 30o = 60o.
Jadi, ABC  60o.
 Jadi, terbukti bahwa ABC  60o.

6. (OSP 2010) Diberikan segitiga ABC. Andaikan P dan P1 tititk- titik


pada BC , Q pada CA dan R pada AB, sedemikian rupa sehingga
𝐴𝑅 𝐵𝑃 𝐶𝑄 𝐶𝑃1
= = =
𝑅𝐵 𝑃𝐶 𝑄𝐴 𝑃1 𝐵
Misalkan G titik berat segitiga ABC dan K = AP1 PQ. Buktikan,
bahwa titik-titik P, G, dan K kolinier (terletak pada garis)
Penyelesaian :
𝐴𝑅 𝐵𝑃 𝐶𝑄 𝐶𝑃
Misalkan𝑅𝐵 = 𝑃𝐶 = 𝑄𝐴 = 𝑃 𝐵1 = 𝑘
1

Tanpa mengurangi keumuman misalkan koordinat A(0, 0) dan B(k + 1,


0) serta C(b, c).
𝑘+1−𝑏 0−𝑐 𝑘𝑏+𝑘+1 𝑘𝑐
Koordinat 𝑃 (𝑏 + 𝑘+1 , 𝑐 + 𝑘+1) = 𝑃 ( 𝑘+1 , 𝑘+1).
𝑏−𝑘−1 𝑐 𝑘 2 +𝑘+𝑏 𝑐
Koordinat 𝑃1 (𝑘 + 1 + , ) = 𝑃1 ( , ).
𝑘+1 𝑘+1 𝑘+1 𝑘+1
𝑏 𝑐
Koordinat 𝑄 (𝑘+1 , 𝑘+1).
Koordinat 𝑅(𝑘, 0).
𝑘+1+𝑏 𝑐
Koordinat 𝐺 ( 3 , 3).
Persamaan garis AP1.
𝑐
𝑦 = 𝑘 2 +𝑘+𝑏 𝑥 (1)
Persamaan garis QR
𝑦−0 𝑥−𝑘
𝑐 =
−0 𝑏
𝑘+1 −𝑘
𝑘+1
𝑐
𝑦 = 𝑏−𝑘 2 −𝑘 (𝑥 − 𝑘) (2)
Perpotongan garis AP1 dan QR di titik K(xK, yK)
𝑐 𝑐
𝑥𝐾 = (𝑥 − 𝑘)
2
𝑘 +𝑘+𝑏 𝑏 − 𝑘2 − 𝑘 𝐾
(b  k2 k)xK = (k2 + k + b)(xK k)
2k(k + 1)xK = k(k2 + k + b)
𝑘 2 +𝑘+𝑏 𝑐 𝑘 2 +𝑘+𝑏 𝑐
𝑥𝐾 = dan 𝑦𝐾 = 𝑘 2 +𝑘+𝑏 ( 2(𝑘+1) ) = 2(𝑘+1)
2(𝑘+1)
𝑘 2 +𝑘+𝑏 𝑐
Maka koordinat 𝐾 ( 2(𝑘+1) , ).
2(𝑘+1)
𝑐 𝑐
− 𝑐−2𝑘𝑐
2(𝑘+1) 3
Kemiringan garis KG = 𝑚𝐾𝐺 = 𝑘2 +𝑘+𝑏 𝑘+1+𝑏
= 𝑘 2 −𝑘+𝑏−2𝑘𝑏−2.

2(𝑘+1) 3
𝑐 𝑘𝑐
− 𝑐−2𝑘𝑐
3 𝑘+1
Kemiringan garis GP = 𝑚𝐺𝑃 = 𝑘+1+𝑏 𝑘𝑏+𝑘+1 = 𝑘 2 −𝑘+𝑏−2𝑘𝑏−2.

