Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN GEOMETRI KELAS C

BAB 1 HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT


Definisi:
Sudut adalah gabungan dari dua sinar yang membagi titik pangkal yang sama.

1) Sudut lancip (Acute Angel)


Adalah sudut yang memiliki ukuran kurang dari 90
2) Sudut Siku-siku (Right Angle)
Adalah sudut yang memiliki ukuran 90
3) Sudut tumpul (Obtuse Angle)
Adalah sudut yang memiliki ukuran antara 90 dan 180
4) Sudut Lurus (Straight Angle)
Adalah sudut yang memiliki ukuran 180
5) Sudut Refleks
Adalah sudut yang memiliki ukuran antara 180 dan 360

Postulate 9: (Angle Addition postulate)


Jika sinar D terletak didalam suatu sudut,maka mABD mDBC mABC

Definisi:
Dua sudut adalah berdekatan jika keduanya memiliki titik sudut sama dan sisi yang sama.

Definisi:
Sudut kongruen adalah dua sudut yang memiliki ukuran sudut yang sama

Definisi:
Bisektor adalah garis yang membagi sudut sama besar.

Definisi:
Dua sudut adalah berpenyiku jika jumlah kedua sudut sama dengan 90 .

Definisi:
Dua sudut adalah berpelurus jika jumlah kedua sudut sama dengan 180 .

Definisi:
Garis tegak lurus adalah dua garis yang saling bertemu membentuk sudut-sudut berdekatan yang
kongruen.

Teorema 1.6.1 :
Jika dua garis tegak lurus, maka kedua garis bertemu dan membentuk sudut siku-siku.

Teorema 1.7.2 :
Jika dua sudut berpenyiku di sudut yang sama, maka kedua sudut tersebut kongruen.

Teorema 1.7.3 :
Jika dua sudut berpelurus di sudut yang sama, maka kedua sudut tersebut kongruen.

Teorema 1.7.5 :
Jika sisi terluar dari dua sudut lancip yang berdekatan terbentuk dari sinar yang tegak lurus, maka
sudut-sudut tersebut berkomplemen.
Teorema 1.7.6 :
Jika sisi terluar dari dua sudut yang berdekatan terbentuk dari garis lurus, maka sudut sudut tersebut
berpelurus.

Teorema 1.7.7 :
Jika dua segmen garis kongruen, maka titik tengahnya membagi segmen tersebut menjadi 4 segmen
garis yang kongruen.

Teorema 1.7.8 :
Jika dua sudut kongruen, maka bisektornya membagi sudut-sudut tersebut menjadi 4 sudut yang
kongruen

SIFAT SIFAT DARI PERSAMAAN


(dimana a,b dan c adalah bilangan real)
Penjumlahan Jika a b maka a c b c

Jika a b maka a (c) b (c)

Perkalian Jika a b maka a c b c

1 1
Jika a b maka a b
c c
Asosiatif a (b c) (a b) c
Distributif ( )
Substitusi Jika a b maka a diganti b di setiap
persamaan
Simetris Jika a b maka b a
Transitif Jika a b dan b c maka a c

SIFAT SIFAT PERTIDAKSAMAAN (dimana a,b dan c adalah


bilangan real)
Penjumlahan Jika a b maka a c b c
Pengurangan Jika a b maka a (c) b (c)

BAB 2 GARIS SEJAJAR

Garis Sejajar
Definisi :
Garis sejajar adalah garis yang berada pada bidang yang sama tetapi tidak saling berpotongan.

Postulat 10 (garis sejajar) :


Melalui sebuah titik da tidak memotong sebuah garis, tepat akan membentuk sebuah garis sejajar.

Postulat 11 :
Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka besar sudut-sudut yang sehadap berukuran
sama.

Teorema 2.1.2 :
Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut luar berseberangan kongruen.

Teorema 2.1.3 :
Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut dalam berseberangan kongruen.

Teorema 2.1.4 :
Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka jumlah sudut luar sepihaknya akan
berukuran 180 O.

Teorema 2.1.5 :
Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka jumlah sudut dalam sepihaknya akan
berukuran 180 O.
2.2 Pembuktian Tidak Langsung
Definisi : Pembuktian yang dilakukan dengan cara mengasumsi bahwa negasi dari penyataan yang
diberikan bernilai benar.