3 𝑘+1
Karena mGP = mKG maka ketiga garis P, G dan K berada pada satu
garis lurus.
 Terbukti bahwa titik-titik P, G dan K kolinier (terletak pada
satu garis).
7. (OSN 2006) Pada segitiga ABC, M adalah titik tengah BC dan G
adalah titik berat segitiga ABC. Sebuah garis melalui G memotong
ruas garis AB di Pdan ruas garis AC di Q, di mana P  B dan Q  C.
jika [xyz] menyatakan luas segitiga xyz, tunjukkan bahwa
[𝐵𝐺𝑀] [𝐶𝑀𝐺] 3
+ =
[𝑃𝐴𝐺] [𝑄𝐺𝐴] 2
Penyelesaian :
Perhatikan gambar.

Karena G adalah titik berat dan AM adalah garis berat maka AG : GM = 2


: 1.
ΔBGM dan ΔBAG adalah dua segitiga dengan alas yang sama
sehingga perbandingan luas dapat dinyatakan sebagai perbandingan
tinggi. Karena AG : GM = 2 : 1 maka [BAG] = 2[BGM].
Dengan cara yang sama maka [CGA] = 2[CMG].

[𝐵𝐺𝑀] [𝐶𝑀𝐺] 1 [𝐵𝐴𝐺] [𝐶𝐺𝐴]


+ = ( + )
[𝑃𝐴𝐺] [𝑄𝐺𝐴] 2 [𝑃𝐴𝐺] [𝑄𝐺𝐴]

Segitiga BAG dan segitiga PAG adalah dua segitiga dengan tinggi
yang sama maka perbandingan luas dapat dinyatakan sebagai
perbandingan alas. [BAG] : [PAG] = AB : AP.
Dengan cara yang sama maka [CGA] : [QGA] = AC : AQ
[𝐵𝐺𝑀] [𝐶𝑀𝐺] 1 [𝐵𝐴𝐺] [𝐶𝐺𝐴] 1 𝐴𝐵 𝐴𝐶
+ = ( + )= ( + )
[𝑃𝐴𝐺] [𝑄𝐺𝐴] 2 [𝑃𝐴𝐺] [𝑄𝐺𝐴] 2 𝐴𝑃 𝐴𝑄
Tanpa mengurangi keumuman misalkan koordinat A(0, 0), B(b, 0),
𝑎+𝑏 𝑐
C(a, c) sehingga 𝐺 ( , 3). Titik M adalah pertengahan BC sehingga
3
𝑎+𝑏 𝑐
𝑀( , 2).
2
𝑐
Garis AC melalui (0, 0) dan gradien 𝑎sehingga persamaan garis AC,
𝑐
𝑦 = 𝑎 𝑥.

Misalkan persamaan garis ℓ adalah y = mx + k. Garis ℓ melalui titik G


maka :
𝑐 𝑎+𝑏 𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏
= 𝑚( ) + 𝑘, maka𝑘 = . Persamaan garis ℓ adalah
3 3 3

𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏
𝑦 = 𝑚𝑥 + .
3

𝑚𝑎+𝑚𝑏−𝑐
Garis ℓ memotong AB di titik P maka 𝑥𝑃 = sehingga
3𝑚
𝑚𝑎+𝑚𝑏−𝑐
𝑃( , 0).
3𝑚

𝑐 𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏
Garis ℓ memotong AC di Q, maka 𝑎 𝑥𝑄 = 𝑚𝑥𝑄 + .
3

𝑎(𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏) 𝑐(𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏)
𝑥𝑄 = maka 𝑦𝑄 = .
3(𝑐−𝑚𝑎) 3(𝑐−𝑚𝑎)

𝑎(𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏) 𝑐(𝑐−𝑚𝑎−𝑚𝑏)
Sehingga 𝑄 ( , ).
3(𝑐−𝑚𝑎) 3(𝑐−𝑚𝑎)

Karena A, P dan B berada pada satu garis lurus maka

𝐴𝐵 𝑥𝐵 − 𝑥𝐴 𝑏−0 3𝑚𝑏
= = =
𝐴𝑃 𝑥𝑃 − 𝑥𝐴 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑐 − 0 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑐
3𝑚