Teorema 2.1.2 :
Jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis transversal, maka pasangan sudut dalam
berseberangan adalah sama besarnya (kongruen)

Teorema 2.1.3 :
Jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis transversal, maka pasangan sudut luar berseberangan
adalah sama besarnya (kongruen)

Teorema 2.1.4 :
Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis transversal, maka sudut dalam sepihak dari garis transversal
adalah berpelurus

Teorema 2.1.5 :
Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis transversal, maka sudut luar sepihak dari garis transversal
adalah berpelurus
Teorema 2.3.1 :
Jika dua garis dipotong oleh garis transversal jadi sudut sehadapnya adalah kongruen, maka garis-
garis tersebut adalah sejajar

Teorema 2.3.2 :
Jika dua garis dipotong oleh garis transversal jadi sudut dalam bersebrangannya adalah kongruen,
maka garis garis tersebut adalah sejajar

Teorema 2.3.3 :
Jika dua garis dipotong oleh garis transversal jadi sudut luar bersebrangannya adalah kongruen, maka
garis garis tersebut adalah sejajar
Teorema 2.3.4
Jika dua buah garis dipotong secara transversal maka sudut dalam sepihak pada garis transversal
tersebut adalah berpelurus, maka garis garis tersebut adalah sejajar

Teorema 2.3.5
Jika dua buah garis dipotong secara transversal maka sudut luar sepihak pada garis transversal
tersebut adalah berpelurus, maka garis garis tersebut adalah sejajar

Teorema 2.3.6
Jika dua garis sejajar dengan garis ketiga, maka garis tersebut sejajar satu sama lain.

Teorema 2.3.7
Jika dua bidang garis tegak lurus dengan garis ketiga, maka garis tersebut sejajar satu sama lain.

2.4 Sudut Sudut Sebuah Segitiga
Definisi : Sebuah segitiga (simbol ) penggabungan tiga garis yang terbentuk dari tiga titik yang
saling berhubungan

Teorema 2.4.1
Pada segitiga, jumlah ukuran sudut dalam adalah 180.

Corollary 2.4.2
Tiap sudut pada segitiga sama sisi berukuran 60

Colollary 2.4.3
Sudut lancip pada segitiga siku-siku berkomplemen

Colollary 2.4.4
Jika dua sudut pada sebuah segitiga kongruen dengan dua sudut pada segitiga yang lain, maka sudut
ketiga juga kongruen.

colollary 2.4.5
Ukuran sudut luar pada segitiga sama dengan jumlah ukuran dua sudut dalam yang tidak
bersebelahan.

2.5 Segi Banyak (Convex Poligon)


Definisi : Segi banyak merupakan bidang tertutup yang sisi-sisinya merupakan segmen garis yang
berpotongan satusama lain hanya pada titik sudut.

a.) Segi banyak cembung (Convex polygon)


Sebuah segi banyak yang mempunyai sudut antara 0 - 180

b). Segi banyak cekung (Concave polygon)


Sebuah segmen garis yang menghubungkan dua titik dari concave polygon yang terdiri dari titik-titik di
luar segi banyak itu sendiri. Dan pada concave polygon terdapat minimal 1 sudut refleksi

Teorema 2.5.2
Jumlah dari ukuran sudut dalam segi banyak dengan banyak sisi n dituliskan dalam persamaan
S (n 2) 180 dengan syarat bahwa n lebih dari dua untuk setiap segi banyak

Segi Banyak Beraturan (Regular Polygon)

Jenis - jenis segi banyak:

(a) (b) (c)


Gambar di atas merupakan segi banyak diantaranya yaitu:

a. Equilateral ( segi banyak dengan sisi-sisi yang kongruen)


b. Equiangular (segi banyakdengan sudut-sudut yang kongruen)
c. Segi banyak beraturan (sisi dan sudutnya kongruen)

Deifinisi :

Segi banyak beraturan adalah segi banyak yang sisi dan sudutnya memiliki ukuran yang sama

Corollary 2.5.3

Ukuran setiapsudut interior pada segi banyak beraturan atau segi banyak dengan sudut yang kongruen
(n 2) 180
dengan banyak sisi n adalah I .
n
Corollary 2.5.4

Jumlah empat sudut interior pada segi empat adalah 360o


Corollary 2.5.5

Jumlah ukuran sudut eksterior pada segi banyak di setiap titik sudutnya adalah 3600
Corollary 2.5.6

Ukuran E pada setiap sudut luar dari segi banyak beraturan atau equiangular poligon dengan banyak sisi n
360
adalah E
n

Poligram

Poligram adalah segi banyak berbentuk bintang yang didapat dari convex polygon dengan
lima atau lebih sisi-sisi yang diperluas

A. SIMETRI DAN TRANSFORMASI

GARIS SIMETRI
Definisi :
Sebuah gambar yang simetri terhadap garis l jika untuk setiap titik A pada gambar, terdapat titik kedua
yaitu B dimana l merupakan bisektor tegak lurus dari segmen garis AB

TITIK SIMETRI
Definsi :
Sebuah gambar simetri terhadap titik P jika untuk setiap titik M pada gambar, terdapat titik kedua yaitu N
pada gambar dimana titik P merupakan titik tengah segmen garis MN

TRANSFORMASI
Dalam materi ini, kita akan menghasilkan bentuk-bentuk baru dari bentuk-bentuk awal dengan
menggunakan hubungan titik-titik. Secara khusus, transformasi ini mempertahankan bentuk dan ukuran
yang diberikan, dalam kata lain transformasi ini menyebabkan bentuk kedua kongruen dengan bentuk
yang diberikan. Jenis-jenis transformasi adalah translasi, refleksi, dan rotasi.