Karena A, Q dan C berada pada satu garis lurus maka

𝐴𝐶 𝑥𝐶 − 𝑥𝐴 𝑎−0 3(𝑐 − 𝑚𝑎)


= = =
𝐴𝑄 𝑥𝑄 − 𝑥𝐴 𝑎(𝑐 − 𝑚𝑎 − 𝑚𝑏) 𝑐 − 𝑚𝑎 − 𝑚𝑏
−0
3(𝑐 − 𝑚𝑎)

[𝐵𝐺𝑀] [𝐶𝑀𝐺] 1 𝐴𝐵 𝐴𝐶
+ = ( + )
[𝑃𝐴𝐺] [𝑄𝐺𝐴] 2 𝐴𝑃 𝐴𝑄
1 3𝑚𝑏 3(𝑐 − 𝑚𝑎)
= ( + )
2 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑐 𝑐 − 𝑚𝑎 − 𝑚𝑏

1 3(𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑐) 3
= ( )=
2 𝑚𝑎 + 𝑚𝑏 − 𝑐 2
[𝑩𝑮𝑴] [𝑪𝑴𝑮] 𝟑
 [𝑷𝑨𝑮]
+ [𝑸𝑮𝑨] = (terbukti)
𝟐

8. (OSN 2009) Pada segitiga ABC, titik-titik D, E dan F berturut-turut


terletak pada segmen BC, CA dan AB. Nyatakan P sebagai titik
berpotongan AD dan EF. Tunjukkan bahwa
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐴𝐷
𝑥𝐷𝐶 + 𝑥𝐷𝐵 = 𝑥𝐵𝐶
𝐴𝐹 𝐴𝐸 𝐴𝑃
Penyelesaian :
Perhatikan gambar.

Tanpa mengurangi keumuman misalkan koordinat A(0, 0), B(a, 0) dan


C(b, c) serta absis titik D, E dan F berturut-turut d, e dan f, maka
koordinat F(f, 0).
𝑐 𝑐𝑒
Persamaan garis AC adalah 𝑦 = 𝑏 𝑥sehingga koordinat 𝐸 (𝑒, ).
𝑏

𝑦−0 𝑥−𝑓 𝑐𝑒𝑥−𝑐𝑒𝑓


Persamaan garis EF adalah 𝑐𝑒 = 𝑒−𝑓yang setara dengan 𝑦 = .
−0 𝑏𝑒−𝑏𝑓
𝑏

𝑦−0 𝑥−𝑎
Persamaan garis BC adalah 𝑐−0 = 𝑏−𝑎yang setara dengan 𝑦 =
𝑥−𝑎
−𝑐 (𝑎−𝑏).

𝑎−𝑑
Maka koordinat titik 𝐷 (𝑑, 𝑐 (𝑎−𝑏 )).

𝑎𝑐−𝑐𝑑
Persamaan garis AD adalah𝑦 = (𝑎𝑑−𝑏𝑑) 𝑥.

Titik P adalah perpotongan antara garis EF dan AD maka

𝑐𝑒𝑥𝑃 − 𝑐𝑒𝑓 𝑎𝑐 − 𝑐𝑑
=( )𝑥
𝑏𝑒 − 𝑏𝑓 𝑎𝑑 − 𝑏𝑑 𝑃

adexP bdexP adef + bdef = abexP bdexP abfxP + bdfxP


𝑑𝑒𝑓(𝑎 − 𝑏)
𝑥𝑃 =
𝑎𝑑𝑒 + 𝑎𝑏𝑓 − 𝑏𝑑𝑓 − 𝑎𝑏𝑒
𝐴𝐵 𝑥𝐵 −𝑥𝐴
Karena A, F dan B berada pada satu garis lurus maka𝐴𝐹 = =
𝑥𝐹 −𝑥𝐴
𝑎
 (1)
𝑓