Translasi
Dengan jenis transformasi ini, setiap titik asli dihubungkan dengan titik kedua dengan
menempatkan melalui gerakan panjang dan arah yang tetap.
C F

A B D E
Pada gambar tersebut segitiga ABC di translasikan dengan segitiga kedua yaitu segitiga DEF
dengan menggeser setiap titik melalui jarak dan arah yang mengambil titik A ke titik D.

Refleksi
Dengan refleksi, setiap bentuk titik asli direfleksikan pada garis seberang. Setiap pasang titik yang
sesuai akan berada di sisi berlawanan dari garis refleksi.

A B E F

C D G H

Pada persegi panjang ABCD di refleksikan pada garis vertikal AB untuk membuat gambar persegi
panjang EFGH. Pada titik C berkorespondensi dengan titik G.

Rotasi
Dalam transformasi ini, setiap titik dari bentuk yang diberikan dirotasikan dengan titik tertentu
melalui ukuran sudut yang ditentukan

A B

30o

Sinar AB dirotasikan dengan pusat titik A dengan sudut 30o untuk membuat sinar AC.

BAB 3 SEGITIGA
3.1 Segitiga Kongruen
Definisi :
Dua segitiga adalah kongruen jika enam bagian dari segitiga pertama kongruen dengan enam bagian
yang sesuai dari segitiga kedua.

SSS (Side, Side, Side)


Postulat : Jika tiga sisi dari satu segitiga kongruen dengan tiga sisi segitiga ke dua maka segitiga
tersebut kongruen
SAS (Side, Angle, Side)
Postulat :
Jika dua sisi dan sudut termasuk dari salah satu segitiga yang kongruen untuk kedua belah pihak dan
termasuk sudut segitiga kedua, maka segitiga adalah kongruen (SAS).

Definisi :
Dalam konteks ini, identitas adalah alasan kami mengutip ketika memverifikasi bahwa segmen garis
atau sudut adalah kongruen dengan sendirinya; juga dikenal sebagai Properti refleksif dari
Kesesuaian.

ASA (Angle, Side, Angle)


Postulat 14 : Jika dua sudut dan sisi termasuk dari salah satu segitiga kongruen dengan dua sudut dan
termasuk sisi segitiga kedua, maka segitiga adalah kongruen (ASA).

AAS (Angle, Angle, Side)


Teorema 3.1.1
Jika dua sudut dan sisi yang tidak termasuk satu segitiga yang kongruen dengan dua sudut dan sisi
yang tidak termasuk dari segitiga kedua, maka segitiga adalah kongruen (AAS).

3.2 Bagian Yang Sesuai Dari Segita Yang Kongruen

Metode CPCTC : Corresponding parts of congruent triangles are congruent,


Bagian yang berhubungan dari segitiga yang kongruen adalah kongruen. Bagian segitiga tersebut
adalah sisi-sisi dan sudut-sudutnya yang berhubungan. CPCTC sering dikutip berdasarkan pengertian
segitiga yang kongruen.

Sebelum menggunakan metode CPCTC sebagai alasan pembuktian, suatu segitiga harus dibuktikan
terlebih dahulu kekongruennannya dengan segitiga yang lain.

Metode HL : Hiypotanuse and Legs


Garis miring dan kaki segitiga. Metode ini khusus pada segitiga siku-siku saja

Teorema 3.2.1
Jika sisi miring dan sebuah kaki dari segitiga pertama kongruen dengan sisi miring dan sebuah kaki
dari segitiga yang kedua, maka kedua segitiga tersebut kongruen.

Teorema Pitagoras
Kuadrat dari panjang sisi miring (c) segitiga siku siku sama dengan jumlah dari kuadrat panjang sisi
siku-sikunya (a dan b) , a2 + b2 = c2

Square roots property


X mewakili panjang segmen garis dan P mewakili angka Positif. Jika x2 = p maka x =

3.3 Segitiga Sama Kaki


Teorema 3.3.1
Koresponden garis tinggi dari segitiga yang kongruen adalah kongruen

Teorema 3.3.2
Bisektor dari segitiga sama kaki membagi segitiga menjadi dua segitiga yang kongruen

Teorema 3.3.3
Jika dua sisi dari suatu segitiga adalah kongruen maka sudut yang berhadapan dengan sisi tersebut
juga kongruen
Teorema 3.3.4
Jika dua sudut dari suatu segitiga adalah kongruen, maka sisi yang berhadapan dengan sudut tersebut
juga kongruen

Corollary 3.3.5
Segitiga sama sisi (equilateral) juga memiliki sudut-sudut yang kongruen (equiangular)

Corollary 3.3.6
Segitiga dengan ketiga sudutnya kongruen (equiangular) juga memiliki sisi-sisi yang kongruen
(equilateral)

Definisi
Keliling suatu segitiga merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi tersebut. Jika a, b, dan c merupakan
panjang dari ketiga sisi, maka keliling P yang diberikan adalah P = a + b + c.

3.4. KONSTRUKSI DASAR YANG DIBENARKAN


Pada bagian ini, kita membenarkan metode konstruksi dan menerapkannya dalam konstruksi lebih
lanjut. Pembenaran dari metode ini adalah "bukti" yang menunjukkan bahwa dengan konstruksi akan
dicapai tujuannya. (untuk contoh bisa dilihat sendiri di buku)

3.5 KETIDAKSAMAAN DALAM SEGITIGA


DEFINISI 3.5 : misalkan a dan b bilangan real. a b (baca "a lebih besar dari b") jika dan hanya jika
ada bilangan positif p sehingga a = b + p.

LEMMA ( PEMBANTU TEOREMA)

LEMMA 3.5.1
Jika titik B di antara titik A dan titik C pada AC , maka AC AB dan AC BC .

LEMMA 3.5.2
Jika sinar BD membagi ABC menjadi dua bagian ( 1 dan 2 ), maka mABC m1 dan
mABC m2

LEMMA 3.5.3
Jika 3 adalah sudut luar segitiga dan 1 dan 2 adalah sudut interior tidak bersisihan, maka
m3 m1 dan m3 m2 .

LEMMA 3.5.4
Dalam segitiga ABC, jika C adalah sudut siku-siku atau sudut tumpul, maka mC mA dan
mC mB

LEMMA 3.5.5 (Sifat Penjumlahan pada Ketidaksamaan)


Jika a b dan c d , maka a c b d

THEOREMA 3.5.6
Jika salah satu sisi segitiga lebih panjang dari sisi kedua, maka ukuran sudut yang berhadapan dari sisi
yang lebih panjang lebih besar dari ukuran sudut yang
THEOREMA 3.5.7
Jika ukuran satu sudut segitiga lebih besar dari ukuran sudut kedua, maka sisi yang berhadapan
dengan sudut yang lebih besar lebih panjang dari sisi berhadapan dengan sudut yang lebih kecil.

COROLLARY 3.5.8
Segmen garis yang tegak lurus dari sebuah titik ke garis adalah segmen garis terpendek yang dapat
ditarik dari titik ke garis.

COROLLARY 3.5.9
Segmen garis yang tegak lurus dari sebuah titik ke garis adalah segmen garis terpendek yang dapat
ditarik dari titik ke bidang.

THEOREM3.5.10
Jumlah panjang sembarang dua sisi segitiga lebih besar dari panjang sisi yang ketiga.

THEOREM 3.5.11
Panjang setiap sisi segitiga harus terletak antara jumlah dan selisih dari panjang dua sisi lainnya.

BAB 4 JAJAR GENJANG


DEFINISI
Sebuah jajar genjang adalah segi empat di mana kedua pasang sisi yang berhadapan paralel.

Teorema 4.1.1
Sebuah diagonal dari jajar genjang membaginya menjadi dua segitiga yang kongruen.

Teorema 4.1.2
Sudut-sudut yang berhadapan dari sebuah jajar genjang adalah kongruen.

Teorema 4.1.3
Sisi yang berhadapan dari sebuah jajar genjang adalah kongruen.

Corollary 4.1.4
Diagonal dari jajar genjang berpotongan satu sama lain.

Corollary 4.1.5
Dua sudut dari sebuah jajar genjang yang berurutan saling bersuplement.

Teorema 4.1.6
Dua garis sejajar dimanapun selalu barjarak sama

Lemma 4.1.7
Jika dua sisi dari sebuah segitiga kongruen dengan dua sisi dari segitiga kedua dan sudut dalam
segitiga pertama lebih besar dari segitiga kedua, maka sisi yang berlawanan terhadap sudut segitiga
pertama lebih besar dari sudut yang berlawanan dengan segitiga kedua.