𝐴𝐶 𝑥 −𝑥
Karena A, E dan C berada pada satu garis lurus maka𝐴𝐸 = 𝑥𝐶 −𝑥𝐴 =
𝐸 𝐴

𝑏
 (2)
𝑒

𝐷𝐶 𝑥 −𝑥
Karena C, D dan B berada pada satu garis lurus maka𝐵𝐶 = 𝑥𝐷−𝑥𝐶 =
𝐵 𝐶

𝑑−𝑏
𝑎−𝑏
 (3)

𝐷𝐵 𝑥𝐵 −𝑥𝐷
Karena C, D dan B berada pada satu garis lurus maka 𝐵𝐶 = =
𝑥𝐵 −𝑥𝐶
𝑎−𝑑
 (4)
𝑎−𝑏

𝐴𝐷 𝑥𝐷 −𝑥𝐴
Karena A, D dan P berada pada satu garis lurus maka 𝐴𝑃 = =
𝑥𝑃 −𝑥𝐴
𝑎𝑑𝑒+𝑎𝑏𝑓−𝑏𝑑𝑓−𝑎𝑏𝑒
 (5)
𝑎𝑓(𝑎−𝑏)

𝐴𝐵 𝐷𝐶 𝐴𝐶 𝐷𝐵 𝑎 (𝑑−𝑏) 𝑏 (𝑎−𝑑)
∙ 𝐵𝐶 + 𝐴𝐸 ∙ 𝐵𝐶 = 𝑓 ∙ (𝑎−𝑏) + 𝑒 ∙ (𝑎−𝑏) =
𝐴𝐹
𝑎𝑑𝑒+𝑎𝑏𝑓−𝑏𝑑𝑓−𝑎𝑏𝑒
(6)
𝑎𝑓(𝑎−𝑏)

Dari persamaan (5) dan (6) didapat

𝐴𝐵 𝐷𝐶 𝐴𝐶 𝐷𝐵 𝐴𝐷
∙ + ∙ =
𝐴𝐹 𝐵𝐶 𝐴𝐸 𝐵𝐶 𝐴𝑃
𝑨𝑩 𝑨𝑪 𝑨𝑫
 ∙ 𝑫𝑪 + 𝑨𝑬 ∙ 𝑫𝑩 = 𝑨𝑷 ∙ 𝑩𝑪(terbukti)
𝑨𝑭

9. (OSN 2011) Diberikan sembarang segitiga lancip ABC. Misalkan la


adalah garis yang melalui A dan tegak lurus AB. lb adalah garis yang
melalui B dan tegak lurus BC. lc adalah garis yang melalui C dan
tegaklurus CA. Misalkan garis lb dan lc berpotongan di titik D, garis lc
dan la berpotongan di titik E dan terakhir, garis la dan lb berpotongan di
titik F. Buktikan bahwa luas segitiga DEF paling sedikit tiga kali luas
segitiga ABC.
Penyelesaian :
Misalkan BAC =  ; ABC =  ; ACB = 

Karena FAB = 90o dan ECA = 90o maka FED = .