Teorema 4.1.8
Dalam sebuah jajar genjang dengan sepasang sudut yang besar nya berbeda, diagonal yang lebih
panjang berlawanan dengan sudut tumpulnya
4.2 Parallelogram
TEOREMA 4.2.1
Jika 2 sisi segiempat kongruen dan paralel,maka segiempat tersebut adalah jajargenjang

TEOREMA 4.2.2
Jika kedua pasang sisi berhadapan segiempat kongruen, maka segiempat tersebut adalah jajargenjang

Teorema 4.2.3
Jika diagonal-diagonal dari segiempat adalah bisektor satu sama lain,maka segiempat tersebut adalah
jajargenjang

TEOREMA 4.2.4
Pada layang-layang pasangan sudut yang berhadapan adalah kongruen

TEOREMA 4.2.5
Segmen garis yang menghubungkan titik tengah dari dua sisi segitiga adalah sejajar dengan sisi ketiga
dan mempunyai panjang samadengan setengah dari panjang sisi ketiga

4.3 Persegi Panjang, Persegi, dan Belah Ketupat

PERSEGI PANJANG
Definisi
Sebuah persegi panjang adalah jajar-genjang yang memiliki sebuah sudut siku-siku

Corollary 4.3.1
Semua sudut sudut pada sebuah persegi panjang adalah sudut siku siku .

Teorema 4.3.2
Diagonal diagonal pada persegi panjang adalah kongruen

PERSEGI
Definisi
Sebuah persegi adalah persegi panjang yang memiliki dua sisi bersisihan yang kongruen.

Corollary 4.3.3
Semua sisi sisi pada persegi adalah kongruen.

BELAH KETUPAT
Definisi
Sebuah belah ketupat adalah jajar-genjang dengan dua sisi bersisihan yang kongruen

Corollary 4.3.4
Semua sisi sisi pada sebuah belah ketupat adalah kongruen
Theorem 4.3.5
Diagonal diagonal pada belah ketupak saling tegak lurus

TRAPESIUM
Definisi :
Trapesium adalah segi empat yang memiliki tepat dua sisi sejajar

Teorema 4.4.1
Sudut sudut alas dari trapesium sama kaki adalah kongruen

Teorema 4.4.2
Diagonal - diagonal dari trapesium sama kaki adalah kongruen.

Teorema 4.4.3
Panjang garis tengah trapesium sama dengan setengah dari jumlah panjang alasnya

Teorema 4.4.4
Garis tengah trapesium sejajar dengan alas

Teorema 4.4.5
Jika 2 sudut alas trapesium adalah kongruen, trapesium terebut sama kaki

Teorema 4.4.6
Jika diagonal-diagonal trapesium adalah konsruen, trapesium tersebut adalah sama kaki

Teorema 4.4.7
Jika ada garis sejajar yang berpotongan dari salah satu transversal maka mereka kongruen di
transversal

BAB 5 SEGITIGA SEBANGUN

5.1 Ratio, Rate dan Proportions

Ratio
Ratio (perbandingan) adalah hasil bagi yang menyajikan sebuah perbandingan antara a dan
b. Setiap pecahan mewakili sebuah perbandingan. Dibaca a per b, perbandingan biasanya ditulis
dalam bentuk a : b.

Rate
Rate adalah sebuah hasil bagi yang membandingkan dua besaran yang tidak dapat dibandingkan.
Misalkan suatu mobil berjalan sepanjang 100 meter dalam waktu 10 detik maka dapat diketahui
bahwa kecepatannya adalah dapat disederhanakan menjadi yang dapat dibaca 10
meter per sekon
Proportions
Proportion (kesebandingan) adalah sebuah statement yang dua ratio atau dua ratenya sama. Dapat
ditulis dengan dibaca a banding b sebanding dengan c banding d.
a adalah istilah pertama dari sebuah proporsi
b adalah istilah kedua
c adalah istilah ketiga, dan
d adalah istilah ke empat
Istilah yang pertama dan istilah yang terakhir (a dan d) dari sebuah perbandingan adalah extremes,
dimana sebagai istilah yang kedua dan yang ketiga (b dan c ) adalah means.

Sifat 1
Dalam sebuah proporsi hasil dari means sama dengan hasil dari extremes ; jadi, jika = ( dimana
b 0 dan d 0 ) maka a.d = b.c

Sifat dari rasio:


Besaran yang tidak diketahui dalam perbandingan a:b:c seharusnya mewakili dari ax, bx, cx dan dx

Strategi untuk pembuktian ( membuktikan sifat dari proporsi)


Aturan umum : untuk membuktikan teorema ini, gunakan means-etremes property dengan
penjumlahan yang baik.
Ilustrasi : membuktikan bagian pertama dari sifat 3 dimulai dengan penjumlahan dari 1 pada tiap sisi
dari proporsi

Sifat 2
Dalam sebuah kesebandingan, means atau extremes (atau keduanya) dapat ditukarkan; berarti, jika
(dimana a,b,c, dan d adalah tidak sama dengan nol), maka , , dan

Sifat 3
Jika (dimana b0 dan d0), maka dan

5.2 Similiar Polygon


Ketika dua bangun datar memiliki bentuk yang sama persis, bangun datar itu adalah similar; simbol
dari adalah similar dengan yaitu ~. Ketika dua bangun datar memiliki bentuk yang sama (~) dan
semua bagian yang berkorespondensi memiliki ukuran yang sama (=), kedua bangun datar tersebut
adalah kongruen ( ) . .
(Catatan bahwa simbol untuk kekongruenan menggabungkan simbol dari similarity dan equality)

Definisi Dua segibanyak similar jika dan hanya jika dua kondisi terpenuhi :
a. Semua bagian dari sudut yang berkorespondensi adalah kongruen
b. Semua bagian dari sisi yang berkorespondensi adalah proporsional

5.3 PROVING TRIANGLES SIMILAR


Postulat 15
Jika tiga sudut dari segitiga yang pertama kongruen dengan tiga sudut dari segitiga kedua, maka
segitiga itu sebangun.
Corrolary 5.3.1
Jika dua sudut dari satu segitiga adalah kongruen dengan dua sudut dari segitiga yang lain, maka
segitiga adalah sebangun(AA).

CSSTP : Coresponding Side of Similar Triangles are Propotional.


Sisi yang sesuai dengan segitiga yang sama adalah sebanding.

CASTP: CorrespondingAngles of SimilarTriangles areCongruent.


sudut yang sehadap pada segitiga yang sama maka sebanding.

Teorema 5.3.2
Panjang dari sisi miring yang berkoresponden dari segitiga segitiga yang sama memiliki
perbandingan yang sama dengan panjang dari berbagai pasang sisi yang saling berkoresponding.

Teorema 5.3.3 (SAS)


Jika salah satusudut pada segitigayang pertama adalah kongruen dengan salah satu sudut segitiga yang
kedua, dan pasangan sisi yang mengapit sudut proporsional maka kedua segitiga itu sebangun.

Teorema 5.3.4 ( SSS )


Jika tiga sisi dari satu segitiga pertama adalah sebanding dengan tiga sisi dari segitiga kedua yang
berkorespodensi , maka kedua segitiga sebanding.

Lemma 5.4.3
Panjang masing-masing kaki dari sebuah segitiga siku-siku adalah rata-rata geometrik dari panjang
sisi miring dan panjang segmen miring yang berdekatan dengan kaki itu.

Theorema 5.4.4
Kuadrat dari panjang sisi miring segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari panjang
kakinya.

Theorema 5.4.5
Jika a, b, dan c adalah panjang dari 3 sisi sebuah segitiga, dengan c adalah sisi terpanjang, dan jika
c2=a2+b2, kemudian segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku berlawanan
dengan panjang sisi c.

Theorema 5.4.6
Jika sisi miring dan salah satu kaki dari segitiga siku-siku adalah kongruen dengan sisi miring dan
kaki kedua segitiga siku-siku. Maka segitiga adalah kongruen (HL)

Theorema 5.4.7
a, b, dan c mewakili panjang ketiga sisi segitiga, dengan c adalah sisi terpanjangnya.
1. Jika, c2 > a2 + b2, maka segitiga adalah segitiga tumpul dan sudut yang tumpul terletak berlawanan
dengan sisi c.

2. Jika, c2 < a2 + b2, maka segitiga adalah segitiga lancip.

5.5 Segitiga siku-siku istimewa

Teorema 5.5.1 (teorema 45o-45o-90o)


Dalam sebuah Segitiga yang sudutnya berukuran 45o-45o-90o. Sisi miringnya memiliki panjang sama
dengan hasil kali dari 2 dan panjang salah satu kaki.
Teorema 5.5.2 (teorema 30o-60o-90o)
Dalam sebuah segitiga yang sudutnya berukuran 30o-60o-90o. Sisi miringnya memiliki panjang sama
dengan dua kali panjang kaki yang lebih pendek dan panjang kaki yang lebih panjang adalah hasil kali
dari 3 dengan panjang kaki yang lebih pendek.

Teorema 5.5.3
Jika panjang sisi miring dari segitiga siku-siku adalah hasil kali dari 2 dengan panjang sisi salah
0 0 0
satu segitiga, maka sudut dari segitiga berukuran 45 ,45 , dan 90

Teorema 5.5.4
Jika panjang sisi miring dari segitiga siku-siku adalah dua kali panjang satu sisi terpendek segitiga,
maka sudut segitiga yang berhadapan dengan sisi terpendek tersebut berukuran 30 .

5.6 Segmen Membagi Dengan Kesebandingan

Teorema 5.6.1
Jika sebuah garis sejajar dengan salah satu sisi segitiga dan memotong dua sisi yang lain, maka garis
tersebut membagi sisi-sisi itu dengan kesebandingan.

Corollary 5.6.2
Ketika tiga (atau lebih) garis sejajar dipotong oleh sepasang garis tranversal, maka garis tersebut
dibagi dengan perbandingan tertentu oleh garis-garis sejajar
Teorema 5.6.3
Jika sebuah sinar membagi sebuah sudut dari sebuah segitiga, maka sinar tersebut membagi sisi yang
berhadapan menjadi segmen-segmen yang panjangnya sebanding dengan panjang dari dua sisi yang
membentuk sudut bagi.