Karena DBC = 90o dan FAB = 90o maka DFE = .
Karena ECA = 90o dan DBC = 90o maka EDF = .
𝐸𝐹 𝐷𝐸 𝐷𝐹
Jadi, ΔDEF sebangun dengan ΔABC dan memenuhi𝐴𝐵 = 𝐴𝐶 = 𝐵𝐶 .
Tanpa mengurangi keumuman misalkan koordinat A(0, 0), B(a, 0) dan
C(b, c) dengan a, b, c > 0.
Persamaan garis a adalah x = 0.
𝑐
Karena kemiringan BC, 𝑚𝐵𝐶 = 𝑏−𝑎 dan garis b melalui B(a, 0)
maka persamaan garis b adalah
𝑎−𝑏 𝑎𝑏 − 𝑎2
𝑦= 𝑥+
𝑐 𝑐
Karena kemiringan AC = bc dan garis c melalui C(b, c) maka
persamaan garis c adalah
𝑏 𝑏2 + 𝑐 2
𝑦=− 𝑥+
𝑐 𝑐
𝑏 2 +𝑐 2
Titik E adalah perpotongan a dan c maka 𝑦𝐸 = 𝑐 sehingga
𝑏 2 +𝑐 2
koordinat 𝐸 (0, ).
𝑐
𝑎𝑏−𝑎2
Titik F adalah perpotongan a dan b maka 𝑦𝐹 = sehingga
𝑐
𝑎𝑏−𝑎2
koordinat 𝐹 (0, ).
𝑐
𝑎2 +𝑏2 +𝑐 2 −𝑎𝑏
Panjang EF = EF = 𝑦𝐸 − 𝑦𝐹 = .
𝑐
Panjang AB = AB = a
1 2 1 2
2 2
𝐸𝐹 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 − 𝑎𝑏 (𝑏 − 𝑎)
2 + (𝑐 − 𝑎√3)
= =( 2 2 ) + √3
𝐴𝐵 𝑎𝑐 𝑎𝑐

Karena bilangan yang di dalam kurung tidak mungkin negatif


𝐸𝐹
maka𝐴𝐵 ≥ √3.
1 1
Tanda kesamaan terjadi jika𝑏 = 2 𝑎 dan 𝑐 = 2 𝑎√3yang berarti ABC
sama sisi.
Karena ΔDEF dan ΔABC sebangun maka perbandingan luas dapat
dinyatakan sebagai kuadrat perbandingan sisi-sisinya.
[𝐷𝐸𝐹] 𝐸𝐹 2
=( ) ≥3
[𝐴𝐵𝐶] 𝐴𝐵
Jadi, [DEF]  3[ABC]
 Terbukti bahwa luas segitiga DEF paling sedikit tiga kali luas
segitiga ABC.

10. (OSP 2011) Diberikan persegi panjang (siku empat) ABCD dengan
AB = a dan BC = b. Titik O adalah perpotongan antara kedua diagonal
DB sehingga AE = BO, juga perpanjangan diagonal DB sehingga BZ =
BO. Asumsikan segitiga EZC sama sisi. Buktikan bahwa :
i. 𝑏 = 𝑎√3

ii. EO tegak lurus ZD


Penyelesaian :
Perhatikan gambar. Diketahui dalam soal bahwa AB = DC = a dan BC
= AD = b