Teorema 5.6.4
Misalkan titik D adalah sembarang titik di dalam segitiga ABC, dan misalkan BE , AF , dan CG
merupakan segmen garis melalui titik D dan puncak dari segitiga ABC, maka hasil perbandingan dari
panjang segmen garis ketiga sisi (diambil dari puncak segitiga) sama dengan 1
AG BF CE
. . 1
GB FC EA

BAB 6 LINGKARAN

6.1 Lingkaran dan hubungan segmen dan sudut


Definisi :
Lingkaran adalah himpunan titik-titik pada bidang yang berjarak sama terhadap suatu titik pusat.

(Semua jari jari dalam lingkaran kongruen)

Definisi :
Lingkaran kongruen adalah 2 atau lebih lingkaran yang memiliki jari-jari yang kongruen.

Definisi :
Lingkaran sepusat adalah lingkaran-lingkaran yang sebidang berpusat pada titik yang sama.
Definisi :
Sudut pusat lingkaran adalah titik sudutnya berada pada pusat lingkaran dan yang mana sisi sisinya
adalah jari-jari lingkaran.

(Pada lingkaran, panjang diameter adalah 2 kali jari-jarinya.)

Teorema 6.1.1
Jari-jari yang tegak lurus terhadap tali busur membagi (sama panjang) tali busur.

Postulat 16 (Sudut Pusat) :


Pada lingkaran, ukuran derajat sudut pusat sama dengan ukuran derajat busur yang membatasi.

Definisi :
Pada lingkaran atau lingkaran kongruen, busur yang kongruen adalah busur-busur dengan ukuran
yang sama.

Postulat 17 (Penjumlahan Busur) :


Jika busur AB dan busur BC dipotong hanya pada titik B, maka mAB + mBC= m ABC

Definisi :
Sudut keliling lingkaran adalah sudut dimana puncaknya adalah titik pada lingkaran dan sisi-sisinya
adalah tali busur- tali busur lingkaran.
Teorema 6.1.2 :
Ukuran sudut keliling lingkaran adalah setengah ukuran dari busur yang membatasi.

Teorema 6.1.3 :
Pada lingkaran (atau lingkaran-lingkaran kongruen), busur-busur kecil kongruen memiliki sudut pusat
yang kongruen.

Teorema 6.1.4 :
Pada lingkaran (lingkaran kongruen), sudut-sudut pusat yang kongruen memiliki busur-busur yang
kongruen.

Teorema 6.1.5 :
Pada lingkaran (lingkaran kongruen), tali busur kongruen memiliki busur-busur minor (mayor)
kongruen

Teorema 6.1.6 :
Pada lingkaran (lingkaran kongruen), busur-busur kongruen memiliki tali busur yang kongruen.

Teorema 6.1.7 :
Tali busur yang berjarak sama dari pusat lingkaran adalah kongruen

Teorema 6.1.8 :
Tali busur-tali busur kongruen berada atau terletak pada jarak yang sama dari pusat lingkaran.

Teorema 6.1.9 :
Sudut keliling pada setengah lingkaran adalah sudut siku-siku

Teorema 6.1.10
Jika dua sudut keliling beririsan pada busur yang sama, maka sudut-sudutnya kongruen.
6.2 Ukuran Yang Lebih Pada Lingkaran
Definisi :
Tangen adalah garis yang memotong lingkaran tepat pada 1 titik. Titik potongnya disebut Point of
Contact atau titik singgung.

Definisi :
Secan adalah garis (atau segmen, atau sinar) yang memotong lingkaran tepat pada 2 titik.

Definsi :
Segi Banyak terletak dalam lingkaran, jika titik sudut-titik sudut (pada segi banyak) adalah titik-titik
pada lingkaran dan sisi-sisinya adalah tali busur pada lingkaran. Sehingga, lingkaran dapat dikatakan
membatasi segi banyak. Segi banyak terletak pada lingkaran yang lebih lanjut dideskripsikan sebagai
Siklus Poligon.

Teorema 6.2.1 :
Jika segi 4 terletak dalam lingkaran, sudut-sudut yang berhadapan adalah Bersuplemen.
(Alternative: Sudut-sudut yang berhadapan pada siklus segiempat adalah bersuplemen).

Definsi :
Sebuah Poligon membatasi lingkaran jika semua sisi-sisi poligon adalah segmen garis singgung
lingkaran; juga, dikatakan bahwa lingkaran terletak dalam poligon.

Teorema 6.2.2 :
Ukuran sebuah sudut yang dibentuk oleh 2 tali busur yang berpotongan di dalam lingkaran adalah
setengah dari jumlah ukuran sudut pada busur yang intercepted dan sudutnya vertikal.

Teorema 6.2.3 :
Jari-jari (atau garis lain yang melalui pusat lingkaran) digambarkan bersinggungan pada titik singgung
yang tegak lurus terhadap tangen pada suatu titik.

Corollary 6.2.4
Ukuran sudut yang dibentuk oleh tangen dan tali busur digambarkan pada titik singgung yang
ukurannya setengah dari ukuran Busur yg dibatasi.

Teorema 6.2.5
Ukuran sebuah sudut yang dibentuk ketika 2 secan berpototngan pada suatu titik luar sebuah
lingkaran adalah setengah dari selisih ukuran 2 busur yang intercepted.

Teorema 6.2.6
Jika sudut yang dibentuk oleh secan, dan sebuah tangen yang berpotongan pada lingkaran bagian luar
(exterior), Maka ukuran sudutnya adalah setengah dari selisih ukuran busurnya yang intercepted.

Teorema 6.2.7
Jika sebuah sudut yang dibentuk oleh 2 tangen yang berpotongan, maka ukuran sudutnya setengah
dari selisih ukuran sudut busur yang dibatasi.

Teorema 6.2.8
Jika 2 garis sejajar memotong pada lingkaran, maka busur-busur yang intercepted diantara garis-garis
tersebut adalah kongruen.
6.3 Hubungan Garis dan Segment dalam Lingkaran
Teorema 6.3.1
jika sebuah garis digambar melalui titik tengah lingkaran sehingga tegak lurus dengan tali busur,
maka garis itu bisektor terhadap tali busur dan busurnya

Teorema 6.3.2
Jika garis melalui pusat lingkaran sehingga bisektor terhadap tali busur selain diameter, maka garis itu
tegak lurus dengan tali busur.

Teorema 6.3.3
Bisektor yang tegak lurus terhadap sebuah tali busur maka akan melalui pusat lingkaran.

Definisi :
Untuk dua lingkaran dengan pusat-pusat yang berbeda,line of centers (garis pusat) adalah garis (atau
segmen garis) yang menghubungkan titik pusat kedua lingkaran.

. .

Teorema 6.3.4 :
Segmen-segmen yang bersinggungan pada sebuah lingkaran dari titik luar lingkaran tersebut adalah
kongruen.
Teorema 6.3.5 :
Jika dua tali busur berpotongan dalam lingkaran, maka hasil kali dari panjang segmen-segmen yang
terbagi dari salah satu tali busur sama dengan hasil kali dari panjang segmen-segmen tali busur
lainnya..

Teorema 6.3.6 :
Jika dua segmen garis potong digambar pada sebuah lingkaran melalui titik luarnya, maka hasil kali
dari panjang masing-masing garis potong dengan segmen luarnya adalah sama.

Teorema 6.3.7 :
Jika segmen garis singgung dan segmen garis potong digambar pada sebuah lingkaran melalui titik
luarnya, maka kuadrat dari panjang garis singgung sama dengan hasil kali dari panjang garis potong
dengan panjang segmen luarnya.

6.4 SOME CONSTRUCTIONS AND INEQUALITIES OF THE CIRCLE

Teorema 6.4.1 :
Garis yang tegak lurus dengan jari-jari lingkaran di titik akhir lingkaran adalah garis yang
bersinggungan dengan lingkaran tersebut

Teorema 6.4.2 :
Dalam sebuah lingkaran (atau dalam lingkaran kongruen) yang mengandung dua sudut pusat yang
tidak sama, sudut yang lebih besar bersesuaian dengan potongan busur yang lebih besar .

Teorema 6.4.3 :
Dalam sebuah lingkaran (atau dalam lingkaran kongruen) mengandung dua busur yang tidak sama,
busur yang lebih besar bersesuaian dengan sudut pusat yang lebih besar.

Teorema 6.4.4 :
Dalam sebuah lingkaran (atau dalam lingkaran kongruen) mengandung dua tali busur yang tidak
sama, tali busur yang lebih pendek memiliki jarak yang lebih besar dari titik pusat lingkaran.
Teorema 6.4.5 :
Dalam sebuah lingkaran (atau di lingkaran kongruen) mengandung dua tali busur yang tidak sama, tali
busur yang lebih dekat dengan pusat lingkaran memiliki panjang yang lebih besar.

Teorema 6.4.6 :
Dalam sebuah lingkaran (atau di lingkaran kongruen) mengandung dua tali busur yang tidak sama, tali
busur yang lebih panjang bersesuaian dengan busur minor yang lebih besar.

Teorema 6.4.7 :
Dalam sebuah lingkaran (atau dalam lingkaran kongruen) mengandung dua busur minor yang tidak
sama, busur minor yang lebih besar bersesuaian dengan tali busur yang lebih panjang yang berkaitan
dengan busur tersebut.

Anda mungkin juga menyukai