Tanpa mengurangi keumuman misalkan koordinat 𝐸(0, 0) dan


1
𝐴 (2 √𝑎2 + 𝑏 2 , 0)
1 1
Maka 𝐵 (𝑎 + √𝑎2 + 𝑏 2 , 0), 𝐶 (𝑎 + √𝑎2 + 𝑏 2 , 𝑏).
2 2
1 1 1
Koordinat 𝐷 (2 √𝑎2 + 𝑏 2 , 𝑏), koordinat 𝑂 (𝑥𝐴 + 2 𝑎, 𝑏) =
2
1 1 1
𝑂 (2 𝑎 + 2 √𝑎2 + 𝑏 2 , 𝑏).
2
1 1 3 1 1
Koordinat 𝑍 (𝑥𝐵 + 2 𝑎, − 2 𝑏) = 𝑍 (2 𝑎 + 2 √𝑎2 + 𝑏 2 , − 2 𝑏).
Karena ΔEZC sama sisi maka
EC2 = EZ2
Dengan menggunakan rumus jarak antar dua titik di dapat
2 2
1 2 2
3 1 2 1 2
(𝑎 + √𝑎 + 𝑏 ) + 𝑏 = ( 𝑎 + √𝑎 + 𝑏 ) + (− 𝑏)
2 2
2 2 2 2
3𝑏 2 = 5𝑎2 + 2𝑎 √𝑎2 + 𝑏 2
9b2 + 21a2 34a2b2 = 0
(b2 3a2)(9b2 7a2) = 0
 Jika 9b2 = 7a2
1 5 5 2 7 4
EB = 2 √𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑎 = 3 𝑎 sehingga 𝐸𝐶 = √(3 𝑎) + 9 𝑎2 = 3 𝑎√2.
2
1 2 1
𝐸𝑍 = ( √𝑎 + 𝑏 + 𝑎) + (𝑎2 + 𝑏 2 )
2 2
2 4
1 2 1 𝑎 44 2
+2 ( √𝑎 + 𝑏 2 + 𝑎) ( √𝑎2 + 𝑏 2 ) ( )= 𝑎
2 2 2
√𝑎 + 𝑏 2 9
2
𝐸𝑍 = 𝑎√11
3
Karena EC ≠ EZ maka tidak memenuhi bahwa ΔAZC sama sisi.
 Jika b2 = 3a2
Dengan cara yang sama didapat bawa ΔEZCsama sisi.
𝑏 = 𝑎√3 (terbukti)
𝑏 √3
Kemiringan garis EO, 𝑚𝐸𝑂 = = .
𝑎+√𝑎2 +𝑏2 3
1
𝑏−(− 𝑏) 𝑏
2
Kemiringan garis ZD, 𝑚𝑍𝐷 = 1 2 1 = − 𝑎 = −√3.
√𝑎2 +𝑏2 − 𝑎− √𝑎2 +𝑏2
2 3 2
Karena mEO mZD = 1 maka garis EO  ZD.
Jadi, terbukti bahwa EO tegak lurus ZD.
 Jadi, terbukti bahwa EO tegak lurus ZD.

11. (OSP 2006/Latihan 3B Nomor 5) Misalkan segitiga ABC siku-siku di


B. Garis tinggi dari B memotong sisi AC di titik D. jika titik E dan F
berturut-turut adalah titik tengah BD dan CD, buktikan bahwa AE 
BF.
Penyelesaian :
Tanpa mengurangi keumuman soal, misalkan koordinat titik A( 0, 0),
B (a, 0) dan C ( a, b).
𝑏
Persamaan garis AC adalah 𝑦 = 𝑎 𝑥.
Karena D terletak pada AC maka dapat dimisalkan koordinat 𝐷 (𝑛,
𝑏
𝑛).
𝑎
BD tegak lurus AC sehingga mBD mAC = 1.
𝑏
𝑎 𝑛 − 0 ∙ 𝑏 = −1
𝑛−𝑎 𝑎
b2n = a3 a2n
𝑎3
𝑛= 2
𝑎 + 𝑏2
𝑎3 𝑏𝑎2 2𝑎3 +𝑎𝑏 2 𝑏 3 +2𝑏𝑎2
Koordinat 𝐷 (𝑎2 +𝑏2 , ) sehingga koordinat𝐹 (2(𝑎2 +𝑏2 ) , )
𝑎2 +𝑏 2 2(𝑎2 +𝑏2 )
2𝑎3 +𝑎𝑏 2 𝑏𝑎2
dan𝐸 (2(𝑎2 +𝑏2) , ).
2(𝑎2 +𝑏 2 )
𝑏𝑎2 𝑎𝑏
Gradien garis AE = 𝑚𝐴𝐸 = 2𝑎3 +𝑎𝑏2 = 2𝑎2 +𝑏2
𝑏3 +2𝑏𝑎2
−0
2(𝑎2 +𝑏2 ) 𝑏 3 +2𝑏𝑎2 𝑏 3 +2𝑏𝑎2
Gradien garis BF = 𝑚𝐵𝐹 = 2𝑎3 +𝑎𝑏2
= 2𝑎3 +𝑎𝑏2 −2𝑎3−2𝑎𝑏2 =
−𝑎 −𝑎𝑏 2
2(𝑎2 +𝑏2 )
𝑏 2 +2𝑎2
= − 𝑎𝑏 .
Maka mAE mBF = 1
 Terbukti bahwa AE  BF

Anda mungkin juga menyukai